Pembimbing :
dr. Michael Indra Lesmana., Sp.M
Disusun Oleh :
Herkuliana Puspita Sari
(11-2015-340)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 18 JULI 2016 20 AGUSTUS 2016
RUMAH SAKIT FAMILY MEDICAL CENTER
2016
NIM
: 11.2015.340
Tanda Tangan
................................
................................
.
I.
II.
IDENTITAS
Nama
: Nn L
Umur
: 27 th
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Akuntan
Alamat
: Cibinong
Tanggal pemeriksaan
: 10 Agustus 2016
ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 10 Agustus 2016
Keluhan utama
Penglihatan buram pada kedua mata saat melihat jauh sejak 1 tahun yang lalu
Keluhan tambahan
Akhir- Akhir ini pasien mengaku kedua matanya sering cepat lelah ,melihat atau
membaca sesuatu harus dari jarak yang dekat dan sering sakit kepala.
Riwayat Penyakit Sekarang
Perempuan berusia 27 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram
pada kedua mata saat melihat jauh sejak 1 tahun yang lalu. Saat mengalami hal
ini pasien ke optik untuk memeriksa dan hasil pemeriksaan di optik didapatkan
minus yang tinggi yaitu minus 6 dan dari optik pasien diberi kacamata sesuai
minusnya.
Akhir akhir ini pasien mengeluh kedua matanya semakin buram jika
melihat jauh. Selain itu pasien mengatakan kedua matanya sering cepat lelah,
melihat atau membaca harus dari jarak dekat dan sering sakit kepala. Pasien juga
mengatakan untuk melihat sesuatu yang jauh Ia harus menyipitkan matanya.
Pasien mengaku bahwa kedua matanya mulai buram sejak kelas 3 SMP,
dan sejak saat itu Ia mulai menggunakan kacamata namun minusnya kecil tidak
sebesar seperti setahun belakangan ini.
Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Umum
-
Asthma
: tidak ada
Hipertensi
: tidak ada
Diabetes Melitus
: tidak ada
Stroke
: tidak ada
Alergi
: tidak ada
b. Mata
-
: Miopia
: Vod : S-6
Vos : S-6
: tidak ada
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Kepala/Leher
Mulut
Abdomen
Ekstremitas
Status Ophtalmologi
KETERANGAN
OD
OS
1. VISUS
- Visus
2/60 PH: 0.08
0.08 PH : 0.125
- Addisi
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Eksoftalmus
- Endoftalmus
- Deviasi
- Gerakan Bola Mata
Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema
- Nyeri tekan
- Ekteropion
- Entropion
- Blefarospasme
- Trikiasis
- Sikatriks
- Punctum lakrimal
Normal
Normal
- Fissura palpebra
- Tes anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
4. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis
- Folikel
- Papil
- Sikatriks
- Hordeolum
- Kalazion
-
5.
-
KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Perdarahan
Subkonjungtiva
Pterigium
Pinguekula
Nevus Pigmentosus
Kista Dermoid
-
6. SKLERA
- Warna
- Ikterik
- Nyeri Tekan
7. KORNEA
- Kejernihan
- Permukaan
- Ukuran
- Sensibilitas
- Infiltrat
- Keratik Presipitat
- Sikatriks
- Ulkus
- Perforasi
- Arcus senilis
- Edema
- Test Placido
8. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion
9. IRIS
- Warna
- Kripta
- Sinekia
- Kolobama
10. PUPIL
- Letak
- Bentuk
- Ukuran
- Refleks
Cahaya
Langsung
- Refleks Cahaya Tidak
Langsung
11. LENSA
Putih
-
Putih
-
Jernih
Rata
Normal
Baik
Tidak dilakukan
Jernih
Rata
Normal
Baik
Tidak dilakukan
Dalam
Jernih
-
Dalam
Jernih
-
Coklat
-
Coklat
-
Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
- Kejernihan
- Letak
- Test Shadow
12. BADAN KACA
- Kejernihan
13. FUNDUS OCCULI
- Batas
- Warna
- Ekskavasio
- Rasio arteri : vena
- C/D rasio
- Makula Lutea (Refleks
Makula)
- Eksudat
- Perdarahan
- Sikatriks
- Ablasio
14. PALPASI
- Nyeri tekan
- Massa tumor
- Tensi Occuli
- Tonometry Schiotz
15. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi
IV.
Jernih
Tengah
Jernih
Tengah
Jernih
Jernih
Tegas
Jingga
Tidak ada
2:3
0,3
+
Tegas
Jingga
Tidak ada
2 :3
0,3
+
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
-
Normal
-
Normal
Normal
RESUME
Perempuan berusia 27 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan
buram pada kedua mata sejak satu tahun yang lalu.
Pada pasien juga terdapat keluhan matanya sering cepat lelah, melihat atau
membaca harus dari jarak dekat dan sering sakit kepala. Pasien juga
mengatakan untuk melihat sesuatu yang jauh Ia harus menyipitkan matanya.
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit seperti asthma, diabetes
melitus, hipertensi, alergi. Pasien memiliki riwayat penyakit mata sejak kelas 3
SMP yaitu miopia dan adanya riwayat penggunaan kacamata sejak 1 tahun lalu
yaitu Vod : S-6 Vos : S-6. Riwayat penyakit dalam keluarga di sangkal. Hasil
pemeriksaan status generalis dalam batas normal.
Pada status ophtalmologi didapatkan hasil :
OD
OS
2/60 PH 0.08
Visus
0.08 PH 0.125
Normal
Normal
Konjungtiva
Normal
Normal
Sclera
Normal
Jernih
Kornea
Jernih
Dalam
COA
Dalam
Pupil
Hitam
Iris
Hitam
Jernih
Lensa
Jernih
Funduskopi
TIO
Normal
V.
DIAGNOSIS KERJA
High Miopia
Pengertian
Miopia ( rabun jauh) adalah suatu kelaianan refraksi mata tidak mampu
melihat jauh dimana bayangan di fokuskan didepan retina ketika mata tidak dalam
keadaan berakomodasi. Hal ini bisa terjadi akibat sistem optik atau pembiasan yang
terlalu kuat atau sumbu bola mata yang terlalu panjang.
Klasifikasi miopia
Secara klinis dan berdasarkan kelainan patologi yang terjadi pada mata,
miopia dapat dibagi kepada dua yaitu :
5. Miopia Induksi : Miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat obatan, naik
turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa dan
sebagainya.
Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk
Mengkoreksikannya :
1. Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
2. Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
3. Berat :lensa koreksinya > 6,00 Dioptri
Klasifikasi miopia berdasarkan umur adalah :
1. Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak.
2. Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun.
3. Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40 tahun.
4. Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (> 40 tahun).
Etiologi dan Patofisiologi
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang dan
disebut sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif yang
tinggi atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam hal ini
disebut sebagai miopia refraktif.
Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya apabila miopia lebih dari - 6
dioptri (D) disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai
terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan
atrofi korioretina. Atrofi retina terjadi kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan
kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan
untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch
berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar dan
dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.
Terjadinya perpanjangan sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih
belum diketahui. Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas
dapat mengakibatkan elongasi sumbu mata. Sklera normal terdiri dari pita luas padat
dari kumpulan serat kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran bervariasi
tergantung pada lokasinya. Kumpulan serat terkecil terlihat menuju sklera bagian
dalam dan pada zona ora ekuatorial. Bidang sklera anterior merupakan area potong
lintang yang kurang dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang
ini ditekan sampai 7,5 g/mm2. Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas
terendah dari stress ekstensi pada sklera posterior ditemukan empat kali daripada
bidang anterior dan equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kira-kira dua kali
lebih diperluas. Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan
dengan hilangnya luasnya serat sudut jala yang terlihat pada sklera posterior.
Vogt awalnya memperluas konsep bahwa miopia adalah hasil ketidakharmonian
pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang berlebihan dengan
bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun sklera menghasilkan
peregangan pasif jaringan. Meski alasan Vogt pada umumnya tidak dapat diterima,
telah diteliti ulang dalam hubungannya dengan miopia bahwa pertumbuhan koroid dan
pembentukan sklera dibawah pengaruh epitel pigmen retina. Pandangan baru ini
menyatakan bahwa epitel pigmen abnormal menginduksi pembentukan koroid dan
sklera subnormal. Hal ini yang mungkin menimbulkan defek ektodermalmesodermal
umum pada segmen posterior terutama zona ora ekuatorial atau satu yang terlokalisir
pada daerah tertentu dari posterior mata, dimana dapat dilihat pada miopia patologis
(tipe stafiloma posterior). Meningkatnya suatu kekuatan yang luas terhadap tekanan
intraokular basal. Contoh klasik miopia skunder terhadap peningkatan tekanan basal
terlihat pada glaukoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada
peningkatan pemanjangan sumbu bola mata.
Secara anatomidan fisiologi, sklera memberikan berbagai respons terhadap induksi
deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stres. Kedipan kelopak
mata yang sederhana dapat meningkatkan tekanan intraokular 10 mmHg, sama juga
seperti konvergensi kuat dan pandangan ke lateral. Pada valsava manuver dapat
meningkatkan tekanan intraokular 60 mmHg. Juga pada penutupan paksa kelopak mata
meningkat sampai 70-110 mmHg. Gosokan paksa pada mata merupakan kebiasaan
jelek yang sangat sering diantara mata miopia, sehingga dapat meningkatkan tekanan
intraokular. Untuk melihat sesuatu objek dengan jelas, mata perlu berakomodasi.
Akomodasi berlaku apabila kita melihat objek dalam jarak jauh atau terlalu dekat. Otot
siliari mata melakukan akomodasi mata.
Teori Helmholtz mengatakan akomodasi adalah akibat daripada ekspansi dan
kontraksi lensa, hasil daripada kontraksi otot siliari. Dua otot oblik mata yang
retina. Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina
dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi
terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola
mata.
3. Miopik makulopati
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah
kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapangan
pandang berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa
menyebabkan berkurangnya lapangan pandang. Miopi vaskular koroid atau
degenerasi makular miopia juga merupakan konsekuensi dari degenerasi
makular normal dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang
tumbuh di bawah sentral retina.
4. Glaukoma
Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia
sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi
dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan
ikat penyambung pada trabekula.
5. Katarak
Lensa pada miopia kehilangan transparansi biasanya dihubungkan dengan
degemrasi koroid. Dilaporkan bahwa pada orang dengan miopia, onset katarak
muncul lebih cepat.
VI.
DIAGNOSIS BANDING
1. Ambliopia adalah berkurangnya visus atau tajam penglihatan
unilateral (satu mata) bisa juga bilateral ( dua mata) walaupun
sudah dengan koreksi terbaik tanpa ditemukan kelainan struktur
pada mata atau lintasan visual pada mata. Dikatakan ambliopia
apabila terdapat perbedaan dioptri yang lebi dari 3D.
2. Astigmatisma adalah status refraksi mata yang berbeda pada
berbgai median. Penyebab utama adalah karena kurvatura kornea
yang tidak benar-benar sferis tetapi agak lonjong menyerupai
VII.
PEMERIKSAAN
Non Mediakmentosa
Sampai saat ini dikenal berbagai usaha untuk mengatasi miopia,
diantaranya adalah :
1. Koreksi refraksi
Koreksi miopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa
negatif, perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan
disebarkan. Karena itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya
bias terlalu besar, seperti pada miopia, kelebihan daya bias ini dapat
dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.
Pasien miopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif
terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai
contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam
penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka
sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan
istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi
2. Tindakan operatif
Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis
(LASIK) atau operasi lasik mata, yang telah populer dan banyak
digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam prosedurnya
dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat
miopia dengan menggunakan sebuah laser.
Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu Photorefractive
Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan
konsep yang sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi
menggunakan prosedur yang berbeda.
Selain itu ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi
yaitu orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata. Orangorang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan teknik
ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur
dan pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea
mata menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam
kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak.
3. Pengawasan tekanan Intra okuler
Tekanan intraokler harus dipantai secara cermat. Sebab TIO ini
dapat berperan secara mekanik dalam pemanjangan aksial bola
mata.
Penderita dengan miopia harus memiliki TIO dibawah 20
mmHg.
4. Pencegahan berupa :
Jarak baca 40 45 cm.
Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian.
Misalnya setelah membaca atau melihat gambar atau
menggunakan komputer 45 menit, berhenti dahulu untuk 15
20 menit, beristirahat sambil melakukan aktifitas lain.
Gizi yang berimbang bila diperlukan sesuai aktifitas.
Melihat atau merasakan adanya posisi kepala miring atau
torticollis terutama pada aktifitas lihat televisi atau komputer
tepat waktu pemberian kaca mata.
segera kontrol ke dokter.
IX.
PROGNOSIS
OD
OS
Ad Vitam
Bonam
Bonam
Ad Functionam
Bonam
Malam
Ad Sanationam
Bonam
Bonam