TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Jangkrik
Jangkrik merupakan serangga atau insekta berukuran kecil sampai besar yang
berkerabat dekat dengan belalang dan kecoa karena diklasifikasikan ke dalam ordo
Orthoptera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan berdarah
dingin. Klasifikasi jangkrik adalah filum Arthopoda, kelas Hexapoda (Insecta), ordo
Orthoptera,
sub
ordo
Ensifera,
famili
Gryllidae
(Jangkrik),
sub
famili
16
Perkembangbiakan Jangkrik
Jangkrik termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Siklus hidupnya dimulai dari telur kemudian menjadi jangkrik muda (nimfa) dan
melewati beberapa kali stadium instar terlebih dahulu sebelum menjadi jangkrik
dewasa(imago)
yang
ditandai
dengan
terbentuknya
dua
pasang
sayap
Reproduksi Jangkrik
Menurut Youdeowei (1974),sistem reproduksi serangga betina terdiri atas
sepasang ovarium yang berwarna krem dan sepasang ovarial, terletak di punggung
bagian tengan diatas saluran pencernaan. Jangkrik betina memiliki ovipositor sebagai
16
17
alat kelamin luar. Ovipositor brbentuk silindris dan meruncing seperti jarum dan
berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan telur(Ros et al.,1982).
Jangkrik jantan memiliki sepasang testis berwarna putih krem yang terletak di
atas saluran pencernaan. Masing-masing testis terdiri dari beberapa folikel yang
berhubungan tipis memanjang ke belakang sampai mencapai saluran ejakulator.
Sepasang kelenjar asesori yang terdiri dari seminali vesicle dan pembuluh yang
berbelit cukup panjang terdapat di atas saluran ejakulator (Youdeowai, 1974). Alat
genital jantan disebut clasper yang berfungsi sebagai alat kopulasi yang memindahkan
sperma ke saluran alat genital betina (Budi, 1999).
Hasil penelitian Widyaningrum (2001) menyatakan bahwa perbandinganjantan
dan betina yang baik dalam budidaya indukan adalah 1:5. Jumlah indukanbetina yang
terlalu banyak akan berakibat telur yang dihasilkan infertil akibat tidakdibuahi.
Sridadi dan Rachmanto (1999) menyatakan bahwa tanda-tanda jangkrik telah
birahi adalah bulu punggung tampak mengkilat dan ovipositor pada betina telah
panjang, kaku, berwarna hitam dan ujung abdomen sebelah bawah telah berbentuk
seperti kantong. Jangkrik jantan yang siap kawin memiliki tanda-tanda sayapnya
sudah lengkap, sudah mengerik, suaranya keras dan gerakannya lincah, seekor
jangkrik betina mampu melakukan perkawinan hingga beberapa kali(multiple mating)
dengan jantan yang berbeda beda dengan jantan dalam spesiesnya (Sukarno, 1999).
Menurut Kumala (1999) dalam waktu 710 hari setelah perkawinan jangkrik
betina mulai betelur. Induk betina akan mencari tenpat yang lembab dan gembur untuk
17
18
meletakkan telurnya. Pada spesies Gryllus bimaculatustelur akan menetas pada hari ke
10 -12 setelah ditelurkan (Tomioka et al., 1991).
Menurut Widyaningrum (2001) telur yang berkualitas baik memiliki daya tetas
yang tinggi, yaitu di atas 95%, sedangkan yang berkualitas rendah daya tetasnya di
bawah 50%. Induk dapat memproduksi telur dan daya tetasnya tinggi 80-90 %.
Apabila diberikan makanan yang begizi tinggisetiap peternak mempunyai ramuan ramuan yang khususdiberikan pada induk jangkrik antara lain bekatul jagung, tepung
ikan, kuning telur bebek (Wiarto,2010).
Dilihat
dari
kehidupan
jangkrik
di
alam,komposisi
pakan
sayuran/nabati lebihbanyak dari pada hewani. Untuk pakan pada temak jangkrik
budidaya dapat dibagi atas duajenis yaitu pakan kering dan pakan basah (Udjianto,
1999).
Jangkrik
tergolong
hewan
pemakan
tumbuhan
(herbivora)
dan
18
19
konsentrat
Jangkrik juga diberi pakan tambahan berupa konsentrat selain pakan
hijauanyang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan. Jangkrik yang diberi pakan
buatandapat tumbuh lebih cepat dibandingkan jangkrik yang diberi tumbuh-tumbuhan
saja(Praditya, 2003). Jangkrik yang diberi pakantambahan pada kadar protein 20%22% berproduksi lebih baik daripada yang diberipakan tambahan pada kadar protein
16%-18%(Lumowo,2001).
Dedak Halus
Dedak halus merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang jumlahnya sekitar
10% dari padi yang digiling. Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak sudah
umum dilakukan. Dedak padi mempunyai kandungan energi dan protein yang cukup
baik. Kandungan gizi dedak padi sangat bervariasi tergantung dari jenis padi dan
macam mesin penggiling yang digunakan. Satu hal yang perlu diingat bahwa pada saat
dedak sulit didapat, seringkali dedak dicampur dengan sekam yang telah digiling. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap kualitas atau nilai gizi dedak tersebut, yang
diindikasikan dengan tingginya kandungan serat kasar dedak campuran tersebut.
Creswell (1987) melaporkan bahwa hasil analisis dari 4 sampel dedak padi yang
berasal dari Indonesia memiliki kandungan protein kasar dengan kisaran 12,7-13,5%,
lemak 10,6-13,6% dan serat kasar 8,2-12,2%. Kandungan nutrisi dedak padi dapat
dilihat pada Tabel 1.
19
20
Kandungan
12
13`
12
Kalsium (%)
0,12
EM(kkal/kg)
1.650
Posphor(%)
0,21
Kandungan
43,8
4,40
1,50
Kalsium (%)
0,32
Posfor (%)
0,65
21
dalam tepung ikan tersusun oleh asam amino esensial yang kompleksdiantaranya asam
amino lisin dan methionin, serta mengandung mineral kalsium,fospor,vitamin B
kompleks khususnya vitamin B12 dan asam lemak esensial dariomega-3 HUFA
(higher unsaturated fatty acid).Hartadi et al. (1997) melaporkan kandungan tepung
ikan adalah sebagai berikut: energy metabolisme sebesar 2820 Kkal/kg, protein
52,6%, lemak 6,8%, serat kasar 2,2%, kalsium 5,11% dan phosphor 2,88%. kandungan
nutrisi tepung ikan yaitu bahan kering sebesar 92%, protein kasar 61%, lemak 10%,
serat kasar 0,5%, Kalsium 1,23% dan Phospor 1,63%.Tepung ikan yang bermutu baik
kandungan protein 60 - 70%, lemak 6 14 %, kadar air 4 12%, dan kadar abu 6
18% (Murtidjo,2001).
Tepung Jagung
Penggunaan limbah tanaman jagung sebagai pakan dalam bentuk segar adalah
yang termudah dan termurah tetapi pada saat panen hasil limbah tanaman jagung ini
cukup melimpah maka sebaiknya disimpan untuk stok pakan pada saat musim
kemarau panjang atau saat kekurangan pakan hijauan. Di daerah Indonesia bagian
Timur, jerami jagungselain diberikan dalam bentuk segar, dapat dikeringkanatau
diolah menjadi pakan awet seperti pelet, cubes dandisimpan untuk cadangan pakan
ternak (Nuliket al.,2006).Komposisi kimia jagung adalah bahan kering (BK) 84-86%,
protein kasar (PK) 8-10%, serat kasar (SK) 2-4%, BETN 68-80% dan TDN 75-80%.
Daun Singkong (Manihotutilissima)
Daun singkong merupakan salah satu pakan yang disukai jangkrik. Kelebihan
yang dimiliki daun singkong adalah kandungan air yang relatif rendah jika
21
22
dibandingkan dengan pakan sayuran jangkrik lainnya. Kandungan air yang tidak
terlalu tinggi ini dapat mengurangi kemungkinan jangkrik terkena diare. Ditinjau dari
segi nutrisi, kandungan zat gizidaun singkong lebih baik daripada rumput gajah,
bahwa daun singkong mengandung protein, lemak, kalsium dan energi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rumput gajah yang dipotong pada umur 40 hari.
Kandungan protein daun singkong umumnya berkisar antara 20 -36% dari bahan
kering . Kisaran ini disebabkan perbedaan varietas, kesuburan tanah dan komposisi
campuran daun dan tangkai daun. Dilihat dari tingginya kandungan proteinkasar, daun
singkong
termasuk
pakan
sumberprotein.Disamping
itu
daun
singkong
Kandungan
Protein Kasar(%)
6,21
4,62
0,74
Kalsium
0.81
EM (kkl/kg)
2.919,23
Fosfor (%)
0,27
23
mengandung air sebagai pengganti air minum seperti sawi, kubis, bayam, kangkung,
daun singkong dan lain-lain. Kekurangan air dalam tubuh hewan akan mengurangi
nafsu makan dan feed intake. Jangkrik lebih memilih mengkonsumsi air yang
terkandung dalam sayuran (Tillman et al., 1991).
Sekitar
empat
ratus
jenis
varietas
kol
dibudidayakan
di
seluruh
dunia.Kandungan yang terdapat pada kol adalah sebagai berikut :Vitamin A, vitamin
Bkompleks, zat besi, kalium, ripoflavindan asam folat(Yana, 2014). Kandungan nutrisi
kol dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nutrisikol (Bahan Kering)
Nutrisi
Kandungan
1,7
0,9
0,2
Kalsium (%)
64
Posphor(%)
26
Sumber :Ika Stia dan Yenni Maria Ulfa (2005)
23
24
Mortalitas Induk
Aryani (2002) menyatakan bahwa jangkrik kalung berperilaku sangat agresif
dan cenderung suka berkelahi sehingga tingkat mortalitasnya tinggi. Mortalitas dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam pemeliharaan (Tim PPPI, 1999).
Kanibalisme dapat terjadi apabila dalam suatu populasi terdapat jangkrik yang
kuat (besar) dan ada yang lemah (kecil). Jangkrik yang kuat dan besar biasanya
memangsa yang lemah (Paimin,1999).
Lama Penetasan
Lama penetasan ditentukan atas dasar berapa lama waktu yang dapat dicapai
untuk menghasilkan telur. Telur telur jangkrik dipanen dengan cara menyaring
media telur dengan air (Maharani, 2004).
Produksi Telur
Menurut Widiyaningrum (2001). Produksi telur (butir/ekor/hari) yang
ditentukan dari jumlah telur hasil pemanenan pada setiap perlakuan dibagi dengan
banyaknya jumlah induk betina per perlakuan kemudian dilakukan perhitungan
kumulatif sampai akhir masa produksi (Maharani, 2004).
24
25
25