Anda di halaman 1dari 39

Lipid dalam Rumput Laut

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biokimia


Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Junianto, MP.

Kelompok 1
Kelas Perikanan B
Nama
Nur Silmi Nafisah

NPM
230110150125

Inggia Putra
Angga Nugraha
Ikhlas Nazarullah

230110150141
230110150123
230110150104

Abdurrahman Faris

230110150154

Naila Amalia

230110150092

Helisangri

230110150082

Aril Pranata

230110150156

Ajrin Kariim

230110140130

Jihan Syafitri

230110150146

Sheillawati Permana

230110130062

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016

DAFTAR ISI
BAB
I

Halaman

II

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan . 1
1.3 Manfaat 1
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lipid .. 2
2.2 Sifat dan Fungsi Lipid . 3
2.3 Klasifikasi Lipid
2.3.1 Berdasarkan Strukturnya.. 5
2.3.2 Berdasarkan Kemiripan Strukturnya... 5

2.4 Metabolisme Lipid ..15


2.5 Metabolisme Gliserol . 16
2.6 Oksidasi Asam Lemak (oksidasi beta) . 17
2.7 Sintesis Asam Lemak . 23
2.8 Kandungan Lipid dalam Rumput Laut ... 25

III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ...30

Daftar Pustaka 31

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Untuk mendukung metabolisme kehidupan mahluk hidup di bumi, maka

banyak hal yang penting untuk diperoleh guna mempertahankan kehidupan dan
berkembang biak sebanyak mungkin salah satu ciri mahluk hidup. Salah satunya
adalah zat zat atau molekul yang berperan langsung terhadap proses
metabolisme. Banyak zat zat yang bisa diperoleh baik dari dalam tubuh maupun
dari luar tubuh manusia lemak.

Lemak pula digunakan sebagai atribut rasa dan tekstur makanan. Penggunaan
secara banyak di dalam industri makanan telah menimbulkan kebimbangan
kepada pengguna terhadap kandungan nutrisi di dalam makanan terproses ini.
Pengguna kini lebih mementingkan produk makanan yang berkhasiat, rendah
kandungan lemak, gula dan garam, tinggi kandungan karbohidrat kompleks, serta
fiber. Oleh karena itu untuk menggambarkan kegunaan dan fungsi lemak pada
kehidupan dibutuhkan pengkajian yang ilmiah dan relevan. Dan pada makalah ini
akan diulas tentang klasifikasi lemak dan fungsi biologis lemak pada rumput laut.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis, struktur, sifat, dan peranan
biologis asam lemak. Juga mampu menjelaskan tentang reaksi pemecahan asam
lemak menjadi asityl coA dan sintesis asam lemak dari Asetil CoA.
mampu

Serta

menjelaskan tentang struktur, fungsi, sintesis, dan pemecahan

triasilgliserol, kolesterol, dan lipoprotein rumus kimia, struktur, sifat, dan


jenis monosakrida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Mahasiswa
juga mampu mengetahui kandungan lipid dan asam lemak dalam rumput laut.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah:
- Menambah wawasan mengenai lemak.
- Mengetahui kandungan lipid dalam rumput laut.
- Memberikan sumbangan kepada dunia ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lipid

Lipida (dari kata Yunani, Lipos, lemak) dikenal oleh masyarakat awam
sebagai minyak (organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan
lilin. Istilah "lipida" mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik
nonpolar dan hidrofob, yang esensial dalam menyusun struktur dan menjalankan
fungsi sel hidup. Karena nonpolar, lipida tidak larut dalam pelarut polar, seperti
air atau alkohol, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter atau kloroform.
Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid bukan merupakan suatu polimer.
Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah
senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut
organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Suatu lipid didefinisikan
sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik nonpolar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter.
Lipid adalah ester asam lemak. Biasanya zat tersebut tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam pelarut lemak. Pelarut lemak adaah eter, chloroform, benzena,
carbontetrachlorida, xylena, alkohol panas, dan aseton panas. (Iskandar, 1974)
Lipid ialah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak minyak, steroid,
lilin (wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya
daripada sifat kimianya (Buku Biokimia Harper : hal 128). Lipid bersifat
amfifilik, yaitu lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau
membran lain dalam lingkungan basah.
Lipid biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis sub satuan
atau blok bangunan biokimia yaitu, gugus ketoasil dan gugus isoprena. Lipid
mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik.
Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut seperti polar seperti air, tetapi
larut dalam pelarut non polar, seperti alkohol, eter, atau kloroform.
2.2 Sifat dan Fungsi Lipid
Sifat utama adalah tidak larut dalam air dan hanya larut dalam pelarut-pelarut
khusus, yaitu pelarut nonpolar seperti alkohol (panas), khloroform, eter, aseton,
dan sebagainya. Sebagai akibat lipid tidak larut dalam air maka fungsi biologi
utama lipid adalah sebagi pelindung sel maupun bagian-bagian dari sel. Zat atau
senyawa yang dilindungi oleh lipid akan kedap air dan akan lebih awet, karena itu
pula lipid dikatakan sabagai pengawet. Pada membrane sel, lipid adalah bagian

integral membrane, karena itu lipid sebagai pelindung sel juga terlihat pada proses
translokasi zat/senyawa melalui membrane sel (masuk keluar sel).
Lipid adalah zat atau senyawa yang bersifat tidak mengantar arus listrik yang
baik. Beberapa organ tubuh berfungsi sebaga pengantar impuls / rangsangan
selalu dibungkus oleh lipid sebagai isolator, misalnya pada organ syaraf hewanhewan tingkat tinggi/manusia. Lipid juga sebagai peredam / kedap suhu karena itu
lipid juga berfungsi sebagai isolator suhu. Hewan-hewan yang hidup di kutub di
bawah kulitnya disimpan lapisan lemak yang tebal agar suhu tubuh 37 oC dapat
dipertahankan.
Lipid atau lemak dikatakan sebagai pelindung, baik selular maupun aselular.
Pelindung selular karena lipid merupakan bagia integral dari membran sel, di
mana membran sel adalah pelindung utama sel. Sebagai pelindung aselular, lipid
dikatakan sebagai pelindung organisme. Lipid sebagai pelindung organism dalm
bentuk jaringan integument karena jaringtan integument banyak mengandung
lipid, lpid tesebut membungkus kuncup-kuncup daun, bunga, buah, dan putik
terutama dari serangan air dan racun-racun serangga.
Sifat fisik jaringan lipid pada tubuh hewan tingkat tinggi/manusia ialah
kenyal dan elastic yang dapat menahan beturan, geserkan, atau tarikan. Lipid
sebagai nutrient dikatakan berfungsi sebagai penyimpana energi cadangan dalam
jaringan tubuh, pada rongga-rongga visceral tubuh dan di bawah kulit diantara
keempat biomolekul, lipid paling banyak mengandung energi potensial yaitu 9,3%
kkal/mol, dibandingkan dengan karbohidrat dan protein yang masing-masing
mengandung energi potensial sekitar 4,3 kkal/mol.
Lipid juga mempunyai fungsi beberapa diantaranya:
1. Menyimpan energi dan transport, sebagai fungsi utama triasilgliserol yang
2.
3.
4.
5.
6.

ditemukan dalam jaringan adiposa.


Sebagai struktur membran.
Kulit pelindung dari komponen dinding sel.
Penyampai kimia.
Insulasi Barier, untuk menghindari panas, tekanan listrik dan fisik.
Kofaktor/prekursor enzim, untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid dalam

darah, koenzim A, dan sebagainya.


7. Hormon dan vitamin, prostaglandin: asam arakidonat adalah prekursor untuk
biosintesis prostaglandin, hormon steroid, dan lain-lain

2.3 Klasifikasi Lipid


Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid
dalam tiga golongan besar, yaitu:
1. Lipid sederhana

yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau
gliserida dan lilin (waxes).
Lemak yaitu ester asam lemak dan gliserol
Lilin yaitu ester asam lemak dengan alkohol monohidrat
2.
Lipid gabungan/campuran
yaitu ester asam lemak yang mengandung gugus tambahan selain alkohol dan
a.
b.

asam lemak.

3.

a.

Fosfolipid, lipid yang mengandung residu asam fosfat

b.

Glikolipid, lipid yang mengandung karbohidrat

c.

Lipoprotein, lipid yang mengandung protein


Derivat lipid

yaitu zat yang diturunkan dari lipid dengan hidrolisis. Termasuk didalamnya
adalah asam lemak (jenuh dan tidak jenuh), gliserol, dan sterol/steroid.
2.3.1 Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan strukturnya, lipid dapat dibagi menjadi 2 :
1. Lipid dengan rantai hidrokarbon terbuka.
yang termaksud rantai hidrokarbon terbuka ialah asam lemak, spingolipid,
fosfoasilgliserol, glikolipid.
2.

Lipid dengan rantai hidorkarbon siklis


Contohnya: steroid (kolesterol)

Gambar lipid rantai hidrokarbon terbuka dan siklis.

2.3.2 Berdasarkan Kemiripan Struktur


Menurut Poedjiadi, 2006 Lipid dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan
kemiripan struktur kimianya, yaitu:
1. Asam Lemak
Struktur
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida,
baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat
yang mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum :

CH3(CH2)nCOOH

atau

CnH2n+1-COOH

Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, dapat digolongkan menjadi 2:


1.

Asam lemak jenuh (saturated fatty acid)

Tidak mempunyai ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya


2.

Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid)

Mempunyai ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya

Struktur asam lemak jenuh

Struktur asam lemak tak jenuh

Asam stearat

Asam oleat
Asam arakhidonat

Beberapa contoh struktur asam lemak

Sifat Fisika
Makin panjang rantai karbon, makin tinggi titik leburnya. Di samping itu
makin banyak jumlah ikatan rangkap, makin rendah titik leburnya. Kelarutan
asam lemak dalam air berkurang dengan bertambah panjangnya rantai karbon.
Umumnya asam lemak larut dalam eter atau alkohol panas.

Sifat Kimia
Asam lemak adalah asam lemah. Apabila dapat larut dalam air molekul asam
lemak akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H +. pH larutan bergantung
pada konstanta keasaman dan derajat ionisasi masing-masing asam lemak.
Garam natrium dan kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut
dalam air dan dikenal sebagai sabun. Asam lemak yang digunakan untuk sabun
umumnya adalah asam palmitat atau stearat. Minyak adalah ester asam lemak
tidak jenuh dengan gliserol. Melalui proses hidrogenasi dengan bantuan katalis
logam Pt atau Ni, asam lemak tidak jenuh diubah menjadi asam lemak jenuh, dan
melalui proses penyabunan dengan basa NaOH atau KOH akan terbentuk sabun
dan gliserol.
Molekul sabun terdiri atas rantai hidrokarbon dengan gugus COO -pada
ujungnya. Bagian hidrokarbon bersifat hidrofob, sedangkan gugus COO - bersifat
hidrofil. Karena adanya dua bagian ini, molekul sabun membentuk misel, yaitu
kumpulan rantai hidrokarbon dengan ujung yang bersifat hidrofil di bagian luar.
Sabun dapat berfungsi sebagai emulgator. Pada proses pembentukan emulsi
ini, bagian hidrofob molekul sabun masuk ke dalam lemak, sedangkan ujung yang
bermuatan negatif ada di bagian luar. Sabun mempunyai sifat dapat menurunkan
tegangan permukaan air.
Asam lemak tidak jenuh mudah mengadakan reaksi pada ikatan rangkapnya.
Dengan gas hidrogen dan katalis Ni dapat terjadi reaksi hidrogenasi, yaitu
pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Proses hidrogenasi ini
mempunyai arti penting karena dapat mengubah asam lemak yang cair menjadi
asam lemak padat. Karena ada ikatan rangkap, maka asam lemak tidak jenuh
dapat mengalami oksidasi yang mengakibatkan putusnya ikatan C=C dan
terbentuknya gugus COOH.
2.

Gliserida netral (lemak netral)


Gliserida netral adalah ester antara asam lemak dengan

gliserol. Fungsi dasar dari gliserida netral adalah sebagai


simpanan energi (berupa lemak atau minyak). Setiap gliserol
mungkin berikatan dengan 1, 2 atau 3 asam lemak yang tidak

harus sama. Jika gliserol berikatan dengan 1 asam lemak disebut


monogliserida, jika berikatan dengan 2 asam lemak disebut
digliserida dan jika berikatan dengan 3 asam lemak dinamakan
trigliserida. Trigliserida merupakan cadangan energi penting dari
sumber lipid.

Struktur trigliserida sebagai lemak netral

Sifat
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan, sedangkan
lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Tristearin, yaitu ester gliserol
dengan tiga molekul asam stearat titik lebur 710C, triolein, yaitu ester gliserol
dengan tiga molekul asam oleat titik lebur 170C. Untuk menentukan derajat
ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung di dalamnya diukur dengan bilangan
iodium. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap.
Bilangan iodium ialah banyaknya gram iodium yang dapat bereaksi dengan
100 gram lemak. Lemak atau gliserida asam lemak pendek dapat larut dlaam air,
sedangkan gliserida asam lemak panjang tidak larut. Semua gliserida larut dalam
ester, kloroform atau benzena. Alkohol panas adalah pelarut lemak yang baik.
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol.
Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim tertentu.
Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak
disebut bilangan penyabunan. Lemak juga dapat terhidrolisis oleh enzim.
Lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang
tidak enak, karena proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas, proses
oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh, oksidasi asam lemak tidak jenuh akan
menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. Kelembaban
udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang
menyebabkan

terjadinya

ketengikan

lemak.

Apabila

gliserol

dicampur dengan KHSO4 dan dipanaskan hati-hati, akan timbul bau yang tajam
khas seperti bau lemak yang terbakar yang disebabkan oleh terbentuknya

10

akrilaldehida atau akrolein. Lemak dan minyak sama-sama trigliserida (teriester


dari gliserol). Perbedaannya adalah pada suhu kamar lemak berbentuk padat,
minyak berbentuk cair. Dapat dirincikan perbedaan lemak dan minyak ialah :
1.

Lemak
Umumnya diperoleh dari hewan
Berwujud padat pada suhu ruang
Tersusun dari asam lemak jenuh

2.
3. Minyak
Umumnya diperoleh dari tumbuhan
Berwujud cair pada suhu ruang
Tersusun dari asam lemak tak jenuh
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

10

3. Fosfolipid

25.

26.
Struktur
27.

Fosfolipid atau fosfatidat ialah suatu gliserida yang

mengandung fosfor dalam bentuk ester asam fosfat. Gugus yang diikat
oleh asam fosfatidat ini antara lain kolin, etanolamina, serin dan inositol.
Senyawa

yang

termasuk

fosfolipid

ini

ialah

fosfatidilkolin,

fosfatifiletanolamina, fosfatifilserin, dan fosfatidilinositol.


Sifat
28. Lesitin berupa zat padat lunak seperti lilin, berwarna putih dan
dapat diubah menjadi coklat bila kena cahaya dan bersifat higroskopik dan
bila dicampur dengan air membentuk larutan koloid, larut dalam semua
pelarut lemak kecuali aseton, dikocok dengan asam sulfat akan terjadi
asam fosfatidat dan kolin, apabila dipanaskan dengan basa atau asam akan
menghasilkan asam lemak, kolin, gliserol dan asam fosfat. Hidrolisis juga
dapat terjadi dengan bantuan enzim lesitinase.
4. Lipid Kompleks

10

29.

Lipid kompleks ialah lipid yang terdapat dalam alam

bergabung dengan senyawa lain. Gabungan antara lipid dengan protein


disebut lipoprotein. Bagian lipid dalam lipoprotein pada umumnya ialah
trigliserida, fosfolipid atau kolesterol.
30.
31. Lipoprotein
32. Lipoprotein merupakan gabungan antara lipid dengan protein.

33.
34. Gabungan lipid dengan protein (lipoprotein) merupakan contoh dari lipid kompleks

35. Ada 4 klas mayor dari lipoprotein plasma yang


masing-masing tersusun atas beberapa jenis lipid, yaitu:

36.

10

37.
38.

Perbandingan komposisi penyusun 4 klas besar lipoprotein

1. Kilomikron
39.
Kilomikron berfungsi sebagai alat transportasi
trigliserid dari usus ke jaringan lain, kecuali ginjal
2. VLDL (very low - density lypoproteins)
40.
VLDL mengikat trigliserid di dalam hati dan
mengangkutnya menuju jaringan lemak
3. LDL (low - density lypoproteins)
41.
LDL berperan mengangkut kolesterol ke jaringan
perifer
4. HDL (high - density lypoproteins)
42.
HDL mengikat kolesterol plasma dan mengangkut
kolesterol ke hati.
43.
5. Lipid non gliserida
44. Lipid jenis ini tidak mengandung gliserol. Jadi asam lemak
bergabung dengan molekul-molekul non gliserol. Yang termasuk ke dalam
jenis ini adalah sfingolipid, steroid, kolesterol dan malam.
a. Sfingolipid
45.

Sfingolipid adalah fosfolipid yang tidak diturunkan dari

lemak. Penggunaan primer dari sfingolipid adalah sebagai penyusun


selubung mielin serabut saraf. Pada manusia, 25% dari lipid merupakan
sfingolipid.
46.

10
47. Struktur kimia sfingomielin (perhatikan 4 komponen penyusunnya)

a. Kolesterol
48.

Selain fosfolipid, kolesterol merupakan jenis lipid yang

menyusun membran plasma. Kolesterol juga menjadi bagian dari beberapa


hormon. Kolesterol berhubungan dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini
timbul plaque pada dinding arteri, yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah karena arteri menyempit, penurunan kemampuan untuk
meregang. Pembentukan gumpalan dapat menyebabkan infark miokard
dan stroke.

49.
50. Struktur dasar darikolesterol

51.
52. Kolesterol merupakan bagian dari membran sel

a. Steroid
53.

Beberapa hormon reproduktif merupakan steroid, misalnya

testosteron dan progesteron.

54.
55. Progesteron dan testosteron

10

56.

Steroid lainnya adalah kortison. Hormon ini berhubungan

dengan proses metabolisme karbohidrat, penanganan penyakit arthritis


rematoid, asthma, gangguan pencernaan dan sebagainya.

57.
58. Kortison
a. Malam/lilin (waxes)
59.

Malam tidak larut di dalam air dan sulit dihidrolisis. Malam

sering digunakan sebagai lapisan pelindung untuk kulit, rambut dan lainlain. Malam merupakan ester antara asam lemak dengan alkohol rantai
panjang.

60.

61. Ester antara asam lemak dengan alkohol membentuk malam

62.
63.
64.
65.
66.

67.

2.4 Metabolisme Lipid


68. Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah
dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam
lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan
gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut
dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asamasam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.

10

69.
70. Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian
non polar berada di sisi dalam
71.

Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak

larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut
emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel
ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida
(lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron.
Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan
bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah.
Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan
adiposa.

72.
73. Struktur kilomikron. Perhatikan fungsi kilomikron sebagai pengangkut
trigliserida

10

74.
75. Simpanan trigliserida pada sitoplasma sel jaringan adiposa
76.

Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron

segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asamasam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan
trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi.
Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida
dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju
sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan
ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan

oleh

albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak


bebas (free fatty acid/FFA).
77.
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari
makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari
karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi
yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai
cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber
energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak
dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan.
Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.
78. Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan
menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari
hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun
akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di

10

sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat
mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat
disimpan sebagai trigliserida.
79.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA.
Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya
kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA
sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badanbadan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini
dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini
dapat menyebabkan kematian.

10

80.

Gliserol

Diet

Trigliserida

Esterifikasi

Lipolisis

Steroid

Asam lemak

Lipid

Lipogenesis

Karbohidrat

Steroidogenes

Oksidasi beta
Kolesterogenesis

Kolesterol

Protein
Asetil-KoA + ATP

Ketogenesis

Aseto asetat

Siklus asam sitrat


hidroksi butirat

ATP

H2O
CO2

Aseton

10

81. Ikhtisar metabolisme lipid


82.
83. 2.5 Metabolisme gliserol
84.
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat
menjadi sumber energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur
metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol
mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat.
Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk
dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur glikolisis.

85.
86. Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol
87.
88. 2.6 Oksidasi Asam Lemak (oksidasi beta)
89.
Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi
dalam proses yang dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam
oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asilKoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan
dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase).

90.
91. Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA

10

92.

Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam

lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke
dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin, dengan rumus
(CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2-COO-.

10

93.
94. Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria
melalui mekanisme pengangkutan karnitin
95. Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan

sebagai berikut:
Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh

enzim tiokinase.
Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin
palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria
menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut

bisa menembus membran interna mitokondria.


Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin
translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan

karnitin keluar.
Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan
KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di
membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.

Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam
proses oksidasi beta.
96. Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus
dengan 5 tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan
hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam
siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon asam lemak
dioksidasi menjadi keton.

10

97.

98. Oksidasi karbon menjadi keton


99.

100.
101. Keterangan:
102. Frekuensi oksidasi adalah ( jumlah atom C)-1
103. Jumlah asetil KoA yang dihasilkan adalah ( jumlah atom C)
104. Oksidasi asam lemak dengan 16 atom C. Perhatikan bahwa setiap
proses pemutusan 2 atom C adalah proses oksidasi dan setiap 2
atom C yang diputuskan adalah asetil KoA.

10

105.
Aktivasi asam lemak, oksidasi beta dan siklus asam sitrat
107.
108.Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika
106.

diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini


membutuhkan energi sebesar 2P. (-2P)
109. Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami
tahap-tahap perubahan sebagai berikut:
1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai
respirasi dengan menghasilkan energi 2P (+2P)
2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini
terjadi rantai respirasi dengan menghasilkan energi 3P (+3P)
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA
yang telah kehilangan 2 atom C.
110. Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga
total energi satu kali oksidasi beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam
lemak memiliki banyak atom C, maka asil-KoA yang masih ada akan
mengalami oksidasi beta kembali dan kehilangan lagi 2 atom C karena
membentuk asetil KoA. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir
adalah 2 asetil-KoA.
111.

Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan

masuk siklus asam sitrat.


112.
113.

Penghitungan energi hasil metabolisme lipid


Dari uraian di atas kita bisa menghitung energi yang dihasilkan

oleh oksidasi beta suatu asam lemak. Misalnya tersedia sebuah asam
lemak dengan 10 atom C, maka kita memerlukan energi 2 ATP untuk
aktivasi, dan energi yang di hasilkan oleh oksidasi beta adalah 10
dibagi 2 dikurangi 1, yaitu 4 kali oksidasi beta, berarti hasilnya adalah
4 x 5 = 20 ATP. Karena asam lemak memiliki 10 atom C, maka asetilKoA yang terbentuk adalah 5 buah.
Asil karnitin
Karnitin
KoA

Asil-KoA

10

114.

Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Krebs yang

masing-masing akan menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 5


X 12 ATP = 60 ATP. Dengan demikian sebuah
asam
lemak dengan
10 I
Karnitin
palmitoil
transferase
atom C, akan dimetabolisir dengan hasil -2 ATP (untuk aktivasi) + 20
ATP (hasil oksidasi beta) + 60 ATP (hasil siklus Krebs) = 78 ATP.
115. Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat,
selanjutnya asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton. Aseto
asetat, hidroksi butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton.
Proses perubahan asetil-KoA menjadi benda-benda keton dinamakan
Asil-KoA sintetase
(Tiokinase)

ketogenesis.

Asil-KoA

116.
117.

Proses ketogenesis
118.

10

119.
120.
121.
122.

Lintasan ketogenesis di hati

Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol

(prosesnya dinamakan kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat


digunakan sebagai bahan untuk disintesis menjadi steroid (prosesnya
dinamakan steroidogenesis).

10

123.

124.

Gambar Lintasan kolesterogenesis

125. 2.7 Sintesis Asam Lemak


126.Makanan bukan satu-satunya sumber lemak kita. Semua organisme
dapat men-sintesis asam lemak sebagai cadangan energi jangka panjang
dan sebagai penyusun struktur membran. Pada manusia, kelebihan asetil

10

KoA dikonversi menjadi ester asam lemak. Sintesis asam lemak sesuai
dengan degradasinya (oksidasi beta).
127.Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier
protein) digunakan selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis
terjadi di dalam kompleks multi enzim-fatty acid synthase. NADPH
digunakan untuk sintesis.
128.Tahap-tahap sintesis asam lemak ditampilkan pada skema berikut.

129.
130.
131.
132.

Tahap-tahap sintesis asam lemak

Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali


Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak


adalah jaringan adiposa. Adapun tahap-tahap penyimpanan tersebut
adalah:
- Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.
- Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan.
- Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari
glukosa.
- Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di
dalam tubuh.
133.

10

135.

134.
Dinamika lipid di dalam sel adiposa. Perhatikan tahap-tahap
sintesis dan degradasi trigliserida
136.

137.

Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka

simpanan trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan


dipecah menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat menjadi
sumber energi (lihat metabolisme gliserol). Sedangkan asam lemak
pun akan dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi pula (lihat
oksidasi beta).
138.
139.

2.8 Kandungan Lipid dalam Rumput Laut

10

140.

10

141.

10

142.

143.
144.
146.
148.

Tabel Komposisi asam lemak talus S. crassifolium.


Asam lemak
145.
Kadar (%)
Asam laurat (12:0)
147.
1,45 0,08
Asam
miristat
149.
3,53 0.11

(14:0)
150.

Asam

palmitat

151.

29,49 1.48

(16:0)
152.

Asam

palmitoleat

153.

4,10 0,24

(16:1)
154.
156.

Asam oleat (18:1)


Asam
linoleat

155.
157.

13,78 1,35
33,58 1,41

(18:2)
158.

Asam

159.

5,94 1,49

(18:3)
160.
161.
162.
163.

linolenat

Keterangan: pengukuran berdasarkan berat kering.


Makro alga U amoricana dan S chordalis memiliki tingkat

lipid rendah namun memiliki kadar nutrisi penting seperti n-6 dan n-3
PUFA termasuk EPA,AA,DHA,16:4n-318:4n-3,18: 3n-3, 18: 2n-3, dan 18:
2n-6 yang tinggi. Tapi pada rumput laut merah yang bisa dimakan seperti
Chondrus crispus atau Gracilaria verrucosa yang lebih rendah oleh karena
itu U armorikana dan S chordalis berpotensi menjadi sumber n-3 dan n-6.
Selain itu beberapa asam lemak untuk pertama kalinya teridentifikasi pada

10

rumput laut ini sebagai komponen minor seperti 3-hydroxyoctadecanoic


dan asam 2-hidroksi dan dua asam hidroksi tak jenuh tunggal. rumput laut
ini mengandung senyawa yang menarik seperti phytol (prekursor untuk
sintesis industri vitamin E dan K), -tokoferol (vitamin E) dan squalene.
Pitosterol diidentifikasi, yaitu brasikasterol, chondrillasterol, fucosterol
dan isofucosterol.
164.
165.
166.
167. Lemak
168.

Bahan makanan sumber lemak (trigliserida) dapat berasal

dari hewan yang disebut lemak hewani dan dapat berasal dari tumbuhtumbuhan yang disebut lemak nabati. Pada penelitian ini diperoleh ratarata kadar lemak sebesar 1,63% dari berat kering (Tabel 1). Rata-rata kadar
lemak rumput laut ini terletak pada rentangan kadar lemak total pada
sebagian besar rumput laut yang dilaporkan oleh Mabeau dan Fleurence
(1993) dan Dharmananda (2002). Mabeau dan Fleurence (1993),
mengemukakan bahwa rumput laut mengandung sangat sedikit lemak,
yaitu 1-3% dari berat kering. Sedangkan Dharmananda (2002),
mengemukakan bahwa rumput laut secara umum mengandung lemak
sebesar 1-5% dari berat kering. Rumput laut mengandung sangat sedikit
lemak. Rumput laut dan tumbuhan pada umumnya menyimpan cadangan
makanannya dalam bentuk karbohidrat terutama polisakarida. Sedangkan
hewan, menyimpan cadangan makanannya dalam bentuk lemak dalam
jaringan lemak (Sediaoetama, 2000). Perbedaan bentuk penyimpanan
cadangan makanan ini menyebabkan lemak nabati umumnya mempunyai
persentase yang rendah, sedangkan lemak hewani mempunyai persentase
yang tinggi.
169.

Asam lemak

10

170.

Lemak merupakan ester asam lemak dan gliserol, sehingga

apabila lemak dipecah secara sempurna akan dihasilkan gliserol dan


asamasam lemak. Asam-asam lemak ini yang menentukan kualitas dari
lemak itu sendiri, sehingga pengukuran jenis dan kadar asam lemak sangat
penting untuk menentukan kualitas lemak. Dalam penelitian ini, 7 asam
lemak berhasil diidentifikasi. Asam lemak yang terdapat pada lemak
rumput laut ini berdasarkan konsentrasi asam lemak yang terbanyak secara
berurutan adalah asam linoleat, asam palmitat, asam oleat, asam linolenat,
asam palmitoleat, asam miristat dan asam laurat. Asam-asam lemak yang
berhasil diidentifikasi tersebut dapat digolongkan menjadi 2 golongan
berdasarkan kejenuhan pada rantai alkananya. Asam lemak yang termasuk
dalam golongan R jenuh, tidak memiliki ikatan rangkap adalah asam
laurat, asam miristat, dan asam palmitat. Sedangkan asam lemak yang
termasuk dalam golongan R tidak jenuh, memiliki ikatan rangkap adalah
asam palmitoleat, asam oleat, asam linolenat, dan asam linoleat. Asam
lemak yang mempunyai R tidak jenuh digolongkan lagi menjadi dua
golongan berdasarkan jumlah ikatan rangkapnya yaitu asam lemak tidak
jenuh tunggal dan jamak. Kelompok asam lemak tidak jenuh tunggal yang
berhasil diidentifikasi adalah asam palmitoleat dan asam oleat. Sedangkan
kelompok asam lemak tidak jenuh jamak yang berhasil diidentifikasi
adalah asam linoleat dan asam linolenat.
171.
Persentase kandungan asam lemak talus S. crassifolium ini
menunjukkan bahwa kandungan asam lemak jenuh sebesar 37,52%,
sedangkan asam lemak tidak jenuh sebesar 62,48% dengan rincian 43,02%
asam lemak tidak jenuh jamak dan 19,46% asam lemak tidak jenuh
tunggal. Asam lemak jenuh yang dominan ditemukan adalah asam palmitat
(16:0) dan asam lemak tidak jenuh yang dominan adalah asam linoleat
(18:2), hal ini sesuai dengan pernyataan Lehninger (1997) bahwa hampir
semua asam lemak di alam mempunyai jumlah atom C yang genap, asam

10

lemak dengan 16 dan 18 atom C adalah yang paling dominan, kadar asam
lemak tidak jenuh hampir dua kali lipat asam lemak jenuh. Terdapat 2
macam asam lemak esensial pada talus S. crassifolium yaitu asam linolenat
(asam lemak omega 3) dan asam lemak linoleat (asam lemak omega 6).
172.
Kandungan lipid dalam alga kering berisar antara 1-5% dan
menunjukkan komposisi poli-asam lemak tak jenuh yang menarik
terutama berkaitan dengan asam omega 3 dan omega 6 yang berperan
dalam pencegahan penyakit cardio-vascular, osteoarthritis dan diabetes.
Alga hijau menunjukkan jumlah asam alpha linolenat (3C18:3) yang
menarik. Alga merah dan coklat terutama kaya akan asam lemak dengan
20 atom karbon : asam eikosapentanoat (EPA, 3C20:5) dan asam
arachidonat (AA, 6C20:4). Spirulin memberikan sumber asam linolenat
gama (GLA) yang menarik, yaitu 20-25% atas total fraksi lipid), yang
merupakan prekursor prostaglandins, leukotrien dan thromboksan yang
terlibat dalam modulasi immunological, inflammatory dan respon cardiovascular. Spirulin kemudian memberikan alternatif sebagai sumber GLA
dibanding sumber GLA lain yang telah diketahui : minyak onagre, biji-biji
blackcurrant dan minyak borage (Renaud et al. 1999, Fleurence et al.
1994 seperti yang tercantum dalam jurnal utama).
173.

Selain asam lemak, fraksi unsaponifiable atas rumput laut

telah diketahui mengandung karotenoid (seperti -karoten, lutein dan


violaxanthin dalam rumput laut merah dan hijau, dan fukoxanthin dalam
rumput laut coklat), tocopherol, sterol (seperti fukosterolo dalam rumput
laut coklat), dan terpenoid (Jensen 1969, Piovetto et Peiffer 1991, Haugan
et Liaaen-Jensen 1994 seperti yang tercantum dalam jurnal utama).
Ekstrak lipid atas beberapa rumput laut yang dapat dikonsumsi
menunjukkan aktivitas antioksidan dan efek yang sinergis dengan
ocopherol (Le Tutour 1990 seperti yang tercantum dalam jurnal utama).

10

174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Lipid adalah zat lemak yang tidak larut dalam air, tetapi umumnya

larut dalam alkohol dan eter. Berdasarkan strukturnya, lipid dibagi me jadi lipid
dengan rantai hidrokarbon terbuka dan siklis. Berdasarkan kemiripan strukturnya,
lipid dibagi menjadi asam lemak, gliserida netral, fosfolipid, lipid kompleks, dan
lipid non gliseral.
181.

Lipid juga terkandung dalam rumput laut, namun kandungannya

sedikit. Kandungan lipid dalam alga kering berisar antara 1-5% dan menunjukkan
komposisi poli-asam lemak tak jenuh yang menarik terutama berkaitan dengan
asam omega 3 dan omega 6 yang berperan dalam pencegahan penyakit cardiovascular, osteoarthritis dan diabetes. Hal ini dikarenakan pnyimpanan cadangan
makanan pada rumput laut sebagian besar berupa karbohidrat, berbeda dengan
cadangan makanan hewan yang disimpan berupa lemak hewani.
182.
183.
184.
185.
186.
187.

10

188.
189.
190.
191.
192.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Lina.,, dkk. 2015. Lipid. Sumedang: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.
193.

Dhiyah. 2011. Biokimia Lipid.

194.

Melalui:

http://dhiyahblogger.blogspot.com/2011/08/biokimia-

lipid.html (diakses pada 21 September 2014, pukul 15.13)


195.

Diliana, Sona Yudha. 2014. Biokimia Lipid.

196.

https://www.academia.edu/8959236/BIOKIMIA_LIPID

(diakses

pada 22 September 2016, pukul 16.45)


197. Handyani, Tri., Sutarno., Setyawan, Ahmad Dwi. Analisis Komposisi
Nutrisi Rumput Laut Sargassum crassifolium J. Agardh. Semarang: Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.
http://eprints.uns.ac.id/846/1/196905171997021005biofarmasi1.pdf (diakses
tanggal 22 September 2016).
198.
199. Kendel, Melha., dkk. Lipid Composition, Fatty Acids and Sterols in the
Seaweeds Ulva armoricana, and Solieria chordalis from Brittany (France):
An Analysis from Nutritional, Chemotaxonomic, and Antiproliferative
Activity

Perspectives.

Melalui:

www.mdpi.com/journal/marinedrugs

(diakses tanggal 22 September 2016).


200.
201. Nugroho, Heru Santoso Wahito. 2016. Metabolisme Lipid. Semarang:
Dinkes Diponegoro.

10

202. Rochima, Emma., Kurniawati, Nia. 2016. Modul Biokimia Perairan.


Jatinangor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
203. Sari, Asmiar Puspa., dkk. 2013. Makalah Ilmu Nutrisi Ternak Lemak dan
Lipid. Makassar: Fakultas Peternakan Universitas Sultan Hassanudin.
204.
205.

Anda mungkin juga menyukai