Anda di halaman 1dari 45

Skenario 3

Menggigil disertai demam


Tn C, laki-laki, 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama demam sejak satu
minggu lalu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali. Setiap kali demam didahului menggigil
dan diakhiri berkeringat. Setelah demam dapat pulih seperti biasa. Pasien baru kembali dari
melakukan studi lapangan di Sumatera Selatan selama dua minggu. Setelah melakukan
pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan pasien terinfeksi Plasmodium
vivax

Sasaran belajar
Lo 1 mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan plasmodium

1.1 definisi
Sporozoa dari genus plasmodium adalah parasite amoeboid intraseluler pada vertebrata yang
menghasilkan pigmen, dengan satu habitat dalam sel darah merah dan yang lainnya dalam
sel-sel jaringan lain. Penularan kepada manusia adalah melalui gigitan nyamuk anopheles
betina penghisap darah dari berbagai spesies.
1.2 klasifikasi

Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria (XamthoneTM, 2013):


Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan
kematian.
Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
Malariae, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak
ditemukan.
Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.

1.3 morfologi
Morfologi plasmodium dirinci berdasarkan spesies, yang pada wrap up ini hanya
difokuskan pada spesies plasmodium yang menyebabkan malaria.

a. Plasmodium vivax

Gambar 1 Morfologi plasmodium vivax


Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html

Umur relatif sel darah merah yang terinfeksi hanya yang muda & belum matang.
Penampilan sel darah merah yang terinfeksi membesar.
Bentuk cincin:
cincin sitoplasma berukuran 1/3 diameter sel darah merah
Satu titik kromatin
Cincin mengelilingi vakuola

Gambar 2 Bentuk cincin


Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Tropozoit
Penampilan ameboid irregular
Sisa-sisa cincin biasa
Pigmen coklat

Gambar 3 Tropozoit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Skizon
Skizon belum matang:
Beberapa badan kromatin
Pigmen coklat
skizon matang:
12 sampai 24 merozoit mayoritas menempati sel-sel darah merah
merozoit dikelilingi oleh sitoplasma
Coklat pigmen mungkin ada

Gambar 4 Skizon
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Gametosit
Mikrogametosit:
Merah besar dengan massa kromatin ungu dikelilingi oleh lingkaran cahaya berwarna
pucat
Umumnya berpigmen coklat
Makrogametosit:
Sitoplasma bundar hingga oval
Massa kromatin eksentrik
Coklat muda halus hadir diseluruh sel pigmen

Gambar 5 Gametosit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
b. Plasmodium ovale

Gambar 6 MorfologiPlasmodium ovale


Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html

Umur relatif sel darah merah yang terinfeksi hanya yang muda & belum
matang.
Penampilan sel darah merah yang terinfeksi berbentuk oval & membesar,
dinding sel compang camping

Bentuk cincin:
Menyerupai P. vivax
Cincin lebih besar dari P. vivax
Cincin sering tercentang & agak ameboid dalam tampilannya

Gambar 7 Bentuk cincin


Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Tropozoit
Penampilan cincin biasanya dipertahankan sampai akhir perkembangannya
Kecenderungan ameboid tidak jelas seperti P. vivax

Gambar 8 Tropozoit

Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Skizon
Skizon belum matang:
Kromatin dikelilingi oleh sitoplasma, mempertahankan bentuk melingkarnya
di awal perkembangan
Skizon matang:
Parasit menempati tiga perempat sel darah merah
Adanya 8 sampai 12 merozoit
Rata-rata 8 merozoit pada rosettes

Gambar 9 Skizon
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Gametosit
Serupa dengan P. vivax, hanya lebih kecil dalam ukuran

Gambar 10 Gametosit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
c. Plasmodium malariae

Gambar 11 Morfologi Plasmodium malariae


Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html

Serupa dengan P. vivax, hanya lebih kecil dalam ukuran, sel darah merah yang
diinfeksi hanya sel darah merah matang
Penampilan sel darah merah yang terinfeksi dalam ukuran normal, tidak ada distorsi

Bentuk cincin:
Ukuran lebih kecil dari P. vivax
Menempati 1/6 dari sel darah merah
Titik kromatin tebal
Vakuola mungkin terisi
Pigmen terbentuk lebih awal

Gambar 12 Bentuk cincin


Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Tropozoit
Sitoplasma padat non-ameboid yang mungkin dianggap bulat, oval, band,
atau bentuk batang
Sitoplasma mengandung pigmen coklat gelap kasar yang dapat menutupi
materi kromatin
Vakuola yang tidak ada dalam tahap matang

Gambar 13 Tropozoit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Skizon
Skizon belum matang:
Mirip dengan P. vivax, hanya lebih kecil dan mungkin berisi butiran perifer
atau sentral besar & gelap
Skizon matang:
6 sampai 12 merozoit diatur dalam rosettes atau kelompok yang tidak teratur

Susunan tengah pigmen coklat-hijau dapat terlihat

Gambar 14 Skizon
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Gametosit
Serupa dengan P. vivax, hanya lebih kecil dalam ukuran & pigmen biasanya
lebih gelap & lebih kasar
bentuk lama mengasumsikan bentuk oval

Gambar 15 Gametosit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
d. Plasmodium falsiparum

Gambar 16 Morfologi Plasmodium malariae


Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html

Sel darah merah yang terinfeksi mencakup segala usia


Penampilan sel darah merah yang terinfeksi ukuran normal, tidak ada distorsi

Bentuk cincin:
Lingkaran konfigurasi (satu titik kromatin) atau headphone konfigurasi (dua
titik kromatin)
Hanya sedikit sitoplasma & vakuola kecil
Beberapa cincin umum
Accol bentuk umum

Gambar 17 Bentuk cincin


Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Tropozoit
" cincin tebal" sama dengan butiran pigmen halus
bentukmatang hanya terlihat pada infeksi berat

Gambar 18 Tropozoit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Skizon
Skizon belum matang:
Beberapa badan kromatin dikelilingi oleh sitoplasma
Hanya terdeteksi pada infeksi berat
Skizon matang:
8-36 merozoit (rata-rata 24) dalam penyusunan kelompok
hanya terdeteksi pada infeksi berat

Gambar 19 Skizon
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Gametosit
Mikrogametosit:

Sosis atau bentuk sabit


kromatin pusat tersebar dengan terlihat pigmen hitam
Makrogametosit:
Sosis atau bentuk sabit
kromatin padat
terlihatpigmen hitam

Gambar 20 Gametosit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
1.4 siklus hidup dan perbedaan

Daur
praeritrosit
Hipnozoit
Jumlah
merozoit hati
Skizon hati
Daur erotrosit
Eritrosit yang
dihinggapi
Pembesaran
eritrosit
Titik-titik
eritrosit
Siklus aseksual
Pigmen

Plasmodium
falciparum
5,5 hari

Plasmodium Plasmodium
vivax
ovale
8 hari
9 hari

Plasmodium
malariae
10-15 hari

40.000

+
10.000

+
15.000

15.000

60 mikron
48 jam
Muda dan
normosit
-

45 mikron
48 jam
Retikulosit
& normosit
++

70 mikron
50 jam
Retikulosit &
normosit muda
+

55 mikron
72 jam
Normosit

Maurer

Schuffner

Ziemann

48 jam

48 jam

Schuffner
(James)
48 jam

Hitam

Kuning
tengguli
12-18

Tengguli tua
8-10

Tengguli
hitam
8

8-9 hari

12-14 hari

26-28 hari

Jumlah
8-24
merozoit
eritrosit
Daur
dalam 10 hari
nyamuk pada
27C
( Inge, 2009)

siklus hidup Plasmodium

72 jam

Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan


nyamuk. Siklus aseksusal di dalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogeni, sedangkan
siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni. Siklus seksual
dimulai dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina untuk membentuk ookinet dalam
perut nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selaput
luar lambung nyamuk. Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari,
tergantung pada situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista akan
membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk
termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan siap
ditularkan bila nyamuk menggigit manusia.
Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah
sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium
eksoeritrositer dengan masuk ke dalam sel hati. Di hati sporozoit matang menjadi skizon
yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki aliran darah
dan menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam erotrosit akan
mengalami perubahan morfologi yaitu : merozoit -> bentuk cincin -> trofozoit -> merozoit.
Proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Di antara merozoit-merozoit tersebut akan
ada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi
mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina). Siklus tersebut disebut masa tunas
instrinsik. Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah yang bermanifestasi pada gejala klinis.
Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi ini, maka gametosit yang ada pada
darah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan demikian, siklus seksual pada nyamuk
dimulai, demikian seterusnya penularan malaria.
(Alrasyid, 2011)

Gambar 21 Siklus hidup Plasmodium penyebab Penyakit Malaria


Sumber: www.dpd.cdc.gov/dpdx

Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk
anopheles betina.
1.

Siklus Pada Manusia

Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang berada
dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama kurang lebih 30
menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi
skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut
dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat

bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps
(kambuh). Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan
aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan
merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut
dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan
betina.
2. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam
tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot
ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di
luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi
sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Masa inkubasi
atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai
timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari spesies
Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk
sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
1.5 vektor
Vektor adalah organisme, seperti nyamuk atau kutu, yang membawa mikroorganisme
penyebab penyakit dari satu host ke yang lain (www.thefreedictionary.com, 2013)
Klasifikasi nyamuk Anopheles sebagai vektor malaria:
Phylum : Arthropoda
Classis : Hexapoda / Insecta
Sub Classis : Pterigota
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Sub Famili : Anophellinae
Genus : Anopheles
Spesies Anopheles
Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria
di Indonesia antara lain :
a. Anopheles sundaicus
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan
Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat

tumbuhtumbuhan enteromopha, chetomorpha dengan kadar garam


adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar
seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air
laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.
b. Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan
Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki
gunung pada ketinggian 4001000 meter dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini
merupakan vektor pada daerahdaerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
c. Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran
rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu cepat, ada
tumbuhtumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang agak
teduh seperti pada sawah dan parit.
d. Anopheles kochi
Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada
tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan,
dan sawah yang siap ditanami.
e. Anopheles maculatus
Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku
dan Irian. Spesies ini terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian
1600 meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang
jernih dan banyak kena sinar matahari.
f. Anopheles subpictus
Sepesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini
dapat dibedakan menjadi dua spesies yaitu :
1) Anophelessubpictus subpictus
Jentik ditemukan di dataran rendah, kadangkadang ditemukan
dalam air payau dengan kadar garam tinggi.
2) Anopheles subpictus malayensis
Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi.
Jentik ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput
pada selokan dan parit.

g. Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada
kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti.
(Anonim, 2013)
vektor malaria

Gambar 23 Morfologi anopheles


Sumber:http://www.enchantedlearning.com/subjects/insects/mosquito/Mosquito.shtml
Anatomi: Seperti semua serangga, nyamuk memiliki tubuh dibagi menjadi tiga bagian
(kepala, dada, dan perut), exoskeleton keras, dan enam buah kaki bersendi panjang. Nyamuk
juga memiliki sepasang sayap berurat. Mereka memiliki jerami seperti belalai dan hanya bisa
makan cairan (EnchantedLearning.com, 2010)

Tabel 4 Perbedaan morfologi siklus hidup tribus Anophilini dan Culisini

Sumber:http://cc.shsmu.edu.cn/G2S/Template/View.aspx?
courseId=5240&topMenuId=27449&action=view&type=&name=&menuType=1&curfolid=
57082
menjelaskan sifat dan karakteristik vektor malaria
Nyamuk Anopheles yang aktif mengisap darah adalah yang betina karena
darah diperlukan untuk perkembangan telurnya. Nyamuk Anopheles apabila aktif
mencari darah maka akan berkeliling sampai ditemukan rangsangan dari inang

yang cocok. NyamukAnopheles mencari darah berdasarkan inangnya dibedakan


atas kesukaan mengisap darah hewan (zoofilik), darah manusia (antropofilik) dan
kedua-duanya baik darah hewan maupun darah manusia (zooantropofilik). Berdasarkan
tempat nyamuk mencari darah inangnya dibedakan atas endofagik dan eksofagik, yakni
mengisap darah di dalam dan di luar rumah, sedangkan berdasarkan tempat istirahat
dibedakan endofilik dan eksofilik. Hadi dan Koesharto (2006) menyatakan bahwa beberapa
spesies nyamuk memasuki rumah untuk mencari makan (endofagik) dan istirahat di dalam
rumah (endofilik), dan ada beberapa spesies masuk rumah hanya untuk makan (endofagik)
dan menghabiskan waktu istirahatnya di luar rumah (eksofilik); ada pula yang mengisap
darah di luar rumah (eksofagik) dan istirahat di luar rumah (eksofilik).
Daerah yang disenangi nyamuk adalah suatu daerah yang tersedia tempat untuk beristirahat,
adanya inang yang disukai, dan tempat untuk berkembangbiak (Ditjen PP&PL2007).
Pertumbuhan dan perkembangan populasi nyamuk pada habitatnya sangat dipengaruhi
ketersediaan sumber pakan (darah) serta lingkungan yang sesuai, seperti suhu udara,
kelembaban udara yang cocok, tersedia tempat-tempat berkembangbiak dan tempat istirahat.
Untuk kepentingan pengendalian vektor, perilaku nyamuk Anopheles mengisap darah
berdasarkan tempat perlu diketahui, demikian pula dengan waktu puncak aktif mengisap
darah pada waktu malam hari. Kepadatan vektor, intensitas kontak antara manusia dan vektor
merupakan salah satu faktor penting dalam penularan malaria. Apabila suatu spesies
Anopheles memiliki kemampuan bertahan hidup terhadap infeksi Plasmodium, masa hidup
yang lebih panjang, dan lebih bersifat antropofilik maka akan terjadi
penularan malaria (Rao 1981). Nyamuk Anopheles spp. pada suatu tempat menunjukkan
perilaku yang berbeda-beda.
(IPB, 2013)

Karakteristik morfologi nyamuk Anopheles (Anonim, 2013):


Tidak memiliki siphon
Jentik nyamuk anopheles akan sejajar dipermukaan air kotor
Pada bagian thoraks terdapat stoot spine
Bentuk tubuh kecil dan pendek
Antara palpi dan proboscis sama panjang
Menyebabkan penyakit malaria
Pada saat hinggap membentu sudut 90
Warna tubunya coklat kehitam
Bentuk sayap simetris
Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah
Waktu keaktifan mencari darah dari masing -masing nyamuk berbedabeda tergantung
spesies. Genus Anopheles mempunyai kebiasaan aktif menggigit pada malam hari. Khusus
untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit mempunyai perilaku bila siap menggigit
langsung keluar rumah (Nurmaini, 2003).
siklus hidup & habitat vektor malaria
Siklus hidup nyamuk Anopheles:
Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang mengalami
tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyarnuk terdapat 4 stadia dengan 3
stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas :

1.Telur nyamuk
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadanya
kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda -beda
tergantung dari jenisnya.
-Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau
bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung.
-Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas pemlukaan air secara bergerombolan dan
bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
-Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau
menempel pada pemlukaan benda yang merupakan tempat air pada batas pemukaan air dan
tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhantumbuhan air, dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium telur
ini memakan waktu 1 -2 hari.
2. Larva nyamuk

Larva mempunyai thorax yang lebar dan mempunyai abdomen yang bersegmen-segmen.
Larva belum mempunyai kaki. Berbeda dengan larva lain, larva Anopheles tidak mempunyai
siphon sehingga posisi larva paralel terhadap permukaan air. Larva bernafas melalui sepasang
spirakel yang berada pada segmen abdomen ke-8, sehingga seringkali larva harus naik ke
permukaan air. Larva menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memakan alga, bakteri
dan mikroorganisme lain yang ada di lapisan permukaan air yang tipis. Larva akan segera
menyelam bila mengalami gangguan, bergerak dengan menggerakkan seluruh anggota
badannya. Larva mengalami 4 tahap perkembangan selama 9-12 hari (Barodji et al. 1985).
Setelah mencapai larva 4, larva akan berubah menjadi pupa. Larva umumnya ditemukan di
air yang bersih, rawa, hutan mangrove, sawah, parit, tepi sungai dan genangan air hujan.
Spesies lain dapat ditemukan di tempat yang banyak tumbuh-tumbuhan.
3. Pupa nyamuk
Pupa dilihat dari samping berbentuk seperti koma. Kepala dan thorax menyatu
menjadi cephalothorax dengan abdomen melengkung. Seperti halnya larva, pupa seringkali
naik ke permukaan air untuk bernafas. Pupa bernafas menggunakan sepasang alat respirasi
berbentuk terompet yang ada di dorsal cephalothorax. Seteleh beberapa hari, bagian dorsal
daricephalothorax akan sobek dan nyamuk dewasa akan muncul. Umur pupa pada suhu 23320C dan kelembaban 58-85% rata- rata dua hari (Barodji et al. 1985).

4.Nyamuk dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu
dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal
di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar,
maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama
hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada
beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk. Lama
perkembangan dari telur menjadi dewasa bervariasi tergantung pada suhu lingkungan,
kelembaban dan makanan. Nyamuk dapat berkembang dari telur menjadi dewasa paling
cepat 5 hari, tetapi umumnya membutuhkan waktu 10-14 hari pada iklim tropis. Anopheles
dewasa mempunyai bentuk tubuh yang ramping terdiri dari tiga bagian tubuh;
kepala, thorax dan abdomen. Kepala mempunyai kemampuan khusus untuk menangkap
informasi melalui sensor. Kepala mempunyai sepasang mata dan antena yang bersegmensegmen. Antena merupakan bagian yang penting untuk mendeteksi bau induk semang dan
mendeteksi tempat yang cocok untuk bertelur. Kepala juga mempunyai probosis yang
digunakan untuk menghisap darah dan mempunyai dua sensor palpi. Thorax berfungsi
sebagai alat lokomosi. Tiga pasang kaki dan sepasang sayap juga terletak di bagian thorax.
Abdomen berfungsi sebagai tempat pencernaan dan tempat perkembangan telur. Segmen
abdomen dapat melebar pada saat menghisap darah. Darah yang telah dihisap dan disimpan
di dalam abdomen, dicerna sebagai sumber protein yang berguna dalam pematangan telur
(Clements 2000). Nyamuk Anopheles dapat dibedakan dengan nyamuk yang lain dari palpi
dan sayap. Palpi pada Anopheles mempunyai panjang yang sama dengan probosis,
sedangkan pada sayap terdapat bentukan balok berwarna hitam putih. Anopheles dewasa
juga mempunyai ciri khas pada saat posisi istirahat, baik jantan maupun betina akan

nungging pada saat istirahat. Setelah beberapa hari muncul dari pupa menjadi
dewasa, Anopheles dewasa akan melakukan perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi
di sore hari dengan cara jantan yang mendatangi sekawanan betina. Antara nyamuk jantan
dan betina dapat dibedakan dari antenanya. Antena jantan bersifat plumose sedangkan yang
betina bersifat pilose. Jantan hidup sekitar satu minggu dengan menghisap nektar atau gula
dari sumber yang lain. Betina juga membutuhkan nektar untuk energi selain darah. Setelah
kenyang darah, betina akan beristirahat selama beberapa hari sementara darah akan dicerna
dan telur mengalami perkembangan. Proses ini tergantung pada suhu, umumnya
membutuhkan 2-3 hari pada iklim tropis. Betina di alam dapat hidup 2-3 minggu, tetapi di
laboratorium betina dapat hidup selama satu bulan atau lebih. Lama hidup Anopheles sangat
tergantung pada suhu, kelembaban dan kemampuan dalam mencari darah (Yoshida et
al. 2007; Anonim 1997).
(Nugroho, 2011; Nurmaini, 2003)

Gambar 22 Siklus hidup nyamuk


Sumber: dinafrasasti.blogspot.com
Habitat nyamuk Anopheles:
Spesies Anopheles secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 kawasan (Utami,
2013) yaitu:

Kawasan pantai: Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus


Kawasan pedalaman: Anopheles aconitus, Anopheles barbirostris dan Anopheles sinensis

Kawasan kaki gunung: Anopheles balabacencis dan Anopheles maculatus

1.6 cara penularan


Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk
anopheles. Bila nyamuk anopheles mengigit orng yang sakit malaria, maka parasit akan ikut
terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembang biak.
Sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut mengigit orang sehat, maka parasit tersebut akan
di tularkan ke orang tersebut. Di dalam tubuh manusia parasit akan berkembang biak,
menyerang sel-sel darah merah. Dalam wktu kurang lebih 12 hari, orang tersebut akan sakit
malaria
Tempat perindukan larva
Sungai

Vector
An. Sundaicus, An. Punctulatus, An. Ludlowi, An.

2.

Flavirostris, An. Barbumbrosus.


Sawah / Rawa

An. Aconitus, An. Barbirostris, An. Farauti, An.

Air tergenang di tanah

Nigerrimus, An. Sinensis,


An. Subpictus, An. Balabacensis, An. Letifer, An.

Air pegungungan
Danau
Penularan yang tidak alamiah.

Koliensis
An. Maculatus, An. Karwari, An. Ludlowi
An. Bancrofti

a. Malaria bawaan (congenital).


Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi
melalui tali pusat atau placenta.
b. Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum
suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah
sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan
intra vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa
pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
c. Secara oral (Melalui Mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara
(P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang
sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.

Masa inkubasi ini bervariasi antara 9 -30 hari tergantung pada species parasit, paling
pendek pada plasmodium Falciparum dan paling panjang pada plasmodium malaria. Masa
inkubasi ini tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya
dan tingkat imunitas penderita.
Cara penularan, apakah secara alamiah atau bukan alamiah, juga mempengaruhi.
Penularan bukan alamiah seperti penularan malalui transfusi darah, masa inkubasinya
tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas
penerima arah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi plasmodium
falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari.
Lo 2 mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan malaria
2.1 definisi
adalah penyakit bawaan yang disebabkan oleh parasit protozoa.Penyakit Malaria meluas di
kawasan tropika maupun subtropika, termasuk sebahagian dari Amerika, Asia, dan Afrika.
Setiap tahun Penyakit Malaria dapat menyebabkan lebih dari 650 juta orang dan bisa
membunuh 1-3 juta jiwa, Dan perlu anda ketahui kebanyakan korban adalah kanak-kanak
Penyakit Malaria merupakan salah satu penyakit yang menular. Penyakit Malaria
disebabkan oleh parasit protozoa dari genusPlasmodium. Penyakit Malaria yang paling
bahaya dapat di sebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.

2.2 klasifikasi

1. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana benigna/malaria vivax


2. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tertiana maligna/ malaria tropika.
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana/malaria malariae
4. Plasmodium ovale, penyebab malaria tertiana benigna/malaria ovale.
2.3 epidemiologi malaria
Distribusi Frekuensi Malaria
a. Orang
Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting, oleh karena penyakit ini
endemik di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di luar Jawa dan Bali. Epidemi
malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah dengan angka kematian yang lebih tinggi
pada anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa. Penelitian Yulius (2007) dengan

desain case series di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tahun 2005-2006 terdapat 384
penderita malaria, 243 orang (63,3%) laki-laki dan 141 orang (36,7%) perempuan, kelompok
umur 5-14 tahun 23 orang (6%), 15-44 tahun 326 orang (84,9%), dan >45 tahun 35 orang
(9,1%). Penelitian Yoga dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006) tahun 1999 di Kabupaten
Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria yang diteliti, 44% berasal dari
pekerjaan petani serta tidak ditemukan pada PNS/TNI/POLRI. Penelitian Sunarsih, dkk tahun
2004-2007 dengan desain kasus kontrol, kasus malaria di wilayah Puskesmas Pangkalbalam
Kota Pangkalpinang banyak diderita responden berumur 21-25 tahun (17,6%), umur 36-40
tahun (14,7%). Namun secara keseluruhan fenomena tersebut menunjukkan bahwa penyakit
malaria menyerang hampir seluruh kelompok umur, 80 orang mempunyai jenis kelamin
lakilaki (58,8%), perempuan 41,2% (56 orang).
b. Tempat
Batas dari penyebaran malaria adalah 64LU (Rusia) dan 32LS (Argentina). Ketinggian
yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan
2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi
geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah
tropik. Malaria di suatu daerah dikatakan endemik apabila kesakitannya yang disebabkan
oleh infeksi alamiah, kurang lebih konstan selama beberapa tahun berturut-turut. Berdasarkan
hasil Spleen Rate (SR), yaitu persentase penduduk yang limpanya membesar dari seluruh
penduduk yang diperiksa pada kelompok umur 2-9 tahun, suatu daerah dapat diklasifikasikan
menjadi 4 tingkat endemisitas :
i. Hipoendemik SR < 10%
ii. Mesoendemik SR 11-50%
iii. Hiperendemik SR > 50% (SR dewasa tinggi > 25 %)
iv. Holoendemik SR >75 % (SR dewasa rendah).
Berdasarkan AMI, daerah malaria dapat diklasifikasikan menjadi :
i. Low Malaria Incidence, AMI < 10 kasus per 1.000 penduduk
ii. Medium, AMI 10-50 kasus per 1.000 penduduk
iii. High, AMI > 50 kasus per 1.000 penduduk
Penelitian Ahmadi, dkk tahun 2008 di di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung
Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa dari 54 responden, yang positif malaria terdapat 53
(98,1 %) responden yang mempunyai tempat tinggal dengan jarak kurang dari 200 m dari
hutan/kebun/semak-semak/sawah dan 1 (1,9 %) responden yang mempunyai tempat tinggal
yang berjarak lebih dari 200 m. Digunakan jarak 200 m adalah karena 200 m adalah jarak
terbang maksimum nyamuk.
c. Waktu
Menurut data Profil Dinkes Sumut dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006), di Propinsi
Sumatera Utara terjadi kasus malaria klinis rata-rata 82.405 per tahun (selama tahun 19962000). Penyakit malaria sampai saat ini menduduki rangking ke-7 dari 10 penyakit terbesar di

Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data laporan bulanan malaria, kejadian malaria di
Kawasan Ekosistem Leuser berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) terjadi peningkatan
malaria, yaitu dari 12,8 tahun 2003 meningkat menjadi 14,3 tahun 2004 dan 25,4
tahun 2005.

2.4 etiologi malaria


Ada empat jenis parasit malaria (Universitas Sumatera Utara, 2013), yaitu:
1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas)
atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan
demam setiap hari.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna
(jinak).
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat,
menyebabkan malaria ovale.

2.5 manifestasi klinis


1.

Gejala awal: lesu, sakit kepala, mual, muntah

2.

Serangan demam yang khas:

a.

Sering dimulai siang hari, 8 12 jam

b.

Lama demam tergantung tiap spesies malaria

c.

Suhu turun > masuk stadium apireksia

3.

Menggigil/frigoris (15 60 menit, rasa dingin )

4.

Puncak demam/acme ( 2 6 jam, panas sp 41 celcius )

5.

Berkeringat/sudoris (2 4 jam, suhu turun )

6.

Apireksia (sampai demam berikutnya)


Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai
gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol)
atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi
(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik, anemia dan splenomegali.

1.

Masa inkubasi Biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek
untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan
sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin
disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung
stadium aseksual)

2.

Keluhan-keluhan prodromal Keluhan dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa:


malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut
tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal
sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan
prodromal tidak jelas
Gejala-gejala umum Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria
proxym) secara berurutan:

1.

Stadium dingin
Mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.Gigi gemeretak dan penderita
biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi
cepat tetapi lemah.Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan
pucat.Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperature.

2.

Stadium demam
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap
tinggi, dapat sampai 40C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat,
nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini
berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat

3.

Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah.
Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita
biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada

gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.gejala klinis yang berat biasanya
teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini
disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk
berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.Gejala
mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal.Black water
fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang
menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever
adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water
fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang
-ulang dan infeksi yang cukup berat.
Plasmodium
Falciparum

Masa

Tipe panas

inkubasi(hari)

(jam)

12 (9-14)

24,36,48

Relaps

Recrudensi

Manifestasi klinik

Gejala
gastrointestinal,
hemolysis,
anemia, icterus
hemoglobinuria,
syok, algid
malaria, gejala
serebral, edema
paru,
hipoglikemi,
gangguan
kehamilan,
kelainan retina,
kematian.

Vivax

13 (12-

48

++

17) 12 bulan

Anemia kronik,
splenomegali
rupture limpa.

Ovale

17 (16-18)

48

++

Saman dengan
vivax

Malariae

28 (18-40)

72

Rekrudensi
sampai 50 tahun,
splenomegali
menetap, limpa
jarang ruptur,

sindroma
nefrotik.
Ket :
-

Serangan primer : keadaan mulai dari akhir sama inkubasi dan mulai terjadi serangan
paroksismal yang terdiri dari menggigil, panas dan berkeringat. Serangan paroksismal ini
dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasite dan keadaan imunitas
penderita.

Recrudescense : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer. Recrudensi dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik
sesudah periode laten dari serangan primer.

Relaps : berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara
serangan periodik dari infeksi primer yang setelah periode yang lama dari masa latent
(sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar
eritrosit hati pad malaria vivaks atau ovale.

2.6 Diagnosis dan diagnosis banding

Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat (RDT
Rapid Diagnostic Test)
-

ANAMNESIS
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan :

a.

Keluhan utama : demam,menggigil, berkeringat, dan dapat disertai sakit


kepala,mual,muntah,diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

b.

Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria

c.

Riwayat tinggal di daerah endemik malaria

d.

Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir

e.

Riwayat mendapat transfuse darah


Selain hal-hal di atas pada malaria tersangka malaria berat, ditemukan keadaan :

a.

Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat

b.

Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)

c.

Kejang-kejang

d.

Panas sangat tinggi

e.

Mata atau tubuh kuning

f.

Perdarahan hidung,gusi, atau saluran pencernaan

g.

Nafas cepat dan atau sesak nafas

h.

Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum

i.

Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman

j.

Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria)

k.

Telapak tangan sangat pucat

PEMERIKSAAN FISIK

Demam (pengukuran dengan thermometer > 37,5 C)

Konjungtiva atau telapak tangan pucat

Pembesaran limpa (splenomegali)

Pembesaran hati (hepatomegali)


Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis :

Temperatur rektal lebih dari sama dengan 40 C

Nadi cepat dan lemah/kecil

Tekanan darah sistolik < 70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak-anak <50 mmHg

Frekuensi nafas > 35 x per menit pada orang dewasa atau > 40 x per menit pada balita,
anak di bawah 1 tahun > 50 x per menit

Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow coma scale < 11

Manifestasi perdarahan (petekie,purpura, hematom)

Tanda dehidrasi (mata cekung,turgor dan elatisitas kulit berkurang,bibir kering,dan


produksi air seni berkurang)

Tanda-tanda anemia berat

Terlihat mata kuning/ikterik

Pembesaran limpa atau hepar

Gagal ginjal ditandai oliguria sampai demam

DIAGNOSIS ATAS DASAR PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis untuk menentukan :

1)

Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negative)

2)

Spesies dan stadium plasmodium

3)

Kepadatan parasit :

a.

Semi kuantitatif
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit)
(+) = positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 lapangan pandang besar)
(++) = positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) = positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)

(++++) = positif 4 (ditemukan .10 parasit dalam 1 LPB)


b.

Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan
darah tipis (eritrosit). Contoh = bila dijumpai 1500 parasit per 200 leukosit sedangkan jumlah
leukosit 8000/mikroL maka hitung parasit = 8000/200 x 1500 parasit = 60.000
parasit/mikroL. Bila dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5 % . Bila jumlah eritrosit
450.000 maka hitung parasite 450.000/1000 x 50 = 225.000 parasit/mikroL
Untuk penderita malaria berat perlu memperhatikan :

1.

Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai
3 hari berturut-turut.

2.

Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan
parasite maka diagnosis malaria disingkirkan

Pemeriksaan dengan tes diagnostic cepat (RDT)


Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan menggunakan
metode imunokromatografi dalam bentuk dipstick. Tes ini sangat bermanfaat pada UGD pada
saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yg tidak tersedia fasilitas lab serta
untuk survei tertentu.
Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung :

HRP-2 (Histidine rich protein 2 yang diproduksi oleh trofozoit, skizon, dan gametosit muda P.
falciparum
Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang diproduksi oleh parasite
bentuk aseksual atau seksual Plasmodium falciparum,P. vivax, P.ovale, dab P. malariae
Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu :
a.

Single yang mampu mendiagnosis hanya infeksi P. falciparum

b.

Combo yang mampu mendiagnosis infeksi infeksi P. falciparum dan non falciparum

Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat(malaria dengan komplikasi) :

1.

Hemoglobin dan hematocrit

2.

Hitung jumlah leukosit, trombosit

3.

Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureun, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah)

4.

EKG

5.

Foto toraks

6.

Analisis cairan serebrospinalis

7.

Biakan darah dan uji serologi

8.

Urinalisis

(Departement Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Gebrak Malaria.


Departemen Kesehatan RI. 2009)
- Diagnosis Banding
1. Diagnosis banding malaria tanpa komplikasi
a.

Demam tifoid

b.

Demam dengue

c.

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

d.

Leptospirosis ringan

e.

Infeksi virus akut lainnya


2. Diagnosis banding malaria dengan komplikasi

a)

Radang otak (meningitis/ensefalitis)

b)

Stroke (gangguan serebrovaskuler)

c)

Tifoid ensefalopati

d)

Hepatitis

e)

Leptospirosis berat

f)

Glomerulonefritis akut atau kronik

g)

Sepsis

h)

Demam berdarah dengue atau dengue shock syndrome


LO 2.7. Penatalaksanaan
Pengobatan
A. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi
1. Malaria Falciparum:
1.1. Lini Pertama:
Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
1.2. Lini Kedua:
Kina + Doksisilin / tetrasiklin + Primakuin
1.3. Malaria Mix:
Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
2. Malaria Vivaks, Ovale, Malariae
2.1. Lini Pertama:
Klorokuin + Primakuin
2.2. Lini Kedua:
Kina + Primakuin
2.3. Malaria Vivaks relaps
Klorokuin + Primakuin
Pemeriksaan Follow Up untuk setiap penderita dgn konfirmasi laboratorium positif:
Penderita di follow up untuk diperiksa ulang Sediaan Darahnya pada H3, 7, 14, 28
dan Pv dilanjutkan sp akhir bulan 3.
3. Catatan:

3.1. Sudah ada sarana diagnostik malaria, dan blm ada obat
ACT:
P falciparum: sulfadoksin + pirimetamin (3 tab dosis
tunggal) + Primakuin 2 3 tab,
bila tidak efektif:
Kina + doksisiklin/tetrasilin + Primakuin
3.2. Belum ada sarana diagnostik malaria:
Pdrt gejala klinik malaria: Klorokuin + Primakuin

B. Pengobatan Malaria dengan Komplikasi:


1. Pilihan Utama:
Derivat artemisin parenteral (Artesunat intravena
atau intramuskuler; Artemeter intramuskuler)
2. Obat Alternatif:
Kina dihidroklorida parenteral
Sifat/Cara Kerja Obat
Klorokuin :
- Sizontosid darah
- anti gametosid, P.vivax dan P.malarie
SP :
- Sizontosid darah
- Sporontosidal
Kina :
- Sizontosid darah
- Anti gametosid, P.vivax dan P.malarie
Primaquin :
- Anti gametosid
- Anti hipnosoit,
Artesunat :
- Sizontosid darah,
Amodiakuin :
- Struktur dan aktivitas sama dgn klorokuin
Tetracyclin :
- Sizontosid darah
Kemasan dan cara pemberian derivat artemisin parenteral
Artesunat:
Vial yg berisi 60 mg serbuk kering
Pelarut dalam ampul 0,6 ml natrium bikarbonat 5 %
Keduanya dicampur dan ditambah dext 5 % 3 5 ml
Loading dose: 2,4 mg/kgBB, IV, selama 2 menit, Diulang setelah 12 jam
Selanjutnya: 1 x perhari (dosis dan cara sama)
Diberikan sampai pdrt mampu minum obat oral, lini 1 P falciparum

Artemeter IM:
Ampul 40 mg dlm lar minyak
Loading dose: 3,2 mg/kg BB,IM
Selanjutnya: 1,6 mg/Kg BB, IM,
1x/hari, sampai pdrt mampu minum obat, lini 1 P Falcifarum

Kemasan dan cara pemberian kina parenteral


Kemasan: ampul 2 ml berisi 500 mg
Dosis (dewasa termasuk bumil):
Loading dose: 20 mg/kg BB dilarutkan dlm 500 ml dext 5% atau NaCl 0,9 %
diberikan selama 4 jam pertama (40 gtt/mnt), selanjutnya 4 jam kedua dext/NaCl
kosong, selanjutnya 4 jam ketiga 10 mg/KgBB, dst.
Atau: 10 mg/KgBB selama 8 jam, sampai pdrt sadar
Catatan: Untuk mencegah resistensi digunakan terapi artemisin kombinasi
Obat antimalaria dapat dibagi dalam 9 golongan yaitu :
1.kuinin (kina)
2.mepakrin
3.klorokuin, amodiakuin
4.proguanil, klorproguanil
5.Primakuin
6.pirimetamin
7.sulfon dan sulfonamide
8.kuinolin methanol
9.antibiotic

Tindakan Umum pada penderita malaria berat (tindakan perawatan di ICU).


1. Pertahankan fungsi vital : sirkulasi, respirasi, kebutuhan cairan dan nutrisi.
2. Hindarkan trauma : dekubitus, jatuh dari tempat tidur.
3. Hati-hati kompikasi : kateterisasi, defekasi, edema paru karena over hidrasi.
4. Monitoring : temperatur, nadi, tensi, dan respirasi tiap jam. Perhatikan timbulnya ikterus
dan perdarahan.
5. Monitoring : ukuran dan reaksi pupil, kejang, tonus otot.
6. Baringkan/posisi tidur sesuai dengan kebutuhan.
7. Sirkulasi : hipotensi posisi Trendenlenburgs, perhatikan warna dan temperatur kulit.
8. Cegah hiperpireksi :
a. Tidak pernah memakai botol panas/selimut listrik
b. Kompres air/air es/akohol

c. Kipas dengan kipas angin/kertas


d. Baju yang tipis/terbuka
e. Cairan cukup
9. Pemberian cairan : oral, sonde, infus, maksimal 1500 ml.
a. Cairan masuk diukur jumlah per 24 jam
b. Cairan keluar diukur per 24 jam
c. Kurang cairan akan memperberat fungsi ginjal
d. Kelebihan cairan menyebabkan edema paru
10. Diet : porsi kecil dan sering, cukup kalori, karbohidrat, dan garam.
11. Perhatikan kebersihan mulut
12. Perhatikan diuresis dan defekasi, aseptik kateterisasi
13. Kebersihan kulit : mandikan tiap hari dan keringkan
14. Perawatan mata : hindarkan trauma, tutup dengan kain/gas lembab.
15. Perawatan anak :
a. Hati-hati aspirasi, hisap lendir sesering mungkin
b. Letakkan posisi kepala sedikit rendah
c. Posisi dirubah cukup sering
d. Pemberian cairan dan obat harus hati-hati
(Sina, 2010)
Penanganan Penderita Tanpa Komplikasi ( Malaria Biasa)
Prinsip pengobatan malaria :
1) Penderita tergolong malaria biasa (tanpa komplikasi) atau penderita malaria berat/
dengan komplikasi. Penderita dengan komplikasi/ malaria berat memakai obat
parenteral dan malaria biasa diobati dengan per oral .
2) Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan yang efektif,tidak terjadi kegagalan
pengobatan dan pencegahan terjadinya transmisi yaitu dengan pengobatan dengan
ACT (Artemisinin base Combination Therapy).
3) Pemberian obat dengan ACT harus berdasarkan hasil pemriksaan malaria yang positif
dan dilakukan monitoring efek atau respon pengobatan.
4) Pengobatan malria klinis/tan hasil pemeriksaan malaria memakai obat non-ACT.
Pengobatan malaria di terdiri atas 2 pengobatan,antara lain :
1. Pengobatan ACT (Artemisinin base Combination Therapy).
Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan
memakai obat ACT. Golongan antermisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena
efektif mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan, dapat membunuh

plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit, dan efektif terhadap semua spesies
plasmodium.
Penggunaan obat ACT dapat berupa:
Kompbinasi obat tetap (fixed dose)
Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemberian pengobatan. Contohnya ialah :
Co-Artem yaitu kombinasi artemeter (20mg) + lumefantrine (120mg). Dosis
Co-Artem 4 tablet 2x1 hari selama 3 hari.
Artekin yaitu kombinasi dihidroartemisinin (40mg) + piperakuin (320mg).
Dosis artekin untuk dewasa : dosis awal 2 tablet, 24 jam dan 32 jam masingmasing 2 tablet.
Kombinasi tidak tetap ( non-fixed dose)
Kombinasi ACT yang tidak tetap misalnya :
Artesunat + meflokuin
Artesunat + amodiakuin
Artesunat + klorokuin
Artesunat + sulfadoksin-pirimetamin
Artesunat + pironaridin
Artesunat + chlorproguanil-dapson (CDA/lapdap plus)
Dihidroartemisinin + piperakuin + trimethoprim (Artekom)
Artecom + primakuin (CV8)
Dihidroartemisinin + naptokuin
Yang ada di Indonesia saat ini adalah kombinasi artesunat + amodiakuin dengan nama
dagang Artesdiaquine atau Artesumoon. Dosis untuk orang dewasa yaitu artesunat
(50mg/tablet) 200mg pada hari I-III (4 tablet). Untuk amodiakuin (200mg/tablet) yaitu 3
tablet hari I dan II dan 11/2 tablet hari III. Artemusoon ialah kombinasi yang dikemas sebagai
blister (kantong kecil berisi cairan) dengan aturan pakai tiap blister/hari (artesunat +
amodiakuin) diminum selama 3 hari. Dosis amodiakuin adalah 25-30 mg/kgBB selama 3
hari.Dosis untuk anak-anak adalah artesumoon merupakan gabungan artesunat 2mg/kgBB
sekali sehari selama 3 hari, untuk hari pertama diberi 2 dosis dan amodiakuin hari I dan II 10
mg/kgBB dan hari III 5 mg/kgBB.
Catatan : untuk pemakaian obat golongan artemisinin harus di sertai/dibuktikan
dengan pemeriksaan parasit yang positif, setidaknya dengan tes cepat antigen yang positif.
Bila malaria klinis/tidak ada hasil pemeriksaan parasitologik tetap menggunakan obat nonACT.
2. Pengebotan malaria dengan obat-obat Non-ACT
Obat non-ACT ialah :
Klorokuin difosfat/sulfat
250 mg (150 mg basa), dosis 25 mg basa/kgBB untuk 3 hari, terbagi 10 mg/kgBB hari
I dan hari II, 5 mg/kgBB pada hari ke III. Pada orang dewasa biasa dipakai dosis 4
tablet hari I dan II, 2 tablet pada hari III. Dipakai untuk P.falciparum maupun P.vivax .
Sulfadoksin-pirimetamin (SP)
(500 mg sulfadoksin + 25 mg pirimetamin), dosis orang dewasa 3 tablet dosis tunggal
(1 kali). Atau dosis anak memakai takaran pirimetamin 1,25 mg/kgBB. Obat ini hanya
dipakai untuk P.falciparum dan tidak efektif untuk P.vivax. Bila terjadi kegagalan
dengan obat klorokuin dapat menggunakan SP.
Kina sulfat

(1 tablet 220 mg), dosis yang dianjurkan ialah 3x10 mg/kgBB selama 7 hari, dapat
dipakai untuk P.falciparum maupun P.vivax. Kina dipakai sebagai obat cadangan
untuk mengatasi resistensi terhadap klorokuin dan SP. Pemakaian obat ini untuk
waktu yang lama (7 hari) menyebabkan kegagalan untuk memakai sampai selesai.
Primakuin
(1 tablet 15 mg), dipakai sebagai obat pelengkap/pengobatan radical terhadap
P.falciparum maupun P.vivax. pada P.falciparum dosisnya 45 mg (3 tablet) dosis
tunggal untuk membunuh gamet; sedangakan untuk P.vivax dosisnya 15 mg/hari
selama 14 hari yaitu untuk membunuh gamet dan hipnozoit (anti-relaps).
Penggunaan obat kombinasi Non-ACT
Apabila pola resistensi masih rendah,belum tejadi multiresistensi, dan belum
tersedianya
obat antemisinin, dapat menggunakan obat standar yang
dikombinasikan. Contohnya
adalah :
a) Kombinasi klorokuin + SP.
b) Kombinasi SP + kina
c) Kombinasi klorokuin + doksisiklin/tetrasiklin
d) Kombinasi SP + doksisiklin/tetrasiklin
e) Kina + doksisiklin/tetrasiklin
f) Kina + klimdamisin
Pemakain obat-obat kombinasi ini juga harus dilakukan monitoring respon
pengobatan sebab perkembangan resistensi terhadap obat malaria berlangsung cepat
dan meluas.

Penangan Penderita Malaria Dengan Komplikasi (Berat)


Pengobatan malaria berat secara garis besar terdiri atas 3 komponen,yaitu :
A. Pengobatan suportif (perawatan umum dan pengobatan simtomatis)
Menjaga keseimbangna cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa.karena pada
malaria terjadi gangguan hidrasi, maka sangat penting mengatasi keadaan hipovolemia
ini. selain cairan perlu diperhatikan oksigenasi dengan memperlihatkan tekanan O 2,
lancarnya saluran nafan dan kalau perlu dengan ventilasi bantu.
Bila suhu 400 C (hyperemia),maka :
1) Kompres dingin intesif
2) Pemberian anti piretik (obat penurun suhu tubuh) untuk mencegah hipertermia,
parasitamol 15 mg/kgBB/kali,diberi setiap 4 jam.
Bila anemia diberi transfuse darah, yaiut bila Hb < 5 g/dl atau hematokrit < 15%. Pada
keadaan asidosis perbaikan anemi merupakan tindakan yang utama sebelum pemberian
koreksi bikarbonat.
Kejang diberi diazepam 10-20 mg intravena diberikan secara perlahan atau
Phenobarbital 100 mg um/kali (dewasa) diberikan 2 kali sehari.
B. Pengobatan spesifik
Artemisin

Golongan artemisin merupakan pilihan pertama Karen kebanyakan malaria falciparum


telah resisten dengan klorokuin maupun kuinin. Golongan artemisin yang dipakai untuk
pengobatan malaria berat antara lain :
o Artemether.
Artemether diberikan dengan dosis 3,2 mg/kgBB/hari im pada hari pertama,
kemudian dilanjutkan dengan 1,6 mg/kgBB/hari (biasanya diberikan dengan
dosis 160 mg dilanjutkan dengan dosis 80 mg) sampai 4 hari (penderita dapat
minum obat), kemudian dilanjutkan dengan obat kombinasi peroral.
o Artesunate
Artesunate diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB iv pada waktu masuk (time=0),
kemudian pada jam ke 12 dan jam ke 24, selanjutnya setiap kali sekali sampai
penderita dapat minum obat dilanjutkan dengan obat oral kombinasi.
Pengobatan lanjutan peroral pada penderita yang sebelumnya mendapatkan pengobatan
dengan artemether im atau artesunate iv dapat berupa kombinasi artesunate dengan
amodiaquin selama 3 hari atau kombinasi dengan tetrasiklin/dosisiklin/klimdamisin
selama 7 hari.
Kuinin HCL
o Kuinin HCL 25% 500 mg (dihitung BB rata-rata 50 kg) dilarutkan dalam 500cc
dekstrose 5 % atau dekstrose dalam larutan saline diberikan selam 8 jam, atau
pemberian infus dalam cairan tersebut diberikan selama 4 jam, kemudian
diulang dengan cairan yang sama terus menerus sampai penderita dapat minum
obat lalu dilanjutkan dengan pemberian kuinil peroral dengan dosis 3 kali sehari
10 mg /kgBB (3x600 mg), dengan total pemberian kuinin keseluruhannya
selama 7 hari.
o Kuinin HCL 25 % dengan dosis loading 20 mg/kgBB dalam 100-200 cc cairan
dekstrose 5% (NaCl o,9%) selama 4 jam, dan dilanjutkan dengan 10 mg/kgBB
dilarutkan dalam 200 ml dekstrose 5% diberikan dalam waktu 4 jam.
Selanjutnya diberikan dengan dosis dan cairan serta waktu yang sama setiap 8
jam. Apabila penderita sudah sadar penderita dapat minum obat dan dilanjutkan
dengan pemberian kuinin peroral dengan dosis 3 kali sehari10 mg/kgBB (3x600
mg), dengan total pemberian kuinin keseluruhannya selama 7 hari. Dosis
loading ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah mendapat pegobatan
kuinin, atau meflokuin dalam 24 jam sebelumnya, penderita usia lanjut atau
pada penderita dengan pemanjangan Q-Tc interval/aritmia pada hasil
pemeriksaan EKG.
Selama pemberian kuinin parentral monitoring : 1). Gula darah setiap 8 jam, 2). EKG.
Kuidinin glukonate diberikan dengan dosin 7,5 mg/kgBB selama 4 jam setiap 8 jam
sampai penderita dapat minum obat.
Klorokuin
Dengan adanya kasus-kasus P. falciparum resisten terhadap klorokuin, maka saat ini
klorokuin jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat. Klorokuin diberikan bila
masih sensitif atau pada kasus demam kencing hitam (black water fever) atau pada
mereka yang diketahui hipersensitif terhadap kina. Keuntungannya tidak
menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan. Klorokuin basa
diberikan dengan :
o Dosis loading 10 mg/kgBB dilarutkan dalam 500 ml NaCl 0,9%
diberikan dalam 8 jam, kemudian dilanjutkan dosis 5 mg/kgBB per infuse
selama 8 jam dan sebanyak 3 kali (dosis total 25 mg/kgBB selama 32 jam)

o Bila secara intravena tidak memungkinkan, dapat diberikan secara


intramuscular atau subkutan dengan cara : 3,5 mg/kgBB klorokuin basa
dengan interval setiap 6 jam, atau 2,5 mg/kgBB klorokuin basa dengan
interval setiap 4 jam.
Transfuse Ganti.
Tindakan transfusi ganti dapat menurunkan secara cepat pada keadaan parasitemia.
Tindakan ini berguna untuk mengeluarkan eritrosit yang berparasit, menurunkan toksin
hasil parasit dan metabolismenya (sitokin dan radikal bebas) serta mempebaiki anemia.
Indikasi transfuse tukar :
o Parasitemia > 30% tanpa komplikasi berat
o Parasitemia > 10% disertai komplikasi berat : malaria serebral, gagal ginjal
akut, edema paru/ARDS, ikterik (bilirubin > 25 mg/dl) dan anemia berat.
o Parasitemia > 10% dengan gagal pengobatan setelah 12-24 jam pemberian
kemoterapi anti mlaria yang optimal, atau didapatkan skizon matang pada
sediaan darah perifer.
LO 2.8. Pencegahan dan Program Pemerintah
Upaya pencegahan malaria telah dilakuakan bertahun-tahun dengan cara
pencegahan dari dalam yaitu dengan obat-obatan maupun pencegahan dari luar yaitu
dengan menggunakan kelambu dan sebagainya. Upaya pencegahan malaria dengan
menggunakan obat-obatan umumnya dengan menggunakan jenis obat yang sama dengan
jenis obat yang digunakan untuk mengobati malaria, bahkan obat-obatan ini bekerja dengan
lebih baik sebagai pencegah karena akan langsung dapat membunuh parasit yang masih
sensitif pada saat baru memasuki sistem tubuh manusia.
Obat Klorokuin sangat efektif untuk mencegah parasit plasmodium falciparum untuk masuk
lebih lanjut ke dalam sistem tubuh manusia. Obat ini digunakan satu kali seminggu selama
dua minggu sebelum tiba di daerah dengan intensitas malaria tinggi, yang kemudian
dilanjutkan dengan pemakaian selama 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
Berikut adalah daftar obat yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit malaria.
1. Atovaquone/Proguanil (Malarone)
Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :

Obat ini dapat digunakan 1-2 hari sebelum melakukan perjalanan ke daerah epidemi
malaria (dibanding dengan obat lain yang harus digunakan dalam jangka waktu yang lebih
panjang)

Pilihan terbaik untuk waktu perjalanan yang lebih singkat ke daerah epidemi malaria
karena obat ini hanya digunakan dalam waktu 7 hari setelah perjalanan ke daerah epidemi,

dibandingkan dengan obat lain yang harus digunakan 4 minggu sepulangnya dari daerah
epidemi malaria.

Efek samping yang sangat rendah (hampir tidak ada efek samping)

Mudah untuk dibeli di apotek.


Alasan yang membuat anda mungkin tidak memilih obat ini :

Tidak dianjurkan digunakan oleh wanita hamil.

Tidak dapat digunakan oleh orang dengan gangguan ginjal berat.

Harga yang lebih mahal.


2. Klorokuin
Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :

Pilihan yang baik untuk perjalanan yang panjang ke daerah epidemi malaria karena
obat ini digunakan mingguan (satu minggu sekali)

Dapat digunakan oleh wanita hamil.

Beberapa orang lebih suka mengambil dosis mingguan.


Alasan yang membuat anda mungkin tidak memilih obat ini :

Tidak dapat digunakan pada daerah dimana plasmodium telah mengembangkan


kekebalan pada obat ini.

Obat digunakan dalam jangka yang cukup panjang yaitu 4 minggu setelah pulang dari
daerah epidemi, dan haru digunakan 2 minggu sebelum berangkat ke daerah epidemi malaria.
3. Doxycycline
Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :

Obat ini dapat diambil 1-2 hari sebelum tiba di tempat epidemi malaria.

Obat malaria yang paling murah di pasaran saat ini.

Obat ini juga melindungi dari beberapa infeksi lain seperti Rickettsiae and
leptospirosis.
Alasan yang membuat anda mungkin tidak memilih obat ini :

Obat ini bernahaya bagi ibu hamil dan anak-anak.


Obat ini harus digunakan selama 4 minggu setiap hari setelah pulang dari tempat
epidemi malaria.

Obat ini dapat meningkatkan rasa sensitif terhadap sinar matahari.

Beberapa orang dapat mengalami gangguan perut dalam penggunaan obat ini.
4. Mefloquine
Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :

Sangat cocok untuk perjalanan panjang dan lama ke tempat epidemi malaria karena
obat ini hanya digunakan seminggu sekali.
Dapat digunakan oleh wanita hamil.
Alasan yang membuat anda mungkin tidak memilih obat ini :

Tidak dapat digunakan di daerah yang mana plasmodium malaria telang


mengembangkan kekebalan terhadap obat ini.

Tidak dapat digunakan pada pasien dengan kasus psikologi tertentu.

Tidak dianjurkan untuk pasien sakit jantung

Tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami kejang.

Obat ini harus digunakan 2 minggu sebelum ke tempat epidemi malaria.

Obat ini haru terus digunakan selama 4 minggu setelah kembali dari daerah epidemi
malaria.
5. Primakuin
Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :

Obat ini sangat efektif menangkal plasmodium vivax sehingga sangat cocok
digunakan di daerah epidemi malaria vivax.

Obat hanya perlu digunakan 7 hari setelah meninggalkan tempat epidemi.

Obat digunakan 1-2 hari sebelum ke tempat epidemi malaria.


Alasan yang membuat anda mungkin tidak memilih obat ini :

Tidak dapat digunakan oleh ibu hamil.

Dapat menyebabkan gangguan perut pada orang tertentu.


Menghindar dari gigitan nyamuk
a. Memakai kelambu atau kasa anti nyamuk
b. Menggunakan obat pembunuh nyamuk

3. Vaksin malaria
Vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat membantu mencegah penyakit
ini, tetapi adanya bermacam stadium pada perjalanan penyakit malaria menimbulkan
kesulitan pembuatannya. Penelitian pembuatan vaksin malaria di tujukan pada 2 jenis vaksin,
yaitu :
1). Proteksi terhadap ketiga stadium parasit : a. sporozoit yang berkembang dalam nyamuk
dan menginfeksi manusia, b. merozoit yang menyerang eritrosit, dan c. gametosit yang
menginfeksi nyamuk
2). Rekayasa genetika atau sintesis polipeptida yang relevan.
Jadi, pendekatan pembuatan vaksin yang berbeda-beda mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, tergantung tujuan mana yang akan di capai. Vaksin sporozoit
P.falciparum merupakan vaksin yang pertama kali di uji coba, dan apabila telah berhasil,
dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas malaria tropika terutama pada anak dan ibu
hamil.

Awal tahun 1997 dilaporkan bahwa WHO akan mensponsori pembuatan vaksin dr.Patorroyo
(Colombia). Vaksin ini hanya memberikan perlindungan terhadap malaria tropika sebanyak
30% dari orang yang disuntik, tetapi mengingat adanya lebih dari 1 juta orang pengidap
malaria yang meninggal setiap tahunnya di afrika, maka kampanye vaksinasi akan terus
dilangsungkan.
(Jauhari, 2007)
Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria)
Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas
Malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya
masyarakat dan badan-badan internasional serta penyandang dana, mengingat masalah
malaria merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan berbagai aspek
seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk sebagai
vektor penular.
Strategi dalam Pemberantasan Malaria antara lain adalah dengan sistem kewaspadaan dini
dan upaya penanggulangan epidemi agar tidak semakin menyebar; intensifikasi pengawasan,
diagnosis awal dan pengobatan yang tepat, dan kontrol vektor secara selektif. Kebijakankebijakan yang diambil dalam pemberantasan malaria antara lain penekanan pada
desentralisasi, keterlibatan masyarakat dalam pemberantasan malaria, dan membangun kerja
sama antarsektor, NGO, dan lembaga donor. Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak
Malaria yang dimulai pada 2000 adalah bentuk operasional dari Roll Back Malaria (RBM).

Gebrak Malaria memprioritaskan kemitraan antara pemerintah, swasta/sektor bisnis, dan


masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit malaria.
Program pemberantasan malaria di Indonesia saat ini terdiri atas delapan kegiatan, yaitu:
diagnosis awal dan pengobatan yang tepat; program kelambu dengan insektisida;
penyemprotan; pengawasan deteksi aktif dan pasif; survei demam dan pengawasan migran;
deteksi dan kontrol epidemik; langkah-langkah lain seperti larvaciding; dan peningkatan
kemampuan (capacity building). Untuk menanggulangi galur yang resisten terhadap
klorokuin, pemerintah pusat dan daerah akan menggunakan kombinasi baru obat-obatan
malaria untuk memperbaiki kesuksesan pengobatan. Karena kombinasi obat-obatan itu sangat
mahal, penggunaannya akan ditargetkan di daerah dengan prevalensi resistensi yang tinggi.
Dalam rangka merealisasikan Gebrak Malaria ini telah disusun Rencana Kegiatan
Pengendalian Malaria melalui Rencana Strategi Pembebasan (Eliminasi) Malaria di
Indonesia, yang akhirnya dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria
di Indonesia dengan sasaran wilayah Eliminasi yang dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
a. Eliminasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Kepulauan Seribu), Bali dan Batam pada
tahun 2010.
b.

Eliminasi Jawa, Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau pada tahun 2015.

c.

Eliminasi Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi pada tahun 2020.

d. Eliminasi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur pada tahun
2030
Kegiatan Eliminasi Malaria harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan mitra kerja lainnya. Dari berbagai pengalaman Eliminasi
Malaria pada masa lalu, telah terbukti bahwa tanpa keterlibatan dan dukungan legislatif,
pemerintah daerah, masyarakat termasuk organisasi sosial, keagamaan dan pihak swasta,
maka hasil yang dicapai belum optimal.
Kegiatan Eliminasi Malaria lebih banyak terfokus kepada kegiatan promotif dan preventif. Oleh
karena itu peranan Promosi Kesehatan akan semakin besar agar pelaksanaannya lebih
optimal. Strategi promosi kesehatan untuk Eliminasi Malaria adalah Advokasi, Bina Suasana,
Pemberdayaan Masyarakat yang didukung dengan Kemitraan
2.9 komplikasi
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebutpernicious
manifestasions.Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada
penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 %
pada seluruh penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal.
Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut
WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :

1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit
setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar
GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.
2. Acidemia/acidosis ; PH darah <>respiratory distress.
3. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik harus
dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati lainnya.
4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB
pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl.
5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).
6. Hipoglikemi : gula darah <>
7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <> 10C:8).
8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan laboratorik
adanya gangguan koagulasi intravaskuler
9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti
malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada
jaringan otak.
(http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/malaria.html)

2.10 prognosis

Prognosis malaria yang disebabkan oleh P. vivax pada umumnya baik, tidak menyebabkan
kematian, walaupun apabila tidak diobati infeksi rata-rata dapat berlangsung sampai 3 bulan
atau lebih lama oleh karena mempunyai sifat relaps, sedangkan P. Malariae dapat
berlangsung sangat lama dengan kecenderungan relaps, pernah dilaporkan sampai 30-50
tahun. Infeksi P. falciparum tanpa penyulit berlangsung sampai satu tahun. Infeksi P.
falciparum dengan penyulit prognosis menjadi buruk, apabila tidak ditanggulangi secara
cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada gizi buruk.(8,11)
WHO mengemukakan indikator prognosis buruk apabila(8) :
Indikator klinis:
a. Umur 3 tahun atau kurang
b. Koma yang berat
c. Kejang berulang

d. Refleks kornea negatif


e. Deserebrasi
f. Dijumpai disfungsi organ (gagal ginjal, edema paru)
g. Terdapat perdarahan retina

Indikator laboratorium:
a. Hiperparasitemia (>250.000/ml atau >5%)
b. Skizontemia dalam darah perifer
c. Leukositosis
d. PCV (packed cell volume) <20 %
e. Glukosa darah <40 mg/dl
f. Ureum >60 mg/dl
g. Glukosa likuor serebrospinalis rendah
h. Kreatinin > 3,0 mg/dl
i. Laktat likuor serebrospinalis meningkat
j. SGOT meningkat > 3 kali normal
k. Antitrombin rendah
l. Peningkatan kadar plasma 5-nukleoti

2.11 Patogenesis
Parasit Plasmodium yang berkembang biak dengan cara memisahkan tubuh dapat
berkembang biak di dalam sistem hati manusia dengan sangat cepat menjadi ribuan hanya
dalam beberapa menit setelah parasit ini disuntikan oleh nyamuk Anopheles betina yang
sedang makan.Terdapat dua tahap perkembangan penyakit malaria, yaitu tahap exoerthrocitic
dan tahap erithrocitic. Tahap exoeriyhrocitic adalah tahap dimana terjadinya infeksi pada
sistem hati (liver) manusia yang disebabkan oleh parasit plasmodium, sedangkan tahap
erithrocitic adalah tahap terjadinya infeksi pada sel darah merah (eritrosit).Setelah masuk
melalui darah dan sampai di sistem hati manusia, parasit ini akan berkembang biak dengan
cepat yang kemudian keluar dan menginfeksi sel darah merah, yang mana proses inilah yang
menimbulkan timbulnya demam pada penderita malaria. Selanjutnya adalah parasit
plasmodium akan terus berkembang biak dalam sel darah merah yang kemudian keluar untuk
menginfeksi sel darah merah lain yang masih sehat, hal inilah yang menyebabkan terjadinya
gejala panas atau demam naik turun pada penderita malaria.Walaupun sebenarnya sistem limpa
manusia bisa menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi oleh parasit, tetapi parasit
plasmodium jenis falciparum dapat membuat sel darah merah menempel pada pembuluh darah
kecil dengan cara melepaskan protein adhesif, sehingga dengan begini sel darah merah yang
terinfeksi tidak dapat masuk kedalam sistem limpa untuk dihancurkan. Dengan kemampuan
inilah plasmodium falciparum sering menjadi penyakit malaria akut, karena dengan
kemampuan menempelkan sel darah merah yang telah terinfeksi di dinding pembuluh darah
kecil secara simultan sehingga dapat menyumbat peredaran darah ke otak yang sering
mengakibatkan kondisi koma pada penderita penyakit malaria (lihat gambar di atas).
Lain halnya dengan sebagian parasit plasmodium jenis vivax atau ovale tidak mempunyai
kecenderungan yang mematikan seperti plasmdium falciparum tetapi dengan kemampuan
menghasilkan hipnosoites yang tetap aktif selama beberapa bulan bahkan tahun, sehingga
penderita penyakit malaria yang disebabkan plasmodium ini sering mengalami malaria yang
baru kambuh dan kambuh lagi selama beberapa bulan bahkan tahun setelah terinfeksi pertama
kali, dan sangat sulit dibasmi secara tuntas dari dalam tubuh manusia terinfeksi
(Penyakitmalaria.com, 2013).

Gambar 29 Patofisiologi malaria

Anda mungkin juga menyukai