Wrap Up Malaria Blok IPT
Wrap Up Malaria Blok IPT
Sasaran belajar
Lo 1 mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan plasmodium
1.1 definisi
Sporozoa dari genus plasmodium adalah parasite amoeboid intraseluler pada vertebrata yang
menghasilkan pigmen, dengan satu habitat dalam sel darah merah dan yang lainnya dalam
sel-sel jaringan lain. Penularan kepada manusia adalah melalui gigitan nyamuk anopheles
betina penghisap darah dari berbagai spesies.
1.2 klasifikasi
1.3 morfologi
Morfologi plasmodium dirinci berdasarkan spesies, yang pada wrap up ini hanya
difokuskan pada spesies plasmodium yang menyebabkan malaria.
a. Plasmodium vivax
Umur relatif sel darah merah yang terinfeksi hanya yang muda & belum matang.
Penampilan sel darah merah yang terinfeksi membesar.
Bentuk cincin:
cincin sitoplasma berukuran 1/3 diameter sel darah merah
Satu titik kromatin
Cincin mengelilingi vakuola
Gambar 3 Tropozoit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Skizon
Skizon belum matang:
Beberapa badan kromatin
Pigmen coklat
skizon matang:
12 sampai 24 merozoit mayoritas menempati sel-sel darah merah
merozoit dikelilingi oleh sitoplasma
Coklat pigmen mungkin ada
Gambar 4 Skizon
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Gametosit
Mikrogametosit:
Merah besar dengan massa kromatin ungu dikelilingi oleh lingkaran cahaya berwarna
pucat
Umumnya berpigmen coklat
Makrogametosit:
Sitoplasma bundar hingga oval
Massa kromatin eksentrik
Coklat muda halus hadir diseluruh sel pigmen
Gambar 5 Gametosit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
b. Plasmodium ovale
Umur relatif sel darah merah yang terinfeksi hanya yang muda & belum
matang.
Penampilan sel darah merah yang terinfeksi berbentuk oval & membesar,
dinding sel compang camping
Bentuk cincin:
Menyerupai P. vivax
Cincin lebih besar dari P. vivax
Cincin sering tercentang & agak ameboid dalam tampilannya
Gambar 8 Tropozoit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Skizon
Skizon belum matang:
Kromatin dikelilingi oleh sitoplasma, mempertahankan bentuk melingkarnya
di awal perkembangan
Skizon matang:
Parasit menempati tiga perempat sel darah merah
Adanya 8 sampai 12 merozoit
Rata-rata 8 merozoit pada rosettes
Gambar 9 Skizon
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Gametosit
Serupa dengan P. vivax, hanya lebih kecil dalam ukuran
Gambar 10 Gametosit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
c. Plasmodium malariae
Serupa dengan P. vivax, hanya lebih kecil dalam ukuran, sel darah merah yang
diinfeksi hanya sel darah merah matang
Penampilan sel darah merah yang terinfeksi dalam ukuran normal, tidak ada distorsi
Bentuk cincin:
Ukuran lebih kecil dari P. vivax
Menempati 1/6 dari sel darah merah
Titik kromatin tebal
Vakuola mungkin terisi
Pigmen terbentuk lebih awal
Gambar 13 Tropozoit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Skizon
Skizon belum matang:
Mirip dengan P. vivax, hanya lebih kecil dan mungkin berisi butiran perifer
atau sentral besar & gelap
Skizon matang:
6 sampai 12 merozoit diatur dalam rosettes atau kelompok yang tidak teratur
Gambar 14 Skizon
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Gametosit
Serupa dengan P. vivax, hanya lebih kecil dalam ukuran & pigmen biasanya
lebih gelap & lebih kasar
bentuk lama mengasumsikan bentuk oval
Gambar 15 Gametosit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
d. Plasmodium falsiparum
Bentuk cincin:
Lingkaran konfigurasi (satu titik kromatin) atau headphone konfigurasi (dua
titik kromatin)
Hanya sedikit sitoplasma & vakuola kecil
Beberapa cincin umum
Accol bentuk umum
Gambar 18 Tropozoit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Skizon
Skizon belum matang:
Beberapa badan kromatin dikelilingi oleh sitoplasma
Hanya terdeteksi pada infeksi berat
Skizon matang:
8-36 merozoit (rata-rata 24) dalam penyusunan kelompok
hanya terdeteksi pada infeksi berat
Gambar 19 Skizon
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
Gametosit
Mikrogametosit:
Gambar 20 Gametosit
Sumber: http://diagnosticparasitology.weebly.com/malaria.html
1.4 siklus hidup dan perbedaan
Daur
praeritrosit
Hipnozoit
Jumlah
merozoit hati
Skizon hati
Daur erotrosit
Eritrosit yang
dihinggapi
Pembesaran
eritrosit
Titik-titik
eritrosit
Siklus aseksual
Pigmen
Plasmodium
falciparum
5,5 hari
Plasmodium Plasmodium
vivax
ovale
8 hari
9 hari
Plasmodium
malariae
10-15 hari
40.000
+
10.000
+
15.000
15.000
60 mikron
48 jam
Muda dan
normosit
-
45 mikron
48 jam
Retikulosit
& normosit
++
70 mikron
50 jam
Retikulosit &
normosit muda
+
55 mikron
72 jam
Normosit
Maurer
Schuffner
Ziemann
48 jam
48 jam
Schuffner
(James)
48 jam
Hitam
Kuning
tengguli
12-18
Tengguli tua
8-10
Tengguli
hitam
8
8-9 hari
12-14 hari
26-28 hari
Jumlah
8-24
merozoit
eritrosit
Daur
dalam 10 hari
nyamuk pada
27C
( Inge, 2009)
72 jam
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk
anopheles betina.
1.
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang berada
dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama kurang lebih 30
menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi
skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut
dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat
bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps
(kambuh). Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan
aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan
merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut
dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan
betina.
2. Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam
tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot
ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di
luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi
sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Masa inkubasi
atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai
timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari spesies
Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk
sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
1.5 vektor
Vektor adalah organisme, seperti nyamuk atau kutu, yang membawa mikroorganisme
penyebab penyakit dari satu host ke yang lain (www.thefreedictionary.com, 2013)
Klasifikasi nyamuk Anopheles sebagai vektor malaria:
Phylum : Arthropoda
Classis : Hexapoda / Insecta
Sub Classis : Pterigota
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Sub Famili : Anophellinae
Genus : Anopheles
Spesies Anopheles
Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria
di Indonesia antara lain :
a. Anopheles sundaicus
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan
Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat
g. Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada
kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti.
(Anonim, 2013)
vektor malaria
Sumber:http://cc.shsmu.edu.cn/G2S/Template/View.aspx?
courseId=5240&topMenuId=27449&action=view&type=&name=&menuType=1&curfolid=
57082
menjelaskan sifat dan karakteristik vektor malaria
Nyamuk Anopheles yang aktif mengisap darah adalah yang betina karena
darah diperlukan untuk perkembangan telurnya. Nyamuk Anopheles apabila aktif
mencari darah maka akan berkeliling sampai ditemukan rangsangan dari inang
1.Telur nyamuk
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadanya
kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda -beda
tergantung dari jenisnya.
-Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau
bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung.
-Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas pemlukaan air secara bergerombolan dan
bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
-Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau
menempel pada pemlukaan benda yang merupakan tempat air pada batas pemukaan air dan
tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhantumbuhan air, dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium telur
ini memakan waktu 1 -2 hari.
2. Larva nyamuk
Larva mempunyai thorax yang lebar dan mempunyai abdomen yang bersegmen-segmen.
Larva belum mempunyai kaki. Berbeda dengan larva lain, larva Anopheles tidak mempunyai
siphon sehingga posisi larva paralel terhadap permukaan air. Larva bernafas melalui sepasang
spirakel yang berada pada segmen abdomen ke-8, sehingga seringkali larva harus naik ke
permukaan air. Larva menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memakan alga, bakteri
dan mikroorganisme lain yang ada di lapisan permukaan air yang tipis. Larva akan segera
menyelam bila mengalami gangguan, bergerak dengan menggerakkan seluruh anggota
badannya. Larva mengalami 4 tahap perkembangan selama 9-12 hari (Barodji et al. 1985).
Setelah mencapai larva 4, larva akan berubah menjadi pupa. Larva umumnya ditemukan di
air yang bersih, rawa, hutan mangrove, sawah, parit, tepi sungai dan genangan air hujan.
Spesies lain dapat ditemukan di tempat yang banyak tumbuh-tumbuhan.
3. Pupa nyamuk
Pupa dilihat dari samping berbentuk seperti koma. Kepala dan thorax menyatu
menjadi cephalothorax dengan abdomen melengkung. Seperti halnya larva, pupa seringkali
naik ke permukaan air untuk bernafas. Pupa bernafas menggunakan sepasang alat respirasi
berbentuk terompet yang ada di dorsal cephalothorax. Seteleh beberapa hari, bagian dorsal
daricephalothorax akan sobek dan nyamuk dewasa akan muncul. Umur pupa pada suhu 23320C dan kelembaban 58-85% rata- rata dua hari (Barodji et al. 1985).
4.Nyamuk dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu
dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal
di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar,
maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama
hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada
beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk. Lama
perkembangan dari telur menjadi dewasa bervariasi tergantung pada suhu lingkungan,
kelembaban dan makanan. Nyamuk dapat berkembang dari telur menjadi dewasa paling
cepat 5 hari, tetapi umumnya membutuhkan waktu 10-14 hari pada iklim tropis. Anopheles
dewasa mempunyai bentuk tubuh yang ramping terdiri dari tiga bagian tubuh;
kepala, thorax dan abdomen. Kepala mempunyai kemampuan khusus untuk menangkap
informasi melalui sensor. Kepala mempunyai sepasang mata dan antena yang bersegmensegmen. Antena merupakan bagian yang penting untuk mendeteksi bau induk semang dan
mendeteksi tempat yang cocok untuk bertelur. Kepala juga mempunyai probosis yang
digunakan untuk menghisap darah dan mempunyai dua sensor palpi. Thorax berfungsi
sebagai alat lokomosi. Tiga pasang kaki dan sepasang sayap juga terletak di bagian thorax.
Abdomen berfungsi sebagai tempat pencernaan dan tempat perkembangan telur. Segmen
abdomen dapat melebar pada saat menghisap darah. Darah yang telah dihisap dan disimpan
di dalam abdomen, dicerna sebagai sumber protein yang berguna dalam pematangan telur
(Clements 2000). Nyamuk Anopheles dapat dibedakan dengan nyamuk yang lain dari palpi
dan sayap. Palpi pada Anopheles mempunyai panjang yang sama dengan probosis,
sedangkan pada sayap terdapat bentukan balok berwarna hitam putih. Anopheles dewasa
juga mempunyai ciri khas pada saat posisi istirahat, baik jantan maupun betina akan
nungging pada saat istirahat. Setelah beberapa hari muncul dari pupa menjadi
dewasa, Anopheles dewasa akan melakukan perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi
di sore hari dengan cara jantan yang mendatangi sekawanan betina. Antara nyamuk jantan
dan betina dapat dibedakan dari antenanya. Antena jantan bersifat plumose sedangkan yang
betina bersifat pilose. Jantan hidup sekitar satu minggu dengan menghisap nektar atau gula
dari sumber yang lain. Betina juga membutuhkan nektar untuk energi selain darah. Setelah
kenyang darah, betina akan beristirahat selama beberapa hari sementara darah akan dicerna
dan telur mengalami perkembangan. Proses ini tergantung pada suhu, umumnya
membutuhkan 2-3 hari pada iklim tropis. Betina di alam dapat hidup 2-3 minggu, tetapi di
laboratorium betina dapat hidup selama satu bulan atau lebih. Lama hidup Anopheles sangat
tergantung pada suhu, kelembaban dan kemampuan dalam mencari darah (Yoshida et
al. 2007; Anonim 1997).
(Nugroho, 2011; Nurmaini, 2003)
Vector
An. Sundaicus, An. Punctulatus, An. Ludlowi, An.
2.
Air pegungungan
Danau
Penularan yang tidak alamiah.
Koliensis
An. Maculatus, An. Karwari, An. Ludlowi
An. Bancrofti
Masa inkubasi ini bervariasi antara 9 -30 hari tergantung pada species parasit, paling
pendek pada plasmodium Falciparum dan paling panjang pada plasmodium malaria. Masa
inkubasi ini tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya
dan tingkat imunitas penderita.
Cara penularan, apakah secara alamiah atau bukan alamiah, juga mempengaruhi.
Penularan bukan alamiah seperti penularan malalui transfusi darah, masa inkubasinya
tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas
penerima arah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi plasmodium
falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari.
Lo 2 mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan malaria
2.1 definisi
adalah penyakit bawaan yang disebabkan oleh parasit protozoa.Penyakit Malaria meluas di
kawasan tropika maupun subtropika, termasuk sebahagian dari Amerika, Asia, dan Afrika.
Setiap tahun Penyakit Malaria dapat menyebabkan lebih dari 650 juta orang dan bisa
membunuh 1-3 juta jiwa, Dan perlu anda ketahui kebanyakan korban adalah kanak-kanak
Penyakit Malaria merupakan salah satu penyakit yang menular. Penyakit Malaria
disebabkan oleh parasit protozoa dari genusPlasmodium. Penyakit Malaria yang paling
bahaya dapat di sebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
2.2 klasifikasi
desain case series di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tahun 2005-2006 terdapat 384
penderita malaria, 243 orang (63,3%) laki-laki dan 141 orang (36,7%) perempuan, kelompok
umur 5-14 tahun 23 orang (6%), 15-44 tahun 326 orang (84,9%), dan >45 tahun 35 orang
(9,1%). Penelitian Yoga dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006) tahun 1999 di Kabupaten
Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria yang diteliti, 44% berasal dari
pekerjaan petani serta tidak ditemukan pada PNS/TNI/POLRI. Penelitian Sunarsih, dkk tahun
2004-2007 dengan desain kasus kontrol, kasus malaria di wilayah Puskesmas Pangkalbalam
Kota Pangkalpinang banyak diderita responden berumur 21-25 tahun (17,6%), umur 36-40
tahun (14,7%). Namun secara keseluruhan fenomena tersebut menunjukkan bahwa penyakit
malaria menyerang hampir seluruh kelompok umur, 80 orang mempunyai jenis kelamin
lakilaki (58,8%), perempuan 41,2% (56 orang).
b. Tempat
Batas dari penyebaran malaria adalah 64LU (Rusia) dan 32LS (Argentina). Ketinggian
yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan
2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi
geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah
tropik. Malaria di suatu daerah dikatakan endemik apabila kesakitannya yang disebabkan
oleh infeksi alamiah, kurang lebih konstan selama beberapa tahun berturut-turut. Berdasarkan
hasil Spleen Rate (SR), yaitu persentase penduduk yang limpanya membesar dari seluruh
penduduk yang diperiksa pada kelompok umur 2-9 tahun, suatu daerah dapat diklasifikasikan
menjadi 4 tingkat endemisitas :
i. Hipoendemik SR < 10%
ii. Mesoendemik SR 11-50%
iii. Hiperendemik SR > 50% (SR dewasa tinggi > 25 %)
iv. Holoendemik SR >75 % (SR dewasa rendah).
Berdasarkan AMI, daerah malaria dapat diklasifikasikan menjadi :
i. Low Malaria Incidence, AMI < 10 kasus per 1.000 penduduk
ii. Medium, AMI 10-50 kasus per 1.000 penduduk
iii. High, AMI > 50 kasus per 1.000 penduduk
Penelitian Ahmadi, dkk tahun 2008 di di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung
Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa dari 54 responden, yang positif malaria terdapat 53
(98,1 %) responden yang mempunyai tempat tinggal dengan jarak kurang dari 200 m dari
hutan/kebun/semak-semak/sawah dan 1 (1,9 %) responden yang mempunyai tempat tinggal
yang berjarak lebih dari 200 m. Digunakan jarak 200 m adalah karena 200 m adalah jarak
terbang maksimum nyamuk.
c. Waktu
Menurut data Profil Dinkes Sumut dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006), di Propinsi
Sumatera Utara terjadi kasus malaria klinis rata-rata 82.405 per tahun (selama tahun 19962000). Penyakit malaria sampai saat ini menduduki rangking ke-7 dari 10 penyakit terbesar di
Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data laporan bulanan malaria, kejadian malaria di
Kawasan Ekosistem Leuser berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) terjadi peningkatan
malaria, yaitu dari 12,8 tahun 2003 meningkat menjadi 14,3 tahun 2004 dan 25,4
tahun 2005.
2.
a.
b.
c.
3.
4.
5.
6.
1.
Masa inkubasi Biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek
untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan
sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin
disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung
stadium aseksual)
2.
1.
Stadium dingin
Mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.Gigi gemeretak dan penderita
biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi
cepat tetapi lemah.Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan
pucat.Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperature.
2.
Stadium demam
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap
tinggi, dapat sampai 40C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat,
nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini
berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat
3.
Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah.
Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita
biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada
gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.gejala klinis yang berat biasanya
teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini
disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk
berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.Gejala
mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal.Black water
fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang
menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever
adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water
fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang
-ulang dan infeksi yang cukup berat.
Plasmodium
Falciparum
Masa
Tipe panas
inkubasi(hari)
(jam)
12 (9-14)
24,36,48
Relaps
Recrudensi
Manifestasi klinik
Gejala
gastrointestinal,
hemolysis,
anemia, icterus
hemoglobinuria,
syok, algid
malaria, gejala
serebral, edema
paru,
hipoglikemi,
gangguan
kehamilan,
kelainan retina,
kematian.
Vivax
13 (12-
48
++
17) 12 bulan
Anemia kronik,
splenomegali
rupture limpa.
Ovale
17 (16-18)
48
++
Saman dengan
vivax
Malariae
28 (18-40)
72
Rekrudensi
sampai 50 tahun,
splenomegali
menetap, limpa
jarang ruptur,
sindroma
nefrotik.
Ket :
-
Serangan primer : keadaan mulai dari akhir sama inkubasi dan mulai terjadi serangan
paroksismal yang terdiri dari menggigil, panas dan berkeringat. Serangan paroksismal ini
dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasite dan keadaan imunitas
penderita.
Recrudescense : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer. Recrudensi dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik
sesudah periode laten dari serangan primer.
Relaps : berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara
serangan periodik dari infeksi primer yang setelah periode yang lama dari masa latent
(sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar
eritrosit hati pad malaria vivaks atau ovale.
Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat (RDT
Rapid Diagnostic Test)
-
ANAMNESIS
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan :
a.
b.
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria
c.
d.
e.
a.
b.
c.
Kejang-kejang
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
j.
k.
PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan darah sistolik < 70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak-anak <50 mmHg
Frekuensi nafas > 35 x per menit pada orang dewasa atau > 40 x per menit pada balita,
anak di bawah 1 tahun > 50 x per menit
1)
2)
3)
Kepadatan parasit :
a.
Semi kuantitatif
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit)
(+) = positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 lapangan pandang besar)
(++) = positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) = positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan
darah tipis (eritrosit). Contoh = bila dijumpai 1500 parasit per 200 leukosit sedangkan jumlah
leukosit 8000/mikroL maka hitung parasit = 8000/200 x 1500 parasit = 60.000
parasit/mikroL. Bila dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5 % . Bila jumlah eritrosit
450.000 maka hitung parasite 450.000/1000 x 50 = 225.000 parasit/mikroL
Untuk penderita malaria berat perlu memperhatikan :
1.
Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai
3 hari berturut-turut.
2.
Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan
parasite maka diagnosis malaria disingkirkan
HRP-2 (Histidine rich protein 2 yang diproduksi oleh trofozoit, skizon, dan gametosit muda P.
falciparum
Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang diproduksi oleh parasite
bentuk aseksual atau seksual Plasmodium falciparum,P. vivax, P.ovale, dab P. malariae
Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu :
a.
b.
Combo yang mampu mendiagnosis infeksi infeksi P. falciparum dan non falciparum
1.
2.
3.
Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureun, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah)
4.
EKG
5.
Foto toraks
6.
7.
8.
Urinalisis
Demam tifoid
b.
Demam dengue
c.
d.
Leptospirosis ringan
e.
a)
b)
c)
Tifoid ensefalopati
d)
Hepatitis
e)
Leptospirosis berat
f)
g)
Sepsis
h)
3.1. Sudah ada sarana diagnostik malaria, dan blm ada obat
ACT:
P falciparum: sulfadoksin + pirimetamin (3 tab dosis
tunggal) + Primakuin 2 3 tab,
bila tidak efektif:
Kina + doksisiklin/tetrasilin + Primakuin
3.2. Belum ada sarana diagnostik malaria:
Pdrt gejala klinik malaria: Klorokuin + Primakuin
Artemeter IM:
Ampul 40 mg dlm lar minyak
Loading dose: 3,2 mg/kg BB,IM
Selanjutnya: 1,6 mg/Kg BB, IM,
1x/hari, sampai pdrt mampu minum obat, lini 1 P Falcifarum
plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit, dan efektif terhadap semua spesies
plasmodium.
Penggunaan obat ACT dapat berupa:
Kompbinasi obat tetap (fixed dose)
Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemberian pengobatan. Contohnya ialah :
Co-Artem yaitu kombinasi artemeter (20mg) + lumefantrine (120mg). Dosis
Co-Artem 4 tablet 2x1 hari selama 3 hari.
Artekin yaitu kombinasi dihidroartemisinin (40mg) + piperakuin (320mg).
Dosis artekin untuk dewasa : dosis awal 2 tablet, 24 jam dan 32 jam masingmasing 2 tablet.
Kombinasi tidak tetap ( non-fixed dose)
Kombinasi ACT yang tidak tetap misalnya :
Artesunat + meflokuin
Artesunat + amodiakuin
Artesunat + klorokuin
Artesunat + sulfadoksin-pirimetamin
Artesunat + pironaridin
Artesunat + chlorproguanil-dapson (CDA/lapdap plus)
Dihidroartemisinin + piperakuin + trimethoprim (Artekom)
Artecom + primakuin (CV8)
Dihidroartemisinin + naptokuin
Yang ada di Indonesia saat ini adalah kombinasi artesunat + amodiakuin dengan nama
dagang Artesdiaquine atau Artesumoon. Dosis untuk orang dewasa yaitu artesunat
(50mg/tablet) 200mg pada hari I-III (4 tablet). Untuk amodiakuin (200mg/tablet) yaitu 3
tablet hari I dan II dan 11/2 tablet hari III. Artemusoon ialah kombinasi yang dikemas sebagai
blister (kantong kecil berisi cairan) dengan aturan pakai tiap blister/hari (artesunat +
amodiakuin) diminum selama 3 hari. Dosis amodiakuin adalah 25-30 mg/kgBB selama 3
hari.Dosis untuk anak-anak adalah artesumoon merupakan gabungan artesunat 2mg/kgBB
sekali sehari selama 3 hari, untuk hari pertama diberi 2 dosis dan amodiakuin hari I dan II 10
mg/kgBB dan hari III 5 mg/kgBB.
Catatan : untuk pemakaian obat golongan artemisinin harus di sertai/dibuktikan
dengan pemeriksaan parasit yang positif, setidaknya dengan tes cepat antigen yang positif.
Bila malaria klinis/tidak ada hasil pemeriksaan parasitologik tetap menggunakan obat nonACT.
2. Pengebotan malaria dengan obat-obat Non-ACT
Obat non-ACT ialah :
Klorokuin difosfat/sulfat
250 mg (150 mg basa), dosis 25 mg basa/kgBB untuk 3 hari, terbagi 10 mg/kgBB hari
I dan hari II, 5 mg/kgBB pada hari ke III. Pada orang dewasa biasa dipakai dosis 4
tablet hari I dan II, 2 tablet pada hari III. Dipakai untuk P.falciparum maupun P.vivax .
Sulfadoksin-pirimetamin (SP)
(500 mg sulfadoksin + 25 mg pirimetamin), dosis orang dewasa 3 tablet dosis tunggal
(1 kali). Atau dosis anak memakai takaran pirimetamin 1,25 mg/kgBB. Obat ini hanya
dipakai untuk P.falciparum dan tidak efektif untuk P.vivax. Bila terjadi kegagalan
dengan obat klorokuin dapat menggunakan SP.
Kina sulfat
(1 tablet 220 mg), dosis yang dianjurkan ialah 3x10 mg/kgBB selama 7 hari, dapat
dipakai untuk P.falciparum maupun P.vivax. Kina dipakai sebagai obat cadangan
untuk mengatasi resistensi terhadap klorokuin dan SP. Pemakaian obat ini untuk
waktu yang lama (7 hari) menyebabkan kegagalan untuk memakai sampai selesai.
Primakuin
(1 tablet 15 mg), dipakai sebagai obat pelengkap/pengobatan radical terhadap
P.falciparum maupun P.vivax. pada P.falciparum dosisnya 45 mg (3 tablet) dosis
tunggal untuk membunuh gamet; sedangakan untuk P.vivax dosisnya 15 mg/hari
selama 14 hari yaitu untuk membunuh gamet dan hipnozoit (anti-relaps).
Penggunaan obat kombinasi Non-ACT
Apabila pola resistensi masih rendah,belum tejadi multiresistensi, dan belum
tersedianya
obat antemisinin, dapat menggunakan obat standar yang
dikombinasikan. Contohnya
adalah :
a) Kombinasi klorokuin + SP.
b) Kombinasi SP + kina
c) Kombinasi klorokuin + doksisiklin/tetrasiklin
d) Kombinasi SP + doksisiklin/tetrasiklin
e) Kina + doksisiklin/tetrasiklin
f) Kina + klimdamisin
Pemakain obat-obat kombinasi ini juga harus dilakukan monitoring respon
pengobatan sebab perkembangan resistensi terhadap obat malaria berlangsung cepat
dan meluas.
Obat ini dapat digunakan 1-2 hari sebelum melakukan perjalanan ke daerah epidemi
malaria (dibanding dengan obat lain yang harus digunakan dalam jangka waktu yang lebih
panjang)
Pilihan terbaik untuk waktu perjalanan yang lebih singkat ke daerah epidemi malaria
karena obat ini hanya digunakan dalam waktu 7 hari setelah perjalanan ke daerah epidemi,
dibandingkan dengan obat lain yang harus digunakan 4 minggu sepulangnya dari daerah
epidemi malaria.
Efek samping yang sangat rendah (hampir tidak ada efek samping)
Pilihan yang baik untuk perjalanan yang panjang ke daerah epidemi malaria karena
obat ini digunakan mingguan (satu minggu sekali)
Obat digunakan dalam jangka yang cukup panjang yaitu 4 minggu setelah pulang dari
daerah epidemi, dan haru digunakan 2 minggu sebelum berangkat ke daerah epidemi malaria.
3. Doxycycline
Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :
Obat ini dapat diambil 1-2 hari sebelum tiba di tempat epidemi malaria.
Obat ini juga melindungi dari beberapa infeksi lain seperti Rickettsiae and
leptospirosis.
Alasan yang membuat anda mungkin tidak memilih obat ini :
Beberapa orang dapat mengalami gangguan perut dalam penggunaan obat ini.
4. Mefloquine
Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :
Sangat cocok untuk perjalanan panjang dan lama ke tempat epidemi malaria karena
obat ini hanya digunakan seminggu sekali.
Dapat digunakan oleh wanita hamil.
Alasan yang membuat anda mungkin tidak memilih obat ini :
Obat ini haru terus digunakan selama 4 minggu setelah kembali dari daerah epidemi
malaria.
5. Primakuin
Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :
Obat ini sangat efektif menangkal plasmodium vivax sehingga sangat cocok
digunakan di daerah epidemi malaria vivax.
3. Vaksin malaria
Vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat membantu mencegah penyakit
ini, tetapi adanya bermacam stadium pada perjalanan penyakit malaria menimbulkan
kesulitan pembuatannya. Penelitian pembuatan vaksin malaria di tujukan pada 2 jenis vaksin,
yaitu :
1). Proteksi terhadap ketiga stadium parasit : a. sporozoit yang berkembang dalam nyamuk
dan menginfeksi manusia, b. merozoit yang menyerang eritrosit, dan c. gametosit yang
menginfeksi nyamuk
2). Rekayasa genetika atau sintesis polipeptida yang relevan.
Jadi, pendekatan pembuatan vaksin yang berbeda-beda mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, tergantung tujuan mana yang akan di capai. Vaksin sporozoit
P.falciparum merupakan vaksin yang pertama kali di uji coba, dan apabila telah berhasil,
dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas malaria tropika terutama pada anak dan ibu
hamil.
Awal tahun 1997 dilaporkan bahwa WHO akan mensponsori pembuatan vaksin dr.Patorroyo
(Colombia). Vaksin ini hanya memberikan perlindungan terhadap malaria tropika sebanyak
30% dari orang yang disuntik, tetapi mengingat adanya lebih dari 1 juta orang pengidap
malaria yang meninggal setiap tahunnya di afrika, maka kampanye vaksinasi akan terus
dilangsungkan.
(Jauhari, 2007)
Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria)
Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen masyarakat untuk memberantas
Malaria secara intensif melalui kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya
masyarakat dan badan-badan internasional serta penyandang dana, mengingat masalah
malaria merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan berbagai aspek
seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk sebagai
vektor penular.
Strategi dalam Pemberantasan Malaria antara lain adalah dengan sistem kewaspadaan dini
dan upaya penanggulangan epidemi agar tidak semakin menyebar; intensifikasi pengawasan,
diagnosis awal dan pengobatan yang tepat, dan kontrol vektor secara selektif. Kebijakankebijakan yang diambil dalam pemberantasan malaria antara lain penekanan pada
desentralisasi, keterlibatan masyarakat dalam pemberantasan malaria, dan membangun kerja
sama antarsektor, NGO, dan lembaga donor. Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak
Malaria yang dimulai pada 2000 adalah bentuk operasional dari Roll Back Malaria (RBM).
Eliminasi Jawa, Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau pada tahun 2015.
c.
Eliminasi Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi pada tahun 2020.
d. Eliminasi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur pada tahun
2030
Kegiatan Eliminasi Malaria harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan mitra kerja lainnya. Dari berbagai pengalaman Eliminasi
Malaria pada masa lalu, telah terbukti bahwa tanpa keterlibatan dan dukungan legislatif,
pemerintah daerah, masyarakat termasuk organisasi sosial, keagamaan dan pihak swasta,
maka hasil yang dicapai belum optimal.
Kegiatan Eliminasi Malaria lebih banyak terfokus kepada kegiatan promotif dan preventif. Oleh
karena itu peranan Promosi Kesehatan akan semakin besar agar pelaksanaannya lebih
optimal. Strategi promosi kesehatan untuk Eliminasi Malaria adalah Advokasi, Bina Suasana,
Pemberdayaan Masyarakat yang didukung dengan Kemitraan
2.9 komplikasi
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebutpernicious
manifestasions.Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada
penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 %
pada seluruh penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal.
Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut
WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :
1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit
setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar
GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.
2. Acidemia/acidosis ; PH darah <>respiratory distress.
3. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik harus
dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati lainnya.
4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB
pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl.
5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).
6. Hipoglikemi : gula darah <>
7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <> 10C:8).
8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan laboratorik
adanya gangguan koagulasi intravaskuler
9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti
malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada
jaringan otak.
(http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/malaria.html)
2.10 prognosis
Prognosis malaria yang disebabkan oleh P. vivax pada umumnya baik, tidak menyebabkan
kematian, walaupun apabila tidak diobati infeksi rata-rata dapat berlangsung sampai 3 bulan
atau lebih lama oleh karena mempunyai sifat relaps, sedangkan P. Malariae dapat
berlangsung sangat lama dengan kecenderungan relaps, pernah dilaporkan sampai 30-50
tahun. Infeksi P. falciparum tanpa penyulit berlangsung sampai satu tahun. Infeksi P.
falciparum dengan penyulit prognosis menjadi buruk, apabila tidak ditanggulangi secara
cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada gizi buruk.(8,11)
WHO mengemukakan indikator prognosis buruk apabila(8) :
Indikator klinis:
a. Umur 3 tahun atau kurang
b. Koma yang berat
c. Kejang berulang
Indikator laboratorium:
a. Hiperparasitemia (>250.000/ml atau >5%)
b. Skizontemia dalam darah perifer
c. Leukositosis
d. PCV (packed cell volume) <20 %
e. Glukosa darah <40 mg/dl
f. Ureum >60 mg/dl
g. Glukosa likuor serebrospinalis rendah
h. Kreatinin > 3,0 mg/dl
i. Laktat likuor serebrospinalis meningkat
j. SGOT meningkat > 3 kali normal
k. Antitrombin rendah
l. Peningkatan kadar plasma 5-nukleoti
2.11 Patogenesis
Parasit Plasmodium yang berkembang biak dengan cara memisahkan tubuh dapat
berkembang biak di dalam sistem hati manusia dengan sangat cepat menjadi ribuan hanya
dalam beberapa menit setelah parasit ini disuntikan oleh nyamuk Anopheles betina yang
sedang makan.Terdapat dua tahap perkembangan penyakit malaria, yaitu tahap exoerthrocitic
dan tahap erithrocitic. Tahap exoeriyhrocitic adalah tahap dimana terjadinya infeksi pada
sistem hati (liver) manusia yang disebabkan oleh parasit plasmodium, sedangkan tahap
erithrocitic adalah tahap terjadinya infeksi pada sel darah merah (eritrosit).Setelah masuk
melalui darah dan sampai di sistem hati manusia, parasit ini akan berkembang biak dengan
cepat yang kemudian keluar dan menginfeksi sel darah merah, yang mana proses inilah yang
menimbulkan timbulnya demam pada penderita malaria. Selanjutnya adalah parasit
plasmodium akan terus berkembang biak dalam sel darah merah yang kemudian keluar untuk
menginfeksi sel darah merah lain yang masih sehat, hal inilah yang menyebabkan terjadinya
gejala panas atau demam naik turun pada penderita malaria.Walaupun sebenarnya sistem limpa
manusia bisa menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi oleh parasit, tetapi parasit
plasmodium jenis falciparum dapat membuat sel darah merah menempel pada pembuluh darah
kecil dengan cara melepaskan protein adhesif, sehingga dengan begini sel darah merah yang
terinfeksi tidak dapat masuk kedalam sistem limpa untuk dihancurkan. Dengan kemampuan
inilah plasmodium falciparum sering menjadi penyakit malaria akut, karena dengan
kemampuan menempelkan sel darah merah yang telah terinfeksi di dinding pembuluh darah
kecil secara simultan sehingga dapat menyumbat peredaran darah ke otak yang sering
mengakibatkan kondisi koma pada penderita penyakit malaria (lihat gambar di atas).
Lain halnya dengan sebagian parasit plasmodium jenis vivax atau ovale tidak mempunyai
kecenderungan yang mematikan seperti plasmdium falciparum tetapi dengan kemampuan
menghasilkan hipnosoites yang tetap aktif selama beberapa bulan bahkan tahun, sehingga
penderita penyakit malaria yang disebabkan plasmodium ini sering mengalami malaria yang
baru kambuh dan kambuh lagi selama beberapa bulan bahkan tahun setelah terinfeksi pertama
kali, dan sangat sulit dibasmi secara tuntas dari dalam tubuh manusia terinfeksi
(Penyakitmalaria.com, 2013).