Anda di halaman 1dari 3

LAPAROSCOPY PADA WANITA DENGAN PERFORASI UTERUS ET

CAUSA TRANSLOKASI IUD

Nisa Utami Ika Permatasari


Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur

PENDAHULUAN
Benang IUD yang hilang saat pemeriksaan ginekologi merupakan tanda pertama
keluarnya IUD. IUD yang tertranslokasi seringkali terpalpasi pada cavum douglasi
saat pemeriksaan ginekologi, atau pada pemeriksaan USG. Pemeriksaan tambahan
seperti X-ray juga dibutuhkan untuk memperkirakan dimana letaknya IUD. Untuk
semua pasien, tindakan operasi yang dilakukan pada translokasi IUD adalah
laparoscopy.[1]

KASUS
Ny. N usia 24tahun dengan status obstetri P2A0 datang ke poliklinik untuk kontrol
rutin ginekologi. Ny. E telah terpasang IUD jenis copper (Nova T) pada Maret 2016
namun tidak melakukan kontrol rutin dan baru ke poliklinik pada bulan Desember
2016. Saat dilakukan USG, tidak ditemukan IUD pada uterus. Ny. E mengaku tidak
menyadari benang IUD nya hilang dan juga tidak mengalami keluhan apapun.
Akhirnya, dilakukanlah Pemeriksaan foto x-ray pada Ny. E dengan hasil sebagai
berikut.
Lalu dilakukan tindakan lanjut laparoscopy untuk mengambil IUD yang
tertranslokasi. Pada laparoscopy, ditemukan IUD migrasi ke omentum Ny. E.

DISKUSI
Perforasi Uteri adalah komplikasi yang serius dari IUD dan bisa mengancam jiwa.
Ada lebih dari 5 kasus kematian yang berhubungan dengan perforasi uteri oleh IUD.
Diagnosis dibuat saat benang pada serviks tidak ditemukan pada pemeriskaan
ginekologi rutin, dan dapat dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi kavitas uteri. [1]
Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan
IUD dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi,
sebaiknya dibuat foto Rontgen, dan jika tampak di foto IUD dalam rongga panggul,
hendaknya dilakukan histerografi untuk menentukan apakah IUD terletak di dalam
atau di luar kavum uteri. [2] Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan IUD
walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung IUD saja yang
menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, IUD
terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke rongga
perut. [2] Tempat migrasi IUD yang paling sering dilaporkan adalah omentum,
rectosigmoid colon, peritoneum, dan vesica urinaria. Tempat lainnya yang lebih
jarang adalah appendix, usus halus, adnexa, vena iliaca, kavum douglasi dan ovarium.
[1]
Ruptur primer pada uterus telah dilaporkan pada waktu pemasangan IUD; walaupun,
ruptur sekunder/ delayed lebih sering dan seringkali disebabkan spasme uterus. [1]
Banyak faktor yang bertanggung jawab pada perforasi uteri oleh IUD; yang paling
penting adalah konsistensi dan flexi uterus (immobile, fixed, atau uterus retroversi dan
masalah serviks), tipe dan rigiditas IUD dan pendorongnya, penanaman yang terlalu
cepat (dalam 12minggu persalinan), pengalaman klinisi dan banyaknya dorongan saat
penanaman IUD, dengan hasil IUD akan berhenti pada suatu titik dari pada tetap
lanjut menjadi perforasi. [1]
Gejala perforasi biasanya tidak spesifik. Kecurigaan adanya perforasi IUD harus
ditingkatkan saat pasien datang dengan nyeri perut, diare dan demam yang diikuti
oleh hilangnya benang IUD dan tidak ada deteksi IUD pada uterus melalui USG
transvaginal.[1] Jika perforasi terjadi dengan IUD yang tertutup, IUD harus
dikeluarkan dengan segara oleh karena dikhawatirkan akan terjadinya ileus, begitu
pula untuk IUD yang mengandung logam. Jika IUD yang menyebabkan perforasi itu
jenis terbuka dan linear dan tidak mengandung logam, IUD tidak perlu dikeluarkan
segera.[2]
Banyak penulis yang merekomendasikan pelepasan copper IUD dengan laparascopy
dalam kasus migrasi, karena respon inflamasi bisa menyebabkan obstruksi dan
perforasi viscera.[1] Laparotomi hanya dilakukan jika laparoscopy tidak berhasil, atau
setelah terjadi ileus. [2]
Sesuai dengan literatur diatas, pada pasien ini terjadi translokasi IUD yang ditemukan
secara tidak sengaja dan berjalan asimptomatik. Sesuai literatur, dilakukan tindakan
laparoscopy untuk mengeluarkan IUD. Lalu pada saat dilaukan laparoscopy, tempat
ditemukannya IUD adalah di omentum sesuai yang dijelaskan pada literatur bahwa
omentum adalah tempat perforasi tersering IUD.

KESIMPULAN
Translokasi intraabdominal IUD adalah komplikasi yang jarang dan dapat lama
terdiagnosis karena seringkali asimptomatik. Untuk menghindari terjadinya hal ini,
setelah pemasangan IUD, pasien harus sadar apakah benang IUD mereka telah hilang
dan melakukan kontrol rutin. Jika pasien terdiagnosa dengan perforasi IUD, tindakan
operasi yang dipilih ada laparoscopy karena hanya dilakukan sayatan minimal.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Cicek Nedim, Eryilmaz Ozlem Gun, Sarikaya Esma, Moraloglu Ozlem, Yavuz
Senem Mine, Gulerman Cavidan. Clinical Presentation, Diagnosis and Management
of Intra-Abdominally Dislocated Intrauterine Devices. The New Journal of Medicine.
2012: p.2-3
[2] Baziad Ali, Prabowo Prajitno. Kontrasepsi. Dalam Anwar Mochammad. Editor.
Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011:
p.454

Anda mungkin juga menyukai