Anda di halaman 1dari 4

TRANSLOKASI IUD

Definisi

Translokasi IUD adalah berpindahnya IUD atau spiral ke lokasi/posisi yg tidak


normal. Posisi IUD normalnya ada didalam rahim. Posisi huruf T-nya harus sejajar dgn rahim
di bagian tengah atas, tidak boleh miring, ataupun turun, atau bahkan menembus rahim.
Menurut BKKBN, kejadian translokasi IUD ini merupakan salah satu kejadian yg tidak
dikehendaki dari pemasangan IUD. Angka kejadiannya sekitar 0,2 persen ( Jadi dari 1000
wanita, ada 2 wanita yg mengalami kejadian ini). Komplikasi pada Translokasi IUD ini yaitu
bisa menyebabkan perforasi pada rahim.

Perforasi menyebabkan migrasi perangkat ke organ lain di sekitar rahim , seperti


kandung kemih dan rectosigmoid. Insiden perforasi oleh Cu T 380 A adalah 0,6 per 1000
insersi, dan untuk Progestasert insidennya 1,1 per 1000 insersi. Translokasi AKDR Cu T-
380A dan perforasi uterus merupakan kasus yang jarang terjadi diperkirakan 1:1000.

Penyebab

Pindahnya Iokasi IUD ini bisa disebabkan karna :

(1) bisa langsung terjadi pada saat pemasangan, yaitu pada kondisi khusus dimana
dinding rahim lunak, atau posisi rahim yg terlalu menekuk ke depan (hiperantefleksi),
ataupun ke belakang (hiperretrofleksi)
(2) bisa juga dikemudian hari karena aktivitas fisik yg berlebihan, contoh:
olahraga/aktivitas yg sering membuat guncangan di sekitar panggul
(3) konsistensi dan fleksibilitas rahim, jenis dan kekakuan dari IUD serta keterampilan
tenaga ahli
(4) selebihnya penyebab tidak diketahui. Dan mitos tentang pijat di perut dapat
menyebabkan translokasi IUD itu tidak benar. Bila posisi IUD benar, tidak akan
menyebabkan pindahnya IUD hanya karena pijat. Yang harus diketahui, segala
macam nyeri perut, ataupun gejala yg tidak mengenakkan di perut, sebaiknya
memang tidak dipijat karena apabila ternyata sudah ada translokasi IUD ini, malah
dapat memperparah kondisi translokasi IUD yg terjadi. (dr M Nurhadi Rahman,
SpOG, 2013)

Disini kehati-hatian pemasangan IUD menjadi penting. Bila memungkinkan, periksalah


selalu menggunakan USG setelah pemasangan IUD untuk memastikan IUD berada di tempat
yg benar.

Gejala

a. Bisa juga terjadi nyeri perut bagian bawah yang menjalar sampai pinggang yg
hilang timbul
b. bisa juga terjadi buang air besar yg disertai bercak darah (bila menembus saluran
cerna), atau buang air kecil yg nyeri dan ditemukan adanya radang saluran kecing
yg tak kunjung sembuh.
c. Tidak teraba atau terlihatnya benang di portio
Bahkan untuk sebagian orang, translokasi IUD bisa tidak bergejala sama sekali.

Letak translokasi IUD

Ada beberapa letak translokasi IUD, diantaranya :

1. Translokasi yang langsung terjadi, biasanya bisa menembus sebagian dinding


rahim bagian belakang, atau bahkan menembus dinding keseluruhan, sehingga IUD
berpindah yang tadinya di dalam rahim menjadi di dalam perut. Paling banyak IUD
yang mengalami translokasi ini bisa ditemukan di belakang rahim (didaerah cavum
douglas), sisanya sebagian kecil (yang paling sulit) IUD ini bisa jauh berpindah, bisa
menempel di usus, bisa tertutup lemak usus, sehingga tanpa ada peralatan yg memadai
(seperti alat rontgen portable/ C-arm), IUD ini sulit ditemukan.
2. Translokasi yang terjadi jangka panjang, bisa menembus sebagian dinding
depan/belakang/samping rahim. Atau menembus seluruhnya, sehingga kondisi sama
seperti diatas (berada dalam rongga perut), atau pada kondisi yg sangat jarang sekali:
IUD menembus ke usus bagian bawah (rektum), sehingga masuk ke dalam saluran
cerna atau IUD bisa juga menembus kandung kemih (sehingga IUD keseluruhan
berada di dalam kandung kemih).
3. Translokasi yang terjadi berupa patah patahan IUD yang berpindah, sangat
mungkin terjadi walaupun angka kejadiannya sangat kecil. Apabila terjadi di rongga
perut, bisa perpindah kemana saja, yaitu ke organ organ yg berada disekitar rahim
karena pergerakan usus bisa memindahkan serpihan IUD tersebut. (dr M Nurhadi
Rahman, SpOG, 2013)

Diagnosis translokasi IUD

Perforasi dengan translokasi IUD sebagian besar tidak menimbulkan gejala. Sebagian
besar baru diketahui setelah beberapa kali dilakukan pemeriksaan ulang, dimana benang tidak
terlihat. Dalam hal ini pada pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan
AKDR dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi, sebaiknya
dibuat foto Roentgen, dan jika tampak di foto AKDR dalam rongga panggul, hendaknya
dilakukan histerografi untuk menentukan apakah AKDR terletak di dalam atau di luar
caavum uteri. Dewasa ini dapat ditentukan dengan USG transvaginal dan transabdominal.

Dari beberapa kasus yang dilaporkan mengenai perforasi uterus dengan translokasi
IUD ke rectosigmoid, pada anamnesa pasien mengeluh sakit punggung menetap dan sakit
saat buang air besar. Pada pemeriksaan klinis didapatkan nyeri tekan saat palpasi pada perut
bagian bawah. Pada pemeriksaan dengan inspikulo tidak tampak benang IUD, pemeriksaan
bimanual bisa disertai nyeri goyang porsio dan nyeri tekan pada daerah adneksa. Pada
pemeriksaan USG umumnya uterus terkesan normal, tampak IUD diluar cavum uterus
dengan pemeriksaan pelvix X-ray.

Pencegahan
Sebelum pemasangan IUD, pastikan bahwa syarat untuk pemasangan IUD terpenuhi,
diantaranya:
a. tidak ada infeksi/keputihan yang terus menerus
b. tidak ada perdarahan yang abnormal/tidak diketahui penyebabnya
c. pemeriksaan fisik sebelumnya menunjukkan sehat dan rahim dalam kondisi normal.

Setelah pemasangan IUD, walaupun masa pakai IUD itu lama (5/8/10 tahun), pastikan
kontrol secara teratur, setidaknya 6 bulan sekali. Bila ada gejala yg tidak mengenakkan,
segera ke dokter. Dan tepati lama penggunaannya. Bila memang hanya 5 tahun, jangan
dilanjutkan lebih dari 5 tahun. Dan jangan lupa meminta dan mengingatkan untuk
melakukan konfirmasi letak IUD dengan USG setelah pemasangan bila memungkinkan.

Penanggulangan

Sebelum dilakukan tindakan, pastikan tahu dimana posisi IUD yg mengalami translokasi.
Banyak cara menentukan posisi IUD:

1. Foto rontgen abdomen (perut) dengan penanda didalam rahim, sehingga bisa diukur
berapa jauh posisi IUD berpindah dari posisi normal secara 3 dimensi. Kadang
diperlukan CT-Scan/MRI.
2. Bila curiga masuk kedalam saluran cerna bawah bisa dilakukan kolonoskopi (kamera
kecil dari anus untuk mencari IUD), bila curiga berpindah ke kandung kemih dengan
sistoskopi (kamera kecil untuk melihat kandung kemih dari saluran kencing)
3. Bila fasilitas tersedia, bisa dilakukan tindakan office hysteroscopy ( kamera kecil yg
masuk melalui mulut rahim, dan dilakukan di poliklinik/tanpa pembiusan), untuk
melihat posisi IUD masih ada didalam rahim, atau hanya terlihat sebagian, atau
memang sudah benar benar tidak ada di dalam rahim. Bila dengan office hysteroscopy
IUD tidak tampak, sedangkan dari foto rontgen tampak, kemungkinan besar IUD
berada diluar rahim. Laparoskopi dipertimbangkan untuk menegakkan diagnosis
sekaligus mengambil IUD yang salah tempat itu. (dr M Nurhadi Rahman, SpOG,
2013)

Tindakan yang perlu dilakukan untuk translokasi IUD :


(Karena rata-rata kesulitannya bervariasi)

1. Apabila IUD hanya menembus sebagian kecil, dan sebagian besarnya masih berada di
dalam rahim maka tindakan yang diperlukan adalah dengan office hysterocopy
(kamera kecil+alat yang masuk ke dalam rahim) yang diperkirakan butuh waktu 15
menit tanpa pembiusan
2. Dengan laparoskopi (kamera kecil+alat yang masuk ke dalam perut) + alat rontgen
portable C-arm karena IUD yg mungkin menempel di usus di dalam perut, tertutup
lemak usus yang perlu waktu berjam-jam

translokasi IUD sebaiknya dikerjakan di RS dengan fasilitas diagnostik lengkap dan


tersedia alat histeroskopi dan laparoskopi serta alat rontgen portable C-arm. Dan
tentunya dokter kandungan dengan keahlian khusus, kadang dibantu dokter urologi
dan dokter bedah saluran cerna (digestif), untuk melakukan tindakan tersebut. (dr M
Nurhadi Rahman, SpOG, 2013)
Pesan pengguna KB, termasuk IUD

Translokasi IUD memang tidak sampai berakibat fatal, tetapi gejala yg dirasakan
tentunya juga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Jadi, apapun alat KB yg dipilih
tentunya juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pahami dengan baik,
diskusikan, dan patuhi petunjuk dokter/tenaga kesehatan utk meminimalkan efek samping
yang terjadi.

Dafpus:

Villalonga,R. Et al.2010. Translocation of an Intrauterine Contraceptive. Barcelana.Spain.

Okayasa, I Nyoman, dkk. 2006. Laporan Kasus Translokasi AKDR cooper T-380A dan Perforasi uterus.
Bagian Obstertri dan Ginekologi FK- Universitas Hasanudin

dr. M. Nurhadi Rahman, SpOG. 2013. histeroskopi dan laparoskopi ginekologi. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai