Anda di halaman 1dari 139

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN


KONTRASEPSI SUNTIK PADA PASANGAN USIA SUBUR
DI PUSKESMAS KELURAHAN SUKAPURA
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTRA

OLEH:
YUNITA SULISTIYAWATI
NIM. P3.73.24.3.15.040

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2019
ABSTRA
Program Studi Diploma IV Kebidanan
Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Yunita Sulistiyawati
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik pada
Pasagan Usia Subur Di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Administrasi
Jakarta Utara Tahun 2019
86 hal, 5 gambar, 7 tabel, 8 lampiran
Latar belakang: Salah satu indikator Program KKBPK (Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga) adalah angka kelahiran total
(Total Fertility Rate/TFR). Faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya
TFR ialah pemakaian alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi
yang memiliki keefektifitasan tertinggi dan akseptor terbanyak dibandikan dengan
jenis metode kontrasepsi lainnya. Disamping keefektifitasannya yang tinggi,
kontrasepsi suntik juga menimbulkan efek samping yang serius apabila digunakan
dalam jangka panjang, meskipun akseptor kontrasepsi suntik tiap tahunnya selalu
mengalami peningkatan. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi suntik pada pasangan
usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain Cross sectional.
Pengambilan sampel dengan metode Accidental sampling. Sampel yang terlibat
dalam penelitian ini adalah sebanyak 81 responden. Hasil: Analisa univarriat
menunjukan bahwa mayoritas responden berusia ≤35 tahun (65.3%), paritas ≤2
orang (60.5%), berpendidikan rendah (59.3%), memiliki pengetahuan yang cukup
(58.0%), bersikap negative (51.9%), tidak ada dukungan dari suami (59.3%) dan
menyatakan pelayanan KB baik (65.4%). Analisa bivariat bahwa faktor yang
berhubungan dengan penggunaan KB suntik adalah pengetahuan (p-value: 0.016)
dan partisipasi suami (p-value: 0.001). Analisa multivariat menunjukan bahwa
yang memiliki hubungan yang bermakna dengan penggunaan kontrasepsi suntik
adalah pengetahuan dan partisipasi suami.
Kata kunci: Keluarga Berencana, Faktor Yang Memengaruhi Penggunaan, Alat
Kontrasepsi Suntik

i
Poltekkes Kemenkes Jakarta
ABSTRACT

Diploma IV Midwifery Study Program


Department of Midwifery
Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Yunita Sulistiyawati
Factors Affecting Contraceptive Use in the Age of Fertility at Sukapura Public
Health Center’s North Jakarta Administrative City in 2019.
86 pages, 5 pictures, 7 tables, 8 attachements

Background: One indicator of the KKBPK Programs (Population, Family


Planning and Family Development) is the total fertility rate (TFR). The main
factor affecting the high and low of TFR is the use of contraception is one kind of
contracepti that has the highest effectiveness and the most acceptors compared
with other types of contraceptive methods. Beside its high effectiveness, injectable
contraception also causes serious side effects if used in the long term, even if
injectable contraceptive acceptors each year always increase. Objective: this
research was to determine factors that influence injection contraceptive use in
couples of childbearing age in the Sukapura Sub-District Health Center, North
Jakarta Administrative City. Method: Quantitative research using cross sectional
design. Sampling with Accidental sampling method. Samples involved in this study
were 81 respondents. Results: Univarriat analysis showed that the majority of
respondents were ≤35 years old (65.3%), parity ≤2 people (60.5%), low educated
(59.3%), had sufficient knowledge (58.0%), were negative (51.9%), not there is
support from the husband (59.3%) and states that family planning services are
good (65.4%). Bivariate analysis that the factors associated with the use of
injection KB are knowledge (p-value: 0.016) and husband participation (p-value:
0.001). Multivariate analysis showed that having a significant relationship with
the use of injectable contraception was husband's knowledge and participation.

Key words: Birth Control, Faktor Affecting the, Injectable Contraceptive.

i
Poltekkes Kemenkes Jakarta
HALAMAN I' E NGESA IIAN
SiiRlIWl

Dengan .ludul Faktor-Fakior Yang Mcfnpenganilii l'eiigbunaan Konirascpsi


Suniii. Pada Pasangaii Usia Subur Di Ptiskesmas Kelurahan Sukapura
Kota Adniinislrasi Jakarta Utara Tahun 2019

Telah diuji da« dipertaliatikan pada


Tanggal )5 Mei 20i9

Oleh Tim Penguji.

Moderator
Diana Harlalv Angraini. SST.
M.Keb NIP. 1981100 l20080J 2
009

Shuitya Fimanx SST. M.Keb


NIP. 19790825 200212 2001

Pengiiji 2
Nina Primasari. SST. M.Keb
NIP. 1981050 7201012 2
004

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


SURAT PERNYATAAN

Yang bcrtanda Inngan diba Yali ini, sayy

OITIB

: P3.73.24.3.15.040

Program Sludi : Diploma IV kcbidanan

Tahun Akodemik : 201 b/2019

Menyatakan bahwa soya tJak lneakukan plagiat dWam ncltian skripsi


saya yongbejudul:

Faktor-Faktor Ycag Mempeagarubi Pcoggunaaa Xontrssepsi Suntik PaJa


Pasnngaa Usiu Subur Di Puskcsmus Kelurabao Sukspurs Kota
Adaiinism si Jakarta Utara Tabun 2019
Apabila ada suaN saat ini saya melakukan plagiat maka saya aLan menerima
sanksi yaug telah ditetapkan.

Demikian suret pernyataan ini saya buat dengen sebcnar-benamya

Jakarta, 12 Mei 2019


*-”"a" •>•/*‘““
/DF 3G24 98

(Yunita Sulistiyawoti)

Vt
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
MAL*MAMPERNVATAAN0R!S1MlLlT*S

Skripsi ini edalsh karya saya sendiri dan sumber yang diL xip maupun yaog
dirujuk telah saya nyatakan br•Br

xPu : R.73J4.3.15.040

Tands Tangan :

I2 ktei 2019

vi
Poltekkes Kemenkes Jakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Ramat, Hidayatnya, dan Karunia-
Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik Pada
Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Administrasi
Jakarta Utara”. Proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu tugas akhir pada
perkuliahan semester VII

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak akan


selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Shentya Fitriana, SST, M.Keb selaku ketua prodi DIV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang selalu mendukung mahasiswanya untuk
meningkatkan pengetahuan.
2. Ibu Diana Hartaty Anggraini, SST, M.Keb sebagai pembimbing proposal
skripsi ke-1 yang selalu memberikan aspirmasi positif dan yang selalu
membimbing dan memberikan masukan pada proposal skripsi ini.
3. Ibu Aticeh, SST, M.Keb sebagai pembimbing proposal skripsi ke-2 yang
selalu memberikan aspirmasi positif dan yang selalu membimbing dan
memberikan masukan pada proposal skripsi ini.
4. Kedua orang tua yang selalu mendukung dari segi spiritual dan materil yang
tiada batasnya, semoga Allah Yang Maha Esa selalu memberikan kebahagian
di dunia dan akhirat kepada mereka berdua.
5. Muh. Fikri Alifudin yang selalu memberikan dukungan dan telah membantu
proses penyusunan skripsi ini.
6. Endah Fitriyani yang selalu setia menjadi sahabat dan selalu memberikan
dukungan dan menghibur dalam proses penyusunan proposal skripsi ini
7. Nina, Dinniyah, Afifa, Erica, Rivani dan Norma sebagai teman satu
bimbingan yang selalu saling mendukung dan saling memberi masukan satu
sama lain.

vi
Poltekkes Kemenkes Jakarta
8. Iwana Qurata A’ini, S.Tr, Keb sebagai kakak kasur yang sekarang sudah lulus
telah memberikan masukan dan mendukung dalam proses penyusunan
proposal skripsi.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan ANANDA yang selalu saling
menyemangati satu sama lain.
10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal penelitian ini, yang
tanpa mengurangi rasa hormat tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga masukan, dukungan spiritual dan materil yang telah diberikan


mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis sadar sepenuhnya bahwa proposal
skripsi ini jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penulisan proposal penelitian selanjutnya
menjadi lebih baik. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 31 May 2019

Penulis

i
Poltekkes Kemenkes Jakarta
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
ABSTRACT............................................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN..................................Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN.........................................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS.....Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................5
1.4 Manfaat..................................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................9
2.1 Kelurga Berencana.................................................................................9
2.2 Kontrasepsi..........................................................................................10
2.3 Determinan dan Perubahan Perilaku....................................................32
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Pada Pasangan Usia Subur...................................................................34
2.4 Penelitian Terkait.................................................................................39
2.3 Kerangka Teori....................................................................................44
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.............................................................45
3.1 Desain Penelitian.................................................................................45
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian..............................................................45

x
Poltekkes Kemenkes Jakarta
3.3 Kerangka Konsep.................................................................................45
3.4 Hipotesis Penelitian.............................................................................46
3.5 Definisi Operasional............................................................................47
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................48
3.7 Alat dan Teknik Pengambilan Data.....................................................50
3.8 Uji Validitas dan Realibilitas...............................................................53
3.9 Etika Penelitian....................................................................................55
3.10 Pengolahan Data..................................................................................55
3.11 Analisis Data........................................................................................56
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................58
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................58
4.2 Pembahasan..........................................................................................67
4.3 Keterbatasan.........................................................................................78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................79
5.1 Kesimpulan..........................................................................................79
5.2 Saran....................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................81
LAMPIRAN..........................................................................................................82

x
Poltekkes Kemenkes Jakarta
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Grafik akseptor KB suntik..................................................................3

Gambar 2. 1 Skema Pil Kombinasi (putih: progestin, hitam: estrogen)................18


Gambar 2. 2 Determinan Prilaku Manusia............................................................33
Gambar 2. 3 Kerangka Teori.................................................................................44

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan


Kontrasepsi Suntik Pada Pasangan Usia Subur.....................................................45

x
Poltekkes Kemenkes Jakarta
DAFTAR
Tabel 1. 1 Distribusi Presentase Peserta KB Mengalami Masalah dengan
Alat/Cara KB yang Digunakan, Menurut Metode yang Dipakai.............................4

Tabel 2. 1 Penelitian Terkait..................................................................................43

Tabel 3. 1 Definisi Operasional.............................................................................48


Tabel 3. 2 Skor Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan....................................51
Tabel 3. 3 Skor Jawaban Kues8ioner Sikap...........................................................51
Tabel 3. 4 Skor Jawaban Kuesioner Partisipasi Suami..........................................52
Tabel 3. 5 Skor Jawaban Kuesioner Pelayanan KB...............................................52

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Responden...........................................................58


Tabel 4. 2 Analisis Hubungan Umur Pasangan Usia Subur Dengan Penggunaan
Kontrasepsi Suntik.................................................................................................59
Tabel 4. 3 Analisis Hubungan Paritas Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik....60
Tabel 4. 4 Analisis Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik
............................................................................................................................... 61
Tabel 4. 5 Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik
............................................................................................................................... 61
Tabel 4. 6 Analisis Hubungan Sikap Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik....62
Tabel 4. 7 Analisis Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan Kontasepsi
Suntik.....................................................................................................................63
Tabel 4. 8 Analisis Hubungan Pelayanan Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik
............................................................................................................................... 64
Tabel 4. 9 Hasil Seleksi Bivariat............................................................................65
Tabel 4. 10 Hasil Analisis Multivariat Setelah Mengeluarkan Variabel Paritas,
Sikap dan Pelayanan KB........................................................................................66
Tabel 4. 11 Hasil Analisis Multivariat Setelah Mengeluarkan Variabel Pendidikan
............................................................................................................................... 66
Tabel 4. 12 Hasil Analisis Multivariat Setelah Mengeluarkan Variabel Umur.....67
Tabel 4. 13 Hasil Analisis Multivariat Hasil Akhir...............................................67

xi
Poltekkes Kemenkes Jakarta
DAFTAR

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKI : Angka kematian ibu

ASI : Air Susu Ibu

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

DMPA : Depo Medroksi Progesteron Acetat

HIV : Human Immunodeficiency Virus

I.M. : Intramuskular

IMS : Infeksi Menular Seksual

IUD : Intra Uterine Device

KB : Keluarga Berencana

KBA : Keluarga Berencana Alamiah

KIE : Komunikasi Informasi Edukasi

KKBPK : Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga

MAL : Metode Amenorea Laktasi

MOB : Metode Ovulasi Billings

MOP : Metode Operasi Pria

MOW : Metode Operasi Wanita

NKKBS : Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

PBB : Perserikatan Bangsa Bangsa

PUS : Pasangan Usia Subur

xi
Poltekkes Kemenkes Jakarta
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

SD : Sekolah Dasar

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

SK : Surat Keputusan

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

TFR : Total Fetility Rate

UU : Undang-Undang

x
Poltekkes Kemenkes Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN

1. CV
2. Penjelasan Sebelum Persetujuan
3. Surat Persetujuan Menjadi Responden
4. Kuesioner Penelitian
5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
6. Row Data
7. Output Data SPSS Univariat
8. Output Data SPSS Normalits
9. Output Data SPSS Bivariat
10. Output Data SPSS Multivariat
11. Surat Ijin Studi Pendahuluan
12. Surat Keterangan Uji Etik
13. Surat Keterangan PTSP
14. Surat Ijin Validitas dan Reliabilitas
15. Surat Keterangan Validitas dan Reliabilitas
16. Surat Ijin Penelitian
17. Surat Keterangan Penelitian Dari Lahan Praktik
18. Form Hearing Skripsi
19. Lembar Bimbingan

x
Poltekkes Kemenkes Jakarta
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan 17 tujuan dengan 169


capaian yang terukur dan memiliki tenggat waktu yang telah dicanangkan
bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resulusi PBB yang
diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama
hingga tahun 20301. Salah satu tujuan SDGs di bidang kesehatan adalah
“Pastikan Hidup Sehat dan Tingkatkan Kesejahteraan untuk Semua Usia”.
Tujuan tersebut memiliki target pada tahun 2030, mengurangi rasio kematian
ibu global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup2.
Setiap hari di dunia pada tahun 2015, sekitar 830 wanita meninggal karena
komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Di Indonesia pada tahun 2015
angka kematian ibu mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu
terjadi karena selama proses kehamilan, persalinan dan masa nifas3. Upaya
Indonesia untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) tercantum dalam
sasaran pembangunan manusia dan masyarakat bidang kesehatan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-20194.
Program pembangunan dan sistem penyelenggaraan pemerintahan dalam 4
dekade mengalami banyak perubahan. Mulai dari kebijakan, program, strategi
maupun kegiatan-kegiatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan
bagi masyarakat Indonesia. Perubahan Program Keluarga Berencana (KB)
menjadi Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (KKBPK) merupakan salah satu bukti bahwa konsentrasi pemerintah
dalam pembangunan dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas penduduk5. Latar
belakang lahirnya Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKPBK) di Indonesia adalah adanya permasalahan
kependudukan. Permasalahan kependudukan tersebut adalah jumlah penduduk
yang besar, laju pertumbuhan yang tinggi, jumlah kematian penduduk, jumlah
kelahiran penduduk dan mutasi penduduk.

1
Poltekkes Kemenkes Jakarta
2

Salah satu indikator Program KKBPK adalah angka kelahiran total (Total
Fertility Rate/TFR), dimana target secara nasional pada tahun 2019 harus
mencapai 2,3 per perempuan usia reproduktif 15-49 tahun yang status awalnya
ialah 2,6 per perempuan usia reproduktif 15-49 tahun6. Tinggi rendahnya
angka TFR ini dipengaruhi oleh lima faktor utama penentu fertilitas, yaitu usia
kawin pertama (UKP), pemakaian kontrasepsi, lama menyusui eksklusif,
aborsi, dan sterilitas. Faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya TFR
ialah pemakaian alat kontrasepsi6.
Di Indonesia metode kontrasepsi yang dipakai oleh masyarakat Indonesia
ialah IUD, MOW, MOP, implant, suntik, kondom dan pil 7. Berdasarkan Profil
Kesehatan Indonesia prsentasi penggunaan kontrasepsi yang rata-rata
digunakan di Indonesia antara lain: IUD (7,15%), MOW (2,78%), MOP
(0,53%), implant (6,99%), suntik (62,77%), kondom (1,22%) dan pil
(17,24%)8. Di Kota Administrasi Jakarta Utara jumlah peserta KB aktif
menurut jenis kontrasepsinya adalah IUD (15,4%), MOW (2,0%), MOP
(1,3%), implant
(11,4%), suntik (54,7%), kondom (3,3%) dan pil (11,9%)9.
Pada data yang didapatkan dari studi pendahuluan di Puskesmas
Kecamatan Cilincing, wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukapura
menempati posisi pertama dengan memiliki jumlah PUS terbanyak yaitu
14.438 PUS dan jumlah akseptor KB terbanyak yaitu 10.920 akseptor KB.
Dengan 10.920 akseptor KB memiliki presentasi penggunaan kontrasepsi
yang rata-rata digunakan oleh pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Sukapura antara lain: kondom (10.62%), pil (19.88%), suntik
(36.66%), AKDR (13.61%), implant (16.32%), MOW (2.05%), MOP
(0.86%). Di wilyahan kerja Puskesmas Kelurahan Sukapura dalam 4 bulan
terakhir di tahun 2017 kontrasepsi suntik mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, berikut grafik akseptor KB:

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

5000
4000
4003
3000 3449 3502 3526
2000
1000
0

477
58 53 24
September Oktober November Desember

Akseptor Lama Akseptor Baru

Gambar 1. 1 Grafik akseptor KB suntik

Kontrasepsi suntik ialah kontrasepsi yang disuntikan secara intramuscular


dalam di daerah pantat (daerah gluteat) dan suntikan setiap 10-12 minggu atau
setiap bulan7. Kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi jangka pendek yang
memiliki tingkat keefektifitasan yang sangat tinggi dibandingkan dengan
kontrasepsi lainnya yaitu 0.3-0.4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan. Kandungan hormon progesterone dalam kontrasepsi
suntik menyerupai hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2
minggu pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita
untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi10.
Kontrasepsi suntik dapat diterima oleh masyarakat Indonesia dan
menempati posisi pertama dalam pemakaian kontrasepsi11. Kontrasepsi suntik
memiliki keuntungan dan keterbatasan bagi penggunanya. Keuntungan dari
kontrasepsi suntik ialah tidak menganggu kegiatan senggama, memiliki
khasiat untuk mencegah kanker endometrium, menurunkan kejadian penyakit
jinak payudara, dan mencegah terjadinya beberapa penyebab penyakit radang
panggul. Dan keterbatasan dari penggunaan kontrasepsi yaitu terjadinya
perubahan pola haid atau gangguan saat haid, dapat terjadi efek samping
serius seperti: serangan jantung, stroke, pembekuan darah pada paru atau otak
dan kemungkinan timbulnya tumor hati, tidak menjamin perlindungan
terhadap penularan IMS, virus hepatitis B atau virus HIV, pada pemakaian
jangka pajang akan mengakibatkan pterjadinya perubahan lipid serum,
menurunkan kepadatan tulang7.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

Pada penelitian “Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi Suntik Pada Wanita


Usia Subur Di Kelurahan Walian 1 Tomohon”, dilakukan kepada 62 respoden
pengguna kontrasepsi suntik. Efek samping pemakaian kontrasepsi suntik
yang paling sering dialami ialah perubahan berat badan 80,65% dan amenorea
(tidak haid) 72,58%12. Dan menurut penelitian dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Kontrasepsi Suntik Terhadap Peningkatan Berat Badan dan
Kenaikan Tekananan Darah Pada Akseptor KB Di Puskesmas Kecamatan
Sukodono Kabupaten Seragen” bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
penggunaan kontrasepsi suntik terhadap kenaikan berat badan dan tekanan
darah12. Berdasarkan majalah Buletin Jendela Data dan Informasi pada tahun
2013 didapatkan data presentase peserta KB yang mengalami masalah dengan
alat/cara KB yang digunakan, berikut tabelnya:

Tabel 1. 1 Distribusi Presentase Peserta KB Mengalami Masalah dengan Alat/Cara KB yang


Digunakan, Menurut Metode yang Dipakai

Efek-efek yang dihasilkan oleh penggunaan kontrasepsi suntik apabila di


pakai berkepanjangan akan menganggu kesehatan bagi akseptornya. Misalnya
apabila terjadi kenaikan berat badan terus menerus akan mengakibatkan
diabetes militus, gangguan ortopedik, jantung, corconary artery disease,
ginjal, gallbladder disorder dan bahkan resiko kematian. Dan apabila para
akseptor kontrasepsi suntik mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi
terus menerus akan mengakibatkan kerusakan organ jantung, hati dan ginjal 13.
Pada kejadian-kejadian tersebut akan berdampak pada peningkatan kejadian
penyakit tidak menular di Indonesia. Untuk menghindari terjadinya gangguan
kesehatan

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

karena peggunaan kontrasepsi suntik perlu adanya pengawasan dari tenaga


kesehatan.
Ketergantungan pada alat kontrasepsi jangka pendek seperti suntik
mungkin lebih disebabkan karena kemudahan akses dan cara penggunaannya,
yang sebagian besar dapat di peroleh bidan praktik klinik, rumah sakit ataupun
puskesmas14. Pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sikap, umur, tingkat pendidikan,
pengetahuan, pelayanan dan partisipasi suami. Pada studi pendahulu faktor-
faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi suntik ialah pengetahuan,
tingkat pendidikan dan dukungan suami . Agar penggunaan kontrasepsi
15

suntik dapat efektif perlu adanya pemberian konseling, informasi dan edukasi
yang baik agar masyarakat dapat memilih dengan cermat alat kontrasepsi yang
sesuai dengan kondisi dirinya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi yang dapat diterima oleh


masyarakat Indonesia dan kontrasepsi yang memiliki dampak yang cukup
serius bagi kesehatan dan dari data yang didapatkan wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Sukapura jumlah akseptor KB suntik selalu mengalami
peningkatan, sehingga penulis tertarik untuk menggali faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur
di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan


kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan
Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran penggunaan kontrasepsi suntik pada


pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Administrasi Jakarta Utara.
b. Mengetahui hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi
suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan
Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.
c. Mengetahui hubungan paritas dengan penggunaan kontrasepsi
suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan
Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara
d. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan penggunaan
kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas
Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.
e. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan penggunaan
kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas
Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.
f. Mengetahui hubungan sikap ibu dengan penggunaan kontrasepsi
suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan
Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.
g. Mengetahui hubungan partisipasi suami dengan penggunaan
kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas
Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.
h. Menegtahui hubungan pelayanan KB dengan penggunaan
kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas
Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.
i. Mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas
Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara

Poltekkes Kemenkes Jakarta


7

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis

Dapat melatih dalam menulis karya ilmiah dan dapat


mengaplikasikan ilmu pengetahuan mengenai faktor yang
berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi


dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik.

1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk


meningkatkan pelayanan dan penyampaian KIE (konseling, informasi
dan edukasi) kepada akseptor KB baru.

1.4.4 Bagi Peneliti lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber reverensi bagi


peneliti lain dan semoga penelitian ini dapat diperbaharui nantinya
oleh peneliti selanjutnya.

1.4.5 Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini menambah wawasan kepada


pasangan usia subur tentang metode kontrasepsi, agar dapat memilih
dengan cermat metode kontrasepsi yang sesuai kondisi pasangan usia
subur tersebut.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Peneltian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan


penggunaan kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas
Kelurahan Sukapura. Penelitian ini dilakukan karena banyaknya akseptor
kontrasepsi suntik dibandingkan dengan jenis kontrasepsi lainnya. Dimana
desain penelitian menggunakan design cross sectional. Populasi yang akan
menjadi responden pada penelitian ini adalah pasangan usia subur yang
menggunakan kontrasepsi di Puskesmas Kelurahan Sukapura, sampel diambil
dengan metode Accidental sampling.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelurga Berencana

Menurut World Health Organization (WHO) expert commiitte 1997:


keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Keluarga berencana
merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan16. UU Nomor 52 Tahun 2009
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk
mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas17. Dari ketiga pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana adalah usaha suami istri
untuk menjarangkan kehamilan dan menghindarkan kehamilan yang tidak
diinginkan. Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai
dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB adalah “membangun
kembali serta melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program
KB nasional yang kuat di masa mendatang sehingga berkualitas” maka
keluarga berencana memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu: tujuan
umum dari keluarga berencana ialah meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera) yang menjadi dasar mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan
mengendali kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk. Tujuan khusus dari keluarga berencana adalah meningkatkan
pemakaian alat kontrasepsi dan
kesehatan keluarga berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran10.

Sasaran Langsung program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia


Subur (PUS), yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun,
karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan
seksual dan setiap kegiatan seksual dapat menyebabkan kehamilan. PUS
diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif sehingga memberi
Poltekkes Kemenkes Jakarta
9

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

efek langsung penurunan fertilisasi. Sasaran tidak langsungnya adalah


kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan
target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan
kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih
berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan serta kejadian aborsi. Dan organisasi-organisasi, lembaga
kemasyarakatan serta instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh
masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat memberikan dukungan
dalam program NKKBS18.

2.2 Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan 16. Maksud
dari kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma11. Penggunaan kontrasepsi
merupakan salah satu yang mempengaruhi fertilitas11. Maka yang
membutuhkan kontrasepsi ialah pasangan usia subur yang aktif berhubungan
seksual sehingga dapat mecegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelayanan kontrasepsi ialah proses pemenuhan kebutuhan untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang tidak diingikan pada pasangan usia subur19. Akses
terhadap pelayanan kontrasepsi yang bermutu merupakan suatu unsur penting
dala upaya mencapai pelayanan kesehatan reproduksi. Secara khusus dalam
hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh informasi dan akses
terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau, dan
akseptabel. Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria dalam Keluarga
Berencana perlu ditingkatkan, agar dapat memberikan penentukan metode
kontrasepsi yang sesuai dengan kenyamanan diantara kedua pasangan
tersebut, meningkatkan komunikasi di antara suami istri, meningkatkan
penggunaan metode kontrasepsi pria, meningkatkan upaya pencegahan IMS,
dan lain-lain16.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

Berikut macam-macam metode kontrasepsi yang dapat digunakan oleh


pasangan usia subur, antara lain:

2.2.1 Metode Amenore Laktasi

Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang


mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun7.
Metode Amenore Laktasi (MAL) dapat dikatakan sebagai metode
keluarga berencana alamiah atau natural family planning, apabila tidak
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain10. MAL ini dapat
dipakai sebagai kontrasepsi apabila: meyusui secara penuh (full breast
feeding), lebih efektif bila pemberian ≥8 kali sehari; belum haid; umur
bayi kurang dari 6 bulan; efektif sampai 6 bulan; harus dilanjutkan
dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerja dari MAL ini
adalah dengan penundaan/penekanan ovulasi.

A. Keuntungan kontrasepsi
1. Efektivitas tinggi (keberhasilan 90% pada 6 bulan pasca
bersalin);
2. Segera efektif;
3. Tidak mengganggu senggama;
4. Tidak ada efek samping yang sistemik;
5. Tidak perlu pengawasan medis;
6. Tidak perlu obat atau alat
7. Tanpa biaya.
B. Keterbatasan
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera dalam
30 menit pasca bersalin;
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial;
3. Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai 6
bulan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis


B/HBV dan HIV/AIDS.

2.2.2 Metode Kalender

Metode keluarga berencana alamiah ini adalah mengetahui kapan


masa susbur berlangsung. Sehingga pasangan usia subur secara sukarela
menghindari senggama pada masa subur. Metode ini efektif bila dipakai
dengan tertib dan tidak memiliki efek samping. Macam-macam metode
keluarga berencana alamiah ialah metode lendir serviks dikenal sebagai
Metode Ovulasi Billings/MOB atau metode dua hari mukosa serviks dan
Metode Simtomtermal adalah yang paling efektif. Cara yang kurang
efektif misalya System Kalender atau pantang berkala dan Metode Suhu
Basal yang sudah tidak diajarkan lagi oleh pengajar KBA. Hal ini
disebabkan oleh kegagalan yang cukup tinggi (>20%) dan waktu
pantang yang lebih lama. Lagi pula sudah ada cara lain yang lebih efektif
dan masa pantang lebih singkat. Di Indonesia dengan surat BKKBN
Pusat kepada BKKBN Provinsi dengan SK 6668/K.S. 002/E2/90,
tanggal 28 Desember 1990, Metode Ovulasi Billings (MOB) sudah
diterima sebagai salah satu Metode KB (Mandiri)7.

2.2.3 Senggama Terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, di


mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
pria menjadi ejakulasi, sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina,
dan tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, maka kehamilan
dapat dicegah7.

A. Manfaat
1. Kontrasepsi
a. Efektif bila dilaksanakan dengan benar.
b. Tidak mengganggu produksi ASI.
c. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

d. Tidak ada efek samping.


e. Dapat digunakan setiap waktu.
f. Tidak membutuhkan biaya.
2. Non kontrasepsi
a. Meningkatkan keterlibatkan suami dalam keluarga berencana.
b. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.
B. Keterbatasan
1. Efektifitas sangat tergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun).
2. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam
sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
3. Memutuskan kenikmatan dalam berhubungan seksual.

2.2.4 Metode Barier

A. Kondom
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik dan
berbentuk selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan, diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
hubungan seksual10. Kondom merupakan jenis kontrasepsi terbuat
dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, yang bermuaranya
berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata, atau
mempunyai bentuk seperti puting susu. Pasangan yang alergi
terhadap lateks dapat menggunakan kondom yang terbuat dari
polyurethane. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom
baik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya penambahan
spermisida) maupun sebagai aksesoris aktifitas hubungan seksual.
Standar kondom dapat dilihat dari ketebalan, pada umumnya
standar ketebalan 0,02 mm. Tipe kondom terdiri dari: kondom
biasa; kondom berkontur (bergerigi);

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

kondom beraroma; kondom tidak beraroma. Kondom tidak hanya


mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk
HIV/AIDS dan dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk
mencegah IMS. Kondom efektif bila dipakai dengan benar.
1. Manfaat
a. Kontrasepsi
1) Efektif bila digunakan dengan benar.
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Tidak mengganggu kesehatan klien.
4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5) Murah dan dapat dibeli secara umum.
6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus.
7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi
lainnya harus ditunda.
b. Nonkontrasepsi
1) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.
2) Dapat mencegah penularan IMS.
3) Mencegah ejakulasi dini.
4) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks
(mengurangi iritasi bahan karsiogenik meningkatkan
eksogen pada serviks).
5) Saling berinteraksi sesama pasangan.
6) Mencegah imuno infertilitas.
2. Keterbatasan
a. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
b. Cara penggunaan sangat berpengaruhi keberhasilan
kontrasepsi.
c. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi
sentuhan langsung).

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

d. Beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk


mempertahankan ereksi.
e. Harus selalu tersedia setiap kali hubungan seksual.
f. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat
umum.
g. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah.
B. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari
lateks (karet) yang diinversikan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks. Efek sedotan
menyebabkan kap tetap nempel di leher rahim. Diafragma
memiliki cara kerja yaitu menahan sperma agar tidak mendapatkan
akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan
tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. Setelah
berhubungan kap tidak boleh dibuka minimal selama 8 jam. Agar
efektif, kap biasanya dicampurkan dengan pemakaian gel
spermisida (pembunuh sperma). Diafragma memiliki beberapa
macam jenis yaitu: flat spring (flat metal band); coil spring (coiled
wire); arching spring (kombinasi metal spring).
1. Manfaat
a. Kontrasepsi
1) Efektif bila digunakan dengan benar.
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
terpasang 6 jam sebelumnya.
4) Tidak mengganggu kesehatan klien.
5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
b. Non kontrasepsi
1) Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS;
khususnya apabila digunakan dengan spermisida,

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

2) Bila digunakan pada saat haid, menampung darah


menstruasi.
2. Keterbatasan
a. Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka
kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun).
b. Keberhasilan sebagai kontrasepsi tergantung kepada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
c. Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap hubungan seksual.
d. Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih
diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
e. Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran
uretra.
f. Pada 6 jam paska hubungan seksual, alat masih harus
berada diposisinya.
C. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma dan
mengubah pH vagina sehingga lingkungan di dalam vagina tidak
menguntungkan bagi sperma. Dikemas dalam bentuk: aerosol
(busa), tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film dan krim.
Cara kerja spermisida ialah menyebabkan sel membran sperma
terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan
kemampuam pembuahan sel telur.
1. Manfaat
a. Kontrasepsi
1) Efektif seketika (busa dan krim).
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
4) Tidak mengganggu kesehatan klien.
5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

6) Mudah digunakan.
7) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kehesatan
khusus.
b. Non kontrasepsi
1) Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS
termasuk HBV dan HIV/AIDS.
2. Keterbatasan
a. Efektifitas kurang (18-29) kehamilan per 100 perempuan
per tahun.
b. Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung kepada
kepatuhan mengikuti cara penggunaannya.
c. Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan
dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual.
d. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi
sebelum melakukan hubungan seksual (tablet busa vagina,
suppositoria, dan film).
e. Efektifitas aplikasinya hanya 1-2 jam.

2.2.5 Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen dan Progestin)

A. Pil Kombinasi
Pil kombinasi efektif, reversible dan harus diminum setiap hari.
Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan
pendarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang.
Efek samping serius sangat jarang terjadi. Dapat dipakai oleh semua
wanita usia subur, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum.
Dapat dimulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil.
Tidak dianjurkan pada ibu menyusui. Dapat dipakai sebagia
kontrasepsi darurat.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

1. Jenis pil kombinasi


a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon estrogen/progestin (E/P) dalam dosis
yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon estrogen/progestin (E/P) dengan dosis
yang berbeda, denga 7 tablet tampa hormon aktif.
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21
tabletmengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P)
dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.

Gambar 2. 1 Skema Pil Kombinasi (putih: progestin, hitam: estrogen)


2. Manfaat
a. Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai
efektifitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
pemakaian.
b. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
c. Tidak mengganggu hubungan seksual.
d. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
e. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih
ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
f. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
g. Mudah dihentikan setiap saat.
h. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


1

i. Dapat digunakan sebagi kontrasepsi darurat.


j. Membantu mencegah:
- Kehamilan etopik,
- Kanker ovarium,
- Kanker endometrium,
- Kista ovarium,
- Penyakit radang panggul,
- Kelainan jinak pada payudara.
- Dimenore.
- Akne.
3. Keterbatasan
a. Mahal dan membosankan karena harus menggunakan setiap
hari.
b. Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
c. Pendarahan bercak atau pendarahan sela, terutama 3 bulan
pertama.
d. Pusing.
e. Nyeri payudara.
f. Berat badan naik sedikit, tetapi ada perempuan tertentu
kenaikan badan justru memiliki dampak postif.
g. Berhenti haid (amenore), jarang pada pil kombinasi.
h. Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui
(mengurangi ASI).
i. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi,
dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan melakukan
hubungan seksual berkurang.
j. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan,
sehingga resiko stroke dan pembekuan darah pada vena
sedikit meningkat pada perempuan usia >35 tahun dan
merokok perlu hati-hati.
k. Tidak mencegah IMS, HBV, HIV/AIDS.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

B. Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi ialah 25 mg Depo
Mendroksiprogesteron Asetat 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (Cylofem) dan 50 mg Estradiol
Valerat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali. Cara kerja dari
suntikan kombinasi ini ialah menekan ovulasi, membuat lendir
serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba. Memiliki efektivitas yang
sangat efektif yaitu 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama
tahun pertama pemakaian20.
2. Keuntungan kontrasepsi
a. Resiko terhadap kesehatan kecil.
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
c. Tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam.
d. Jangka panjang.
e. Efek samping sangat kecil.
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
3. Keuntungan nonkontrasepsi
a. Mengurangi jumlah pendarahan.
b. Mengurangi nyeri saat haid.
c. Mencegah anemia.
d. Khasiat pencegahan pada kanker ovarium dan kanker
endometrium.
e. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
f. Mencegah kehamilan etopik.
g. Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang
panggul.
h. Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

4. Kerugian
a. Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,
pendarahan bercak/spotting, atau pendarahan sela selama 10
hari.
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan
seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
c. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
d. Efektivitasnya berkurang jika digunakan bersamaan dengan
obat-obatan epilepsi (Fentonin dan Barbiturat) atau obat
tuberkolosis (Rimfampisin).
e. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan
kemungkinan akan timbulnya tumor hati.
f. Penambahan berat badan.
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS,
hepatitis B atau infeksi virus HIV.
h. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
5. Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak.
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.
d. Menyusui ASI pasca persalinan ˃ 6 bulan.
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f. Mengalami anemia dan nyeri haid hebat.
g. Siklus haid teratur.
h. Riwayat kehamilan ektopik.
i. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

6. Yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi

a. Hamil atau diduga hamil.


b. Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan.
c. Perdarahan lewat vagina yang belum jelas penyebabnya.
d. Penyakit hati akut (virus hepatitis).
e. Usia > 35 tahun yang merokok.
f. Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan
darah tinggi (> 180/110 mmHg).
g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan diabetes > 20
tahun
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala
atau migren
i. Kanker payudara

2.2.6 Kontrasepsi Suntikan Progestin

A. Kontrasepsi suntikan Progestin


Suntikan progestin merupakan metode kontrasepsi yang hanya
mengandung progestin. Metode suntikan progestin sangat efektif,
aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
Kontrasepsi progestin ini terdapat 2 jenis, yaitu: 1) Depo
Medroksiprogesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik di daerah
bokong.
1) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung
200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik di daerah bokong.
Cara kerja dari metode kontrasepsi ini adalah mencegah
pembuahan, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis
dan atrofi, menghambat perjalanan gamet oleh tuba. Metode
kontrasepsi progestin memiliki efektivitas yang tinggi (0,3
kehamilan

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

per 100 perempuan per tahun) asal penyuntikannya dilakukan secara


teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
1. Keuntungan
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung hormon esterogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah.
e. Tidak berpengaruh terhadap produksi ASI.
f. Sedikit efek samping.
g. Dapat digunakan oleh bunda yang berusia > 35 tahun sampai
perimenopause
h. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik
i. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
j. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
k. Mengurangi nyeri haid dan anemia defisiensi besi.
2. Keterbatasan
a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
- Siklus haid yang memendek atau memanjang
- Darah haid menjadi lebih banyak atau sedikit
- Haid menjadi tidak teratur atau perdarahan bercak lama
(spotting).
- Tidak haid sama sekali
b. Klien harus datang ke bidan atau dokter untuk mendapatkan
suntikan lanjutan.
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya.
d. Berat badan sering kali meningkat

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

e. Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular


seksual, hepatitis B dan virus HIV.
f. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kesuburan
g. Pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan pada lipid serum, penurunan hasrat
seksual, sakit kepala, jerawat dan penurunan kepadatan
tulang.
3. Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
a. Wanita usia produktif
b. Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak.
c. Membutuhkan kontrasepsi jangka panjang serta memiliki
efektivitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Telah memiliki banyak anak namun belum ingin tubektmi
g. Tekanan darah ˂ 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
h. Sedang mengkonsumsi obat epilepsi atau obat tuberkolosis
i. Tidak menggunakan kotrasepsi yang mengandung esterogen
atau yang sering lupa mengkonsumsi pil kontrasepsi.
j. Mengalami anemia defisiensi besi.
k. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
4. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
jika tidak haid.
d. Menderita atau memiliki riwayat kanker payudara
e. Pederita diabetes mellitus disertai komplikasi.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

B. Kontrasepsi Pil Progestin (Mini Pil)


Kontrasepsi pil terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Kontrasepsi pil kombinasi (mengandung progestin dan estrogen) dan
kontrasepsi pil progestin (hanya mengandung progestin). Kontrasepsi
pil progestin atau pil mini cocok digunakan sedang menyusui namun
ingin memakai pil KB, sangat efektif bila digunakan pada masa
menyusui, tidak mengganggu produksi ASI, dosisnya rendah, tidak
memberikan efek samping estrogen dan dapat dipakai sebagai
kontrasepsi darurat.
Pil mini bekerja dengan membuat lendir leher rahim menjadi
lebih kental sehingga sperma sulit masuk ke dalam rahim,
menipiskan lapisan dalam rahim (endometrium) sehingga hasil
pembuahan sulit menempel di dalam rahim (implantasi) dan
menekan ovulasi (keluarnya sel telur dari indung telur). Tetapi
berbeda dengan pil kontrasepsi kombinasi, penekanan ovulasi pada
pil mini tidak konsisten.
Pil mini ini memiliki angka efektivitas yang tinggi
(98,5 %). Tetapi kemungkinan terjadinya kegagalan (hamil) sangat
besar jika pil mini lupa di minum atau jika terjadi gangguan
percernaan seperti muntah atau diare. Karena itu agar efektivitasnya
maksimal maka jangan sampai ada tablet yang lupa di minum dan
minum pil mini pada jam yang sama (baiknya diminum di malam
hari).
1. Keuntungan kontrasepsi pil mini

a. Sangat efektif bila digunakan secara benar


b. Tidak menganggu hubungan seksual
c. Tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI
d. Kesuburan cepat kembali
e. Tidak mengandung hormon estrogen
f. Efek samping yang mungkin terjadi sedikit

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

g. Dapat dihentikan setiap saat


h. Nyaman dan mudah digunakan.
2. Keuntungan non kontrasepsi pil mini
a. Dapat mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid
b. Bisa memperbaiki kondisi anemia
c. Membantu mencegah kanker endometrium dan penyakit
radang panggul
d. Tidak meningkatkan pembekuan darah
e. Dapat diberikan pada klien yang menderita endometriosis
f. Efek terhadap peningkatan tekanan darah, nyeri kepala
dan depresi lebih minimal
g. Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom seperti
sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada
betis dan lekas marah
h. Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat
sehingga relatif aman pada penderita diabetes yang belum
mengalami komplikasi.
3. Keterbatasan kontrasepsi pil mini
a. Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid (perdarahan
sela, keluar bercak darah sedikit-sedikit, tidak haid).
b. Terjadi peningkatan atau penurunan berat badan.
c. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
d. Bila lupa meminum satu pil saja kegagalan menjadi lebih
besar.
e. Payudara menjadi tegang, mual, pusing atau jerawat.
f. Efektivitasnya menjadi rendah jika digunakan bersamaan
dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi.
g. Tidak melindungi diri dari penyakit menular seksual atau
HIV/AIDS

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

C. Kontrasepsi Implan
Implant merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang
dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat hormone
progeston, implant dimasukan kedalam kulit di bagian lengan
atas. Hormon tersebut kemudian dilepaskan secara perlahan.
Memiliki efektifitas yang sangat efektif dengan kegagalan 0,2-1
kehamilan per 100 perempuan.
Jenis dari kontrasepsi implant, yaitu: Kontrasepsi implant
memiliki 3 jeni implant, yaitu: 1) Norplant adalah implan yang
memiliki 6 batang, setiap batang mengandung 36 mg
levonogestrel dengan panjang 3,4 cm dan efektif selama 5 tahun,
2) Jedelle adalah implant yang memiliki 2 batang, setiap batang
mengandung 75 mg levonogestrel dan efektif selama 3 tahun dan
3) Sino-implan adalah implant yang memiliki 2 batang, yang
mengandung 75 mg dan efektif selama 3 tahun20. Cara kerja dari
kontrasepsi implant ini adalah membuat lendir serviks menjadi
kental, menganggu proses pembentuka endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma dan
menekan ovulasi20.
1. Keuntungan kontrasepsi
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang karena bisa mencapai lima tahun
c. Pengembalian kesuburan tergolong cepat setelah pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Tidak mengganggu kegiatan hubungan suami istri
f. Tidak mempengaruhi ASI
g. Bebas dari pengaruh estrogen
h. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
i. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
2. Keuntungan non kontrasepsi
a. Mengurangi nyeri pada saat haid
b. Mengurangi jumlah darah haid

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

c. Mengurangi atau memperbaiki anemia


d. Melindungi terjadinya kanker endometrium
e. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara (tumor
jinak)
f. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul, serta
g. Dapat menurunkan angka kejadian endometriosis.
3. Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa pendarahan bercak (spotting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti
a. Sakit kepala
b. Nyeri payudara
c. Perasaan mual.
d. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
e. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular
seksual termasuk AIDS.
f. Efektifitas akan menurun jika anda menggunakan obat
tuberkulosis atau obat epilepsi.
g. Memerlukan tindakan pembedahan minor (bedah lokal) untuk
pemasangan dan pencabutannya.
h. Klien tidak bisa mencabut implant sembarangan, tapi harus
atas bantuan dokter atau bidan atau petugas yang terlatih
i. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per
100.000 perempuan per tahun)

Poltekkes Kemenkes Jakarta


2

2.2.7 Alat Kontrsepsi Dalam Rahim (AKDR)

Sangat efektif, reversibel, dan berjangka panjang (dapat sampai 10


tahun: CuT-380A). Memiliki beberapa jenis, yaitu: 1) AKDR CuT-
380A, kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T,
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Tersedia
di Indonesia dan terdapat di mana-mana. 2) AKDR lain yang beredar di
Indonesia ialah NOVA T (Schering). Cara Kerja AKDR ini ialah: 1)
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. 2)
mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri. 3) AKDR
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. 4)
Memungkinkan untuk mencegah terjadinya implantasi telur dalam
uterus.

1. Keuntungan
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi, sampai 0,6-0,8
kehamilan per 100 prempuan dalam 1 tahun pertama.
b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti).
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir)
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

l. Membantu mencegah kehamilan etopik.


2. Kerugian
a. Efek samping yang umum terjadi:
- Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama akan
berkurang setelah 3 bulan).
- Haid lebih lama dan banyak.
- Pendarahan (spotting) antar menstruasi.
- Saat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain:
- Merasakan sakit dan kejang, selama 3-5 hari setelah
pemasangan.
- Pendarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan
benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
e. Penyakit radang panggul terjadi setelah perempuan dengan IMS
memakai AKDR.
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama
pemasangan.
g. Sedikit nyeri dan pendarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang 1-2 hari.
h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan).
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan etopik karena AKDR
untuk mencegah kehamilan normal.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

k. Perempuan harus memeriksakan posisi benang AKDR dari waktu


ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan
jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau
melakukan ini.

2.2.8 Kontrasepsi Mantap

A. TUBEKTOMI
Tubektomi (Metode Operasi Wanita/MOW) adalah metode
kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila
tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falupii (mengikat
dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum.
1. Manfaat kontrasepsi
a. Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100
perempuan selama tahun pertama penggunaan).
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui.
c. Tidak bergantung pada faktor sanggama.
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius.
e. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
f. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
2. Manfaat Non Kontrasepsi
a. Berkurangnya risiko kanker ovarium
3. Keterbatasan
a. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak
dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi
rekanalisasi)
b. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter
spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses
laparoskopi)
c. Klien dapat menyesal di kemudian hari.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

d. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan


anastersi umum).
e. Rasa sakit atau ketidak nyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan.
f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan
HIV/AIDS.
B. Vasektomi (Metode Operasi Pria/MOP)
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan cara mengoklusivasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan
dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi merupakan upaya
menghentikan fertilisasi dimana fungsi reproduksi merupakan
ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya
serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga. Tindakan
vasektomi terdapat 2 jenis tindakan, yaitu: 1) Insisi, 2) Vasektomi
Tanpa Pisau (VTP). Vasektomi tidak efektif segera, WHO
menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur
(kurang lebih 20 kali ejakulasi). Teknik tanpa pisau merupakan
pilihan mengurangi perdarahan dan nyeri dibandingkan teknik insisi.

2.3 Determinan dan Perubahan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi


karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal. Secara garis besar perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek,
yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut
sulit ditarik garis tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih
terinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak minat, motivasi, presepsi,
sikap dan sebagainya21.
Namun demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala
kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut,

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain,
di antaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya
masyarakat, dan sebagainya.
Disamping asumsi-asumsi, ada beberapa asumsi lain, antara lain asumsi
yang mendasarkan kepada teori kepribadian dari Spranger, Spranger membagi
kepribadian menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang
ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri seseorang
tersebut. Selanjutnya, kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar
perilaku manusia yang bersangkutan.

Gambar 2. 2 Determinan Prilaku Manusia


Pengalam
Beberapa teori lain yang telah dicoba
anuntuk mengungkapkan determinan
perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya
Pengalaman Presepsi
Keyakinan Sikap
Perilaku
Fasilitas Keinginan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Sosial Kehendak
1. Teori Lawrence Green
Budaya Motivasi
Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu
sendiri ditentukan atau berbentuk 3 faktor
a. Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

b. Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik,


tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan.
c. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau pertugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.

Keterangan: B = f (PF, EF, RF)


- B : Behaviour
- PF : Predisposing factors
- EF : Enabling factors
- RF : Reinforcing factors
- F : fungsi
Disimpulakan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan
sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,
ketersedian fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik


Pada Pasangan Usia Subur

2.4.1 Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang
mati. Umur terhitung sejak dilahirkan dan dapat diketahui tanggal
lahir, bulan dan tahun kelahiran dalam kalender masehi22.
Pengaruh umur untuk keikutsertaan dalam penggunaan kontrasepsi
dapat dilihat dari pembagian umur berikut ini:

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

1. Umur ibu kurang dari 20 tahun


a. Penggunaan prioritas kontrasepsi oral.
b. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan
muda memiliki frekuensi bersenggama tinggi sehingga
mempunyai kegagalan tinggi.
c. Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.
d. Umur dibawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.
2. Umur ibu antara 20-35 tahun
a. Merupakan usia yang terbaik untuk mendukung dan melahirkan.
b. Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai
AKDR sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah implant
atau pil.
3. Umur ibu diatas 35 tahun
a. Pilihan utama menggunakan AKDR atau implant. Kondom
biasanya merupakan pilihan kedua.
b. Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi
(sterilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan
dengan spriral, kondom, maupun pil dalam arti menegah11.
Penelitian yang dilakukan oleh Inggriany Rumende, dkk tahun
2015 menyatakan bahwa responden pengguna kontrasepsi suntik
terbanyak adalah 20-35 tahun. Pada rentang umur ini akseptor berada
dalam fase menjarangkan kehamilan sehingga diperlukan alat
kontrasepsi yang efektif mencegah kehamilan namun kesuburkan
dapat kembali dalam waktu yang singkat. Pada usia ini, juga
merupakan reproduksi sehat12.
2.4.2 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup yaitu
kondisi yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau bebrapa
kelompok wanita selama masa reproduksinya23. Penelitian yang
dilakukan oleh Erman pada tahun 2012 menyatakan bahwa paritas
tidak mempengaruhi penggunaan kontrasepsi dengan metode jangka
panjang. Paritas dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu paritas ≤2
dan >2.
Poltekkes Kemenkes Jakarta
3

Seorang ibu untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah


anak yang telah dilahirkannya. Seorang ibu menggunakan alat
kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur
anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan
anak, maka akan semakin memiliki resiko kematian dalam persalinan.
Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu
dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga24.
2.4.3 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
sangat diperlukan untuk mengembangkan diri, semakin tinggi
pendidikan maka semakin mudah menerima serta mengembangkan
pengetahuan dan tekhnologi14. Kategori pendidikan menurut Arikunto:
1. Pendidikan rendah (SD-SMP)
2. Pendidikan tinggi (SMA-Perguruan tinggi)
Tingkat Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya.
Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih
rasional. Pendidikan akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap
manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit.
wanita yang berpendidikan tinggi lebih cendurung membatasi jumlah
kelahiran dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Taufik pada tahun 2016 yang
menggunakan uji alternatif Chi-Square yaitu uji Kolmogorov Smirnov
didapatkan nilai p = 0,684 (p > 0,05). Nilai ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh dari faktor pendidikan pada akseptor KB aktif
terhadap pemelihan alat kontrasepsi suntik di wilayah kerja puskesmas
Sungai Bakau Kecil Kecamatan Mempawah Timur
Kabupaten Mempawah25.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

2.4.4 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera
pengelihatan, indera pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil
penelitian ternyata perilaku yang didasari dari pengetahuan akan lebih
bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengukuran pengetahuan untuk penelitian yang bersifat analitik,
kategori dari variabel pengetahuan dapat disederhanakan sesuai
dengan pendapat Tawi (2013) yang menyatakan bahwa “variabel
pengetahuan dapat juga dikategorikan menjadi dua kategori dengan
menggunakan metode statistik normatif (umumnya), yaitu dengan
memakai nilai cut of point mean atau median.
a. Cukup ≥ mean atau median
b. Kurang < mean atau median
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Taufik pada tahun
2016 menyatakan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan tinggi akan
lebih tau apa yang sebaikannya dilakukan untuk menjarangkan
kelahiran anak dan juga para ibu sudah banyak mendapatkan informasi
dari dokter, bidan dan petugas kesehatan lainnya tentang kontrasepsi
suntik25.
2.4.5 Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terdapat
stimulasi atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk
penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulasi atau objek, proses
selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulasi atau objek
kesehatan tersebut. Oleh karena itu indikator untuk sikap kesehatan
juga

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

sejalan dengan pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Sikap


dapat dibedakan menjadi beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut:
1. Sikap Positif
Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau
memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta
melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu
berbeda.
2. Sikap Negatif
Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan penolakkan
terhadap suatu norma yang berlaku dimana individu itu berada14.
2.4.6 Partisipasi suami
Partisipasi dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria
dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan
dan kelangsungan hidup ibu, serta berperilaku seksual yang sehat dan
aman bagi dirinya. Meningkatnya partisipasi laki-laki diharapkan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat meningkatkan
derajat kesehatan ibu, bayi dan anak, menurunkan angka kematian ibu
dan bayi, mencegah dan menanggulangi infeksi saluran reproduksi
serta penyakit menular seksual.
2.4.7 Pelayanan
Untuk menciptakan sistem pelayanan yang dapat memberi
kemudahan bagi peserta tidak cukup hanya dengan memperbanyak
tempat yang mudah didatangi, tetapi tempat tersebut harus menarik,
memberi rasa senang untuk bekunjung dan mendatangkan kepuasan
bagi yang dilayani. Akses pelayanan yang baik tidak saja berkuantitas
kunjungan, ajakan, tempat, tenaga, obat yang dibutuhkan dan peralatan
yang tersedia dalam pelayanan, termasuk di dalamnya biaya yang
dibutuhkan14.
Pelayanan konseling kontrasepsi adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan bantuan mengenai berbagai hal yang ada kaitannya
dengan pemilihan kontasepsi, sehingga akhirnya calon peeserta KB
tersebut

Poltekkes Kemenkes Jakarta


3

mampu mengambil keputusan sendiri mengenai alat atau metode


kontrasepsi apa yang baik baginya. Dalam kegiatan konseling ini,
maka pihak yang sebagai petugas konseling dalam hal ini berusaha
untuk membantu pihak yang lain (calon akseptor) dapat memilih suatu
keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri dan keluarganya, kemudian
melaksanakan keputusan yang telah dipilihnya14.

2.4 Penelitian Terkait

No. Penulis Judul Penelitian Tujuan Penelitian Uji Penelitian Hasil Penelitian
1. Kolifah, Budi Faktor-Faktor Yang Untuk mengetahui Desain penelitian Hasil penelitian
Nugroho, Mempengaruhi faktor-faktor ini adalah faktor-faktor yang
Machfudhotul Tingginya Cakupan apakah yang diskriptif. mempengaruhi
Hidayah Akseptor KB mempengaruhi tingginya cakupan
Memilih Metode tingginya cakupan akseptor KB
KB Suntik 3 Bulan akseptor KB memilih metode
Di Desa Cupak memilih metode KB suntik 3 bulan
Kecamatan KB suntik 3 bulan. adalah 26 orang
Ngusikan (61,91%) tidak
Kabupaten punya anak usia
Jombang26 dibawah 3 tahun,
33 orang (78,57%)
melakukan
hubungan kelamin
dengan frekuensi
jarang. 42 orang
(100%) melakukan
hubungan
komunikasi dengan
pasangannya, 42
orang (100%) tidak
dipengaruhi orang
lain, 42 orang
(100%) mempunyai
kesehatan umum
yang baik.
Kesimpulan dari
penelitian
menunjukkan
banyak akseptor
KB yang memilih
metode KB suntik
3 bulan meskipun
kebanyakan dari
akseptor kb sudah
tidak punya anak di
bawah usia 3 tahun,

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

melakukan
hubungan seksual
dengan frekuensi
jarang. Untuk itu
disarankan kepada
bidan sebagai
tenaga kesehatan
tetap memberikan
konseling dan
penyuluhan kepada
para akseptor KB
khususnya akseptor
KB Suntik 3 bulan
tentang ragam
metode KB lain
yang sesuai.
2. Inggriany Evaluasi Mengetahui Penelitian Hasil penelitian
Theresia Penggunaan ketepatan deskriptif menunjukkan jenis
Rumende, Lily Kontrasepsi Suntik penggunaan kontrasepsi yang
Ranti Goenawi, Pada Pasangan Usia kontrasepsi suntik, digunakan yaitu
dan Widya Subur (Pus) Di mengidentifikasi suntikan 3 bulan
Astuty Lolo Kelurahan Walian I efek samping yang sebanyak 50
Tomohon12 timbul dan faktor responden
yang (80,65%) dan
mempengaruhi suntikan 1 bulan
penggunaan sebanyak 12
kontrasepsi suntik. responden
(19,35%). Terdapat
7 responden
(11,29%)
mempunyai riwayat
penyakit tekanan
darah tinggi.
Sebanyak 2
responden (3,23%)
mempunyai riwayat
kencing manis
(Diabetes melitus).
Efek samping yang
paling banyak
dialami yaitu
perubahan berat
badan sebanyak 50
responden dari 62
responden
(80,65%) dan
Amenorea (tidak
haid) 45 responden
dari 62 responden
(72,58%). Faktor

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

yang
mempengaruhi
penggunaan dan
pemilihan
kontrasepsi suntik
yaitu efek samping
yang timbul, umur
pengguna suntik
terbanyak berusia
20 35 tahun dengan
frekuensi 35
responden
(56,45%), dan
keterjangkauan
biaya sebanyak 4
responden (6,45%)
menganggap biaya
yang dikeluarkan
mahal.
3. Taufik Faktor-Faktor Yang Mengetahui faktor Chi-square Hasilnya
Kurniawan Memengaruhi faktor yang menunjukkan
Pemilihan Alat memengaruhi 26,2% akseptor
Kontrasepsi Suntik pemilihan alat tidak memilih alat
Di Wilayah Kerja kontrasepsi suntik kontrasepsi suntik
Puskesmas Sungai di wilayah kerja dan 73,8% akseptor
Bakau Kecil puskesmas Sungai memilih alat
Kecamatan Bakau Kecil kontrasepsi suntik.
Mempawah Timur Kecamatan Analisis bivariat
Kabupaten Mempawah Timur menunjukkan
Mempawah25 Kabupaten bahwa faktor yang
Mempawah. memengaruhi
pemilihan alat
kontrasepsi suntik
adalah umur (p<
0,05), pengetahuan
(p< 0,05), dan
social budaya (p<
0,05). Sedangkan
Pendidikan tidak
memengaruhi
pemilihan alat
kontrasepsi suntik
(p> 0,05).
4. Riky Andria Pengalaman Mengeksplorasi Studi Hasil penelitian ini
Akseptor KB Yang pengalaman fenomenologi didapatkan lima
Menggunakan KB akseptor KB yang tema pengalaman
Suntik Di menggunakan KB akseptor KB yang
Kecamatan Jagong suntik di menggunakan KB
Jeget Kabupaten Kecamatan Jagong suntik, yaitu (1)
Aceh Tengah18 mendapatkan

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

Jeget Kabupaten informasi tentang


Aceh Tengah KB suntik, (2)
mendapatkan
dukungan dari
keluarga, (3)
mendapatkan
pelayanan KB dari
petugas kesehatan,
(4) mengalami efek
samping dari KB
suntik, dan (5)
beralih dari KB
suntik 3 bulan ke
KB suntik 1 bulan.
5. Sekar Wulan Gambaran Efek Mengetahui Analisis Hasil penelitian
Sari1, Suherni, Samping gambaran efek univariat. menunjukkan
Yuliasti Eka Kontrasepsi Suntik samping karakteristik
Purnamaningrum Pada Akseptor KB kontrasepsi suntik akseptor KB
Suntik27 pada akseptor KB berdasarkan umur
suntik. dan paritas belum
memenuhi pola
kontrasepsi
rasional. Efek
samping yang
dialami akseptor
KB suntik berupa
gangguan
menstruasi,
perubahan berat
badan, pusing dan
sakit kepala
mayoritas dialami
oleh akseptor KB
suntik DMPA.
Sedangkan efek
samping mual
mayoritas dialami
oleh akseptor KB
suntik cyclofem.
6. Anni Mafruha Faktor-Faktor Yang Mengetahui Chi Square Jumlah responden
Amaliyah Berhubungan hubungan antara sebanyak 27 orang.
Dengan Penggunaan pendidikan, Data dikumpulkan
KB Suntik Pada Ibu pekerjaan, secara langsung
Usia Kurang Dari pengetahuan, dari responden
20 Tahun Di dukungan menggunakan
Puskesmas keluarga dan kuesioner yang
Sewon I Bantul28 dukungan petugas telah valid dan
kesehatan dengan reliable. Uji
penggunaan KB hipotesis untuk
suntik pada ibu Mengetahui

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

usia kurang dari korelasi antar


20 tahun. variable
menggunakan
Analisa chi square.
Dari hasil analisis
data, faktor yang
memiliki hubungan
dengan penggunaan
KB suntik pada ibu
usia kurang dari 20
tahun yaitu
pengetahuan
(p=0,012) (p<0,05),
pendidikan
(p=0,008) (p<0,05),
pekerjaan
(p=0,033) (p<0,05),
dukungan keluarga
(p=0,006) (p< 0,05)
dan dukungan
petugas kesehatan
(p=0,002) (p<0,05).
7. Anisa Putri Pengaruh Mengetahui Chi-square. Analisis Chi-
Pinasti Penggunaan seberapa besar Square
Kontrasepsi Suntik pengaruh menunjukkan nilai
Terhadap penggunaan 2hitung >
Peningkatan Berat kontrasepsi suntik 2tabel yaitu
Badan Dan terhadap 19,018 > 5,991
Kenaikan Tekanan peningkatan berat dengan signifikansi
Darah Pada badan dan p<0,05 dan nilai
Akseptor Keluarga kenaikan tekanan 2hitung >
Berencana Di darah pada 2tabel yaitu
Puskesmas akseptor keluarga 11,574 > 5,991
Kecamatan berencana di dengan signifikansi
Sukodono Puskesmas p<0,05, dapat
Kabupaten Sragen29 Kecamatan disimpulkan
Sukodono terdapat pengaruh
Kabupaten Sragen. yang signifikan
penggunaan
kontrasepsi suntik
terhadap kenaikan
berat badan dan
tekanan darah.
Tabel 2. 1 Penelitian Terkait

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

2.3 Kerangka Teori

Sumber: Notoatmodjo Soekidjo 2007, dan A. Wawan 2010


Faktor-faktor yang
mempengaruhi Gambar 2. 3 Kerangka Teori
Pemilihan penggunaan
penggunaan kontrasepsi:
alat kontrasepsi:
1. Faktor-faktor predisposisi:
1. Metode Amenore Laktasi
a. Pengetahuan
2. Metode Keluarga
b. Tingkat Pendidikan
Berencana Alamiah
c. Umur
3. Senggama Terputus
d. Sikap
4. Metode Barier
e. Kepercayaan
5. Kontrasepsi Kombinasi
f. Keyakinan
a. Pil kombinasi
g. Nilai-nilai
b. Suntikan kombinasi
h. Pekerjaan
6. Kontrasepsi
i. Ekomomi
Progestin
j. Efek samping
a. Suntikan progestin
2. Faktor Pendukung:
b. Pil progestin
a. Fasilitas atau
c. Implan
sarana- sarana
d. AKDR progestin
kesehatan.
7. Alat Kontrasepsi
b. Pelayanan KB
Dalam Rahim (AKDR)
3. Faktor Pendorong
8. Kontrasepsi Mantap
a. Sikap dan perilaku
a. Tubektomi
petugas kesehatan atau
pertugas lain.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


BAB 3

METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan dipakai adalah desain penelitian analitik


dengan metode penelitian Cross Sectional, yaitu pengumpulan data pada
saat yang bersamaan, pada satu saat yang artinya subjek diteliti satu kali
saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor
umur, paritas, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, sikap, partisipasi suami
dan pelayanan KB.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan setelah penulisan proposal penelitian


selesai. Penulisan proposal dilakukan pada bulan November 2018 - Febuari
2019. Pada bulan Maret 2019, peneliti akan melakukan uji validitas dan
reabilitas intrumen. Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Kelurahan
Sukapura Jakarta Utara dan akan dimulai pada bulan April 2019. Setelah
data terkumpul, data akan diolah dan dianalisis pada bulan Mei 2019 untuk
selanjutnya dibuat dalam bentul laporan hasil analisis pada bulan yang sama.
Hasil penelitian secara keseluruhan dipresentasikan dalam siding skripsi
pada bulan Juni 2019.

3.3 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan
1. Umur Kontrasepsi Suntik Pada Pasangan Usia Subur
2. Paritas
3. Pendidikan Pengguna kontrasepsi
4. Pengetahuan suntik
5. Sikap ibu
6. Partisipasi suami 45
7. Pelayanan KB

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

3.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesi penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah dari


suatu penelitian30. Maka dari kerangka konsep dapat dirumuskan hipotesis
pada penelitian ini adalah

1. Adanya hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi suntik pada


pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Administrasi Jakarta Utara.
2. Adanya hubungan paritas dengan penggunaan kontrasepsi suntik pada
pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Administrasi Jakarta Utara.
3. Adanya hubungan tingkat pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi
suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Administrasi Jakarta Utara.
4. Adanya hubungan pengetahuan ibu tentang kontrasepsi suntik pada
pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Administrasi Jakarta Utara.
5. Adanya hubungan sikap ibu dengan penggunaan kontrasepsi suntik pada
pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Administrasi Jakarta Utara.
6. Adanya hubungan partisipasi suami dengan penggunaan kontrasepsi
suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Administrasi Jakarta Utara.
7. Adanya hubungan pelayanan KB dengan penggunaan kontrasepsi suntik
pada pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Administrasi Jakarta Utara.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

3.5 Definisi Operasional

Definisi oprasional adalah uraian tentang batasan variabel yang


dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan31.
Adapun batasan variabel yang akan diukur dala penelitian ini ialah

Variabel Definisi Operasional Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur
Variabel Dependen
Akseptor Pasangan usia subur Kuesioner Wawancara 0. Tidak Nominal
kontrasepsi yang menggunakan menggunakan
suntik kontrasepsi suntik. kontrasepsi
suntik suntik.
1. Menggunakan
kontrasepsi
suntik.
Variabel Independen
Umur Lamanya masa hidup Kuesioner Wawancara 0. ≤ 35 tahun. Ordinal
responden secara
tahun kalender, yang 1. > 35 tahun.
terhitung dari sejak
dilahirkan sampai
dengan dilakukan
penelitian dalam
tahun ini.
Paritas Jumlah anak yang Kuesioner Wawancara 0. ≤ 2 orang. Ordinal
dilahirkan seorang 1. > 2 orang.
wanita.
Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner wawancara 0. Rendah (tidak Ordinal
formal terakhir yang bersekolah,
berhasil diselesaikan SD, SMP).
oleh responden 1. Tinggi
dengan ditandai
(SMA,
adanya ijazah.
Perguruan
Tinggi).
Pengetahuan Pengetahuan yang Kuesioner Wawancara 0. Cukup < mean Ordinal
PUS tentang dimaksud dalam atau median
KB Suntik penelitian ini adalah 1. Baik ≥ mean
Pasangan usia subur atau median.
mengetahui tentang
KB Suntik
Sikap PUS Tanggapan atau Kuesioner Wawancara 1. Sikap negatif Ordinal
reaksi reponden terhadap KB
terhadap KB. suntik (skor <

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

mean atau
median).
2. Sikap positif
terhadap KB
suntik (skor ≥
mean atau
median).
Partisipasi Dukungan yang Kuesioner Wawancara 0. Tidak Ordinal
suami diberikan oleh suami mendukung
klien untuk memilih (skor < mean
menggunakan KB. atau median).
1. Mendukung
(skor ≥ mean
atau median).
Pelayanan Pelayanan KB yang Kuesioner Wawancara 1. Cukup (skor Ordinal
KB diberikan tenaga < mean atau
kesehatan kepada median).
akseptor. 2. Baik (skor ≥
mean atau
median).

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti. Populasi adalah keselurahan objek yang akan
diteliti11. Populasi penelitian ini ialah seluruh pasangan usia subur yang
menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Administrasi Jakarta Utara.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian unit penelitian yang ada dalam populasi30.


Sampel diambil secara non-probability sampling. Non-probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas
kemungkinan yang diperhitungkan32. Sampel dalam penelitian ini adalah
pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas
Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


4

3.6.3 Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 81


dengan menggunakan rumus Lemesshow30. Perhitungan sampelnya
sebagai berikut

[𝑍 𝛼 √2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1−𝛽√𝑃1 (1 − 𝑃1 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃2 )]2


1−( )
2
n= (𝑃1 − 𝑃2)2

Keterangan

- n : Jumlah sampel yang dibutuhkan


- 𝑍 𝛼: 1,96 (derajat kepercayaan 95%, derajat kemaknaan 5%)
1−( )
2

- 𝑍1−𝛽 : 1.28 (kekuatan uji 90%)


- 𝑃1 : 0,63 (proporsi akseptor yang tidak
menggunakan kontrasepsi suntik)
- 𝑃2 : 0,36 (proporsi akseptor yang menggunakan
kontrasepsi suntik)
- P : 0,49 (rata-rata 𝑃1 dan 𝑃2)
[1.96√2×0,49(1−0.49)+1,28√0,63(1−0,63)+0,36(1−0,36)]2
n=
(0,63−0,36)2

[1,96√0,5+1,28√0,48]2
n= 0,272

n = 72,28= 73 responden

Berdasarkan dari perhitungan sampel diatas, maka sampel yang akan


dibutuhkan sebanyak 73 orang dengan di tambah 10% menjadi 81 orang
sebagai cadangan untuk mencegah drop out pada responden.

3.6.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non-


probability sampling dengan metode Accidental sampling. Pengambilan
sampel secara Accidental sampling dilakukan dengan mengambil kasus
atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

dengan konteks penelitian. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua


yaitu inklusi dan eksklusi30.
Adapun kriteria inklusi meliputi:
a. Pasangan yang menggunakan alat kontrasepsi atau ber-KB.
b. Kesadaran baik dan dapat berkomunikasi.
c. Kooperatif.
d. Pasangan seksual aktif.
Sedangkan kriteria eksklsusi meliputi:
a. Pasangan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi atau ber-KB.
b. Pasangan yang menggunakan metode kontrasepsi MOW
(tubektomi).

3.7 Alat dan Teknik Pengambilan Data

3.7.1 Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


kuesioner atau angket. Kuesioner telah disesuaikan dengan tujuan
penelitian, teori dan kerangka konsep yang telah dibuat. Kuesioner
diberikan langsug kepada reponden yang sesuai dengan kriteria insklusi
untuk diisi tanpa melalui proses wawancara.

Kuesioner yang dibuat telah mencakup variabel independent yaitu:


umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, sikap ibu, partisipasi suami dan
pelayanan KB. Pada pertanyaan atau pernyataan dari variabel tingkat
pengetahuan, sikap, partisipasi suami dan pelayanan KB diperlukan
proses skala penilaian. Skala penilaian merupakan suatu alat
pengumpulan data untuk mengelompokan, menggolongkan dan menilai
seseorang atau suatu gejala. Berikut daftar variabel yang melalui proses
skala penilaian.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

1. Varibel pengetahuan
Jumlah pertanyaan pada kuesioner pengetahuan adalah 15
pertanyaan. Pertanyaan pada variabel pengetahuan terdapat 2 jenis
pertanyaan yaitu: 6 pertanyaan positif dan 1 pertanyaan negatif.
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
(Nomer 1, 2, 3, 6, 7, 8, (Nomer 4, 5, 9, 10 dan 13)
Skor
11, 12, 14 dan 15)
Jawaban Jawaban
Benar 1 Salah
Salah 0 Benar
Tabel 3. 2 Skor Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Variabel pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 kategori dengan
menggunakan standar skor dibawah ini
a. Baik ≥ mean atau median.
b. Cukup < mean atau median.
2. Variabel sikap
Pada kuesioner sikap terhadap kontrasepsi suntik terdapat 8
pernyataan yang menggunakan skala likert. Pernyataan pada variabel
sikap hanya terdiri 10 pernyataan positif.
Pertanyaan Positif
Jawaban Skor
Sangat setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Tabel 3. 3 Skor Jawaban Kuesioner Sikap
Variabel sikap dikelompokkan menjadi 2 kategori dengan
menggunakan standar skor dibawah ini
a. Positif ≥ mean atau median.
b. Negatif < mean atau median.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

4. Variabel partisipasi Suami


Jumlah pernyataan pada kuesioner partisipasi suami adalah 9
pernyataan yang menggunakan skala likert. Pernyataan pada varibel
pasrtisipasi suami terdiri dari 8 pernyataan positif dan 1 pernyataan
negatif.
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
(Nomer 1 s/d 8) Skor (Nomer 9)
Jawaban Jawaban
Sangat setuju 4 Sangat tidak setuju
Setuju 3 Tidak Setuju
Tidak Setuju 2 Setuju
Sangat tidak setuju 1 Sangat setuju
Tabel 3. 4 Skor Jawaban Kuesioner Partisipasi Suami
Variabel partisipasi suami dikelompokkan menjadi 2 kategori
dengan menggunakan standar skor dibawah ini
c. Mendukung ≥ mean atau median.
d. Tidak mendukung < mean atau median.
5. Pelayanan KB
Jumlah pernyataan pada kuesioner pelayanan KB adalah 10
pernyataan. Pernyataan pada variabel pelayanan KB hanya terdapat
10 pernyataan positif.
Pertanyaan Positif
Jawaban Skor
Sangat setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Tabel 3. 5 Skor Jawaban Kuesioner Pelayanan KB
Variabel pelayanan KB dikelompokkan menjadi 2 kategori
dengan menggunakan standar skor dibawah ini
a. Baik ≥ mean atau median.
b. Cukup < mean atau median.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

3.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer yaitu


data yang didapat dari pengisian kuesioner. Memberikan kuesioner
kepada pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi untuk
diisi tanpa melalui wawancara.

3.8 Uji Validitas dan Realibilitas

3.8.1 Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-
benar yang mengukur apa yang diukur30. Untuk mengetahui apakah
kuesioner yang disusun telah mampu mengukur apa yang hendak
peneliti ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi atara skor (nilai) tiap-
tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner. Maka teknik korelasi
yang dipakai adalah teknik korelasi product moment yang dirumuskan
sebagai berikut

N(EXY)(EX EY)
R=
VI (NEX − EX)(NEX − EY)

Keputusan uji:

Bila r hitung lebih besar dari r tabel → instrument dikatakan valid.

Bila r hitung lebih kecil dari r tabel → instrument dikatakan tidak valid.

Uji Validitas dilakukan dua kali di wilayah kerja Puskesmas


Kelurahan Kalibaru. Pada uji validitas pertama sebanyak 35 responden,
perhitungan uji validitas pada variabel pengetahuan, sikap dan pelayanan
KB dan partisipasi suami menggunakan SPSS 22.0 dan diperoleh hasil r
tabel 0.034. Dan pada uji validitas kedua sebanyak 20 responden dan
diperoleh r tabel 0.444, perhitungan uji validitas pada variabel
pengetahuan, sikap dan partisipasi suami menggunakan SPSS 22.0.

Hasil uji validitas pertama pada variabel pengetahuan 10 item


dinyatakan tidak valid (r hasil < 0.034), variabel sikap ada 4 item yang

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

dinyatakan tidak valid yaitu pada item no 2, 7, 8 dan 10, variabel


partisipasi suami ada 5 item yang dinyatakan tidak valid yaitu pada item
no 1, 6, 7, 8 dan 10, dan pada variabel pelayanan KB 10 item dinyatakan
valid (r hasil > 0.334).

Pada uji validitas ke dua variabel pengetahuan ada 3 item yang


dinyatakan tidak valid sebanyak 16 item tidak valid (r < 0.444), variabel
sikap yang dinyatakan tidak valid sebanyak 3 item dan variabel
partisipasi suami yang dinyatakan tidak valid hanya 1 item. Karena
jumlah item variabel pengetahuan terlalu sedikit, sehingga tidak dapat
mengukur tingkat pengetahuan maka mengkonsultasikan kepada para
ahli dan menyarankan untuk mengutip kuesioner pengetahuan dari
peneliti sebelumnya. Maka penulis mengutip kuesioner variabel
pengetahuan dari penelitian yang dilakukan oleh Taufik pada tahun
2016.

3.8.2 Realiabilitas

Realiabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat


pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan 30. Hal ini berarti
menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas (ajeg), bila dilakukan pengukuran 2 kali atau lebih terhadap gejala
yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran
reliabilitas menggunakan bantuan softwere computer dengan rumus
Alpha Cronbrach.

Hasil uji realibilitas pertama yang dilakukan pada 6 item pernyataan


dalam variabel sikap, telah didapatkan hasil yang reliable dengan nilai
Alpha Cronbach sebesar 0.770. Pada variabel partisipasi suami 5 item
pernyataan didapatkan hasil yang reliable dengan nilai Alpha Cronbach
sebesar 0.749. Dan variabel pelayanan KB 10 item pernyataan
pernyataan didapatkan hasil yang reliable dengan nilai Alpha Cronbach
sebesar 0.929.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

Dan pada hasil uji realibilitas kedua yang dilakukan pada 3 item
pernyataan dalam variabel sikap, telah didapatkan hasil yang reliable
dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0.899. Dan pada variabel
partisipasi suami 4 item pernyataan didapatkan hasil yang reliable
dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0.772.

3.9 Etika Penelitian

Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis


moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Pelaku penelitian atau
peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan penelitian
hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta berpegang
teguh pada etika penelitian. Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah
penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh (Milyon, 1999 dalam
Bondan Palestin), yakni

a. Menghormati harkat dan martabat manusia.


b. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian.
c. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan.
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan.

3.10 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengelolaan data dilakukan dengan softwere


komputer SPSS Statistik 22.0. Teknik pengolahan data terdiri dari

a. Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecek identitas isian


kuesioner, apakah sudah cukup baik sebagi upaya menjaga kualitas data
agar dapat diproses lebih lanjut.
b. Codding adalah mengubah data berebntuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan.
c. Memasukan data atau processing merupakan kegiatan memproses data
yang telah dikoding agar dapat dianalisis. Untuk melakukan analisis data
menggunakan program softwere dengan SPSS 22.0.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

d. Cleaning ialah proses pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan


adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, lalu
dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.11 Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk memudahkan interpretasi dan menguji


hipotesis penelitian. Analisa dalam penelitian ini meliputi analisa univariat,
bivariat dan multivariat. Untuk melakukan analisa peneliti menggunakan
softwere komputer yaitu SPSS Statistik 22.0.

3.11.1 Analisis Univariat

Kata univariate terbentuk dari kata uni (satu) dan variate


(variable), sehingga analisis univariat adalah analisis satu variabel34.
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karateriktik setiap variabel penelitian. Analisis univariat dilakukan
secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel frekuensi tentang
karateristik responden sebagai variabel independent dalam penelitian
ini berdasarkan umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, sikap,
partisipasi suami dan pelayanan KB. Sedangkan variabel dependennya
adalah akseptor KB suntik.

3.11.2 Analisis Bivariat

Kata bivariate berasal dari kata bi (dua) dan variate (variable),


sehingga analisis bivariate berkaitan dengan dua variabel30. Analisis
bivariat adalah untuk mengetahui hubungan atau bekorelasi antara dua
variabel34. Penelitian melakukan analisis bivariat untuk mengetahui
hubungan antara variabel dependen dan independent yaitu: umur,
paritas, pengetahuan, sikap, partisipasi suami dan pelayanan KB
terhadap penggunaan kontrasepsi suntik.
Teknik analisa yang akan digunakan adalah uji Chi-Square (X2).
Uji Chi-Square (X2) adalah menganalisis hubungan variabel kategorik
dengan variabel kategorik yang bertujuan untuk menguji perbedaan
dua

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

proporsi atau lebih kelompok sampel, sehingga dapa diketahui ada atau
tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik.

3.11.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariate berasal kata multi (banyak) dan variate


(variable), sehingga analisis multivariate adalah analisis terhadap
banyak variabel yang merupakan pengembangan dari analisis
univariate dan bivariate34. Analisis multivariat adalah untuk
mengetahui hubungan lebih dari satu dari variabel independent dengan
variabel dependen30. Untuk mengetahui variabel independent yang
lebih erat hubungannya dengan variabel dependen peneliti
menggunakan uji regresi logistik.
Analisis regresi logistik adalah salah satu pendekatan model
matematis yang digunakan untuk menganalisis hubungan satu atau
beberapa variabel independent dengan sebuah variabel dependen
kategorik yang bersifat dikotom atau binary. Agar diperoleh model
regresi yang hemat dan mampu menjelaskan hubungan variabel
independen dan independen dalam populasi, diperlukan prosedur
pemilihan variabel sebagai berikut:
1. Melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel
independent dengan variabel dependennya. Bila hasil uji bivariat
mempunyai nilai p <0,25, maka variabel tersebut dapat masuk
model multivariat.
2. Memilih variabel yang dianggap penting yang masuk dalam model,
dengan cara mempertahankan variabel yang mempunyai p value <
0,05 dan mengeluarkan variabel yang p valuenya > 0,05.
3. Identifikasi linearitas variabel numerik dengan tujuan untuk
menentukan apakah variabel numerik dijadikan variabel katagorik
atau tetap variabel numerik.
4. Setelah memperoleh model yang memuat variabel-variabel
penting, maka langkah terakhir adalah memeriksa kemungkinan
interaksi variabel ke dalam model.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Responden


Frekuensi Presentase (%)
Kategori
(N=81)
Variabel Dependen
Akseptor KB Suntik
Tidak Menggunakan Kb Suntik 19 23.5
Menggunakan Kb Suntik 62 76.5
Total 81 100
Variabel Independen
Umur
≤ 35 Tahun 53 65.3
> 35 Tahun 28 34.6
Total 81 100
Paritas
≤ 2 Orang 49 60.5
> 2 Orang 32 39.5
Total 81 100
Pendidikan
Rendah 48 59.3
Tinggi 33 40.7
Total 81 100
Pengetahuan
Cukup 47 58.0
Baik 34 42.0
Total 81 100
Sikap
Sikap Negatif 42 51.9
Sikap Positif 39 48.1
Total 81 100
Partisipasi Suami
Tidak Mendukung 48 59.3
Mendukung 33 40.7
Total 81 100
Pelayanan KB
Cukup 28 34.6
Baik 53 65.4
Total 81 100
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa responden yang menggunakan
KB suntik sebanyak 62 responden (76.5%), pasangan usia subur

58

Poltekkes Kemenkes Jakarta


5

yang berusia ≤35 tahun sebesar 53 responden (65.4%), pasangan


usia subur yang memiliki anak ≤2 orang sebanyak 49 responden
(60.5%), pasangan usia subur yang berpendidikan rendah sebanyak
48 responden (59.3%), pasangan usia subur yang berpengetahuan
cukup sebanyak 47 responden (58.0%), bahwa pasangan usia subur
yang memiliki sikap negatif sebanyak 42 responden (51.9%),
pasangan usia subur yang tidak didukung oleh suaminya sebanyak
48 responden (59.3%) dan pasangan usia subur yang menyatakan
pelayanan KB baik sebanyak 53 responden (65.4%).

4.1.2 Analisis Bivariat


1. Hubungan umur pasangan usia subur dengan penggunaan kontrasepsi
suntik

Tabel 4. 2 Analisis Hubungan Umur Pasangan Usia Subur Dengan Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Total OR P-value
Umur Tidak
Menggunakan (95% CI)
Menggunakan
n % n % N %
≤ 35 th 12 22.6 41 77.4 53 100
> 35 th 7 25.0 21 75.0 28 100 0.878 1.000
(0.301-2.561)
Jumlah 19 23.5 62 75.3 81 100
Hasil analisis hubungan antara umur pasangan usia subur dengan
penggunaan kontrasepsi suntik bahwa ada sebanyak 41 responden
(77.4%) pasangan usia subur berusia ≤35 tahun menggunakan
kontrasepsi suntik. Sedangkan sebanyak 21 responden (75.0%)
pasangan usia subur berusia >35 tahun menggunakan kontrasepsi
suntik.

Bedasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value= 1 (p>0.05),


maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara umur pasangan usia subur dengan penggunaan
kontrasepsi suntik di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota
Adminitrasi Jakarta Utara. Dari analisis diperoleh peluang nilai
OR=0.878, artinya pasangan usia subur

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

yang berusia >35 tahun mempunyai peluang 0.8 kali untuk


menggunakan kontrasepsi suntik.

2. Hubungan paritas dengan penggunaan kontrasepsi suntik

Tabel 4. 3 Analisis Hubungan Paritas Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik


Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Total OR P-value
Paritas Tidak
Menggunakan (95% CI)
Menggunakan
n % n % N %
≤2 orang 12 24.5 37 75.5 49 100
>2 orang 7 21.9 25 78.1 32 100 1.158 0.997
Jumlah 19 23.5 62 75.3 81 100 (0.401-3.348)
Hasil analisis hubungan antara paritas dengan penggunaan
kontrasepsi suntik bahwa ada sebanyak 37 responden (75.5%)
pasangan usia subur memiliki anak ≤2 orang menggunakan kontrasepsi
suntik. Sedangkan sebanyak 25 responden (78.3%) pasangan usia
subur memiliki anak >2 orang menggunakan kontrasepsi suntik.

Bedasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value= 0.997


(p>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara paritas dengan penggunaan kontrasepsi suntik di
Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Adminitrasi Jakarta Utara. Dari
analisis diperoleh pula nilai OR=1.158, artinya pasangan usia subur
yang memiliki anak >2 orang mempunyai peluang 1.15 kali untuk
menggunakan kontrasepsi suntik.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

4. Hubungan pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi suntik

Tabel 4. 4 Analisis Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik

Penggunaan Kontrasepsi
Suntik P-
Total OR
Pendidikan Tidak value
Menggunakan (95% CI)
Menggunakan
n % n % N %
Rendah 9 18.8 39 81.3 48 100
Tinggi 10 30.3 23 69.7 33 100 0.531 0.348
(0.188-1.498)
Jumlah 19 23.5 62 75.3 81 100
Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan penggunaan
kontrasepsi suntik bahwa ada sebanyak 39 responden (81.3%)
pasangan usia subur berpendidikan rendah menggunakan kontrasepsi
suntik. Sedangkan sebanyak 23 responden (69.7%) pasangan usia
subur berpendidikan tinggi menggunakan kontrasepsi suntik.

Bedasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value= 0.348


(p>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi
suntik di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Adminitrasi Jakarta
Utara. Dari analisis diperoleh pula nilai OR=0.531 artinya pasangan
usia subur yang memiliki bependidikan rendah mempunyai peluang
0.53 kali untuk menggunakan kontrasepsi suntik.

5. Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi suntik

Tabel 4. 5 Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik

Penggunaan Kontrasepsi
Suntik P-
Total OR
Pengetahuan Tidak value
Menggunakan (95% CI)
Menggunakan
n % n % N %
Cukup 6 12.8 41 87.2 47 100
Baik 13 38.2 21 61.8 34 100 0.236 0.016
(0.079-0.711)
Jumlah 19 23.5 62 76.5 81 100
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan
kontrasepsi suntik bahwa ada sebanyak 41 responden (87.2%)
pasangan usia subur berpengetahuan cukup menggunakan kontrasepsi
suntik.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

Sedangkan sebanyak 21 responden (61.8%) pasangan usia subur


berpengetahuan baik menggunakan kontrasepsi suntik.

Bedasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value= 0.016


(p<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi suntik di
Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Adminitrasi Jakarta Utara. Dari
analisis diperoleh pula nilai OR=0.236, artinya pasangan usia subur
yang memiliki berpengatauan baik mempunyai peluang 0.23 kali untuk
menggunakan kontrasepsi suntik.

6. Hubungan sikap dengan penggunaan kontrasepsi suntik

Tabel 4. 6 Analisis Hubungan Sikap Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik


Penggunaan Kontrasepsi
Suntik P-
Total OR
Sikap Tidak value
Menggunakan (95% CI)
Menggunakan
n % n % N %
Negatif 10 23.8 32 72.2 42 100
Positif 9 23.1 30 76.9 39 100 1.042 1.000
(0.371-2.915)
Jumlah 19 23.5 62 76.5 81 100
Hasil analisis hubungan antara sikap pasangan usia subur dengan
penggunaan kontrasepsi suntik bahwa ada sebanyak 32 responden
(72.2%) pasangan usia subur bersikap negatif menggunakan
kontrasepsi suntik. Sedangkan sebanyak 30 responden (76.9%)
pasangan usia subur bersikap positif menggunakan kontrasepsi suntik.

Bedasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value= 1 (p>0.05),


maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap dengan penggunaan kontrasepsi suntik di
Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Adminitrasi Jakarta Utara. Dari
analisis diperoleh pula nilai OR=1.042, artinya pasangan usia subur
yang memiliki bersikap positif mempunyai peluang 1.04 kali untuk
menggunakan kontrasepsi suntik.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

8. Hubungan partisipasi suami dengan penggunaan kontrasepsi suntik

Tabel 4. 7 Analisis Hubungan Partisipasi Suami Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik

Penggunaan Kontrasepsi
Suntik P-
Total OR
Partisipasi Tidak value
Menggunakan (95% CI)
Menggunakan
n % N % N %
Tidak 6 12.5 42 87.5 48 100
Mendukung 0.220 0.011
Mendukung 13 20 20 60.6 33 100 (0.773-0.663)
Jumlah 19 23.5 62 76.5 81 100
Hasil analisis hubungan antara partisipasi suami dengan
penggunaan kontrasepsi suntik bahwa ada sebanyak 42 responden
(87.5%) pasangan usia subur suaminya tidak mendukung
menggunakan kontrasepsi suntik. Sedangkan sebanyak 20 responden
(60.6) pasangan usia subur suaminya mendukung menggunakan
kontrasepsi suntik.

Bedasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value= 0.011


(p<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara partisipasi suami dengan penggunaan kontrasepsi
suntik di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Adminitrasi Jakarta
Utara. Dari analisis diperoleh pula nilai OR=0.220, artinya pasangan
usia subur yang mendapat partisipasi oleh suaminya mempunyai
peluang 0.22 kali untuk menggunakan kontrasepsi suntik.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

10. Hubungan pelayanan KB dengan penggunaan kontrasepsi suntik

Tabel 4. 8 Analisis Hubungan Pelayanan Dengan Penggunaan Kontasepsi Suntik

Penggunaan Kontrasepsi
Suntik P-
Total OR
Pelayanan Tidak value
Menggunakan (95% CI)
Menggunakan
n % N % N %
Cukup 5 17.9 23 82.1 28 100
Baik 14 26.4 39 73.6 53 100 0.606 0.556
(0.193-1.901)
Jumlah 19 23.5 62 76.5 81 100
Hasil analisis hubungan antara pelayanan KB dengan penggunaan
kontrasepsi suntik bahwa ada sebanyak 23 responden (82.1%)
pasangan usia subur suaminya tidak mendukung menggunakan
kontrasepsi suntik. Sedangkan sebanyak 39 responden (73.6%)
pasangan usia subur suaminya mendukung menggunakan kontrasepsi
suntik.

Bedasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value= 0.556


(p>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pelayanan KB dengan penggunaan kontrasepsi
suntik di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Adminitrasi Jakarta
Utara. Dari analisis diperoleh pula nilai OR=0.606, artinya pasangan
usia subur yang menyatakan pelananan KB baik mempunyai peluang
0.6 kali untuk menggunakan kontrasepsi suntik.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

4.1.4 Analisis Multivariat


a. Tahap I
Masing-masing variabel independen dilakukan analisis bivariat
dengan variabel dependen. Bila hasil bivariat menghasilkan p value
<0,25, maka variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat.
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil
seleksi bivariat:

Tabel 4. 9 Hasil Seleksi Bivariat


Variabel P Value
Umur 0.812
Paritas 0.785
Pendidikan 0.231
Pengetahuan 0.008
Sikap 0.938
Partisipasi suami 0.005
Pelayanan KB 0.380
Hasil seleksi bivariat semua variabel yang menghasilkan p value <
0.25, hanya variabel pendidikan, pengetahuan dan partisipasi suami.
Namun variabel umur tetap dimasukan kedalam analisis multivariat,
dikarenakan secara substansi umur merupakan variabel yang sangat
penting berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik.
Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun
2010 menyatakan bahwa umur pasangan usia subur memiliki
hubungan yang erat dengan penggunakan kontrasepsi suntik, karena
selama masa usia subur boleh menggunakan kontrasepsi yang rasional
berdasarkan usianya.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

c. Tahap II
Memilih variabel yang dianggap penting yang masuk dalam model,
dengan cara mempertahankan variabel yang mempunyai p value <0,05
dan mengeluarkan variabel yang p valuenya >0,05.

Tabel 4. 10 Hasil Analisis Multivariat Setelah Mengeluarkan Variabel


Paritas, Sikap dan Pelayanan KB
Variabel P Value Exp(B)
Umur 0.255 0.467
Pendidikan 0.901 0.921
Pengetahuan 0.008 0.140
Partisipasi suami 0.004 0.157
Dari hasil analisis terlihat ada 2 variabel yang mempunyai niali P-
valuenya >0,05 yaitu umur dan Pendidikan. Dari kedua variabel
tersebut variabel Pendidikan memiliki nilai P-value terbesar, sehingga
pemodelan selanjutnya variabel pendidikan dikeluarkan. setelah
mengeluarkan variabel pendidikan, maka akan terjadi perubahan nilai
Exp B untuk variabel umur, pengetahuan dan partisipasi suami:

Tabel 4. 11 Hasil Analisis Multivariat Setelah Mengeluarkan Variabel


Pendidikan

Hasil Exp(B) Hasil Exp(B)


dengan tanpa Perubahan
Variabel P Value
variabel variabel OR
Pendidikan pendidikan
Umur 0.258 0.467 0.470 0%
Pengetahuan 0.004 0.140 0.135 3.5%
Partisipasi
0.003 0.157 0.156 0.6%
suami
Dengan hasil perbandingan OR terlihat tidak ada yang >10%
dengan demikian tidak ada yang dikeluarkan dari model. Selanjutnya
variabel terbesar nilai P-valuenya adalah umur. Akhirnya model yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

Tabel 4. 12 Hasil Analisis Multivariat Setelah Mengeluarkan Variabel Umur

Hasil Exp(B) Hasil Exp(B)


dengan tanpa Perubahan
Variabel P Value
variabel variabel OR
Pendidikan pendidikan
Pengetahuan 0.005 0.135 0.174 0%
Partisipasi
0.004 0.156 0.164 0%
suami
Dengan hasil perbandingan OR terlihat tidak ada yang >10%
dengan demikian tidak ada yang dikeluarkan dan langsung dimasukan
kepada model akhir.
d. Model Akhir

Tabel 4. 13 Hasil Analisis Multivariat Hasil Akhir


95% C.I for EXP (B)
Variabel P Value Exp(B) Lower Upper
Pengetahuan 0.005 0.174 0.051 0.594
Partisipasi
0.004 0.164 0.048 0.557
suami
Dari analisis multivariat ternyata variabel yang berhubungan bermakna
dengan penggunaan kontrasepsi suntik adalah variabel pengetahuan
dan partisipasi suami. Hasil analisis didapatkan Exp(B) dari variabel
pengetahuan adalah 0.174, yang artinya ibu yang memiliki
pengetahuan baik mempunyai peluang 0.17 kali untuk menggunakan
kontrasepsi suntik.

4.2 Pembahasan

Pada pembahasan akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang telah


dilakukan oleh peneliti. Kegiatan yang dilakukan adalah membandingkan
antara hasil dengan konsep teori dan penelitian sebelumnya.
Menurut teori Notoatmodjo (2007) dan A. wawan (2010) faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan kontrasepsi
suntik, yaitu faktor predisposisi (umur, paritas, pendidikan, pengetahuan dan
sikap), faktor pendorong (partisipasi suami) dan faktor pendukung (pelayanan
KB). Berikut pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

kontrasepsi suntik di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Administrasi


Jakarta Utara Tahun 2019.
4.2.1 Hubungan Anatara Faktor Predisposisi dengan Penggunaan
Kontrasepsi Suntik
a. Hubungan Umur dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Pada hasil peneltian ini bahwa responden yang berusia ≤35 tahun
lebih banyak memilih menggunakan kontrasepsi suntik dibandingkan
dengan responden yang berusia >35 tahun. Berdasarkan hasil analisis
bivariat dengan uji statisti Chi square didapatkan tidak ada hubungan
antara umur pasangan usia subur dengan penggunaan kontrasepsi
suntik dengan P-value 1.00 (>0.05).
Nasution mengatakan bahwa perempuan yang berusia lebih tua
akan cendrung empat kali mempunyai peluang menggunakan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dibadingan perempuan yang
lebih muda dan perempuan PUS yang berusia kurang dari 35 tahun
dominan menggunakan non MKJP seperti kondom, pil dan suntik
sedangkan perempuan berusia >35 tahun dominan menggunakan
MKJP seperti implant, AKDR dan kontap. Usia merupakan indikator
kematangan seseorang perempuan secara biologis terutama
mempengaruhi kesuburan11.
Masa repoduktif seorang wanita adalah dari awal ia mendapatkan
haid sampai mati haidnya (menopause)7. Masa kehamilan reproduksi
wanita pada dasaranya terbagi menjadi dalam tiga periode yakni
reproduksi muda (15-19 tahun), reproduksi sehat (20-35 tahun), dan
reproduksi tua (36-45tahun). Pembagian ini didasarkan atas data
epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan bagi ibu maupun
anak akan lebih tinggi apabila proses kehamilan dan persalinan pada
usia <20 tahun dan resiko tersebut akan meningkat secara tajam
apabila setelah usia >35 tahun. Sehingga penggunaan kontrasepsi
sebaiknya dipakai sesuai dengan tahap reproduksi24.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


6

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Inggriany Rumende, dkk tahun 2015 yang menyatakan bahwa
responden pengguna kontrasepsi terbanyak adalah usia 20-35 tahun.
Karena pada rentang usia 20-35 tahun berada dalam fase
menjarangkan kehamilan sehingga diperlukan alat kontrasepsi yang
efektifitasnya cukup tinggi12.
Dari hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Taufik bahwa ada hubungan antara faktor usia dengan
pemilihan kontrasepsi suntik. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
perempuan berusia >35 tahun memilih menggunakan kontrasepsi
suntik25.
Menurut penelitian bedasarrkan data yang didapatkan
memperlihatkan bahwa penggunaan kontrasepsi suntik di Puskesmas
Kelurahan Sukapura mengarah pada konsep pemilihan kontrasepsi
yang rasional, dimana pasangan usia subur yang berusia ≤35 tahun
termasuk fase menjarangkan kehamilan dan fase menunda kehamilan
yang diperbolehkan untuk menggunakan non MKJP (Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang) yang salah satunya kontrasepsi suntik7
b. Hubungan Paritas dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Hasil uji chi-square didapatkan bahwa tidak ada hubungan paritas
dengan penggunaan kontrasepsi suntik di Puskesmas Kelurahan
Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara dengan nilai P-value nya
adalah 0.997 (>0.05), data menunjukan bahwa dari 62 responden yang
menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 37 (75.5%) responden yang
paritasnya ≤ 2 orang. Dan dari 19 reponden yang tidak menggunakan
kontrasepsi suntik sebanyak 12 responden yang paritasnya ≤ 2. Dari
data tersebut menyatakan bahwa paritas tidak mempengaruhi pasangan
usia subur di Puskesmas Kelurahan Sukapura untuk menggunakan
kontrasepsi suntik.
Hal ini diasumsikan bahwa umur ibu yang memiliki jumlah anak
cukup diusia reproduktif yaitu 20-35 tahun, sehingga dalam memilih

Poltekkes Kemenkes Jakarta


7

kontrasepsi cendrung menjarangkan atau menunda kehamilan sehingga


memilih kontrasepsi hormonal, bukan untuk menghentikan kehamilan
seperti kontrasepsi yang bersifat permanen yang merupakan
kontrasepsi nonhormonal24.
Seorang ibu untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah
anak yang dilahirkannya. Seorang ibu menggunakan alat kontrasepsi
setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang
masih hidup. Semakin sering wanita melahirkan anak maka akan
semakin memiliki resiko kematian dalam persalinan. Hal ini
menyatakan bahwa jumlah anak mempengaruhi kesehatan ibu dan
dapat meningkatkan taraf hidup keluarga yang maksimal.
Pendidikan seseorang juga akan meningkatkan kesadaran wanita
terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia memiliki jumlah anak
sedikit. Wanita yang berpendidikan tinggi lebih cendrung untuk
membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan wanita yang
berpendidikan rendah. Dikarenakan wanita berpendidikan tinggi akan
mempertimbangkan dari segi kesehatan apabila ia memiliki jumlah
anak banyak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erman
pada tahun 2012 yang menyatakan paritas tidak mempengaruhi
seseorang untuk memilih kontrasepsi yang akan dia pakai. Tetapi
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Irmawati pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan jumlah anak.
Dikarenakan responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi
hormonal dan mempunyai anak kategori lebih sebanyak 3 (3.9%)
responden35.
Menurut peneliti berdasarkan data yang didapatkan bahwa dapat
diasumsikan ibu yang memiliki jumlah anak cukup berada diusia ≤35
tahun. Pada usia ≤35 tahun ibu berada pada fase menjarakan
kehamilan

Poltekkes Kemenkes Jakarta


7

atau menunda kehamilan, sehingga memerlukan kontrasepsi yang


memiliki keefektifitasan yang tinggi dan praktis yaitu KB suntik.
c. Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa sebanyak 39 responden
yang berpendidikan rendah lebih banyak menggunakan kontrasepsi
suntik dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi. Hasil dari
analisis bivariat dengan uji Chi-Square yang memiliki niali P-value
0.348 (>0.005) sehingga tidak terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi suntik. Tingkat Pendidikan
sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak serta
mencari solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi
biasanya akan bertindak rasional.
Pendidikan mempengaruhi seseorang dalam menangkap atau
menambah pengetahuan tentang suatu hal. Apabila pendidikan seorang
itu rendah maka dalam menangkap pengetahuan yang dia dapatkan
akan minimal, tetapi beda halnya dengan seseorang yang
berpendidikan tinggi dalam penangkapan dan penerimaan
pengetahuannya akan lebih maksimal dibandingkan seseorang yang
berpendidikan rendah. Pendidikan mempunyai pengaruh positif dalam
pemakaian kontrasepsi suntik, hal ini berkaitan dengan penerimaan
atau penangkapan informasi yang mereka terima36.
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih banyak
mendapatkan informasikan yang diperoleh, sehingga akan membuka
kesadaran untuk memilih kontrasepsi yang terbaik dengan
mempertimbangkan dari segi kesehatan dan juga tidak merugikan
dirinya sendiri. Semakin tinggi tingkat Pendidikan seseorang makan
akan semakin besar kesadarannya untuk memilih kontrasepsi yang
lebih efektif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Irmawati menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak ada hubunngan
dengan pemilihan kontrasepsi hormonal, hal ini dikarenakan dalam

Poltekkes Kemenkes Jakarta


7

menggunakan alat kontrasepsi homonal akseptor tidak mesti


menempuh jalur pendidikan formal karena mereka sering mendapatkan
informasi mengenai alat kontrasepsi hormonal baik oleh petugas
kesehatan setempat, media elektronik maupun sesama rekan24.
Menurut peneliti berdasarkan data yang didapatkan, jika seseorang
ibu berpendidikan rendah maka penangkapan atau penerimaan
informasi tidak akan maksimal. Sehingga ibu akan memilih
kontrasepsi yang akan dia pakai tidak mempertimbangkan dari segi
kesehatan melainkan mengikuti sesama rekan.
d. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki
tingkat pengetahuan cukup lebih banyak memilih menggunakan
kontrasepsi suntik dibanding dengan pasangan usia subur yang istrinya
memiliki tingkat pengetahuan baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat
yang menggunakan uji Chi-square didapatkan terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi suntik di
Puskesmas Kelurahan Sukapura dengan nilai P-value 0.016 (<0.005)
dan berdasarkan hasil multivariat yang menggunakan uji regresi
logistik menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang
bermakna dengan penggunaan kontrasepsi suntik.
Hal ini dapat diasumsikan dengan tingkat pendidikan seorang ibu,
semakin tinggi tingkat pendidikannya maka penangkapan informasi
yang ia terima akan lebih maksimal. Sehingga seorang ibu yang
memiliki berpendidikan tinggi akan berpengetahuan lebih baik. Selain
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang, usia dan paritas seseorang juga dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan. Karena semakin bertambahnya usia atau bertambahnya
kelahiran maka seorang ibu akan mendapatkan banyak pengalaman
yang akan dia jadikan sebuah pembelajaran yang dapat meningkatkan
pegetahuan seseorang.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


7

Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting


untuk tindakan seseorang dimana pengetahuan tersebut mengandung
enam tingkatan domain kognitif yang mendominasi pengetahuan,
pemahaman, penerapan aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi 30.
Menurut Meliono (2007) dijelaskan bahwa pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunkan
akan budinya untuk menggali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalinya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa dan aroma masakan tersebut24.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Taufik pada tahun
2016 mengatakan bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan dengan
pemilihan kontrasepsi suntik. Dan dalam penelitian tersebut
menyatakan bahwa dari beberapa responden memilih alat kontrasepsi
suntik bukan karena responden itu tahu alat kontrasepsi secara umum
melainkan karena responden tersebut mengikuti alat kontrasepsi yang
digunakan oleh teman terdekatnya atau saudaranya25.
Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa pasangan usia subur
yang istrinya memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan lebih besar
kesadaranya untuk memilih kontrasepsi yang lebih efektif dan
memikirkan dari segi kesehatan untuk ia akan gunakan.
e. Hubungan Sikap dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Hasil analisis hubungan antara sikap pasangan usia subur dengan
penggunaan kontrasepsi suntik bahwa ada sebanyak 32 responden
(72.2%) pasangan usia subur bersikap negatif menggunakan
kontrasepsi suntik. Sedangkan sebanyak 30 responden (76.9%)
pasangan usia subur bersikap positif menggunakan kontrasepsi suntik.
Dan diperoleh nilai P- value 1.000 (>0.005) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara sikap dengan penggunaan kontrasepsi
suntik di Puskesmas Keluarah Sukapura. Hal tersebut dapat
disebabkan karena banyak faktor

Poltekkes Kemenkes Jakarta


7

yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk memilih kontrasepsi


yang akan dia gunakan.
Sikap tidak sepenuhnya merupakan faktor utama terbentuknya
perilaku. Hal ini kurang tepat bila mengaharapkan adanya hubungan
sistematis yang langsung antara sikap dengan perilaku nyata, dikarenakan
sikap tidaklah merupakan determinan satu-satunya bagi perilaku. Banyak
faktor yang mempengaruhi sikap tersebut, diantaranya pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa,
institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama serta faktor emosi
dalam diri individu11.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan. Sikap berfungsi menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur perlakuan
seseorang dan pernyataan kepribadian seseorang. Sikap terbentuk
karena adanya interaksi seseorang terhadap lingkugan fisik maupun
social disekitarnya37
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dewi pada tahun 2013 dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Penggunaan AKDR di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo”
yang menyatakan bahwa perempuan yang menggunakan AKDR
mempunyai sikap positif terhadap AKDR, sehingga menghasilkan
adanya hubungan antara sikap dengan AKDR. Lain halnya dengan
hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa reponden yang bersikap
positif atau negative tidak mempengaruhi para responden pada
kontrasepsi suntik.
4.2.2 Hubungan Anatara Faktor Pendorong dengan Penggunaan
Kontrasepsi
a. Hubungan Partisipasi Suami dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Partisipasi suami yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu ingin
mengetahui apakah suami mendukung atau tidak istrinya untuk
menggunakan kontrasepsi suntik atau jenis alat kontrasepsi
lainnya.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


7

Bentuk partisipasi suami dalam penelitian ini adalah adakah


keikutsertaan suami dalam konseling pemilihan kontrasepsi dan
pemilihan kontrasepsi, dukungan suami yanga berbentuk meluangkan
waktu atau mengingatkan istri untuk kunjungan ulang suntik KB atau
periksaan keadaan kontrasepsi dan pengetahuan suami tentang alat
kontrasepsi.
Pada hasil penelitian ini menyatakan bahwa perempuan yang tidak
dapat dukungan dari suamianya untuk menggunakan kontrasepsi suntik
lebih banyak dibandingkan yang mendapatkan dukungan dari
suaminya untuk menggunakan kontrasepsi suntik. Hal ini menyatakan
bahwa terdapat respon yang kurang dari suami terhadap istrinya untuk
memilih kontrasepsi suntik. Dari hasil analisis yang didapatkan
menggunakan uji chi-square dengan nilai P-value 0.001 (<0.005) dan
dari hasil analisis multivariat partisipasi memiliki hubungan yang
bermakna dengan penggunaan kontrasepsi suntik. Sehingga dapat
disimpulkan apabila suami ikut berpartisipasi dalam penggunaan
kontrasepsi maka peluang penggunaan kontrasepsi suntik sangat kecil.
Dukungan dapat diartikan sebagai satu diantara fungsi pertalian
atau ikatan sosial segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional,
mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi nasihat atau
informasi, pemberian bantuan material. Sebagai fakta sosial yang
sebenarnya sebagai kognisi individual atau dukungan yang dirasakan
melawan dukungan yang diterima. Dukungan sosial terdiri atas
informasi atau nasihat verbal dan atau nonverbal, bantuan nyata atau
tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena
kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek
perilaku bagi pihak penerima.
Dukungan social merupakan bantuan nyata atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban social atau didapat karena kehadirang orang
yang mendukung serta hal ini mempunyai manfaar emosional atau
efek perilaku penerima, dukungan social terdiri dari informasi atau
nasihat

Poltekkes Kemenkes Jakarta


7

verbal atau nonverbal. Salah satu sumber dari dukungan sosial yaitu
suami yang diikat dari hubungan perkawinan11.
Sebagian besar suami menyarankan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal.
Namun pada dukungan penghargaan, sebagian besar suami tidak
memberikan semangat untuk ibu agar melakukan kunjungan ulang
Keluarga Berencana (KB) suntik sesuai jadwal. Pada dukungan
instrumental lebih banyak suami mengantarkan ibu melakukan
kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik hanya menunggu
diluar klinik dan hanya sebagian kecil suami mendampingi ibu sampai
kedalam ruang praktek bidan. Pada dukungan emosional sebagian
besar suami menanyakan bagaimana kondisi kesehatan ibu setelah
melakukan kunjungan ulang Keluarga Berencana (KB) suntik.
Namun sebagian besar suami dalam dukungan emosional tidak
mendukung seperti suami tidak pernah mendengarkan
keluhan-keluhan yang ibu sampaikan selama
menggunakan Keluarga Berencana (KB) suntik. Dukungan suami pada
masing-masing akseptor Keluarga Berencana (KB) suntik sangat berbeda.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita,
dkk dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada PUS di Kabupaten Sembas
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami
dengan penggunaan MKJP. Jadi apabila seorang suami memberikan
dukungan dalam bentuk ikut serta dalam konseling pemilihan KB dan
mementukan penggunaan KB yang digunakan istrinya, mengingatkan
istri untuk kunjungan ulang dan mengetahui tentang macam-macam
kontrasepsi, sehingga peluang seorang istri menggunakan MKJP
sangat
besar.
Menurut peneliti bahwa perlu adanya dukungan suami untuk
menggunakan alat kontrasepsi, sehingga suami memiliki pengetahuan
yang baik tentang alat kontrasepsi. Jadi tak sepenuhnya pengambilan
keputusan untuk ber-KB diserahkan kepada istrinya, tetapi suami ikut
Poltekkes Kemenkes Jakarta
7

dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan oleh sang


istri dan mengingatkan istri untuk kunjungan ulang ber-KB.
4.2.3 Hubungan Anatara Faktor Pendorong dengan Penggunaan
Kontrasepsi
a. Hubungan Pelayanan KB dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Distribusi responden berdasarkan pelayanan KB terdapat 73.6%
menggunakan kontrasepsi suntik dan 25.4% tidak menggunakan
kontrasepsi suntik. Hasil Analisa pelayanan KB dengan penggunaan
kontrasepsi suntik memiliki nilai P-value 0.556 (>0.005) yang
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pelayanan KB dengan
penggunaan kontrasepsi suntik.
Pelayanan KB saat ini mulai dirasakan oleh masyarakat khususnya
pasangan suami istri sebagai salah satu kebutuhannya. Dalam Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2010 menyatakan bahwa
terdapat 5 isu tentang mutu dan akses yang mempengaruhi pemberian
kontrasepsi, yaitu: klien harus memperoleh informasi yang cukup
sehingga dapat memilih kontrasepsi yang sesuai untuk mereka, untuk
metode yang memerlukan prosedur pembedahan, insersi atau
pemcabutan alat oleh tenaga yang terlatih, peralatan dan pasokan yang
cukup dan sesuai kebutuhan harus tersedia, petugas pelayanan harus
dilengkapi dengan panduan-panduan yang memungkinkan, melakukan
penapisan dan pelayanan yang sebaik-baiknya sehingga dapat
menghindari resiko yang tidak diinginkan dan petugas pelayanan harus
mendapatkan pelatihan yang cukup dalam konseling keluarga
berencana.
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan
Keluarga Berencana (KB). Dengan melakukan konseling berarti
petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping
itu dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik juga
akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama

Poltekkes Kemenkes Jakarta


7

dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan


mempengaruhi interaksi anatara petugas dan klien karena dapat
meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fiona
pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara pelayanan KB dengan keikutsertaan perempuan
dalam program keluarga berencana. Hal ini disebabkan karena
responden memiliki pengetahuan dan kesadaran yang cukup, sehingga
keikut sertaan dalam penyuluhan atau pelayanan KB lainnya tidak
mempengaruhi keikutsertaan perempuan dalam program KB.

4.3 Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional sehingga


pengukuran terhadap variabel dependen dan independen dapat dilakukan
dengan cara bersamaan, cukup efektif dan efisien. Dengan metode ini
diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di Puskesmas Kelurahan
Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara. Keterbatasan lain yang dialami
oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung disebabkan oleh beberapa
faktor yakni:
a. Balasan perizinan dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yang
mengahabiskan waktu lama, sehingga berdampak waktu pengambilan data
menjadi terbatas.
b. Pada penelitian ini menggunakan instrument kuesioner, sehingga
diperlukan kejujuran dari responden dalam mengisi kuesioner agar
mendapatkan kebenaran datanya.
c. Adanya keterbatasan daya ingat responden sehingga responden lupa atau
ragu dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan.
d. Kemungkinan kuesioner yang dibuat terlalu banyak sehingga sebagian
besar responden menjawab kuesioner dengan waktu sedikit lebih lama.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Penggunaan Kontrasepsi Suntik Pada Pasangan Usia Subur Di Puskesmas
Keluaraha Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2019” yang
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2019, dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari 81 responden yang diperlukan mayoritas menggunakan kontrasepsi


suntik.
2. Pengguna kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur terbanyak berada
dikelompok usia ≤35 tahun sebesar dan kelompok dengan paritas ≤2
orang.
3. Pasangan usia subur yang istrinya menggunakan kontrasepsi suntik
mayoritas berpendidikan rendah dan memiliki pengetahuan yang cukup.
4. Para pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi suntik memiliki
mayoritas bersikap negatif terhadap KB suntik, suaminya tidak ikut
berpartisipasi dalam penggunaan kontrasepsi suntik dan yang menyatakan
pelayanan KB di Puskesmas Keluraha Sukapura baik.
5. Dari faktor predisposisi, hanya variabel pengetahuan yang terdapat
hubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik.
6. Dari faktor pendorong yaitu variabel partisipasi suami terdapat hubungan
antara penggunaan kontrasepsi suntik.
7. Dari faktor pendukung yaitu variabel pelayanan KB tidak memiliki
hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik.
8. Dari hasil analisis multivariat variabel yang memiliki hubungan bermakna
dengan penggunaan kontrasepsi suntik adalah variabel pengetahuan dan
partisipasi suami.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


79

Poltekkes Kemenkes Jakarta


8

5.3 Saran

5.3.1 Puskesmas Kelurahan Sukapura


a. Diharapkan bagi petugas pelayanan KB dapat mengikutsertakan
suami dalam konseling pemilihan kontrasepsi, sehingga pasangan
usia subur mempunyai pengetahuan tentang alat kontrasepsi dan
pasangan usia subur dapat menentukan kontrasepsi yang sesuai
untuk istrinya dan mempertimbangkan juga dari segi kesehatan.
b. Diharapkan petugas pelayanan KB dapat meningkatkan pemberian
informasi yang sesuai dengan klien dengan menggunakan media
seperti APBK, leaflet atau alat peraga. Sehingga para pasangan
usia subur dapat menangkap pengetahuan tentang alat kontrasepsi
lebih maksimal.
c. Meningkatkan peran petugas pelayanan KB dalam memfasilitasi
dan memotivai pasangan suami istri yang ingin ber-KB.

5.3.2 Bagi Institusi Pendidikan Kebidanan

a. Diharapkan dapat meningkatkan peran bidan pada mahasiswa


kebidanan dalam memberikan konseling KB yang sesuai dengan
keadaan klien dan menyediakan pelatihan pelayanan KB agar para
mahasiswa menjadi tenaga kesehatan yang terlatih dalam
memberikan pelayanan KB.
b. Menambahkan literatur mengenai keluarga berencana dan faktor-
faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi suntik.

5.3.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi penggunaan kontrasepsi suntik adalah faktor
pengetahuan dan partisipasi suami. Oleh karena itu diharapkan
kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel lain
dengan jumlah responden yang cukup besar.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


8

DAFTAR PUSTAKA

1. SDGS. Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable


Development .:. Sustainable Development Knowledge Platform.
https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld.
Published 2018. Accessed November 30, 2018.

2. SDGS. Goal 3 .:. Sustainable Development Knowledge Platform.


https://sustainabledevelopment.un.org/sdg3. Published 2018.
Accessed November 30, 2018.

3. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakar:


Kemenkes RI; 2015. doi:10.1111/evo.12990

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Tahunan


Ditkesga Kemenkes RI. Laporan. 2016.

5. Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Peberdayaan


Perempuan dan Perlindungan Anak. DP2KBP3A | PENYULUH KB
UJUNG TOMBAK KEBERHASILAN PROGRAM KKBPK.
http://bppkb.lebakkab.go.id/read/berita/266/PENYULUH-KB-UJUNG-
TOMBAK-KEBERHASILAN-PROGRAM-KKBPK.html. Published 2018.
Accessed December 2, 2018.

6. W. H. ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL


SUSENAS 2015. 2015:1-8.

7. Saifuddin AB, ed. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Cetakan


ke. Jakarta: PT. Bina Sarwono Prawirohardjo; 2010.

8. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Profil Kesehat


Indones 2017. 2018:100. doi:10.1037/0022-3514.51.6.1173

9. BPS Prov. DKI Jakarta. Profile Kesehatan Prov. DKI Jakarta Tahun
20017. Vol 136. Jakarta; 2017. https.//jakarta.bps.go.id.

10. Chandranita IA, Fajar IBG. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


(Ester M, ed.). Jakarta: EGC; 2009.

11. Fatimah D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat


kotrasepsi dalam rahim (akdr) di wilayah kerja puskesmas kecamatan
pasar rebo jakarta timur. 2013.

12. Rumende IT, Goenawi LR, Lolo A. Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi


Suntik Pada Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kelurahan Walian I Tomohon. J
Ilm Farm. 2015;4(1):45-51.

13. Kementrian Kesehatan RI. Pusat Data Informasi Kementrian Kesehatan RI

Poltekkes Kemenkes Jakarta


8

Hipertensi. Heal Educ Behav. 2014;2(4):328-335.


doi:10.1177/109019817400200403

14. Darmawati. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur


Memilih Kontrasepsi Suntik. Idea Nurs J Darmawati. 2003;ISSN:2087-
2879. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s00122-013-2109-6

15. Kurnianingsih A, Subiyatun S. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Akseptor KB Dalam Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Di BPS
Nuryamah Kebumen. 2009:xiii, 71 halaman.

16. Prijatni I, Rahayu S. Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Vol


39. Jakarta; 2016.

17. Kemenkes RI. Buletin Kespro. Bul Jendela Data dan Inf Kesehat.
2013;2:11-16. doi:2101018

18. Andria R. Pengalaman Akseptor KB yang menggunakan KB suntik


di Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah. 2017.

19. Kemenkes RI. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana.


Jakarta Salemba Med. 2014;2:55-58.

20. WHO. Selected Practice Recommendations for Contraceptive Use. 3rd ed.
Switzerland: WHO; 2016.

21. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Cetakan Pe.


Jakarta: PT RINEKA CIPTA; 2007.

22. Arbainah. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan KB Suntik


Oleh PUS DI Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
November 2010. 2010.

23. Kamus Istilah Kepnedudukan Dan Keluarga Berencana. Jakarta: Direktorat


Teknologi Informasin dan Dokumentasi BKKBN Dan Keluarga Berencana
Nasional; 2011.

24. Irmawati. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Alat


Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor Kb Di Puskesmas Samata
Kel.Romang Polong Kecamatan Sombo Opu Kabupaten .Gowa 2012.
2012.

25. Kurniawan T. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat


Kontrasepsi Suntik Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Bakaw Kecil
Kecamatan Memtawah Timur Kabupaten Memtawah Tahun 2016. 2016.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/viewFile/1620
0/14106.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


8

26. Kolifah, Nugroho B, Hidayah M. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Tingginya Cakupan Aksptor KB Memilih Metode KB Suntik 3 Bulan Di
Desa Cupak Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang. 2009;29(6):1-5.
doi:10.16192/j.cnki.1003-2053.2018.02.014

27. Sari SW, Purnamaningrum YE. Gambaran efek samping kontrasepsi


suntik pada akseptor kb suntik. J Kesehat Ibu dan Anak. 2015;8(2):30-34.

28. Amaliyah AM. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan KB


Suntik Pada Usia Kurang Dari 20 Tahun di Puskesmas Sewon 1 Bantul.
2016:1-15.

29. Pinasati AP. Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Suntik Terhadap


Peningkatan Berat Badan Dan Kenaikan Berat Tekanan Darah
Pada Akseptor Keluarga Berencana Di Puskesmas Kecamatan
Sukodono Kabupaten Seragen. 2013:55-60.

30. Notoatmodjo S. Metologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA; 2010.

31. Lapau B. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penelitian Skripsi,


Tesis, Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; 2012.

32. Karimah A. Efektivitas Pemberian Buku Saku Terhadap Peningkatan


Penyakit Menular Seksual Di SMA Jakarta Timur Tahun 2018. 2018.

33. Habiby WN. Statistika Pendidikan. Surakarta: Surakarta


Muhammadiyah University Press; 2017.

34. Haryono S. Metode DEM Untuk Penelitian Manajemen AMOS LISREL


PLS. Jakarta: Luxima; 2017.

35. Kontrasepsi P, Uterine I, Iud D. Perbandingan faktor-faktor yang


mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. 2017.

36. Utami IS. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Penggunnaan


KB Suntik Pada Akseptor KB Suntik Di Bidan Praktik Swasta Wilayah
Plaret Bantul Yogyakarta. 2009.

37. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. 2nd ed. Jakarta:
Reneka Cipta; 2010.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


LAMPIRAN

84
Poltekkes Kemenkes Jakarta
Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Yunita Sulistiyawati
NIM : P3.73.24.3.15.040
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 01 Juni 1997
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Bekasi Timur Regensi Blok R10 No 25 RT 06 RW 07,
Kel. Burangkeng, Kec. Setu, Kab. Bekasi
Anak ke : 1 dari 0 bersaudara
No. Hp 085817446410
Email : nitayunita843@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. 2002-2003 : TK Baiturrahim – Jakarta Timur
2. 2003-2004 : SDN Pinang Ranti 10 Pagi – Jakarta Timur
3. 2004-2009 : SDN Cimuning I – Bekasi
4. 2009-2012 : SMPN 10 Bekasi – Bekasi
5. 2012-2015 : SMA Islam Teratai Putih Global – Bekasi
6. 2015-2019 : Diploma IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Lampiran
PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

Saudara/i yang terhormat,


Saya Yunita Sulistiyawati mahasiswa DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jakarta III akan melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik Pada Pasangan Usia Subur Di
Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2019”.
Sebagai gambaran penelitian ini
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di
Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara.
2. Lama penelitian sekitar 30 menit untuk mengisi surat persetujuan, identitas
diri dan beberapa pertanyaan.
3. Penelitian dilakukan dengan cara mengisi kuesioner.
4. Kemungkinan resiko kesehatan yang terjadi pada penelitian ini tidak memiliki
resiko kesehatan yang berarti.
5. Konpensasi berupa barang/souvernir diberikan sebagai tanda terimakasih telah
meluangkan waktu untuk menjadi responden penelitian.
6. Nama, alamat, dan jawaban responden yang telah diberikan kepada peneliti
tidak akan disebarluaskan dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian.
7. Responden penelitian mempunyai hak untuk mengundurkan diri apabila
merasa berkeberatan dengan penelitian yang dilakukan. Partisipasi responden
bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan dalam memberikan jawaban.
Apabila memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini dapat
menghubungi peneliti, yaitu: Yunita Sulistiyawati; Bekasi Timur Regensi Blok
R10 No 25 RT 06 RW 07, Kel. Burangkeng, Kec. Setu, Kab. Bekasi; No. HP:
085817446410; Email: Nitayunita843@gmail.com.
Jakarta, 31 May 2019

Peneliti

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Lampiran
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :
Alamat :
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Saya sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami penjelasan tentang
tujuan, manfaat dari penelitian ini, dan prosedur pengisian yang akan dilakukan,
maka saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan
oleh saudara Yunita Sulistiyawati, dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik Pada Pasangan Usia Subur Di
Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara”
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.
Jakarta, / /2019

Saksi Responden

( ( )
)

Poltekkes Kemenkes Jakarta


LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN


KONTRASEPSI SUNTIK PADA PASANGAN USIA SUBUR
DI PUSKESMAS KELURAHAN SUKAPURA
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

No. Kuesioner : Tanggal pengisian :

A. PETUJUK PENGISIAN
1. Pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan pendapat anda dan berilah tanda
cek list (√).
2. Keterangan jawaban
- STS : sangat tidak setuju
- TS : tidak setuju
- S : setuju
- SS : sangat tidak setuju
3. Semua pertanyaan harus dijawab jujur dan benar
4. Jika ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat dipertanyakan kepada
peneliti
B. DATA UMUM RESPONDEN
1. Nama ibu :
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir :
Tidak Sekolah SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
4. Jenis alat kontrasepsi yang dipakai:
Pil Kondom Suntik
IUD Implant
5. Jumlah anak: Orang
D. VARIABEL PENGETAHUAN
Jawaban
Pertanyaan
No. Pertanyaan Penelitian
Benar Salah
Alat kontrasepsi yang mengandung hormone adalah KB pil,
1.
suntik dan implant.
2. KB suntik merupakan metode kontrasepsi jangka panjang.
Cara kerja KB suntik adalah menekan masa subur atau
3.
ovulasi.
4. Pemakaian KB suntik mempengaruhi hubungan suami istri.
Orang yang memiliki tekanan darah tinggi boleh
5.
menggunakan KB suntik.
KB suntik tidak menjamin perlindungan terhadap penyakit
6.
HIV.
Efektivitas KB suntik akan berkurang jika digunakan
7.
bersamaan dengan obat anti kejang.
Nama lain KB suntik 1 bulan adalah cyclofem atau KB suntik
8.
kombinasi.
KB suntik 1 bulan hanya mengandung hormone
9.
progesterone.
Ibu menyusui kurang dari 6 bulan boleh menggunakan KB
10.
suntik 1 bulan.
Suntikan pertama KB suntik 1 bulan dapat diberikan dalam
11.
waktu 7 hari siklus haid.
Keterbatasan KB suntik 3 bulan membuat tidak haid sama
12.
sekali.
KB suntik 3 bulan mengandung hormone estrogen dan
13.
progesterone.
14. Ibu menyusui boleh menggunakan KB suntik 3 bulan.
Perempuan dengan riwayat memiliki kanker payudara tidak
15.
boleh memakai KB suntik 3 bulan.

E. VARIABEL SIKAP
Jawaban Pernyataan
No. Pernyataan
STS TS S SS
Saya ingin membatasi jumlah anak dalam keluarga
1.
saya dengan menggunakan KB suntik.
Menurut saya, KB suntik merupakan kontrasepsi
2. yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya
kehamilan.
Menurut saya, terasa nyeri saat penyuntikkan KB
3.
suntik.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Menurut saya, KB suntik membuat berat badan
4.
saya bertambah.
Penggunaan KB suntik membuat siklus haid
5.
terganggu.
Menurut saya, efek samping menggunakan KB
6. suntik lebih sedikit dari pada alat kontrasepsi
lainnya.
Menurut saya KB suntik alat kontrasepsi yang
7.
aman digunakan.
Menurut saya penggunaan KB suntik lebih praktis
8. daripada alat kontrasepsi lainnya.

F. VARIABEL PARTISIPASI SUAMI


Jawaban Pernyataan
No. Pernyataan
STS TS S SS
Suami menyediakan waktu dan menfasilitasi saya
1.
untuk Ber-KB
2. Suami dan saya pernah mendiskusikan tentang KB.
Suami saya turut serta dalam konseling pemilihan
3.
KB.
Suami turut serta dalam menentukan KB yang
4.
ingin saya gunakan.
5. Suami saya setuju dengan KB yang saya gunakan.
6. Suami mengingatkan saya untuk ber-KB.
Suami bersedia untuk membiayai saya untuk ber-
7.
KB
Suami selalu berusaha menjelaskan apabila saya
8. bertanya-tanya yang tidak jelas tentang KB.
Suami saya melarang saya menggunakan metode
9.
kontrasepsi suntik.

G. VARIABEL PELAYANAN KB
Jawaban pernyataan
No. Pernyataan
STS TS S SS
Ditempat pelayanan KB tersedia berbagai jenis
1.
KB.
Dalam menjelaskan macam-macam metode
2. kontrasepsi petugas kesehatan menggunakan
media (lembar balik, leaflet atau alat peraga).
Petugas kesehatan di pelayanan KB memberikan
3. informasi tentang macam-macam metode
kontrasepsi cukup jelas dan dapat dimengerti

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Petugas menyarankan metode KB yang paling
4.
sesuai dengan kondisi saya.
Saya mengerti atas penjelasan petugas seputar
5.
tentang masalah KB.
Pelayan KB diberikan secara gratis di daerah
6.
rumah saya.
Petugas kesehatan memberian pelayanan KB
7.
dengan terampil.
Ruangan pelayan KB sangat terjaga privasinya
8.
untuk saya
Kesiapan dan kebersihan alat pelayanan KB
9.
sangat baik.
Sikap petugas kehatan di pelayanan KB di daerah
10.
rumah saya memuaskan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Lampiran 5
Hasil Uji Validitas Dan Realibilatas Pertama
A. Variabel Pengetahuan

Reliability Statistics
Cronbach's
Alphaa N of Items
-.314 10
a. The value is negative due to
a negative average covariance
among items. This violates
reliability model assumptions.
You may want to check item
codings.

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
S1 .83 .382 35
S2 .54 .505 35
S3 .91 .284 35
S4 1.00 .000 35
S5 .71 .458 35
S6 .77 .426 35
S7 .94 .236 35
S8 .83 .382 35
S9 .17 .382 35
S10 .80 .406 35

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Total Alpha if Item
Item Deleted Variance if Correlatio Deleted
Item Deleted n
S1 6.69 .987 -.069 -.289a
S2 6.97 1.087 -.249 -.045a
S3 6.60 1.071 -.120 -.247a
S4 6.51 1.081 .000 -.318a
S5 6.80 .812 .071 -.505a
S6 6.74 .785 .151 -.602a
S7 6.57 1.076 -.103 -.267a
S8 6.69 1.104 -.211 -.139a
S9 7.34 .938 -.005 -.363a
S10 6.71 1.092 -.208 -.133a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This
violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
7.51 1.081 1.040 10
Kesimpulan:

1. N= 35, pada tingkat kemaknaan 5% didapatkan r tabel 0,334.

2. Tidak ada soal yang valid.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Kesimpulan: didapatkan nilai r Alpha (-0.314) < nilai r tabel, maka pertanyaan tidak
reabel.
B. Variabel Sikap

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.770 6

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
S1 3.34 .725 35
S3 3.49 .562 35
S4 3.37 .490 35
S5 2.83 .785 35
S6 2.94 .639 35
S9 3.14 .692 35

Item-Total Statistics
Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Item- Total Alpha if
Item Deleted Variance if Correlation Item
Item Deleted Deleted
S1 15.77 5.299 .418 .764
S3 15.63 5.417 .569 .726
S4 15.74 5.314 .738 .698
S5 16.29 4.916 .485 .749
S6 16.17 5.499 .438 .755
S9 15.97 5.029 .552 .726

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
19.11 7.222 2.687 6
Interpretasi:
a. Sekarang terlihat bahwa dari keenam pertanyaan, semua mempunyai nilai
r hasil (Corrected item-Total Correlation) berada di atas dari niali r tabel
(r=0,334), sehingga dapat disimpulkan keempat pertanyaan tersebut valid.
b. Dari hasil uji di atas ternyata, nilai r Alpha (0,770) lebih besar dibandingkan
dengan nilai r tabel, maka keempat pertanyaan di atas dinyatakan reliabel.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


C. Variabel Partisipasi Suami

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.749 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
S2 3.03 .514 35
S3 2.71 .710 35
S4 2.89 .718 35
S5 3.20 .632 35
S9 3.03 .568 35
Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Total Alpha if
Item Deleted Variance if Correlation Item
Item Deleted Deleted
S2 11.83 3.382 .721 .646
S3 12.14 2.950 .637 .654
S4 11.97 2.793 .708 .622
S5 11.66 3.526 .456 .726
S9 11.83 4.382 .128 .821
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
14.86 5.008 2.238 5
Interpretasi:
a. Sekarang terlihat bahwa dari keenam pertanyaan, semua mempunyai nilai
r hasil (Corrected item-Total Correlation) berada di atas dari niali r tabel
(r=0,334), sehingga dapat disimpulkan keempat pertanyaan tersebut valid.
b. Dari hasil uji di atas ternyata, nilai r Alpha (0,749) lebih besar
dibandingkan dengan nilai r tabel, maka keempat pertanyaan di atas
dinyatakan reliabel.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


E. Variabel Pelayanan KB
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.929 10

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
S1 3.31 .832 35
S2 2.63 .843 35
S3 3.26 .701 35
S4 3.29 .572 35
S5 3.34 .639 35
S6 3.11 .832 35
S7 3.40 .497 35
S8 3.40 .651 35
S9 3.37 .646 35
S10 3.34 .725 35

Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Item- Total Alpha if
Item Deleted Variance if Correlation Item
Item Deleted Deleted
S1 29.14 23.361 .749 .921
S2 29.83 25.911 .403 .942
S3 29.20 24.224 .778 .919
S4 29.17 26.264 .594 .928
S5 29.11 25.634 .624 .926
S6 29.34 22.997 .801 .917
S7 29.06 25.585 .845 .919
S8 29.06 23.997 .888 .913
S9 29.09 23.904 .912 .912
S10 29.11 23.692 .830 .916
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
32.46 30.079 5.484 10
Kesimpulan:
a. N= 35, pada tingkat kemaknaan 5% didapatkan r tabel 0,334.

b. Terlihat dari 10 soal r hasilnya > r tabel. Maka semua soal dinyatakan valid.

c. Dari hasil uji di atas ternyata, nilai r Alpha (0,929) lebih besar
dibandingkan dengan nilai r tabel, maka keempat pertanyaan di atas
dinyatakan reliabel.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Hasil Uji Validitas Dan Realibilatas Kedua
A. Variabel Pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.820 7

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
S6 .25 .444 20
S8 .25 .444 20
S13 .85 .366 20
S15 .30 .470 20
S16 .80 .410 20
S19 .60 .503 20
S20 .40 .503 20

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Total Alpha if Item
Item Deleted Variance if Correlatio Deleted
Item Deleted n
S6 3.20 3.642 .559 .796
S8 3.20 3.642 .559 .796
S13 2.60 3.832 .572 .796
S15 3.15 3.608 .536 .800
S16 2.65 3.713 .572 .794
S19 2.85 3.503 .548 .799
S20 3.05 3.418 .600 .789

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
3.45 4.787 2.188 7
Interpretasi:
1. Sekarang terlihat bahwa dari keenam pertanyaan, semua mempunyai nilai
r hasil (Corrected item-Total Correlation) berada di atas dari niali r tabel
(r=0,444), sehingga dapat disimpulkan ketujuh pertanyaan tersebut valid.
2. Dari hasil uji di atas ternyata, nilai r Alpha (0,820) lebih besar dibandingkan
dengan nilai r tabel, maka keempat pertanyaan di atas dinyatakan reliabel.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


C. Variabel Sikap

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.899 3

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
S2 2.65 .813 20
S3 2.90 .912 20
S4 2.95 .826 20

Item-Total Statistics
Corrected Cronbach's
Scale Mean if Scale Item- Total Alpha if
Item Deleted Variance if Correlation Item
Item Deleted Deleted
S2 5.85 2.871 .686 .946
S3 5.60 2.253 .854 .808
S4 5.55 2.471 .874 .792

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
8.50 5.421 2.328 3
Interpretasi:
a. Sekarang terlihat bahwa dari keenam pertanyaan, semua mempunyai nilai
r hasil (Corrected item-Total Correlation) berada di atas dari niali r tabel
(r=0,444), sehingga dapat disimpulkan keempat pertanyaan tersebut valid.
b. Dari hasil uji di atas ternyata, nilai r Alpha (0,899) lebih besar dibandingkan
dengan nilai r tabel, maka keempat pertanyaan di atas dinyatakan reliabel.

D. Variabel Partisipasi Suami


Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.772 4

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Item Statistics
Mean Std. Deviation N
S2 2.40 .681 20
S3 2.45 .887 20
S4 2.95 .510 20
S5 1.80 .768 20

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Total Alpha if
Item Deleted Variance if Correlation Item
Item Deleted Deleted
S2 7.20 3.116 .587 .712
S3 7.15 2.239 .739 .620
S4 6.65 3.713 .516 .757
S5 7.80 3.011 .522 .747

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
9.60 4.989 2.234 4
Interpretasi:
a. Sekarang terlihat bahwa dari keenam pertanyaan, semua mempunyai nilai
r hasil (Corrected item-Total Correlation) berada di atas dari niali r tabel
(r=0,444), sehingga dapat disimpulkan keempat pertanyaan tersebut valid.
b. Dari hasil uji di atas ternyata, nilai r Alpha (0,772) lebih besar
dibandingkan dengan nilai r tabel, maka keempat pertanyaan di atas
dinyatakan reliabel.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Lampiran 7

Output Data SPSS Univariat


A. Variabel Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pengetahuan Cukup 33 40.7 40.7 40.7
Pengetahuan Baik 48 59.3 59.3 100.0
Total 81 100.0 100.0

B. Variabel Umur
Umur_2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Umur ≤ 35 Tahun 53 65.4 65.4 65.4
Umur > 35 Tahun 28 34.6 34.6 100.0
Total 81 100.0 100.0

C. Variabel Paritas
Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anak ≤ 2 Orang 49 60.5 60.5 60.5
Anak > 2 Orang 32 39.5 39.5 100.0
Total 81 100.0 100.0

D. Variabel Pendidikan
Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Rendah 48 59.3 59.3 59.3

Pendidikan Tinggi 33 40.7 40.7 100.0

Total 81 100.0 100.0

E. Variabel Pengetahuan
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pengetahuan Cukup 33 40.7 40.7 40.7
Pengetahuan Baik 48 59.3 59.3 100.0
Total 81 100.0 100.0

Poltekkes Kemenkes Jakarta


F. Variabel Sikap
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sikap Negatif 42 51.9 51.9 51.9
Sikap Positif 39 48.1 48.1 100.0
Total 81 100.0 100.0

G. Variabel Partisipasi Suami


Partisipasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Mendukung 29 35.8 35.8 35.8
Mendukung 52 64.2 64.2 100.0
Total 81 100.0 100.0

H. Variabel Pelayanan
Pelayanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pelanan Cukup 28 34.6 34.6 34.6
Pelayanan Baik 53 65.4 65.4 100.0
Total 81 100.0 100.0

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Lampiran 8
Output Data SPSS Uji Normalitas
A. Variabel Pengetahuan
Statistics
Skor_Pengetahuan
N Valid 81
Missing 0
Mean 6.79
Std. Error of Mean .424
Median 6.00
Mode 4
Std. Deviation 3.814
Skewness .318
Std. Error of Skewness .267
Minimum 0
Maximum 14

B. Variabel Sikap
Statistics
Skor_Sikap
N Valid 81
Missing 0
Mean 23.04
Std. Error of Mean .412
Median 23.00
Mode 24
Std. Deviation 3.710
Skewness -1.350
Std. Error of Skewness .267
Minimum 9
Maximum 32

Poltekkes Kemenkes Jakarta


C. Variabel Partisipasi Suami
Statistics
Skor_Partisipasi
N Valid 81
Missing 0
Mean 24.96
Std. Error of Mean .469
Median 24.00
Mode 21
Std. Deviation 4.220
Skewness .493
Std. Error of Skewness .267
Minimum 18
Maximum 34

Poltekkes Kemenkes Jakarta


D. Variabel Pelayanan
Statistics
Skor_Pelayanan
N Valid 81
Missing 0
Mean 29.42
Std. Error of Mean .533
Median 30.00
Mode 30
Std. Deviation 4.801
Skewness -2.224
Std. Error of Skewness .267
Minimum 4
Maximum 40

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Lampiran 9
Output Data SPSS Bivariat
A. Hubungan Umur dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Umur_2 * Penggunaan_KB Crosstabulation
Penggunaan_KB
Tidak
Menggunaka Menggunaka
n n KB Suntik Total
KB Suntik
Umur_2 Umur ≤ 35 Tahun Count 12 41 53
% within Umur_2 22.6% 77.4% 100.0%
Umur > 35 Tahun Count 7 21 28
% within Umur_2 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 19 62 81
% within Umur_2 23.5% 76.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square .057a 1 .812
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .056 1 .812
Fisher's Exact Test
.791 .509
Linear-by-Linear Association .056 1 .813
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.57.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Umur_2
(Umur ≤ 35 Tahun / Umur > .878 .301 2.561
35 Tahun)
For cohort Penggunaan_KB
= Tidak Menggunakan KB .906 .402 2.040
Suntik
For cohort Penggunaan_KB
= Menggunakan KB Suntik 1.031 .796 1.336
N of Valid Cases 81

Poltekkes Kemenkes Jakarta


B. Hubungan Paritas dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Paritas * Penggunaan_KB Crosstabulation
Penggunaan_KB
Tidak
Menggunaka Menggunaka
n KB Suntik n KB Suntik Total
Paritas Anak ≤ 2 Orang Count 12 37 49
% within Paritas 24.5% 75.5% 100.0%
Anak > 2 Orang Count 7 25 32
% within Paritas 21.9% 78.1% 100.0%
Total Count 19 62 81
% within Paritas 23.5% 76.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square .074a 1 .786
Continuity Correctionb .000 1 .997
Likelihood Ratio .074 1 .785
Fisher's Exact Test
1.000 .503
Linear-by-Linear Association .073 1 .787
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.51.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Paritas
(Anak ≤ 2 Orang / Anak > 2 1.158 .401 3.348
Orang)
For cohort Penggunaan_KB
= Tidak Menggunakan KB 1.120 .494 2.539
Suntik
For cohort Penggunaan_KB
= Menggunakan KB Suntik .967 .758 1.232
N of Valid Cases 81

C. Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik


Pendidikan * Penggunaan_KB Crosstabulation
Penggunaan_KB
Tidak
Menggunakan Menggunakan
KB Suntik KB Suntik Total
Pendidikan Pendidikan Rendah Count 9 39 48
% within Pendidikan 18.8% 81.3% 100.0%
Pendidikan Tinggi Count 10 23 33
% within Pendidikan 30.3% 69.7% 100.0%
Total Count 19 62 81
% within Pendidikan 23.5% 76.5% 100.0%

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.454a 1 .228
Continuity Correctionb .881 1 .348
Likelihood Ratio 1.435 1 .231
Fisher's Exact Test
.289 .174
Linear-by-Linear Association 1.436 1 .231
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.74.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan
(Pendidikan Rendah / .531 .188 1.498
Pendidikan Tinggi)
For cohort Penggunaan_KB
= Tidak Menggunakan KB .619 .283 1.355
Suntik
For cohort Penggunaan_KB
= Menggunakan KB Suntik 1.166 .896 1.516
N of Valid Cases 81

D. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik

Pengetahuan_2 * Penggunaan_KB Crosstabulation


Penggunaan_KB
Tidak
Menggunak Menggunak
a a n KB Total
n KB Suntik Suntik
Pengetahuan_2 pengetahua Count 6 41 47
n cukup % within Pengetahuan_2 12.8% 87.2% 100.0%
Pengetahua Count 13 21 34
n baik % within Pengetahuan_2 38.2% 61.8% 100.0%
Total Count 19 62 81
% within Pengetahuan_2 23.5% 76.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.128a 1 .008
Continuity Correctionb 5.780 1 .016
Likelihood Ratio 7.114 1 .008
Fisher's Exact Test
.015 .008
Linear-by-Linear Association 7.040 1 .008
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.98.
b. Computed only for a 2x2 table

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Pengetahuan_2
.236 .079 .711
(pengetahuan cukup /
Pengetahuan baik)
For cohort Penggunaan_KB
= Tidak Menggunakan KB .334 .141 .790
Suntik
For cohort Penggunaan_KB
1.412 1.061 1.880
= Menggunakan KB Suntik
N of Valid Cases 81

E. Hubungan Sikap dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik


Sikap * Penggunaan_KB Crosstabulation
Penggunaan_KB
Tidak
Menggunaka Menggunaka
n KB Suntik n KB Suntik Total
Sikap Sikap Negatif Count 10 32 42
% within Sikap 23.8% 76.2% 100.0%
Sikap Positif Count 9 30 39
% within Sikap 23.1% 76.9% 100.0%
Total Count 19 62 81
% within Sikap 23.5% 76.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .006a 1 .938
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .006 1 .938
Fisher's Exact Test
1.000 .574
Linear-by-Linear Association .006 1 .938
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.15.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Sikap (Sikap
1.042 .372 2.915
Negatif / Sikap Positif)
For cohort Penggunaan_KB
= Tidak Menggunakan KB 1.032 .469 2.269
Suntik
For cohort Penggunaan_KB
= Menggunakan KB Suntik .990 .778 1.261
N of Valid Cases 81

Poltekkes Kemenkes Jakarta


F. Hubungan Partisipasi Suami dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Partisipasi * Penggunaan_KB Crosstabulation
Penggunaan_KB
Tidak
Menggunaka Menggunaka
n KB Suntik n KB Suntik Total
Partisipasi tidak mendukung Count 6 42 48
% within Partisipasi 12.5% 87.5% 100.0%
mendukung Count 13 20 33
% within Partisipasi 39.4% 60.6% 100.0%
Total Count 19 62 81
% within Partisipasi 23.5% 76.5% 100.0%

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Partisipasi
(tidak mendukung / .220 .073 .663
mendukung)
For cohort Penggunaan_KB
= Tidak Menggunakan KB .317 .134 .750
Suntik
For cohort Penggunaan_KB
= Menggunakan KB Suntik 1.444 1.075 1.939
N of Valid Cases 81

G. Hubungan Pelayanan KB dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik


Pelayanan * Penggunaan_KB Crosstabulation
Penggunaan_KB
Tidak
Menggunaka Menggunaka
n KB Suntik n KB Suntik Total
Pelayanan Pelanan Cukup Count 5 23 28
% within Pelayanan 17.9% 82.1% 100.0%
Pelayanan Baik Count 14 39 53
% within Pelayanan 26.4% 73.6% 100.0%
Total Count 19 62 81
% within Pelayanan 23.5% 76.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square .747a 1 .387
Continuity Correctionb .347 1 .556
Likelihood Ratio .772 1 .380
Fisher's Exact Test
.426 .282
Linear-by-Linear Association .738 1 .390
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.57.
b. Computed only for a 2x2 table

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pelayanan
(Pelanan Cukup / .606 .193 1.901
Pelayanan Baik)
For cohort Penggunaan_KB
= Tidak Menggunakan KB .676 .271 1.684
Suntik
For cohort Penggunaan_KB
= Menggunakan KB Suntik 1.116 .881 1.414
N of Valid Cases 81

Poltekkes Kemenkes Jakarta


Lampiran 10
Output Data SPSS Multivariat
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a Umur_2 -.762 .669 1.298 1 .255 .467 .126 1.731
Pendidikan -.083 .667 .015 1 .901 .921 .249 3.401
Pengetahuan_2 -1.969 .742 7.047 1 .008 .140 .033 .597
Partisipasi -1.852 .640 8.376 1 .004 .157 .045 .550
Constant 3.445 .812 18.006 1 .000 31.351
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_2, Pendidikan, Pengetahuan_2, Partisipasi.

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a Umur_2 -.755 .667 1.279 1 .258 .470 .127 1.738
Pengetahuan_2 -2.005 .689 8.476 1 .004 .135 .035 .519
Partisipasi -1.861 .637 8.537 1 .003 .156 .045 .542
Constant 3.431 .805 18.181 1 .000 30.897
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_2, Pengetahuan_2, Partisipasi.

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a Pengetahuan_2 -1.746 .625 7.798 1 .005 .174 .051 .594
Partisipasi -1.809 .624 8.399 1 .004 .164 .048 .557
Constant 2.988 .651 21.099 1 .000 19.849
a. Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan_2, Partisipasi.

Poltekkes Kemenkes Jakarta


KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESE pK ) ES JAKARTA 4J
HI

TEW. t021) 849786M FAX (021} 8d9fM9G


Website : www, poItekheslalia rie3.ae. id. Email:secretariat @poltef:hmja1uiria3.acid

Keterangan Persetujuan Etik

KETERANGAN PERSETUJUAN ETIK


No. KEPK-PKKJ3/234/IY/2019

Yang bertanda tangan dibawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Jakarta Ill (KEPK-PKKJ3), setelah dilakukan pengkajian dan penilaian
dengan teliti, dengan ini memutuskan bahwa proposal penelitian yang bejudul:

Yang mengikutsertakan
Faktor-Faktor manusia Penggunaan
Yang Mempengaruhi sebagai subyek penelitian,
Kontrasepsi dengan
Suntik Pada KetuaUsia
Pasangan Pelaksana
Subur /
Peneliti Utama:
Di Puskesmas Kelurahan Sukapura Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun
2019

dapat disetujui pelaksanaannya. Persetujuan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai
dengan batas waktu pelaksanaan penelitian seperti tertera pada protokol. Jika ada perubahan
protokol dan atau perpanjangan penelitian, harus mengajukan kembali permohonan
kajian etik penelitian.

Bekasi, 9 Mei 2019


Ketua Komisi Etik Pgnplitian
Kesehatan Poltekkes Kemenkes

Jakarta III
Dr. Indra Supradewi SKM, M.KM
NIP. 19581210197912200
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
PEMERIHTAII P1tOVINS1 DAERA1 I Kl(USUS 1I3U KCITA JA KAHTA
oiuai xzsiii‹araN
SUKU DINAS KESEHATAN KOTA AllMlNlSTltASl .IAKAltTA UTARA
JI. Lakdc Yos Sudarso No. 27-29 Lt.7 Jakarta UI.era Tip. 430fI3f›9 Fax.437174 I
Email : sudink«s_jakut09@yalyoo.cu.id
JAKARTA
Kodc Pos. i4320

fl.¿, Maret 2016


Nomor 9 ! /-1.777.22
Slfat : biasa
Lampiran
Hal Uji Validitas dan
Reabilitas
Kepada
Yth : Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Cilincing

Jakarta

Sehubungan dengan surat dari Politeknik Kesehatan Xemhes


Jakarta III Program Studl DIV Nomor : PP.03.03J.05/2418/2019 tanggal
20 Maret 2019, perihal izin Uji Validitas dan Reabifitas dl Puskesmas
Xelurahan Kalibaru dan Surat Izin Penelitian dari Xepala Unit
Pelaksana Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Administrasi Jakarta
Utara Nomor 069/16.1/31.72/-1.862.9/2018 tanggal 18 Maret 2010, untuk
penyusunan
tugas akhlr dengan judul " Faktor-Faktor Yang Mempengaruhl
Penggunaan Kontzasepsi Suntik Pada Pasangan Usia Subur dl
Puskesmas Kelumhan Sukapura Tahun 20ts' atas nama mahasiswa

Nama Yunita Sulistiyawati


NIM P3.73.24.3.15.040
Pada dasarnya kami tidak keberatan akan pelaksanaan kegiatan
tersebut dan harapan kami agar Saudara besarta Staf memberikan
infonnasi yang dibutuhkan pada kegiatan tersebut
Setelah pelaksanaan kegiatan dimaksud, kepada peneliti diharapkan
menyerxh6anhaelnyekeSuNuDinasKesshatan JaheRa Uara.
Atas perhatlan dan kezjasamanya diucapkan terima kasih.

Kepala Suku Dinas Kesehatan


. “. TKota Administrasi Jakarta Utara

Tembusan :
J. Kepala Dinas Kesehatan Provinei Dltl Jakarta
2.
Direktur Politeknik Kesehatan Xemkas Jakarta III
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
LE NIBAR BlAlBtNGAN PROPOSAL/cAI'OW¥N HASIL SKRIPSI
PROGitA Ni STtl II D IV OF.BI OANAN
.I URL SAN £i1i RIDANAN
POI.TEK xr s grarNars sAm¥RTA III

: ¥ unita Sulisfiyswafi

: Diana Haria Angraini, SST, M.Keb

NO furi/Tanggal kfateri Bimbingan Rekomendas1


• Lfnmk judul dikembang

• Unh›k refcrensi Qatar


J‹un'at, Judul belañang cukup tahun
Penelitian ya0¿ terbaru.
07/08/2018 Latar i3elakaiig • Datn [aiar belakang
dipcrbaik dari dunia
sam ai kota
• Responden tcrtaJu nilii.
Jum’-z t, Sehingga ubab
.ftidu\ Penelit an
1 6/11/*018 respnndcn yang akan
diteliu.
3od I Penelitian • BAB 1 ‹litanbahkan lagi
Kamis, OAB I dan dipcrbaiki
29/ I 1/20. 18 BAB II • BAB 11 tambaiikan teori
BAB Ill • kAB III leugkapi lagi
untuk an kuran va
•Kuesioncr sudah baik.

Q
Sclasa, +1Jji coba kiiestoner kamu
04/12/201 S
apâkaJi bisa dipaharni
oleh tcian • kainu
•Jika juinldi akscptor
ymig datang tidak
Rabu, lTlgfltRflufii sarpe1 yang
5. 21/01/20I 9 Tempat peoelihan
kamu btitulikan, coba ke
tingkat wilayal
kecamaian.
Se« i,
04/02/2019
•Kaliinat dalam PPT
terlalu b2n\c .
•Giiiiakan kuesioner
24/04/201 5 varibsrl penpelaiiuan dari *
cnclitaii ierdnhiilu.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


Kucs
lainnya dip0‹1bl1onkan.

• Hasil ana]isis univariat


den bivariat sudeh
Knrnis. baik.
BAB lV
09/05f20l9

BAB V • BAB V sudah baik


’’ ’10/05/°019
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
Karnis, penelitian selanjutnya
pp/ g/gg j g BAB 4 dan 5 • Persiapkan materi
untok siding skripsi.

Jum’at, 10 • ACC siding skripsi


9.
April 20 i 9
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3

Anda mungkin juga menyukai