Anda di halaman 1dari 115

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERKEMBANGAN BALITA UMUR 12-59 BULAN DI
PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU JAKARTA
PUSAT TAHUN 2022

OLEH :
Asri Utami Putri
NPM. P3.73.24.1.21.148

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2022

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERKEMBANGAN BALITA UMUR 12-59 BULAN DI
PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU JAKARTA
PUSAT TAHUN 2022

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir

OLEH :
Asri Utami Putri
NPM. P3.73.24.1.21.148

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2022

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


ABSTRAK

Program Studi Tahap Sarjana Profesi Bidan


Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Jakarta, Juni 2022

Asri Utami Putri,


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan balita umur 12-59 bulan
di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Tahun 2022
CXIII + 113 halaman, 15 tabel

Perkembangan anak di Indonesia yang dilakukan pada 500 anak dari wilayah DKI
Jakarta ditemukan bahwa terdapat 57 orang (11,9%) mengalami kelainan
perkembangan. Beberapa faktor penyebab yaitu faktor genetik dan lingkungan
maka sangat penting untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan
balita agar dapat ditangani dengan cepat dan pemulihannya dapat dilakukan lebih
awal dan akhirnya tumbuh kembang balita yang dapat berlangsung dengan optimal.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan balita umur 12-59 bulan di wilayah Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Metode Penelitian: Penelitian
ini menggunakan metode Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional Subjek penelitian ini adalah 170 balita
usia umur 12-59 bulan di wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat,
DKI Jakarta. Sampel diambil dengan Teknik quota sampling. Hasil Penelitian:
Faktor yang mempengaruhi perkembangan balita dengan menggunakan Uji chi-
square yaitu Pendidikan Ibu dengan nilai p-value 0,025, Pendapatan Orang Tua p-
value 0,009, Gizi Balita p-value 0,015, lalu di uji kembali menggunakan Uji Regresi
Logistik dengan nilai p-value 0,006 dan yang paling mempengaruhi yaitu pada
faktor Pendapatan Orang Tua. Kesimpulan: Faktor Pendapatan Orang Tua sangat
mempengaruhi Perkembangan Balita apabila pendapatan orang tua memadai balita
dapat tercukupi kebutuhan nya untuk mendukung setiap tahapan perkembangan
yang terjadi salah satunya dalam pemberian nutrisi Saran: Diharapkan dengan
mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan balita apabila terdapat
tahapan yang tidak sesuai semua pihak yang terkait dapat segera menanganinya
agar tumbuh kembang balita dapat berlangsung dengan optimal.

Kata Kunci: Balita, Faktor-faktor, Perkembangan

i
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
ABSTRACT

Program Studi Tahap Sarjana Profesi Bidan


Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Jakarta, Juni 2022

Asri Utami Putri,


Factors affecting the development of toddlers aged 12-59 months at the Johar
Baru Subdistrict Health Center, Central Jakarta, DKI Jakarta
Year 2022
CXIII + 113 pages, 15 table

The development of child in Indonesia conducted on 500 children from the


DKI Jakarta area found that there were 57 people (11.9%) with developmental
disorders. Some of the causative factors are genetic and environmental factors, so
it is very important to know the factors that affect the development of toddlers so
that they can be handled quickly and their recovery can be done earlier and finally
the growth and development of toddlers can take place optimally. Research
Objectives: This study was conducted to determine the factors that influence the
development of toddlers aged 12-59 months in the Puskesmas Kecamatan Johar
Baru, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Research Methods: This study uses quantitative
type this research method with an analytical descriptive design with a cross-
sectional approach The subject of this study was 170 toddlers aged 12-59 months
in the Puskesmas area of Johar Baru District, Central Jakarta, DKI Jakarta.
Samples were taken with the quota sampling technique. Research Results: Factors
that influence the development of toddlers using the chi-square test are Maternal
Education with a p-value of 0.025, Parental Income p-value of 0.009, Nutrition of
Toddlers p-value 0.015, then retested using the Logistic Regression Test with a p-
value of 0.006 and the most influential is the Parental Income factor. Conclusion:
Parental Income Factor greatly affects the development of toddlers if the income of
parents is adequate toddlers can be fulfilled their needs to support each stage of
development that occurs, one of which is in providing nutrition Advice: It is hoped
that by knowing the factors that affect the development of toddlers if there are stages
that are not appropriate all parties involved can immediately handle it so that the
growth and development of toddlers can take place optimally.

Keywords: Toddlers, Factors, Development

ii
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
iii
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
iv
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
v
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
vi
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan anugrah dari-Nya Penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Balita Usia 12-59
bulan Di Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat Tahun 2022” dengan
tepat waktu. Semoga Shalawat dan salam senantiasa didedikasikan untuk Nabi
Muhammad SAW.
Dalam menyelesaikan Proposal skripsi ini penulis mendapatkan banyak bimbingan
dan dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Erika Yulita Ichwan, SST,M.Keb sebagai ketua jurusan kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jakarta III;
2. Shentya Fitriana, SST, M.Keb. selaku ketua program studi DIV Kebidanan;
3. Heriza Syam, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing 1 yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta arahan dalam proses
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
4. Ni Gusti Made Ayu AB, SSi.T., M.Keb selaku dosen pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta arahan
dalam proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;
5. dr. Hayfa Husaen, M.Gizi selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Johar Baru
yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian, beserta pegawai yang
membantu dalam melakukan penelitian ini.
6. Teristimewa untuk Papa dan Mama, adik-adik ku Dewa dan Dean dan keluarga
atas doa, dukungan, bantuan, motivasi serta kasih sayangnya yang begitu besar.
Semoga kita semua selalu dalam perlindungan-Nya
7. Ka Lisna selaku koordinatir RB, Bu Elvi selaku coordinator KIA, Ka Aida, Ka
Retno, Irmi Wulandari, Ka Hansrizka, Ka Fina Rosdiana, Anisa Ahadiah, Rizki

vii
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
Mulyawati, Yopita Intan dan Rekan-rekan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru
yang selalu mendukung dan menemani dalam penulisan skripsi;
8. Teman-teman angkatan satu Profesi Bidan Tahap Sarjana Terapan terkhusus
kelas B Alih Jenjang yang telah saling mendukung satu dan yang lain;
9. Teman-teman sekitar yaitu Regi Darmawan, ka Adam, Ka Nandi, Satria dan
yang lainnya yang sudah meluangkan waktu nya untuk membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini baik berupa pikiran, kendaraan dan bantuan
lainnya
10. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa di
sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
berharap kritik serta saran dari pembaca dapat dijadikan bahan evaluasi. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca.

Jakarta, Juni 2022


Penulis

viii
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ................................. Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN ........................................ Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 6
2.1 KAJIAN TEORI............................................................................................... 6
2.1.1 Balita ..................................................... 6
2.1.2 Perkembangan (Development) .................................. 6
2.2 PENELITIAN TERKAIT .............................................................................. 24
2.3 KERANGKA TEORI..................................................................................... 29
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 30
3.1 DESAIN PENELITIAN ................................................................................. 30
3.2 KERANGKA KONSEP ................................................................................. 30
3.3 HIPOTESIS PENELITIAN ........................................................................... 31
3.4 KERANGKA OPERASIONAL .................................................................... 31
ix
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
3.5 POPULASI DAN SAMPEL ......................................................................... 34
3.5.1 Populasi ............................................... 34
3.5.2 Sampel ................................................ 34
3.5.3 Besar Sampel Penelitian ................................... 34
3.5.4 Teknik Pengambilan Sampel ............................... 35
3.6 ALAT DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA ....................................... 35
3.6.1 Alat Pengumpulan Data................................... 35
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data ................................ 36
3.7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ..................................................... 37
3.7.1 Uji Validitas ............................................ 37
3.7.2 Uji Reliabilitas .......................................... 39
3.8 ETIKA PENELITIAN ................................................................................... 40
3.9 PENGOLAHAN DATA ................................................................................ 41
3.10 ANALISIS DATA ....................................................................................... 41
3.10.1 Analisis Univariat ....................................... 42
3.10.2 Analisis Bivariat ........................................ 42
3.10.3 Analisi Multivariat ...................................... 42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................... 43
4.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 43
4.2 Pembahasan ................................................................................................... 50
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 62

x
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Tabel 2.2 Tahapan perkembangan balita menurut umur
Tabel 3.1 Kerangka Operasional
Tabel 3.2 Uji Validitas Kuisioner Pengetahuan
Tabel 3.3 Uji Reabilitas Kuisioner Pengetahun
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perkembangan Balita, Karakteristik Ibu, Jenis
Kelamin balita dan Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Di Puskesmas Kecamatan
Johar Baru, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Tabel 4.2 Hubungan Karakteristik Ibu, Jenis Kelamin balita dan Status Gizi Balita
dengan Perkembangan Balita Umur 12-59 Bulan Di Puskesmas Kecamatan Johar
Baru, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Tabel 4.3 Uji Regresi Logistik Variabel yang Paling Berpengaruh dengan
Perkembangan Balita Umur 12-59 Bulan Di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta

xi
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Balita, 2019)
Gambar 3.1 Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan balita umur 12-59
bulan

xii
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
DAFTAR SINGKATAN

KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


UNICEF : United Nations Children's Fund
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
RSUP : Rumah Sakit Umum Pemerintah
WHO : World Health Organization
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BBL : Berat Badan Lahir
BB : Berat Badan
PB : Panjang Badan
TB : Tinggi Badan
U : Umur
SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia
SDIDTK : Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
TORCH : Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks
SDISTK : Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
Ig G : Immunoglobulin G
ASI : Air Susu Ibu

xiii
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Etik Penelitian


Lampiran 2 Komisi Etik Penelitian
Lampiran 3 Surat Pernyataan Persetujuan
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Form KPSP
Lampiran 6 Hasil Tabulasi

xiv
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
1

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa depan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan anak dalam
mencapai perkembangan dan pertumbuhan yang optimal. Perkembangan balita
sangat penting karena akan menjadi dasar kualitas generasi penerus bangsa 1.
Balita merupakan kelompok umur antara usia di atas satu tahun atau lebih dan
di bawah lima tahun. Kelompok usia ini biasa digunakan perhitungan bulan
yaitu usia 12-59 bulan.

Prevalensi penyimpangan perkembangan pada balita usia di bawah 5 tahun


di Indonesia yang dilaporkan WHO pada tahun 2016 adalah 7.512,6 per 100.000
populasi (7,51%)2. Sering kali orang tua tidak menyadari akan keterlambatan
perkembang yang di alami oleh balita, untuk itu orang tua perlu mengetahui
tanda bahaya (red flag) pertumbuhan dan perkembangan balita3
Menurut UNICEF tahun 2015 didapatkan tingginya angka kejadian
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita khususnya
gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta balita
mengalami gangguan dan terdapat 12-16% gangguan perkembangan yang
ditemukan pada populasi balita di Amerika Serikat.
Populasi anak di Indonesia menunjukkan sekitar 33% dari total populasi
yaitu sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah populasi anak akan meningkat
4
, namun perkemnangan anak di Indonesia masih perlu mendapatkan perhatian
serius, Angka keterlambatan perkembangan masih cukup tinggi yaitu sekitar 5-
10% mengalami keterlambatan perkembangan umum. Dua dari 1.000 bayi
mengalami gangguan perkembangan motorik dan 3 sampai 6 dari 1.000 bayi
juga mengalami gangguan pendengaran serta satu dari 100 anak mempunyai
kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Sementara, Departemen
Kesehatan RI melaporkan bahwa 0,4 juta (16%) balita di Indonesia mengalami
gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar,
gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Pada tahun 2015 berdasarkan data IDAI diperkirakan 5-10% anak di

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


2

Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan. Penelitian SDIDTK


perkembangan anak di Indonesia yang dilakukan pada 500 anak dari wilayah
DKI Jakarta ditemukan bahwa terdapat 57 orang (11,9%) mengalami kelainan
perkembangan5.

Pada Gangguan perkembangan di masa balita, apabila tidak terdeteksi dan


tidak ditangani dengan baik akan berdampak buruk. Jika keterlambatan tidak
diketahui lebih cepat akan sangat berpengaruh pada perkembangan motorik
balita selanjutnya, karena perkembangan balita memiliki rangkaian tahapan
yang berurutan. Salah satu upaya untuk mengetahui adanya penyimpangan
perkembangan bayi dan balita yaitu dengan deteksi dini penyimpangan
perkembangan. Melalui deteksi dini dapat diketahui adanya masalah
perkembangan balita sehingga pemulihannya dapat dilakukan lebih awal dan
akhirnya tumbuh kembang balita yang dapat berlangsung dengan optimal.
Beberapa faktor penyebab yaitu faktor genetik dan lingkungan adapun
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan balita meliputi
lingkungan pranatal, perinatal, dan postnatal, yang termasuk faktor lingkungan
pranatal yaitu riwayat gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin kimia, lingkungan
perinatal seperti BBLR sedangkan lingkungan posnatal adalah faktor biologis
(ras, jenis kelamin, status gizi), faktor fisik, faktor psikososial, dan faktor
keluarga (pengetahuan ibu/ayah, pekerjaan ayah/ibu, pendidikan ayah/ibu,
jumlah saudara)6.
Status Gizi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat.
Balita dengan gangguan gizi buruk akan mengalami gangguan perkembangan
mengarah ke perubahan permanen, selain gangguan pekembangan motorik juga
dapat mengalami keterbelakangan dalam perkembangan kognitif, kesulitan
belajar, gangguan perilaku dan keterbelakangan dalam perkembangan bahasa
dan usia membaca 7
Didapatkan data di Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan Januari
2021 jumlah balita yang melakukan dan mendapatkan pemeriksaan tumbuh
kembang sebanyak 575 terdapat balita yang mengalami gangguan motorik kasar
sebanyak 8 balita, balita yang mengalami
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
3

gangguan pendengaran sebanyak 2 balita, balita yang mengalami gangguan


Bahasa dan bicara sebanyak 6 balita, balita yang mengalami gangguan
sosialisasi dan kemandirian sebanyak 1 balita, dan yang mengalami hasil KSPS
penyimpangan (Dp) sebanyak 4 balita sehingga total balita yang mengalami
gangguan perkembangan sebanyak 21 balita.
Hasil data di atas penulis tertarik ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan balita di usia 12–
59 bulan di wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data di Puskesmas Kecamatan Johar Baru pada bulan


Januari 2022, didapatkan 21 balita yang mengalami gangguan
perkembangannya,maka berdasarkan data tersebut adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan balita umur 12 bulan-59 bulan di daerah
Puskesmas Kecamatan Johar Baru

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan Balita
umur 12 bulan – 59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, Tahun 2022.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran perkembangan balita umur 12-59 bulan
berdasarkan aspek gerak kasar, halus, bahasa dan bicara, dan sosial dan
kemandirian di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, Tahun 2022.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempengaruhi
perkembangan balita umur 12-59 bulan
c. Mengetahui gambaran karateristik responden yang terdiri dari umur ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan orang tua yg
mempengaruhi perkembangan balita umur 12 bulan – 59 bulan
d. Mengetahui gambaran factor balita yang terdiri dari status gizi balita dan
jenis kelamin balita yg mempengaruhi perkembangan balita umur 12
bulan – 59 bulan
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
4

e. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan 4 aspek perkembangan


balita umur 12-59 bulan
f. Mengetahui hubungan karakteristik responden yang terdiri dari umur ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan orang tua dengan 4 aspek
perkembangan balita umur 12 bulan – 59 bulan
g. Mengetahui hubungan faktor balita yang terdiri dari status gizi balita dan
jenis kelamin balita dengan 4 aspek perkembangan balita umur 12 bulan
- 59 bulan

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Penulis

Menambah wawasan mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi


Perkembangan balita umur 12 bulan- 59, serta meningkatkan kemampuan
penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita umur 12-59 bulan
dan pendidikan kesehatan bagi ibu dari balita umur 12-59 bulan.
b. Bagi responden, keluarga responden

Menambah wawasan agar lebih memperhatikan kembali tumbuh


kembang buah hati dan cakap serta sigap dalam menjaga dan mengawasi
tumbuh kembang buah hati nya apabila terjadi gangguan perkembangan
c. Bagi pemberi layanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam


pemberian pelayanan dan penanganan masalah perkembangan pada balita
umur 12 bulan-59 bulan
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
Jakarta Pusat tahun 2022. Sample yang akan di teliti yaitu ibu yang mempunyai
balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat,
DKI Jakarta. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain deskriptif analitik
dengan pendekatan waktu cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


5

digunakan adalah quota sampling. Variable yang diteliti ialah pengetahuan ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, status gizi balita, jenis
kelamin balita dan pemeriksaan perkembangan balita. Pengambilan sampel
dengan memberikan kuesioner kepada ibu balita terkait dengan jenis kelamin
balita, pengetahuan ibu mengenai perkembangan balita, stimulasi, pendidikan
ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua dan pemeriksaan gizi serta
perkembangan dengan instrumen KPSP sesuai umur.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Balita
Pengertian Balita Anak bawah lima tahun atau sering disingkat Anak Balita.
Balita adalah anak yang telah menginjak umur di atas satu tahun sampai lima tahun
atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu umur 12-59 bulan. Para ahli
menggolongkan umur balita sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup
rentan terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu (Kemenkes RI, 2015).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapatnya
kemauan dalam perkembangan motorik (gerak dasar dan gerak halus) serta fungsi
ekskresi (pembuangan). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada
masa balita karena akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan menjadi pertumbuhan
serabut-serabut saraf dan cabangnya. Sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak
yang kompleks, ini akan sangat memengaruhi kinerja otak, mulai dari kemampuan
belajar, berjalan, berbicara dan bersosialisasi (Kemenkes RI, 2016).
2.1.2 Perkembangan (Development)
Bertambah nya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan
gerak kasar, gerak halus, bicara, dan Bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
A. Ciri-ciri dan prinsip-prinsip perkembangan balita
Ciri-ciri perkembangan Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan
stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK).
ciri-ciri yang saling berkaitan dengan perkembangan adalah sebagai
berikut:
1. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap perkembangan
disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada
seorang balita akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


7

2. Perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap


balita tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum ia bis berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan
kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat.
Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda,
sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing-masing balita.
4. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi, dan lain-lain. Balita sehat,
bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
a. Perkembangan telah terjadi terlebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju kearah kaudal/anggota tubuh (polasefalokaudal)
b. Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)
lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal)
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang balita mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya balita terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, balita
mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses perkembangan anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
8

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai


dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang
berasal dari latihan dan usaha. Mulai belajar , anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki balita.
b. Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian
perkembangan seorang anak dapat di ramalkan. Perkembanagn berlangsung dari
tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Pada umumnya anak memiliki pola perkembangan normal yang merupakan hasil
interaksi banyak faktor. Gangguan perkembangan terjadi bila ada faktor genetik dan
atau karena faktor lingkungan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar
tumbuh kembang anak 8 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
balita :
a. Faktor prenatal
1. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempegaruhi pertumbuhan janin
2. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti
club foot.
3. Toksin/ zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat menyebabkan
kelainan kongenital seperti palatoschizis
4. Umur ibu
Faktor usia sangat mempengaruhi motivasi seseorang, kelompok motivasi
yang sudah berusia lanjut lebih sulit dari orang yang masih muda. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti kosa kata dan
pengetahuan umum.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


9

Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif


dapat berfikir lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia yang
lebih muda atau terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif memiliki
motivasi lebih fokus dalam memeriksakan kesehatan berupa perkembangan
anaknya dan usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20 – 35
tahun.9.
5. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hyperplasia adrenal.
6. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes Simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin : katarak, bisu tuli, makrosefali, retardasi mental dan kelainan
jantung kongenital.
7. Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan
akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hyperbilirubinemia dan kernicterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak
8. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada
ibu hamil dan lain-lain
b. Faktor perinatal
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak, BBL balita
c. Faktor postnatal
1. Faktor Biologis
a) Ras/ suku bangsa

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


10

Anak yang dilahirkan dari ras/ bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/ bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b) Jenis kelamin
Perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan
cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan
bertahan sampai waktu tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh hormon
testosteron yang lebih tinggi pada bayi laki-laki dibandingkan dengan
bayi perempuan 10.
Sedangkan menurut Utami (2015) bayi yang berjenis kelamin laki-
laki memiliki kecenderungan 3 perkembangan motorik kasarnya 0,68
kali lebih kecil daripada bayi perempuan. Fungsi reproduksi pada anak
perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah
melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
c) Umur balita
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja
d) Status Gizi
Status Gizi Balita Menurut Kemenkes RI (2016), penentuan status gizi
pada balita, antara lain:
1) Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) untuk
menentukan status gizi anak usia dibawah 5 tahun, apakah normal,
kurus, sangat kurus atau gemuk.
2) Pengukuran Panjang Badan terhadap Umur atau Tinggi Badan
terhadap Umur (PB/U atau TB/U) untuk menentukan status gizi
anak, apakah normal, pendek atau sangat pendek.
3) Pengukuran Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) untuk
menentukan status gizi anak usia 5-6 tahun apakah anak sangat
kurus, kurus, normal, gemuk atau obesitas. Masalah gizi kurang
disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang gizi dan kesehatan, sedang masalah gizi lebih disebabkan
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
11

oleh kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai dengan


kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan (Ariani, 2017).
Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagaimana terdapat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badab Gizi Buruk <-3 SD
menurut Umur Gizi Kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
(BB/U) Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak Umur 0-60 Gizi lebih >2 SD
bulan
Panjang Badan Sangat Pendek <-3 SD
menurut Umur Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
(PB/U) Anak Umur Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
0-60 bulan Tinggi >2 SD
Berat Badan Sangat Kurus <-3 SD
menurut Panjang Kurus -3 SD sampai dengan <- 2 SD
Badan (BB/PB) atau Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Berat Badan Gemuk >2 SD
menurut Tinggi
Badan (BB/TB)
Anak Umur 0-60
bulan
Indeks Massa Tubuh Sangat Kurus <-3 SD
menurut Umur Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
(IMT/U) Anak Normal -2 SD sampai dengan 2SD
Umur 0-60 bulan Gemuk >2 SD

e) Imun
Penyakit kronis/kelainan kongenital, tuberkulosis, anemia, kelainan
jantung bawaan mengakibatkan
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
12

retardasi pertumbuhan jasmani


f) Hormon
g) Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan
2. Faktor fisik
a. Sanitasi
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat balita, anak tersebut
hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar
matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Merkuri,
rokok, dll) mempunyai dampak yang negative terhadap perkembangan
balita.
b. Keadaan rumah
Keadaan rumah yang cukup adekuat sangat dibutuhkan oleh balita
untuk proses perkembangannya. Secara fisik perlu disediakan sarana
dan media seperti alat permainan sesuai umur balita, peralatan rumah
tangga yang aman, serta ruang yang leluasa bagi anak untuk bergerak
saat mengeksplorasi lingkungannya. Dengan kata lain, keluarga
memiliki tugas menciptakan lingkungan yang adekuat bagi balita guna
mencapai perkembangan optimal sesuai dengan usianya. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh tim riset kesehatan anak dan
perkembangan anak (NICHD) (2000) menunjukkan bahwa adanya
perbedaan hasil perkembangan balita antara lingkungan rumah yang
memiliki keterbatasan sumber dan kesempatan belajar dan rumah yang
penuh dengan stimulasi dari lingkungannya. Keterbatasan sumber
belajar dapat dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi (pendapatan
orangtua), pendidikan orangtua, dan status pekerjaan.
3. Faktor psikososial
Faktor psikologis dipengaruhi oleh hubungan balita dengan orang
sekitarnya. Seorang balita yang tidak di kehendaki oleh orang tuanya atau
anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
13

perkembangannya. Adapun beberapa faktor yang termasuk dalam faktor


psikososial yaitu:
a. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
Kemampuan perkembangan anak perlu dirangsang oleh orang tua agar
anak dapat berkembang secara optimal dan sesuai umurnya.
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran,
perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak
yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat
berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak.
Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan),
verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil (sentuhan), dll dapat
mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi akan lebih
efektif apabila memperhatikan kebutuhan- kebutuhan anak sesuai
dengan tahap-tahap perkembangannya.
b. Cinta dan kasih sayang
Anak akan belajar dengan cepat jika mereka merasa dicintai, dan
merasa aman sejak lahir dan mereka bermain serta bergaul dengan
anggota keluarga dan orang lain yang dekat dengan mereka.
4. Faktor keluarga dan adat istiadat
a. Pekerjaan ibu/ayah
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari.
Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pengetahuan.
Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi dengan orang lain
sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik pula. Pengalaman
bekerja akan memberikan pengetahuan dan keterampilan serta
pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
14

kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan


secara ilmiah
b. Pendidikan ibu/ayah
Pendidikan merupakan seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh
setiap individu berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik
secara formal maupun informal yang melibatkan perilaku individu
maupun kelompok. Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin
mudah menerima informasi. Pengetahuan erat hubungannya dengan
pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin
luas pengetahuan yang dimiliki. Kriteria pendidikan yaitu:
1) Dasar : Sekolah Dasar
2) Menengah : Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas
3) Tinggi : Akademi/ Perguruan Tinggi
c. Pendapatan Orang Tua
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik
yang primer maupun yang sekunder. Status sosial ekonomi keluarga
yang rendah dapat dilihat dari pendapatan keluarga yang rendah.
Pendapatan yang rendah berpengaruh terhadap penyediaan makanan
oleh keluarga terhadap anak. Ketersediaan makanan sehat untuk anak
menjadi kurang terpenuhi. Pengentasan kemiskinan dapat meningkatkan
status gizi anak, khususnya balita.
Status sosial ekonomi rendah berhubungan secara signifikan dengan
perkembangan anak balita, responden dengan status sosial ekonomi
rendah memiliki peluang sebanyak 44 kali perkembangan anak balita
tidak sesuai dengan tahapan usianya dibandingkan dengan responden
yang status sosial ekonominya tinggi.
Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2014)
membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah
1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan ratarata
lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
15

2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara


Rp. 2.500.000,00 – s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan
3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara
Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata
1.500.000,00 per bulan
Hubungan antara kemiskinan dan perkembangan anak tidak
hanya terjadi di negara-negara berkembang, namun juga menjadi
perhatian utama negara-negara maju. Seiring pertumbuhan anak-
anak dari keluarga miskin, mereka cenderung tidak berhasil di
sekolah dan cenderung memberikan asuh yang tidak memadai. Hal
ini akan mengabadikan siklus kemiskinan dan perkembangan anak
yang buruk. Hasilnya adalah pelestarian generasi lain dalam
kemiskinan.
d. Pengetahuan ibu/ayah
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2015). Proses yang didasari
oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut
tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama (Notoatmodjo, 2015). Pengetahuan adalah sesuatu
yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran (KBBI, 2019).
Kriteria pengetahuan dapat di identifikasi dengan memberikan
pertanyaan kepada ibu mengenai perkembangan balita
e. Pola pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-balita sangat mempengaruhi
perkembangan balita. Lingkungan yaitu suasana dimana anak itu berada.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


16

Lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk


berkembang sejak dalam kandungan sampai dewasa.
Lingkungan yang baik akan menunjang perkembangan anak,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat
perkembangannya. Kebutuhan dasar anak untuk berkembang, secara
umum dibagi menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu:
1) Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi : pangan/ gizi, perawatan kesehatan dasar (imunisasi,
pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan), pemukiman
yang layak, kesegaran jasmani, pakaian, rekreasi, kebersihan
perseorangan dan sanitasi lingkungan
2) Kebutuhan emosi/ kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras
baik fisik, mental, atau psikososial.
3) Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika,
produktivitas dan sebagainya. Anak yang mendapat ASUH, ASIH,
dan ASAH yang memadai akan mengalami perkembangan yang
optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya.
C. Aspek-aspek perkembangan yang di pantau
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan balita melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjepit, menulis dan
sebagainya.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


17

3. Bicara dan Bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan


untuk memberikan respons terhadap suara berbicara, berkomunikasi,
mengikuti perintah dan sebagainya
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya
D. Periode Perkembangan
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.
Perkembangan anak terbagi dalam beberapa periode.
Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak
adalah sebagai berikut :
1. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
a. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu
b. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat,
terbentuk sistem organ dalam tubuh
c. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester kedua kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna.
Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi
2) Masa bayi (infant)
Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai
perkembangan fungsi-fungsi. Terjadinya transfer immunoglobulin
G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulisai asam lemak
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
18

esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6


(Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
2. Masa bayi (infant) umur 0-11 bulan
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa
neonatal dibagi mejadi 2 periode :
a. Masa neonatal dini, umur 0-7 hari
b. Masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari
Hal yang paling penting agar bayi lahir berkembang menjadi anak sehat
adalah :
1) Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana
kesehatan yang memadai
2) Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan
terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk
melahirkan
3) Saat melahirkan sebaiknya di damping oleh keluarga yang dapat
menenangkan perasaan ibu
4) Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh
rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu
dan bayi yang dilahirkannya
5) Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI
3. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya
fungsi system saraf. Seorag bayi sangat bergantung pada orang tua dan
keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Pada masa ini, kebutuhan
akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6
bulan penuh,diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai
umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang
sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dalam
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
19

mendidik anak sangat besar.


4. Masa anak di bawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemjuan dalam pekembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta
fungsi ekskresi. Periode penting dalam pertumbuhan anak adalah pada
masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan
terjadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan cabang-cabang nya,
sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan-hubungan antara sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan Bahasa
kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan
moral serta dasar-dasar kepribadian balita juga dibentuk pada masa ini,
sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak di
deteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia di kemudian hari.
5. Tahapan perkembangan balita menurut umur
Umur 12-18 bulan
• Berdiri sendiri tanpa berpegangan
• Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
• Berjalan mundur 5 langkah
• Memanggil ayah dengan kata “papa”. Memanggil ibu dengan kata “mama”
• Menumpuk 2 kubus
• Memasukkan kubus di kotak

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


20

• Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa


mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
• Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
Umur 18-24 bulan
• Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik
• Berjalan tanpa terhuyung-huyung
• Bertepuk tangan, melambai-lambai
• Menumpuk 4 buah kubus
• Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
• Menggelindingkan bola kearah sasaran
• Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
• Membantu/ menirukan pekerjaan rumah tangga
• Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri
Umur 24-36 bulan
• Jalan naik tangga sendiri.
• Dapat bermain dengan sendal kecil.
• Mencoret-coret pensil pada kertas.
• Bicara dengan baik menggunakan 2 kata.
• Dapat menunjukkan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
• Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
• Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring
jika diminta.
• Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
• Melepas pakiannya sendiri.
Umur 36-48 bulan
• Berdiri 1 kaki 2 detik.
• Melompat kedua kaki diangkat.
• Mengayuh sepeda roda tiga.
• Menggambar garis lurus.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


21

• Menumpuk 8 buah kubus.


• Mengenal 2-4 warnah.
• Menyebut nama, umur, tempat.
• Mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan.
• Mendengarkan cerita.
• Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
• * Mengenakan celana panjang, kemeja baju.
Umur 48-59 bulan
• Berdiri 1 kaki 6 detik
• Melompat-lompat 1 kaki.
• Menari.
• Menggambar tanda silang.
• Menggambarlingkaran.
• Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
• Mengancing baju atau pakian boneka.
• Menyebut nama lengkap tanpa di bantu.
• Senang menyebut kata-kata baru.
• Senang bertanya tentang sesuatu.
• Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
• Bicara mudah dimengerti.
• Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya.
• Menyebut angka, menghitung jari.
• Menyebut nama-nama hari.
• Berpakian sendiri tanpa di bantu.
• Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.
Tabel 2.2 Tahapan perkembangan balita menurut umur

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


22

E. Tes Perkembangan Bayi dan Balita Menggunakan KPSP (Kuesioner Pra


Skrining Perkembangan)
1. Pengertian KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. KPSP merupakan
kuisioner yang berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan
yang telah dicapai anak dengan sasaran umur 0-72 bulan. Perkembangan
anak dinilai yaitu kemampuan motorik halus, motorik kasar, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian.
2. Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada
umur 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Skrining atau
pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD
terlatih. Alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut
umur.
3. Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan
kubus, pensil, kerincingan, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil.
4. Cara Penggunaan KPSP
a. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun lahir.
Bila umur lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
d. Perintahkan kepada ibu/pengasuh untuk melakukan tugas tertulis pada
KPSP.
e. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu untuk menjawab
pertanyaan, oleh karena itu pastikan bahwa ibu/pengasuh anak mengerti
apa yang ditanyakan kepadanya.
f. Tanyakan pertanyaan secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan
hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada
formulir. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
23

5. Interpretasi Hasil KPSP


a. Jawaban YA : bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak bisa atau pernah
atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
b. Jawaban Tidak : bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah melakukan atau ibu/pengasuh tidak tahu.
c. Jumlah jawaban YA 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S), 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M) 6
atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
d. Untuk jawaban “tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut
jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian).
6. Intervensi yang Diberikan Setelah Mendapat Skrining
a. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan Tindakan berikut:
1) Beri pujian pada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
2) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
3) Ikutkan anak pada kegiatan dan pelayanan kesehatan di posyandu
secara teratur sebulan sekali.
4) Lakukan pemeriksaan skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak berumur 24 sampai 72 bulan.
b. Bila perkembangan anak sesuai umur (M), lakukan Tindakan berikut:
1) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi.
2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan atau mengejar
ketertinggalannya.
3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya.
4) Lakukan penelitian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai umur anak.
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
24

5) Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka


kemungkinan ada penyimpangan (P).
c. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan
rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan jenis penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian).

2.2 PENELITIAN TERKAIT

No Penulis dan Judul Tujuan Variabel Metode Hasil


tahun penelitian umum penelitian
penelitian penelitian
1. Riski Faktor- Tujuan Variabel Desain Pengolahan
independe n
Meilidia Faktor penelitia penelitian data peneliti
adalah
Ginting Yang n ini karakteris tik analitik meunjukan
ibu , Variabel
Mempengar adalah observasio bahwa Ibu
dependen
uhi Untuk adalah nal, desain yang
penyimpang
Penyimpan mengeta cross berpengetahua
n perkemba
gan hui ngan anak sectional n baik sangat
Perkemban Faktor- dengan mempengaruhi
gan Anak faktor metode perkembangan
Usia 1-3 yang teknik anak, ibu
Tahun Di mempen Cluster berpengetahua
Desa Sei- garuhi Sampling n baik dengan
Balai Penyim pendidikan
Kecamatan pangan tinggi lebih
Sei-Balai Perkem mudah
Kabupaten bangan memperoleh
Batu Bara Anak informasi
Tahun 2017 Usia 1-3 dalam kualitas
Tahun perkembangan
di Desa anaknya.
Sei-

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


25

Balai
Tahun
2017
2 Istri Utami Faktor- Penelitia Variabel Penelitian Pengolahan
independe n
, Atika Faktor n ini ini data peneliti
adalah
Agus Gangguan bertujua karakteris tik berjenis meunjukan
ibu , gizi,
Nurlaili Tumbuh n untuk kuantitatif bahwa Ibu
stimulasi,
Kembang mengeta Variabel dengan yang
dependen
Balita Usia hui desain berpengetahua
adalah
12-59 faktor- perkemba deskriptif n baik sangat
ngan anak
Bulan di faktor analitik mempengaruhi
Posyandu yang dengan perkembangan
Mekar I berhubu pendekata anak, ibu
Jomegatan ngan n waktu berpengetahua
Kasihan dengan cross n baik dengan
Bantul ganggua sectional. pendidikan
n Teknik tinggi lebih
tumbuh pengambil mudah
kemban an sampel memperoleh
g balita yang informasi
usia 12- digunakan dalam kualitas
59 bulan adalah perkembangan
di purposive anaknya.
Posyand sampling Dengan
u Mekar dengan pengetahuan
I kriteria ibu yang baik,
Jomegat inklusi dan bukan hanya
an ekslusi perkembangan
Kasihan nya saja yang
Bantul. dapat
diperhatikan
tetapi gizi dan
stimulasi anak

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


26

akan terpantau
dengan baik

3 Dini Faktor- Diketah Variabel Penelitian Pendidikan


independe n
Makrufiyan Faktor ui ini orang tua
adalah faktor
i Yang faktor- perinatal mengguna adalah faktor
berupa bbl,
Mempengar faktor kan yang paling
faktor
uhi Status yang biologis metode mempengaruhi
beruba status
Perkemban mempen observasio status
gizi balita,
gan Balita garuhi faktor nal perkembangan
keluarga
Usia 1-3 status analitik balita usia 1-3
berupa
Tahun Di perkemb pendapatan dengan tahun.
orang tua,
Wilayah angan pendidikan, desain
Puskesmas balita dan jumlah cross
saudara,
Gamping Ii usia 1-3 Variabel sectional.
Sleman tahun di dependen Sampel
adalah
Tahun 2018 wilayah perkemba diambil
Puskes ngan anak dengan
mas teknik
Gampin consecutiv
g II e sampling
Sleman.
4 Novi Enis Hubungan Tujuan Variabel Desain Terdapat
independe n
Rosuliana , Status Gizi penelitia penelitian hubungan yang
adalah
Ageng Dengan n ini karakteristik yang bermakna
ibu, gizi
Abdi Putra Tingkat adalah digunakan antara status
balita, usia
, Hernawati Perkemban mengeta balita, gizi adalah gizi dengan
balita
gan Balita hui survey tingkat
Variabel
Wilayah hubunga dependen cross perkembangan
adalah
Kerja n status sectional. balita. Selain
perkemba
Puskesmas gizi ngan anak Sampel itu nilai
Pelangan dengan sebanyak koefisien
Kabupaten perkemb 63 orang korelasi adalah

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


27

Lombok angan dengan 0,631, yang


Barat balita di teknik menunjukkan
Dusun purposive terdapat
Lendang sampling hubungan yang
Guar kuat.
Desa Kesimpulan
Kedaro dalam
Kecama penelitian ini
tan adalah status
Sekoton gizi balita
g memiliki
hubungan yang
kuat dengan
tingkat
perkembangan.
Menunjukkan
bahwa
pemenuhan
kebutuhan
fisik atau
pertumbuhan
sangat
menunjang
terhadap
tingkat
perkembangan.
Saran dalam
penelitian ini
yaitu
pentingnya
meningkatkan
kualitas
makanan balita

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


28

untuk
meningkatkan
kualitas
perkembangan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


29

2.3 KERANGKA TEORI

Faktor Prenatal
1. Gizi Ibu
2. Mekanisme (kelainan
kongenital)
3. Zat kimia
4. Endokrin Perkembangan Balita
5. Infeksi 1. Gerak Kasar
6. Kelainan imunologi 2. Gerak Halus
7. Psikologi ibu 3. Bicara dan Bahasa
8. Umur ibu 4. Sosial dan
Kemandirian

Faktor Perinatal
1. Trauma Kepala
2. Asfiksia
3. BBL

Faktor Postnatal
1. Faktor biologis
a. Ras/suku bangsa
b. Jenis kelamin balita
c. Umur balita
d. Status gizi
e. Hormone
2. Faktor fisik
a. Genetic
b. Sanitasi
c. Keadaan rumah
3. Faktor psikologi
a. Stimulasi
b. Cinta dan kasih sayang
4. Faktor keluarga dan adat istiadat
a. Pekerjaan ibu/ayah
b. Pendapatan Orang Tua
c. Pendidikan ibu/ayah
d. Pengetahuan ibu/ayah
e. Pola pengasuhan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


(Buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, 2019 dan buku Tumbuh kembang Anak,
2016)

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


30

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN


Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional, pengumpulan data baik variabel dependen maupun
independen dikumpulkan dalam waktu bersamaan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan balita usia 12-59 bulan di Puskesmas
Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.
3.2 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah suatu uraian dari visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsel lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel
yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan
pustaka yang telah diuraikan pada bab terdahulu maka dalam penelitian ini
hubungan antara variabel dependen dan varibel independen sesuai dengan tinjauan
penelitian, dapat digambarkan sebagai kerangka konsep berikut ini:
Independent Dependen
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perkembangan balita
Perkembangan Balita umur
12-59 bulan
Faktor Biologis 1. Gerak Kasar
2. Gerak Halus
• Status Gizi Balita 3. Bicara dan Bahasa
• Jenis kelamin balita 4. Sosial dan
Kemandirian
Faktor Keluarga
• Umur Ibu
• Pendidikan ibu
• Pengetahuan ibu
• Pekerjaan ibu
• Pendapatan Orang Tua
pekerjaan
Gambar 3.1 Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan balita umur 12-59 bulan

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


31

3.3 HIPOTESIS PENELITIAN


Hipotesis penelitian adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar
variable yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan faktor keluarga (Umur ibu, pengetahuan ibu, pendidikan ibu,
pendapatan orang tua dan pekerjaan ibu) dengan 4 aspek perkembangan balita
usia 12 bulan – 59 bulan
2. Ada hubungan faktor biologis (status gizi balita dan jenis kelamin balita)
dengan 4 aspek perkembangan balita usia 12 bulan - 59 bulan

3.4 KERANGKA OPERASIONAL

Definisi Hasil
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur
Operasional ukur/kategori
Variabel Dependen

Perkemban Perkembangan Form Dengan 1. Sesuai Ordinal


gan Balita adalah KPSP melakukan = 9-10
umur 12-59 bertambahnya penilaian
gerakan kasar, 2. Tidak
bulan pada balita
halus, bicara dan
sesuai form Sesuai
Bahasa, sosial dan
kemandirian balita KPSP = <9
umur 12-59 bulan
Variabel Independen
Pengetahuan Hasil tahu atau Kuesioner Angket 0= Ordinal
Ibu informasi yang Pengetahuan
dimiliki oleh ibu Kurang <50
yang 1=
Memiliki balita, Pengetahuan
Cukup (jika
mengenai skor yang di
perkembangan dapat 50-70)
2 =
berdasarkan 4 Pengetahu
aspek yaitu gerak an Baik
(jika skor
kasar, gerak yang
didapat

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


32

halus,bicara dan >70)


Bahasa, sosial dan
keandirian balita
umur 12-59 bulan
Umur ibu Lama hidup Kuesioner Angket 1 = 20-35 Ordinal
responden dari tahun
2 = <20 tahun
lahir sampai saat
dan >35 tahun
penelitian
berdasarkan yang
tercantum
berdasarkan KTP
yang mempunyai
balita umur 12-59
Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner Angket Ordinal
ibu formal tertinggi 1. Renda
yang telah h=
diselesaikan yang SD,
mempunyai balita SMP
umur 12-59 bulan 2. Tinggi
=
SMA,
Akade
mik
,pergu
ruan
tinggi)
Pekerjaan Pekerjaan merupakan Kuisioner Angket 1. Bekerja Ordinal
ibu suatu aktivitas 2. Tidak
yang dilakukan bekerja
seseorang untuk
memperoleh
penghasilan guna
memenuhi
kebutuhan setiap
hari

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


33

Pendapatan Jumlah Kuisioner Angket 1. <1.500.000, Ordinal


Orang Tua penghasilan kedua 00
orang tua balita 2. >1.500.000,
selama satu bulan
00
Jenis Jenis Kuisioner Angket 1. Laki-laki Ordinal
kelamin kelamin adalah 2. Perempuan
balita perbedaan antara
perempuan
dengan laki-laki
secara biologis
sejak seorang itu
dilahirkan.
Status Gizi Suatu ukuran 1. Amban Pemeriksaa 1. Tidak Ordinal
balita g batas n berat
kondisi tubuh Normal
z-score badan dan
balita yang dinilai 2. Timban = (>+2
tinggi
berdasarkan gan badan SD dan
Pengukuran: BB <-2 SD)
diukur 2. Normal
menggunakan = (≥-2
SD s/d
Status Gizi balita
+2 SD)
berat badan, tinggi
badan, dan umur
12-59 bulan
kemudian
diinterpretasikan
dalam kategori
menurut BB/TB

Tabel 3.1 Kerangka Operasional

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


34

3.5 POPULASI DAN SAMPEL


3.5.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, Jakarta
Pusat.
3.5.2 Sampel
Menurut Notoatmodjo (2014) sampel adalah Sebagian yang dimiliki dari
keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang
ada. Sampel dalam penelitian ini adalah semua dari ibu yang mempunyai balita
umur 12-59 bulan yang ada di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.
3.5.3 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel yang menjadi penelitian ini adalah menggunakan rumus Lameshow
yaiu sebagai berikut :
𝑍𝛼2 . 𝑝 . 𝑞
n= 𝑑2

Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
α= derajat kepercayaan
p = proporsi (berdasarkan hasil penelitian sebelum nya yang dilakukan Istri Utami
dan Atika Agus didapat proporsi 12,7%)
q = 1-p
d = limit dari error atau presisi absolut (0,05)
Zα = 1,96

maka :
𝑍𝛼2 . 𝑝 . 𝑞
n= 𝑑2
1,962 . 0,127. 0,873
= 0,052
0,4259220336
= 0,025

= 170

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


35

Selanjutnya jumlah sampel yang di ambil berdasarkan hasil yaitu 170 ibu yang
mempunyai balita umur 12-59 bulan.
3.5.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Quota Sampling yaitu sampel
yang diambil ditentukan oleh pengumpul data dan sebelumnya telah ditentukan
jumlah yang akan diambil. Pengambilan sampel dengan memberikan kuesioner
kepada ibu balita terkait dengan pengetahuan ibu terkait perkembangan balita, dan
pemeriksaan perkembangan dengan instrumen KPSP sesuai umur.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yag perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel 11
Kriteria inklusi pada penelitian ini :
1) Ibu dari balita umur 12-59 bulan
2) Balita umur 12-59 bulan
3) Ibu dari balita umur 12-59 bulan yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang di dapat diambil sebagai
sampel 9
Kriteria eksklusi pada penelitian ini :
1) Balita yang mengalami gangguan hormone
2) Balita umur 12-59 bulan yang mengalami gangguan prtumbuhan dan
perkembangan
Responden diwakilkan oleh orang lain
3.6 ALAT DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.6.1 Alat Pengumpulan Data
1. KPSP untuk mengetahui perkembangan kemampuan motorik halus, motorik
kasar, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian serta interpretasi
kesesuaian perkembangan balita usia 12-59 bulan. KPSP yang digunakan umur
12-59 bulan.
2. Kuesioner
Kuisioner ini terdiri dari 2 kuisioner
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
36

Kuisioner 1 data umum :


a. Nama ibu (dengan inisial)
b. Nama balita (dengan inisial)
c. Nomor telepon
d. Jenis kelamin balita
e. Umur balita
f. Umur ibu
g. Pendidikan terakhir ibu
h. Pekerjaan ibu
Kuesioner 2 mengenai pengetahuan ibu mengenai perkembangan balita umur 12-
59 bulan Terdiri dari 15 soal.
Yang terdiri dari :
• 1-10 soal pengetahuan mengenai Perkembangan balita umur 12-59 bulan
• 5 soal pengetahuan mengenai stimulasi balita umur 12-59 bulan

Kuesioner ke-2 ini diukur dengan skala guttman dengan 2 pilihan, yaitu:
a. Benar diberi skor 1
b. Salah diberi skor 0
3. Microtoise merupakan alat untuk mengukur tinggi badan atau Panjang badan
dengan ketelitian 0,1 cm dan timbangan untuk mengukur berat badan balita
dengan ketelitian 0,1 kg yang telah disediakan oleh puskesmas
4. Alat peraga penilaian status perkembangan yang terdiri dari pensil, kertas,
kacang/kismis, kubus berukuran sisi 2,5 cm, bola, cangkir/gelas, dan bola tenis
untuk mengukur motorik kasar dan motorik halus balita.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data


a. Penelitian ini dilaksanakan pada saat jam pelayanan imunisasi dan
pemantauan perkembangan balita di puskesmas kecamatan johar baru,
peneliti mengikuti pelayanan di imunisasi dan SDIDTK sesuai jadwal
sampai kuota responden terpenuhi.
b. Peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian dan sifat
keikutsertaan, serta dampak yang timbul akibat penelitian kepada

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


37

responden dan menunjukkan serta mempersilahkan orang tua untuk


membaca form persetujuan sebelum penelitian memberikan
informconsent.
c. Orang tua yang setuju untuk berpartisipasi dimohon untuk
menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent)
sebelum dilakukan penelitian
d. Setelah responden setuju responden diminta untuk mengisi kuisioner.
e. Kemudian kuesioner diberikan kepada para responden yang menjadi
sampel penelitian tersebut.
f. Responden sebelum melakukan pengisian kuesioner diberikan
penjelasan oleh peneliti cara pengisian kuesioner.
g. Setelah responden paham dan responden di persilahkan untuk mengisi
kuesioner, maka responden konfirmasi pada peneliti sudah mengisi
kuisioner.
h. Selama responden mengisi kuisioner peneliti mengobservasi balita di
ruang SDIDTK menggunakan form KPSP yang tersedia di puskesmas
kecamatan johar baru, dibantu oleh 2-3 orang bidan yang bertugas di
ruangan SDIDTK dan imunisasi.
i. Observasi dilakukan selama 15 menit di setiap responden dan terdapat
25-40 responden per hari, jumlah responden tidak menentu hal ini di
sebabkan karena tergantung dari setiap kedatangan pasien pada hari
itu.
j. Setelah pengisian kuisioner dan observasi responden di jelaskan
mengenai hasil dari observasi yang dilakukan.
k. Setelah pengambilan data selesai dilakukan pengolahan data

3.7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah
penelitian merupakan data yang valid dan alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner.
Metode yang digunakan adalah dengan korelasi Pearson Product Moment dengan
membandingkan antara nilai korelasi atau r hitung
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
38

dari variabel penelitian denga nilai r tabel. Pengujian validitas dan reliabilitas ini
menggunakan bantuan komputer.
Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut :
a. Jika r hitung > r tabel maka pernyataan dinyatakan valid.
b. Jika r hitung < r tabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid. Batasan yang
digunakan dalam penelitian adalah koefisien korelasi sebesar r hitung ≥
0,444
Uji validitas dapat dilakukan dengan cara uji coba terhadap 20 responden. Dengan
cara mengambil dari luar populasi yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan
populasi
Tujuan Uji coba skala kecil ini yaitu :
a. Mengetahui tingkat kepahaman instrument
b. Memperoleh pengalaman melaksanakan pengumpulan data
c. Mengidentifikasikan masalah yang mungkin di jumpai
d. Mengetahui perkiraan waktu pelaksanaan
Data dari uji coba ini tidak dipakai lagi jika diketahui validitas dan reabilitas nya
sudah memenuhi ketentuan, data disimpan untuk digabungkan dengan data
penelitian. 12
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan
No.
r-tabel r-hitung Hasil
Pernyataan
1 0.444 0.904 Valid
2 0.444 0601 Valid
3 0.444 0.716 Valid
4 0.444 0.670 Valid
5 0.444 0.850 Valid
6 0.444 0.687 Valid
7 0.444 0.601 Valid
8 0.444 0.545 Valid
9 0.444 0.904 Valid
10 0.444 0.811 Valid
11 0.444 0.670 Valid
12 0.444 0.585 Valid
13 0.444 0.546 Valid

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


39

14 0.444 0.904 Valid


15 0.444 0.862 Valid

Dari hasil uji yang dilakukan pada variabel pengetahuan, didapatkan semua
pernyataan yang valid dari 15 pernyataan.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan
(kuesioner) menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama. Metode
yang digunakan adalah dengan pernyataan yang telah dinyatakan valid dalam uji
validitas, dengan rumus Alpha Cronbach maka akan ditentukan reliabilitasnya
dengan kriteria yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas adalah
besarnya nilai Cronbach Alpha.
Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas angket dilakukan
menggunakan koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach. Uji reliabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Chronbach. Rumus Alpha
Chronbach yaitu:

Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas instrument
k = jumlah butir pertanyaan
Σ𝜎 = jumlah varians butir
𝜎 = varians total
Kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliabel dengan menganalisis
menggunakan cara one shot atau diukur sekali sajadengan ketentuan bila r alpha ≥
0,6 maka dinyatakan reliabel.

Tabel 3.3
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan
Nilai Alpha
Variabel Reliabel Hasil
Chronbach
Pengetahuan ≥ 0,6 0.935 Reliabel

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


40

Hasil Alpha Chronbach untuk variabel pengetahuan adalah 0,935.


Berdasarkan nilai Alpha Cronbach tersebut, dapat disimpulkan bahwa kuesioner
pengetahuan reliabel atau konsisten, sehingga dapat digunakan sebagai instrument
dalam melakukan penelitian.
3.8 ETIKA PENELITIAN
Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis moralitas yang
dihayati dan dianut oleh masyarakat. Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-
prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian, mulai dari proposal
penelitian, hingga publikasi hasil penelitian. Penelitian ini telah lulus uji etik di
Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas Respati Indonesia dengan nomor
surat 235/SK.KEPK/UNR/V/2022. Berdasarkan hal tersebut, Peneliti melakukan
melakukan empat prinsip etika penelitian, yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti
menyediakan surat persetujuan (informed consent) sebagai tanda bahwa
responden bersedia untuk mengikuti kegiatan penelitian, dan apabila responden
yang telah menyetujui mengikuti kegiatan penelitian mengalami
kegawatdaruratan ditengah kegiatan penelitian, maka responden dipersilahkan
keluar dari kegiatan penelitian
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and
confidentialy) Peneliti membebaskan responden untuk tidak memberikan
informasi yang dianggap rahasia oleh responden, serta peneliti tidak
mencantumkan identitas dan kerahasiaan responden
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)
Peneliti tidak memberikan perlakuan yang membeda-bedakan tiap responden,
walaupun responden tersebut memiliki perbedaan agama, etnis, finansial, dan
sebagainya
4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian (balancing harm and benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian. Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi responden
(nonmaleficence).
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
41

3.9 PENGOLAHAN DATA


Data yang terkumpul dari proses pengumpulan data selanjutnya diproses karena
masih perlu untuk dikaji lebih lanjut. Perlu adanya upaya agar data tersebut diproses
menjadi data yang mempunyai informasi yang dapat digunakan untuk menjawab
tujuan penelitian, melalui tahapan :
a. Editing
Proses penyutingan, dan penyusunan data yang telah terkumpul selanjutnya
dlakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan pengisian jawaban untuk masing-
masing kuesioner.
b. Coding
Pengkodean data untuk setiap pertanyaan sehingga memudahkan dalam pengolahan
data. Agar mempermudah pengolahan, maka jawaban dari masing-masing
pertanyaan diberikan skor/nilai.
c. Entry
Memasukan semua data yang telah di coding dengan langkah selanjutnya adalah
memasukan data dari kuesioner ke program komputer.
d. Cleaning
Melakukan pengecekan ulang dan menilai kembali kelengkapan kebenaran data
untuk menghindari adanya kesalahan dalam memasukan data. Pengecekan ini
diperlukan untuk melihat adanya data yang tidak konsisten, variasi data dan missing
data.
e. Scoring
Memberikan nilai untuk masing-masing pertanyaan sehingga memudahkan
pengolahan data.
3.10 ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan setelah pengumpulan data yang dimulai dengan proses
penyuntingan data (editing) untuk melakukan pengecekan alat ukur penelitian
yang digunanakan, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam aplikasi SPSS
(data entry), lalu data tersebut diproses agar jawaban terhadap pertanyaan
penelitian dapat diperoleh (data processing), dan diakhiri dengan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah masuk (data cleaning).
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
42

3.10.1 Analisis Univariat


Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan
standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
Adapun rumusan yang digunakan :

Keterangan :
P : Presentase
X : Jumlah jawaban yang ’benar’
N : Jumlah seluruh soal
3.10.2 Analisis Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan atau keterkaitan antara
dua variabel, yaitu antara variabel independen (umur ibu, pendidikan ibu,
pendapatan Orang Tua, pengetahuan ibu, pekerjaan, gizi balita, jenis kelamin balita)
terhadap variabel dependen (tahapan perkembangan). Untuk mengetahui
kemaknaan dilakukan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05)
Kemudian untuk mengetahui kuatnya pengaruh dengan menggunakan chi-square.
Dengan interpretasi sebagai berikut:
1 Jika p ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
2 Jika p > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
3.10.3 Analisi Multivariat
Analisis multivariat adalah metode statistika yang digunakan untuk
mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independent dengan satu variabel
dependen. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah multipel regresi
logistik untuk mengetahui variabel independen yang mana yang lebih erat
hubungannya dengan variabel dependen. Perhitungan multipel regresi logistik pada
penelitian ini dibantu dengan komputerisasi, variabel independen dan dependen
menggunakan skala nominal. Variabel yang akan disertakan dalam analisis
multivariat variabel yang memiliki nilai p < 0,25.
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
43

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat,


DKI Jakarta, pada bulan Mei 2022 dilakukan pengambilan data dan menggunakan
Kuesioner serta form perkembangan yaitu form KPSP dan mengambil sampel
sebanyak 170 balita beserta ibu balita tersebut. Setelah penelitian dilaksanakan,
kemudian data yang telah didapatkan diolah dan hasil penelitian di sajikan dalam
bentyk table yang di sertai dengan Analisa dalam bentuk narasi atau uraian singkat
yang berisikan penjelasan masing-masing table yang di sajikan.
4.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil dari


penelitian, keterbatasan tersebut yaitu :
1. Penelitian ini mempunyai keterbatasan pada proses pengumpulan data.
Aktivitas pelayanan yang sedang ramai dapat mempengaruhi konsentrasi
responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti saat
melakukan wawancara. Untuk meminimalisir keterbatasan ini peneliti
melakukan wawancara singkat pada ibu dari balita saat pemeriksaan sudah
selesai.
2. Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini hanya
menghubungkan variabel-variabel yang diperkirakan memiliki hubungan
dengan variabel dependen, sehingga masih terdapat kemungkinan
variabelvariabel lain yang belum masuk kerangka konsep.
Waktu yang singkat dalam pengambilan data dan pengolahan data yang
dapat mempengaruhi hasil dari data yang di peroleh

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


44

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perkembangan Balita, Karakteristik Ibu,


Jenis Kelamin balita dan Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Di Puskesmas
Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, DKI Jakarta

No Variabel N %
1. Perkembangan
Sesuai 151 88,82%
Tidak Sesuai 19 11,18%
Total 170 100%
1. Pengetahuan
cukup 19 11,17%
baik 151 88,82%
Total 170 100%
2. Umur Ibu
20 - 35 125 73,53 %
<20 dan > 35 45 26,47 %
Total 170 100%
3. Pendidikan Ibu
Rendah 48 28,24 %
Tinggi 122 71,76 %
Total 170 100%
4. Pendapatan Orang
Tua
< Rp. 1.500.000,00 14 8,24%
> Rp. 1.500.000,00 156 91,76%
Total 170 100%
5. Pekerjaan Ibu
Bekerja 20 11,76%
Tidak Bekerja 150 88,24%
Total 170 100%
6. Jenis kelamin balita
Laki-laki 95 56%
Perempuan 75 44%
Total 170 100%
7. Status Gizi
Tidak Normal 32 18,82 %
Normal 138 81,18 %
Total 170 100%
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa Distribusi frekuensi perkembangan
balita umur 12-59 bulan dengan kategori sesuai sebanyak 151 responden

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


45

(88,82%), sedangkan kategori Tidak Sesuai sebanyak 19 responden (11,18%).


Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu dengan berpengetahuan baik sebanyak
151 responden (88,82%), sedangkan minoritas responden ibu yang
berpengetahuan cukup sebanyak 19 responden (11,17%). Distribusi frekuensi
Umur ibu yang <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 45 responden (26,47%),
sedangkan umur 20-35 tahun sebanyak 125 responden (73,53%). Distribusi
frekuensi Pendidikan ibu yakni Pendidikan Rendah (SD-SMP) sebanyak 48
responden (28,23%), sedangkan dengan pendidikan Tinggi (SMA, akademi,
perguruan tinggi) sebanyak 122 responden (71,76%).
Hasil distribusi frekuensi dari Pendapatan orang tua < Rp. 1.500.000,00
sebanyak 14 responden (8,24%), sedangkan > Rp. 1.500.000,00 sebanyak 156
responden (91,76%). Distribusi frekuensi Pekerjaan ibu yang bekerja sebanyak
20 responden (11,76%), sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 150 responden
(88,24%). Distribusi frekuensi Jenis kelamin balita yakni laki-laki sebanyak 95
responden (56%), sedangkan perempuan sebanyak 75 responden (44%).
Distribusi frekuensi Gizi Balita untuk kategori Tidak Normal sebanyak 32
responden (18,32%) sedangkan Normal sebanyak 138 responden (81,18%).

Analisis Bivariat
Tabel 4.2 Hubungan Karakteristik Ibu, Jenis Kelamin balita dan Status Gizi
Balita dengan Perkembangan Balita Umur 12-59 Bulan Di Puskesmas
Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
No Pengetahuan Perkembangan balita P
1. Ibu Sesuai Tidak sesuai Jumlah value
f % f % f %
Cukup 16 9,41 3 1,76 19 11,18 0.771
Baik 135 79,41 16 9,41 151 88,82
Total 151 88,82 19 11,18 170 100
2. Umur Ibu
20-35 115 67,65 10 5,88 125 73,53 0,056

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


46

<20 dan >35 36 21,18 9 5,29 45 26,47


Total 151 88,83 19 11,17 170 100
3. Pendidikan Ibu
Pendidikan 38 22,35 10 5,88 48 28,24 0,025
rendah
Pendidikan 113 66,47 9 5,29 122 71,76
Tinggi
Total 151 88,82 19 11,18 170 100
4. Pendapatan
Orang Tua
< 1.500.000,00 9 5,29 5 2,94 14 8,24 0,009
> 1.500.000,00 142 83,53 14 8,24 156 91,76
Total 151 88,82 19 11,18 170 100
5. Pekerjaan Ibu
Bekerja 18 10,58 2 1,18 20 11,76
Tidak Bekerja 133 78,24 17 10 150 88,24
Total 151 88,82 19 11,18 170 100
6. Jenis Kelamin
Balita
Laki-laki 80 47,06 15 8,82 95 55,88 0,057
Perempuan 71 41,76 4 2,35 75 44,12
Total 151 88,82 19 11,18 170 100
7. Gizi Balita
Tidak Normal 24 14,11 8 4,71 32 18,82 0,015
Normal 127 74,71 11 6,47 138 81,18
Total 151 88,82 19 11,18 170 100

Berdasarkan hasil Analisa bivariat antara variabel bebas (independent)


dengan variabel terikat (dependen) ditemukan pengetahuan ibu dengan kategori
kurang yang perkembangannya sesuai sebanyak 0 responden (0,00%), untuk

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


47

kategori cukup yang perkembangannya sesuai sebanyak 16 responden (9,41%),


untuk kategori baik yang perkembangan sesuai sebanyak 135 responden
(79,41%), sedangkan untuk pengetahuan ibu kategori kurang yang
perkembangan Tidak sesuai sebanyak 0 responden (0,00%), untuk kategori
cukup yang perkembangan Tidak sesuai sebanyak 3 responden (1,76%), dan
kategori baik yang perkembangan meragukan sebanyak 16 responden (9,41 %).
Hasil uji chi square di dapatkan nilai p = 0,771 (>0,05) sehingga dapat di
simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta 2022.
Berdasarkan hasil Analisa bivariat antara variabel bebas (independent)
dengan variabel terikat (dependen) ditemukan umur ibu dengan kategori untuk
kategori 20-35 tahun yang perkembangannya sesuai sebanyak 115 responden
(67,65%), untuk kategori <20 dan >35 tahun yang perkembangan sesuai
sebanyak 36 responden (21,18%), sedangkan untuk umur ibu kategori untuk
kategori 20-35 tahun yang perkembangan Tidak sesuai sebanyak 10 responden
(5,88%), dan kategori <20 dan >35 tahun yang perkembangan meragukan
sebanyak 9 responden (5,29%).
Hasil uji chi square di dapatkan nilai p = 0,056 (>0,05) sehingga dapat di
simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta 2022.
Berdasarkan hasil Analisa bivariat antara variabel bebas (independent)
dengan variabel terikat (dependen) ditemukan pendidikan ibu dengan kategori
Pendidikan rendah yang perkembangannya sesuai sebanyak 38 responden
(22,35%), untuk untuk kategori pendidikan tinggi yang perkembangan sesuai
sebanyak 113 responden (66,47%), sedangkan untuk pendidikan ibu kategori
pendidikan rendah yang perkembangan Tidak sesuai sebanyak 10 responden
(5,88%), dan kategori pendidikan tinggi yang perkembangan tidak sesuai
sebanyak 9 responden (5,29%).

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


48

Hasil uji chi square di dapatkan nilai p = 0,025 (<0,05) sehingga dapat di
simpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta 2022.
Berdasarkan hasil Analisa bivariat antara variabel bebas (independent)
dengan variabel terikat (dependen) yaitu ditemukan pendapatan orang tua
dengan kategori <1.500.000,00 yang perkembangannya sesuai sebanyak 9
responden (5,29%), untuk kategori >1.500.000,00 yang perkembangannya
sesuai sebanyak 142 responden (83,53%), untuk kategori, sedangkan untuk
pendapatan orang tua kategori <1.500.000,00 yang perkembangan Tidak sesuai
sebanyak 5 responden (2,94%), untuk kategori >1.500.000,00 yang
perkembangan meragukan sebanyak 14 responden (8,24%).
Hasil uji chi square di dapatkan nilai p = 0,009 (<0,05) sehingga dapat di
simpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta 2022.
Berdasarkan hasil Analisa bivariat antara variabel bebas (independent)
dengan variabel terikat (dependen) yaitu ditemukan pekerjaan ibu dengan
kategori bekerja yang perkembangannya sesuai sebanyak 18 responden
(10,58%), untuk kategori tidak bekerja yang perkembangannya sesuai sebanyak
133 responden (78,24%), sedangkan untuk pekerjaan ibu kategori bekerja yang
perkembangan Tidak sesuai sebanyak 2 responden (1,18%), untuk kategori
tidak bekerja yang perkembangan tidak sesuai sebanyak 17 responden (10%).
Hasil uji chi square di dapatkan nilai p = 0,1000 (>0,05) sehingga dapat di
simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta 2022.
Berdasarkan hasil Analisa bivariat antara variabel bebas (independent)
dengan variabel terikat (dependen) yaitu ditemukan jenis kelamin balita dengan
kategori laki-laki yang perkembangannya sesuai sebanyak 80 responden
(47,06%), untuk kategori perempuan yang perkembangannya sesuai sebanyak
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
49

71 responden (41,76%), sedangkan untuk jenis kelamin balita kategori laki-laki


yang perkembangan tidak sesuai sebanyak 15 responden (8,82%), untuk
kategori perempuan yang perkembangan tidak sesuai sebanyak 4 responden
(2,35%).
Hasil uji chi square di dapatkan nilai p = 0,057 (>0,05) sehingga dapat di
simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin balita dengan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta 2022.
Berdasarkan hasil Analisa bivariat antara variabel bebas (independent)
dengan variabel terikat (dependen) yaitu ditemukan status gizi balita dengan
kategori gizi tidak normal yang perkembangannya sesuai sebanyak 24
responden (14,12%), untuk kategori gizi normal yang perkembangannya sesuai
sebanyak 127 responden (74,71%), sedangkan untuk jenis kelamin balita
kategori gizi tidak normal yang perkembangan tidak sesuai sebanyak 8
responden (4,71%), untuk kategori gizi normal yang perkembangan tidak sesuai
sebanyak 11 responden (6,47%).
Hasil uji chi square di dapatkan nilai p = 0,015 (<0,05) sehingga dapat di
simpulkan bahwa terdapat hubungan antara gizi balita dengan perkembangan
balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, DKI Jakarta
2022.
Analisis Multivariat
Tabel 4.3 Uji Regresi Logistik Variabel yang Paling Berpengaruh dengan
Perkembangan Balita Umur 12-59 Bulan Di Puskesmas Kecamatan Johar
Baru, DKI Jakarta
Variabel Koef.β p-value OR Convidence Interval
(CI) 95%
Upper Lower
Pendapatan -2.630 0,002 0,72 0,391 0,013
Orang Tua
Gizi Balita 0,992 0,089 2.696 8.452 0,860

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


50

Berdasarkan hasil uji regresi logistic Analisa multivariat antara variabel


bebas (independent) dengan variabel terikat (dependen) yaitu ditemukan
Pendapatan Orang Tua dengan nilai p-value = 0,002 (<0,05) dan Gizi Balita
dengan nilai p-value = 0,089 (>0,05).
4.2 Pembahasan

Periode penting dalam perkembangan anak adalah masa balita karena itu
perkembangan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional, intelegensi berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta
dasar kepribadian juga dibentuk pada masa balita, sehingga setiap kelainan
penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi dan tidak di tangani
dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak di kemudian
hari.
Pada dasarnya perkembangan balita di bagi menjadi 4 aspek yaitu motoric
kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta sosial dan
kemandirian. Faktor yang mempengaruhi perkembangan antara lain faktor
prenatal, perinatal, dan postnatal.
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar balita umur 12-59 bulan yang
berada di Puskesmas Johar Baru memiliki perkembangan yang sesuai hal ini
dikarenakan sebagian besar ibu dari balita di wilayah Puskesmas kecamatan
johar baru sudah mengerti tahapan apa saja yang harus terpenuhi dalam
perkembangan balitanya, namun ada beberapa yang tidak sesuai hal ini
dikarenakan beberapa faktor, adapun hasil dari faktor apa saja yang
mempengaruhi perkembangan Balita umur 12-59 bulan di Puskesmas
Kecamatan Johar Baru, DKI Jakarta Tahun 2022, pembahasannya sebagai
berikut :

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


51

1. Hubungan Pengetahuan ibu dengan Perkembangan Balita Umur 12-59


Bulan Di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, DKI Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 yang menerangkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dan perkembangan
balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, DKI Jakarta tahun
2022 dengan p-value 0,771.
Berdasarkan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Riski Meilidia
Ginting (2017) yaitu dari 65 responden ditemukan mayoritas Pengetahuan ibu
dengan pengetahuan baik yang perkembangannya sesuai sebanyak 58 (100%)
orang, dan minoritas ibu berpengetahuan kurang baik yang mengalami
penyimpangan sebanyak 6 (85.7%) orang dan hasil uji Fisher didapatkan nilai p
= 0.00 (<0.05).
Pengetahuan ibu dilihat dari kemampuannya dalam mengasuh anak dengan
benar, unsur-unsur yang berpengaruh dalam perkembangan anak adalah orang
tua, keluarga, masyarakat serta lingkungan tempat anak tumbuh dan
berkembang. Interaksi anak dengan orang tua akan menimbulkan keakraban
yang berpengaruh terhadap perkembangan anak yang tidak dibatasi atau
tertutup. Orang tua memegang peran besar dalam mendidik anak (Herlina, 2010)
Penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan dari penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Riski Meilidia Ginting (2017) dan tidak sejalan dengan
teori, bahwa pengetahuan ibu sangat mempengaruhi perkembangan balita,
unsur-unsur yang berpengaruh dalam perkembangan anak bukan hanya ibu
terdapat pihak lain dalam pendampingan perkembnagan balita yaitu orang tua,
keluarga, masyarakat serta lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang.
Sebagian besar ibu dari balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar
Baru, DKI Jakarta memiliki pengetahuan yang baik dan cukup serta memiliki
perkembnagan balita nya sesuai dalam hal ini dapat dilihat bahwa bukan hanya
ibu yang memiliki pengetahuan yang baik saja yang memiliki perkembangan
balitanya sesuai namun dengan pengetahuan ibu yang cukup pun dapat
memperoleh tahapan balita yang sesuai, hal ini di sebabkan oleh berbagai faktor
di antaranya sudah menyeluruhnya edukasi tenaga kesehatan pada saat
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
52

kunjungan ulang imunisasi dan fasilitas whatsapp grup yang menjadi sarana ibu
yang mempunyai balita untuk berkonsultasi dalam perkembangan balitanya,
sehingga sudah paham mengenai tahapan apa saja yang di pantau dalam
perkembangan balita nya.
2. Hubungan Umur Ibu dengan Perkembangan Balita Umur 12-59 Bulan
Di Puskesmas Kecmatan Johar Baru, DKI Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 yang menerangkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu dan perkembangan balita
umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, DKI Jakarta tahun 2022
dengan p-value 0,056.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riski Meilidia Ginting
(2017) bahwa dari 65 responden ditemukan mayoritas umur ibu <35 tahun yang
perkembangannya sesuai sebanyak 35 (92,1%) orang sedangkan minoritas umur
>35 tahun yang perkembangannya sesuai 24 (88,1%) orang. dan hasil uji Fisher
didapatkan nilai p = 0,489 (>0.05) sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara umur ibu dengan perkembangan balita.
Diperkuat dengan hasil penelitian Patemah (2013), yang didapatkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara umur dengan pelaksanaan stimulasi deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang oleh kader di wilayah Puskesmas Kota Malang
dengan hasil p=0,311. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Masruroh
didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dalam pelaksanaan stimulasi
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita dan anak prasekolah di
Kabupaten Semarang.
Faktor usia sangat mempengaruhi motivasi seseorang, kelompok motivasi
yang sudah berusia lanjut lebih sulit dari orang yang masih muda. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti kosa kata dan
pengetahuan umum.
Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif dapat
berfikir lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia yang terlalu tua.
Sehingga ibu dengan usia produktif memiliki motivasi lebih fokus dalam
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
53

memeriksakan kesehatan berupa perkembangan anaknya. 9.


Menurut penulis berdasarkan penelitian di atas di ketahui bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian, umur ibu tidak menjadi
penyebab faktor yang mempengaruhi perkembangan balita umur 12-59 bulan.
Hal ini di sebabkan bahwa umur ibu tidak menjadi sebuah patokan dalam
mengasuh perkembangan anak, dan umur ibu tidak menjadi batasan dalam
mendidik dan menstimulasi perkembangan anak.
3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Perkembangan Balita Umur 12-59
Bulan Di Puskesmas Kecmatan Johar Baru, DKI Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 yang menerangkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dan perkembangan
balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru, DKI Jakarta tahun
2022 dengan p-value 0,025.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riski Meilidia
Ginting (2017) bahwa dari 65 responden ditemukan mayoritas pendidikan ibu
mayoritas ibu yang berpendidikan tinggi yang perkembangannya sesuai
sebanyak 56 (96,6%) sedangkan minoritas ibu yang berpendidikan rendah
sebanyak 7 (10,8%) orang, yang mengalami penyimpangan 4 (57,1%) orang, dan
hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,001 (<0.05) sehingga dapat di
simpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan
perkembangan balita.
Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima
informasi. Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang
dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pengetahuan yang
dimiliki.
Menurut penulis, berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui terdapat
kesenjangan antara teori dengan hasil bahwa tidak ada hubungan erat antara
pengetahuan dan pendidikan. Hal ini di sebabkan tidak semua ibu yang
berpengetahuan baik memiliki pendidikan yang tinggi, terdapat beberapa ibu
dengan pendidikan rendah namun memiliki pengetahuan yang baik, karena ibu
memiliki motivasi dan rasa ingin tau terhadap perkembangan balitanya, tetapi
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
54

karakter ibu dengan pendidikan tinggi memang akan lebih mudah memperoleh
informasi mulai dari membaca buku, menonton TV, media cetak dan lain-lain
untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas perkembangan balitanya.
Balita yang memiliki ibu dengan status pendidikan rendah memiliki
peluang lebih besar perkembangan balita tidak sesuai dengan tahapan usianya
dibandingkan dengan balita yang status pendidikan ibunya tinggi.
4. Hubungan Pendapatan Ibu dengan Perkembangan Balita Umur 12-59
Bulan Di Puskesmas Kecmatan Johar Baru, DKI Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 yang menerangkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua dan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta tahun 2022 dengan p-value 0,009.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini (2018) telah
dilakukan terdapat 21 balita (60%) pendapatan orang tua rendah dengan status
perkembangan sesuai. Adapun untuk pendapatan orang tua tinggi dengan status
perkembangan tidak sesuai terdapat 9 balita (16,4%). Hasil uji chisquare
menunjukkan nilai p-value 0,006 (<0,05) yang berarti ada hubungan signifikan
antara pendapatan orang tua dengan status perkembangan balita.
Hasil penelitian yang serupa ditemukan oleh Lestari RD et al (2016)
menyatakan bahwa status sosial ekonomi rendah berhubungan secara signifikan
dengan perkembangan anak balita, balita dengan status sosial ekonomi orang tua
rendah memiliki peluang sebanyak 44 kali perkembangan anak balita tidak
sesuai dengan tahapan usianya dibandingkan dengan balita yang status sosial
ekonomi orang tuanya tinggi.
Teori yang mendukung hasil penelitian ini adalah teori Soetjiningsih
(2015) pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer
maupun yang sekunder. Hal ini berlanjut pada ketersediaan makanan yang baik,
sanitasi dan rumah yang sehat serta kemampuan memberikan pengobatan secara
optimal.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


55

Menurut penulis berdasarkan penelitian di atas di ketahui bahwa tidak ada


kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian karena balita dengan status
sosial ekonomi orang tua rendah memiliki peluang sebanyak 44 kali
perkembangan balita tidak sesuai dengan tahapan usianya dibandingkan dengan
balita yang status sosial ekonomi orang tua nya tinggi. Hal ini di sebabkan
dengan pendapatan orang tua yang memadai balita dapat tercukupi kebutuhan
nya untuk mendukung setiap tahapan perkembangan yang terjadi salah satunya
dalam pemberian nutrisi.
5. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Perkembangan Balita Umur 12-59
Bulan Di Puskesmas Kecmatan Johar Baru, DKI Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 yang menerangkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta tahun 2022 dengan p-value 0,1000.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riski Meilidia
Ginting (2017) bahwa dari 65 responden ditemukan mayoritas ibu yang tidak
bekerja dengan perkembangannya sesuai sebanyak 44 (91,7%) orang,
sedangkan minoritas ibu dengan bekerja yang perkembangannya sesuai
sebanyak 15 (88,2%) orang, dan hasil uji chi Fisher didapatkan nilai p = 0,389
(>0.05) sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
umur ibu dengan perkembangan balita.
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), dalam Wawan
(2011), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan suatu individu dan atau kehidupan keluarga, namun
pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga
13

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riski


Meilidia Ginting (2017) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara status
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
56

pekerjaan ibu dengan perkembangan balita. Menurut penulis berdasarkan


penelitian di ketahui bahwa dalam penelitian ini terdapat hasil lebih besar ibu
yang berpendidikan SD-SMP dan SMA yang dimana hanya beberapa dari ibu
tersebut yang bekerja dan sebagiannya lagi tidak bekerja begitupun dengan
lulusan perguruan tinggi setelah menikah beberapa dari mereka memilih untuk
meinggalkan perkerjaan mereka dan memilih menjadi ibu rumah tangga, waktu
mereka akan lebih banyak untuk mengasuh anak dalam melatih serta
mengawasi dalam proses perkembangannya.
6. Hubungan Jenis Kelamin Balita dengan Perkembangan Balita Umur
12-59 Bulan Di Puskesmas Kecmatan Johar Baru, DKI Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 yang menerangkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru,
DKI Jakarta tahun 2022 dengan p-value 0,057.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erma
Herdyana (2019) bahwa dari 18 responden ditemukan 39% balita dengan
berjenis kelamin laki-laki dan 100% yang perkembangannya sesuai, dan 61%
berjenis kelamin perempuan dan 99,82% dengan perkembangan sesuai namun
terdapat 18% dengan perkembangan meragukan, dan hasil uji chi square
didapatkan nilai p = 0,043 (<0.05) sehingga dapat di simpulkan bahwa terdapat
hubungan antara jenis kelamin balita dengan perkembangan balita.
Perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan
cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan
bertahan sampai waktu tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh hormon
testosteron yang lebih tinggi pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi
perempuan 10.
Sedangkan menurut Utami (2015) bayi yang berjenis kelamin laki-laki
memiliki kecenderungan 3 perkembangan motorik kasarnya 0,68 kali lebih
kecil dari pada bayi perempuan.
Terdapat bagian otak yang mengontrol gerakan dankoordinasi yakni
cerebellum tumbuh lebih cepat pada bayi laki-laki, sedangkan bagian otak
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
57

balita perempuan yang mengontrol panca indra, seperti penglihatan dan


pendengaran lebih sensitive dari pada bayi laki-laki.
Menurut penulis berdasarkan penelitian di atas di ketahui bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian karena balita dengan jenis
kelamin perempuan cenderung lebih lambat dalam hal motorik kasar
sedangkan balita dengan berjenis kelamin laki-laki cenderung lebih lambat
dalam hal Bahasa, namun perlu diingat kembali bahwa perbedaan jenis kelamin
tidak sepenuhnya menjadi suatu patokan perkembangan balita, tergantung dari
stimulasi yang di berikan oleh orang tua kepada balita sebagai penunjang
perkembangannya.
7. Hubungan Gizi Balita dengan Perkembangan Balita Umur 12-59 Bulan
Di Puskesmas Kecmatan Johar Baru, DKI Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 dan tabel 4.15 yang
menerangkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
dan perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar
Baru, DKI Jakarta tahun 2022 dengan p-value 0,015.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini (2018) dengan
status gizi tidak normal yang mengalami status perkembangan sesuai sebanyak
8 balita (50%). Adapun balita dengan status gizi normal yang mengalami status
perkembangan tidak sesuai sebanyak 15 balita (20,3%). Dengan hasil uji chi
square menunjukkan nilai p-value 0,024 (<0,05) yang dimana terdapat
hubungan yang signifikan antara status gizi dengan perkembangan.
Status gizi yang buruk, berpotensi untuk terjadi perkembangan yang tidak
sesuai dengan usia. Hal ini menjelaskan bahwa anak yang mengalami
kekurangan makanan bergizi akan menyebabkan anak lemah dan tidak aktif
sehingga dapat terjadi keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurut penulis berdasarkan penelitian di atas di ketahui bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan gizi balita terhadap perkembangan hal ini di
sebabkan balita yang memiliki kecukupan gizi baik memiliki perkembangan
yang lebih baik dibandingkan dengan anak balita dengan status gizi kurang
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
58

maupun berlebih.
Adapun hasil dari uji bivariat di uji kembali ke analisis multivariat
dengan hasil:
➢ Hasil uji statistik dengan regresi logistik diketahui bahwa pendapatan Orang
Tua memiliki p-value 0,002 dan Gizi Balita memiliki p-value 0,089. Hal ini
menunjukkan faktor yang paling mempengaruhi status perkembangan balita
adalah pendapatan orang tua memiliki p-value 0,002 < 0,05. Hal ini
disebabkan balita dengan status sosial ekonomi orang tua rendah memiliki
peluang sebanyak 44 kali perkembangan balita tidak sesuai dengan tahapan
usianya dibandingkan dengan balita yang status sosial ekonomi orang tua
nya tinggi, dengan pendapatan orang tua yang memadai balita dapat
tercukupi kebutuhan nya untuk mendukung setiap tahapan perkembangan
yang terjadi salah satunya dalam pemberian nutrisi.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


59

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar
Baru, DKI Jakarta memiliki status perkembangan sesuai
2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar
Baru dengan p-value 0,771
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan perkembangan
balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru dengan p-
value 0,056
4. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan perkembangan
balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru dengan p-
value 0,025
5. Ada hubungan yang bermakna antara pendapatan ibu dengan perkembangan
balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru dengan p-
value 0,009
6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar
Baru dengan p-value 0,1000
7. Ada hubungan yang bermakna antara Jenis kelamin balita dengan
perkembangan balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar
Baru dengan p-value 0,057
8. Ada hubungan yang bermakna antara gizi balita dengan perkembangan
balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru dengan p-
value 0,015
9. Hasil uji statistik dengan regresi logistik menunjukkan faktor yang paling
mempengaruhi status perkembangan balita adalah pendapatan orang tua
memiliki p-value 0,002 < 0,05.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


60

5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis penelitian, pembahasan, dan kesimpulan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan balita umur 12-
59 bulan di wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 2022, maka perlu
ditingkatkan berbagai tindakan preventif untuk mencegah terjadinya status
perkembangan yang tidak sesuai. Adapun berbagai pertimbangan yang dapat
diberikan sebagai tindakan preventif tersebut adalah:
1. Bagi Masyarakat
Disarankan untuk dapat memperhatikan, menambah kesadaran serta
antusias masyarakat dalam memberikan kebutuhan gizi yang baik pada balita
agar kebutuhan gizi balita dapat tercukupi dan perkembangan dapat sesuai
dengan usia. Serta meningkatkan motivasi untuk lebih aktif memberikan
stimulasi, melatih, dan mengembangkan kemampuan psikomotor balitanya, dan
lebih memanfaatkan fasilitas gratis yang disediakan oleh pemerintah dalam
pemantauan perkembangan balitanya apabila terapat hambatan berupa ekonomi
didalam keluarga, apabila terdeteksi ketidaksesuaian segera konsultasikan
perkembangan balita nya ke fasilitas yang sudah tersedia.
2. Bagi Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dan Kepala Puskesmas Kecamatan
Johar Baru
Disarankan untuk melakukan pemantauan deteksi dini pertumbuhan dan
perkembangan balita, serta pelaporan rutin agar terdeteksi apabila adanya
gangguan pertumbuhan dan perkembangan, sehingga dapat segera di tangani
agar tidak memberi efek yang lebih buruk
3. Bagi Bidan
Disarankan untuk dapat meningkatkan pelayanan mengenai upaya deteksi
dini perkembangan balita seccara rutin. Serta memberikan
penyuluhan/sosialisasi atau memberikan informasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan balita, guna menambah ilmu, wawasan, dan antusias masyarakat
dalam memperhatikan dan menstimulasi tumbuh kembang balita.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


61

4. Bagi Peneliti
Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel atau meneliti faktor yang
lain dari penelitian ini sehingga dapat bersifat penyempurnaan penelitian yang
telah dilaksanakan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


62

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Situasi kesehatan anak balita di indonesia. Pus Data dan Inf
Kementeri Kesehat Republik Indones. Published online 2015.
2. Organization WH. World Health Statistics Overview 2019: Monitoring Health for
the SDGs, Sustainable Development Goals. World Health Organization; 2019.
3. Indonesia IDA. Mengenal keterlambatan perkembangan umum pada anak.
Published online 2015.
4. Sugeng HM, Tarigan R, Sari NM. Gambaran Tumbuh kembang Anak pada
periode emas usia 0-24 bulan di posyandu wilayah kecamatan jatinangor. J Sist
Kesehat. 2019;4(3).
5. Kemenkes RI. Profil kesehatan indonesia. Published online 2015.
6. Widyastuti A. 77 Permasalahan Anak Dan Cara Mengatasinya. Elex Media
Komputindo; 2020.
7. Çelik SB, Şahin F, Beyazova U, Can H. Growth status of children in well-baby
outpatient clinics and related factors. Turkish Arch Pediatr Pediatr Arşivi.
2014;49(2):104.
8. Charan GS, Vagha J. Study of perinatal factors in children with developmental
delay. Int J Contemp Pediatr. 2017;4(1):182.
9. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Published online
2012.
10. Maharani SA, Setiawan I. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif, Jenis Kelamin dan
Status Gizi terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 3-5 tahun di
Kelurahan Makam Haji. Published online 2018.
11. HR HSC. Metodologi Penelitian Kesehatan Dan Pendidikan. Penebar Media
Pustaka; 2018.
12. Arikunto S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Published online 2013.
13. Qiftiyah M. Gambaran faktor status pekerjaan, pendidikan dan dukungan keluarga
terhadap kunjungan posyandu balita usia 0-5 tahun di posyandu pepaya dukuh
karangrejo desa tegalrejo kecamatan merakurak kabupaten tuban. J Midpro.
2018;9(2):8.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


63

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


64

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


65

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


66

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


67

Lampiran 1 Permohonan Etik Penelitian

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


68

Lampiran 2 Komisi Etik Penelitian

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


69

Lampiran 3 Surat Pernyataan Persetujuan

SURAT PERNYAAN PERSETUJUAN


(INFORMED CONSENT)
Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan penelitian dan memahami
tentang tujuan,manfaat dan resiko yang mungkin timbul dalam penelitian ,serta
telah di beri kesempatan untuk bertanya dan telah di jawab dengan memuaskan,saya
yang bertandatangan di bawah ini :
− Nama / Umur :
− Alamat :
− Telepon/Hp :
Menyatakan secara sukarela bersedia menjadi responden penelitian dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Balita Umur 12-59 Bulan Di
Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat Tahun 2022”. Saya menyadari
bahwa saya dapat keluar dari penelitian ini kapan saja tanpa ada pengaruh pada diri
saya dan saya percaya bahwa segala pernyataan yang saya berikan akan dijamin
kerahasiaannya. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.

Jakarta,……………2022

Peneliti Responden

(Asri Utami Putri) (………………………)

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


70

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian


FORMAT PENGUMPULAN DATA FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BALITA UMUR 12-59 BULAN DI
WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU TAHUN 2022
No. Responden :
Nama Balita (inisial) :
Nama Ibu (inisial) :
Alamat :
Umur Balita :
Umur Ibu
Jenis Kelamin :

Petunjuk 1 Isilah kotak dengan tanda (√ ) pada jawaban yang sesuai


Tingkat Pendidikan Ibu
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pendapatan Orang tua
≤ 1.500.000,00
> 1.500.000,00
Petunjuk 2
Isilah kotak-kotak di bawah ini dengan hasil pengukuran:
5. Berat badan balita saat dilakukan pengambilan data

6. Panjang badan/tinggi badan balita


7. Hasil KPSP Jumlah Jawaban “Ya”=
Petunjuk 3 Isilah kotak dengan tanda (√ ) sesuai dengan hasil penilaian yang
diperoleh
8. Status Gizi Balita Menurut BB/TB

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


71

Kurus (-3 SD sampai dengan <-2 SD)


Normal (-2 SD s/d +2 SD)
Gemuk (>+2 SD)
9. Status Perkembangan Balita
Sesuai
Meragukan
Penyimpangan

Petunjuk 4 Isilah sesuai dengan hasil penilaian yang diperoleh


*Kuisioner di isi oleh ibu dari balita
Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan Anda
No. Pertanyaan Benar Salah
Perkembangan balita umur 12-59 bulan (1-5 th)
1. Perkembangan adalah bertambahnya gerakan kasar, halus, bicara
dan Bahasa, kemandirian
2. Tahapan perkembangan anak mampu berjalan 5 langkah di usia 20-
28 bulan
3. Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses
perkembangan anak.
4. Hal-hal yang dipantau dalam perkembangan anak adalah gerak
kasar, halus, bicara, kemandirian
5. Motorik halus, motorik kasar, kemampuan berbicara dan bahasa,
kepribadian, dan tingkah laku sosial dapat dijadikan patokan
pertumbuhan pada anak.
6. Anak sudah mampu memanggil kata ayah dan mama di umur 18-24
bulan
7. Anak mampu memungut benda kecil dengan ibu jari, jari telunjuk di
usia 18-24 bulan
8. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
dengan baik jika ia tidak melewati tahapan sebelumnya.

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


72

9. Perkembangan suatu proses kearah yang lebih sempurna dan dapat


terulang kembali prosesnya.
10. Yang dimaksud dengan gerakan kasar yaitu melibatkan otot
besar, duduk, berdiri dan sebagainya
Stimulasi perkembangan balita umur 12-59 Bulan (1-5 th)
11. Melatih anak untuk mulai melepas pakaian sendiri yaitu pada
umur 12-18 bulan
12. Melatih anak baung air besar/kecil ke kamar mandi (wc) yaitu pada
umur 24-36 bulan
13. Sebaiknya waktu stimulasi atau rangsangan diberikan pada anak
Ketika setiap kali dalam keadaan apapun
14. Rangsangan yang diberikan pada anak yang berlebihan akan
membuat anak menjadi mandiri
15. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberi rangsangan pada
anak yaitu dengan menunjukan perilaku baik, dengan rasa cinta,
dan kasih sayang

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


73

Lampiran 5 Form KPSP


LEMBAR OBSERVASI RESPONDEN
*di isi oleh peneliti
Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 12 Bulan
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/ dipojok,
kemudian muncul menghilang secara berulang-ulang
dihadapan anak, apakah ia mencari anda atau
mengharapkan anda muncul kembali?
2 Letakkan pensil di telapak tangan anak. Coba ambil
pensil tersebut dengan perlahan-lahan. Sulitkah anda
mendapatkan pensil itu kembali?
3 Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih
dengan berpegangan pada kursi/meja?
4 Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang
sama, misalnya: “ma-ma”, “da-da” atau “pa-pa”. Jawab
YA bila mengeluarkan salah satu suara tadi.
5 Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi
berdiri tanpa bantuan anda ?
6 Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang
yang belum ia kenal? Ia akan menunjukkan sikap
malumalu atau ragu-ragu pada saat permulaan bertemu
dengan orang yang belum dikenalnya.
7 Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti
benda kecil seperti kacang atau kismis, dengan
meremas di antara ibu jari dan jarinya?
8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan?
9 Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu
kata-kata yang lengkap). Apakah ia mencoba meniru
menyebutkan kata-kata tadi?

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


74

10 Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan


dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan
bertangkai dan tutup panci tidak ikut dinilai

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 15 Bulan


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Tanpa batuan, apakah anak dapat mempertemukan dua
kubus yang ia pegang? Kerincingan bertangkai dan
tutup, panic tidak ikut dinilai
2 Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan
berpegangan?
3 Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan
atau melambai-lambai? Jawab TIDAK bila ia
membutuhkan bantuan
4 Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama”
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya
5 Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpengangan
selama kira-kira 5 detik?
6 Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpengangan
selama 30 detik atau lebih?
7 Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah
anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali?
8 Apakah anak dapat menunjukkan apa yang
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan
9 Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


75

jatuh atau terhuyung-huyung?


10 Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk?

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 18 Bulan


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Tanpa batuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau
melambai-lambai? Jawab TIDAK bila ia membutuhkan
bantuan.
2 Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama”
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya.
3 Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan
selama kira-kira 5 detik?
4 Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan
selama 30 detik atau lebih?
5 Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak
dapat membungkuk untuk memungut mainan di lantai
dan kemudian berdiri kembali?
6 Apakah anak dapat menunjukkan apa yang
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara
yang menyenangkan.
7 Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa
jatuh atau terhuyung-huyung?
8 Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


76

9 Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia


mengelindingkan/melemparkan kembali bola ke anda?
10 Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/ gelas
dan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah?

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 21 Bulan


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak
dapat membungkuk untuk memungut mainan dilantai
dan kemudian berdiri kembali?
2 Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkan
tanpa menangis atau merengek? Jawab YA bila ia
menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang
menyenangkan.
3 Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa
jatuh atau terhuyung-huyung?
4 Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk?
5 Jika anak menggelindingkan bola ke anak, apakah ia
menggelindingkan/melemparkan kembali bola pada
anda?
6 Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/gelas
dan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah?
7 Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga,
apakah anak meniru apa yang anda lakukan?
8 Apakah anak dapat meletakkan satu kubus di atas kubus
yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang
digunakan ukuran 2.5-5.0 Cm.
9 Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


77

yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”?


10 Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau
lebih tanpa kehilangan keseimbangan? (anda mungkin
dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya).
Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 24 Bulan
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga,
apakah anak meniru apa yang anda lakukan?
2 Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus diatas
kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus
yang digunakan ukuran 2.5-5 cm.
3 Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata
yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”?
4 Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau
lebih tanpa kehilangan keseimbangan? (anda mungkin
dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya).
5 Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok,
atau celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai)
6 Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA
jika ia naik tangga dengan posisi tegak atau
berpegangan pada dinding atau pegangan tangga.
Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak
atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau
anak harus berpegangan pada seseorang.
7 Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda,
dapatkah anak menunjuk dengan benar paling sedikit
satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut,
atau bagian badab yang lain)?
8 Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak
tumpah?

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


78

9 Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak


tumpah?
10 Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola
tenis) kedepan tanpa berpegangan pada apapun?
Mendorong tidak ikut dinilai.

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 30 Bulan


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok,
atau celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai).
2 Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA
jika ia naik tangga dengan posisi tegak atau
berpegangan pada dinding atau pegangan tangga. Jawab
TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak atau
anda tidak membolehkan anak naik tangga atau anak
harus berpegangan pada seseorang.
3 Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda,
dapatkah anak menunjuk dengan benar paling sedikit
satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut atau
bagian badan yang lain)?
4 Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak
tumpah?
5 Dapatkah anak membantu memungut mainannya
sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta?
6 Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola
tenis) kedepan tanpa berpegangan pada apapun?
Mendorong tidak ikut dinilai
7 Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas
tanpa bantuan/petunjuk?

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


79

8 dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu


diatas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5-5 cm.
9 Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara
seperti “minta minum”, mau tidur? Terimakasih” dan
“dadag” tidak ikut dinilai
10 Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-
gambar hewan tanpa bantuan? (menyebut dengan suara
binatang tidak ikut dinilai).

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 36 Bulan


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas
tanpa bantuan/petunjuk?
2 Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu
diatas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5-5 cm.
3 Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat
berbicara seperti “minta minum”, mau tidur”?
“Terimakasih dan “dadag” tidak ikut dinilai.
4 Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-
gambar hewan tanpa bantuan?
5 Dapatkah anak melempar bola lurus kearah perut atau
dada anda dari jarak 1,5 meter?
6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan member
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat
memberikan perintah berikut ini: “letakkan kertas ini di
lantai” “letakkan kertas ini di kursi”. “berikan kertas ini
kepada ibu”. Dapatkah anak melaksanakan ketiga
perintah tadi?

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


80

7 Buat garis lurus ke bawah sepanjang


sekurangkurangnya 2.5 cm. suruh anak menggambar
garis lain di samping garis ini.
8 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai.
Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas
dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan
tanpa didahului lari?
9 Dapatkah anak mengenakan sepatu sendiri?
10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh
sedikitnya 3 meter?

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 42 Bulan


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Beri kubus di depannya. Dapatkah anak meletakkan 8
buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa
menjatuhkan kubus tersebut
2 Beri pensil dan kertas. Buatlah lingkaran di atas kertas
tersebut. Minta anak menirunya. Dapatkah anak
menggambar lingkaran?
3 Dapatkah anak mengenakan sepatunya senidri?
4 Dapatkah anak mengayuh sepedah roda tiga sejauh
sedikitnya 3 meter?
5 Apakah anak dapat mencuci tangannya sendiri dengan
baik setelah makan
6 Apakah anak dapat mengikuti peraturan permainan bila
bermain dengan teman-temannya? (misal : ular tangga,
petak umpet, dll)
7 Dapatkah anak mengenakan celana Panjang, kemeja,
baju, atau kaos kaki tanpa di bantu? (tidak termasuk
memasang kancing, gesper, atau ikat pinggang)

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


81

8 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika


perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda
kesempatan melakukan 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2 detik
atau lebih?
9 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai.
Apakah anak dapat melompati Panjang kertas ini
dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan
tanpa di dahului lari?

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 48 Bulan


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Beri kubus di depannya. Dapatkah anak meletakkan 8
buah kubus atau persaru di atas yang lain tanpa
menjatuhkan kubus tersebut?
2 Beri pensil dan kertas. Jangan membantu anak dan
jangan menyebut lingkaran. Suruh anak menggambar
seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia.
Apakah anak dapat menggambar lingkaran?
3 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh
sedikitnya 3 meter
4 Apakah anak dapat mencuci tangannya sendiri dengan
baik setelah makan?
5 Apakah anak dapat mengikuti peraturan permainan bila
bermain dengan teman-temannya? (misal: ular tangga,
petak umpet, dll)
6 Dapatkah anak mengenakan celana Panjang, kemeja,
baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (tidak termasuk
memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


82

7 Dapatkah anak menyebut nama lengkapnya tanpa di


bantu? Jawab TIDAK jika ia menyebut sebagian
Namanya atau ucapannya sulit di mengerti
8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan?
9 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih?
10 Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai.
Apakah anak dapat melompati Panjang kertas ini
dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan
tanpa di dahului lari?

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 54 Bulan


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Beri kubus di depannya. Dapatkah anak meletakkan 8
buah kubuh satu persatu di atas yang lain tanpa
menjatuhkan kubus tersebut?
2 Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan
membantu kecuali mengulangi pertanyaan
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”………
• “Apa yang kamu lakukan jika
lapar?”……………………
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu
Lelah?”……….……
Jawab “YA” bila anak menjawab ke 3 pertanyaan tadi
dengan benar, bukan dengan gerakan atau syarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah
“menggigil”, “pakai mantel” atau “masuk ke dalam

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


83

rumah”
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika Lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”,
“tidur”, berbaring/tidur-tiduran, “istirahat” atau “diam
sejenak”
3 Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut
kata “lebih Panjang”. Perlihatkan gambar kedua garis
ini pada anak.
Tanyakan : “ Mana garis yang lebih Panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih Panjang
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi
pertanyaan tersebut
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih Panjang
sebanyak 3 kali dengan benar?
4 Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama
gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini;
di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapet menggambar seperti
contoh ini?

5 Apakah anak dapat mengikuti peraturan permainan bila


bermain dengan teman-temannya? (misal: ular tangga,
petak umpet, dll)
6 Dapatkah anak mengenakan celana
Panjang/kemeja,baju atau kaos kaki tanpa di bantu?
(tidak termasuk memasang kancing, gesper atau ikat
pinggang)
7 Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa di
bantu? Jawab “TIDAK” jika ia hanya menyebut

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


84

sebagian namanya atau ucapannya sulit di mengerti


8 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau
pakaian boneka?
9 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika
perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkan ia mempertahankan

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) pada Anak 60 Bulan


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan
membantu kecuali mengulangi pertanyaan
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”………
• “Apa yang kamu lakukan jika
lapar?”……………………
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu
Lelah?”……….……
Jawab “YA” bila anak menjawab ke 3 pertanyaan tadi
dengan benar, bukan dengan gerakan atau syarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah
“menggigil”, “pakai mantel” atau “masuk ke dalam
rumah”
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika Lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”,
“tidur”, berbaring/tidur-tiduran, “istirahat” atau “diam
sejenak”
2 Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut
kata “lebih Panjang”. Perlihatkan gambar kedua garis
ini pada anak.
Tanyakan : “ Mana garis yang lebih Panjang?”

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


85

Minta anak menunjuk garis yang lebih Panjang

Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi


pertanyaan tersebut
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih Panjang
sebanyak 3 kali dengan benar?
3 Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama
gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini;
di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapet menggambar seperti
contoh ini?

4 Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan,


katakana pada anak:
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan
benar?
5 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau
pakaian boneka?
6 Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel
(tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada saat
anda meninggalkannya?
7 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa
bantuan?
8 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


86

perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan


melakukannya 3 kali. Dapatkah dia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?
9 Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali
tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak
ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan
satu kaki
10 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi
isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat
memberikan perintah berikut ini
• “letakkan kertas ini di atas lantai”
• “letakkan kertas ini di bawah kursi”
• “letakkan kertas ini di depan kamu”
• “letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di
bawah”, “di depan” dan “di belakang”

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


87

Lampiran 6 Hasil Tabulasi

Frequency Table
Status Perkembangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sesuai 151 88.8 88.8 88.8
Tidak Sesuai 19 11.2 11.2 100.0
Total 170 100.0 100.0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 19 11.2 11.2 11.2
Baik 151 88.8 88.8 100.0
Total 170 100.0 100.0

Usia Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-35 125 73.5 73.5 73.5
<20 dan >35 45 26.5 26.5 100.0
Total 170 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 95 55.9 55.9 55.9
Perempuan 75 44.1 44.1 100.0
Total 170 100.0 100.0

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


88

Pendidikan
Valid Percent

Cumulative
Frequency Percent Percent
Valid Rendah 28.2
48 28.2 28.2

Tinggi 122 71.8 71.8 100.0


Total 170 100.0 100.0

Pendapatan Orang tua


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < Rp. 1.500.000 14 8.2 8.2 8.2
> Rp. 1.500.000 156 91.8 91.8 100.0
Total 170 100.0 100.0

Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 20 11.8 11.8 11.8
Tidak Bekerja 150 88.2 88.2 100.0
Total 170 100.0 100.0

Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Normal 32 18.8 18.8 18.8
Normal 138 81.2 81.2 100.0
Total 170 100.0 100.0

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


89

Crosstabs
Notes
Output Created 15-JUN-2022 02:25:20
Comments

Input Active Dataset DataSet0


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
170
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 BY
Y
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.00
Dimensions Requested 2
Cells Available 174734

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Status
170 100.0% 0 0.0% 170 100.0%
Perkembangan
Usia Ibu * Status
170 100.0% 0 0.0% 170 100.0%
Perkembangan
Jenis Kelamin * Status
170 100.0% 0 0.0% 170 100.0%
Perkembangan

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


90

Pendidikan * Status
170 100.0% 0 0.0% 170 100.0%
Perkembangan
Pendapatan Orang tua *
170 100.0% 0 0.0% 170 100.0%
Status Perkembangan
Pekerjaan Ibu * Status
170 100.0% 0 0.0% 170 100.0%
Perkembangan
Status Gizi * Status
170 100.0% 0 0.0% 170 100.0%
Perkembangan

Pengetahuan * Status Perkembangan


Crosstab
Status Perkembangan
Sesuai Tidak Sesuai Total
Pengetahuan Cukup Count 16 3 19
Expected Count 16.9 2.1 19.0
Baik Count 135 16 151
Expected Count 134.1 16.9 151.0
Total Count 151 19 170
Expected Count 151.0 19.0 170.0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .459a 1 .498

Continuity Correctionb .085 1 .771

Likelihood Ratio .419 1 .518

Fisher's Exact Test .450 .358

Linear-by-Linear Association .456 1 .500

N of Valid Cases 170

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


91

Usia Ibu * Status Perkembangan

Crosstab
Status Perkembangan
Sesuai Tidak Sesuai Total
Usia Ibu 20-35 Count 115 10 125
Expected Count 111.0 14.0 125.0
<20 dan >35 Count 36 9 45
Expected Count 40.0 5.0 45.0
Total Count 151 19 170
Expected Count 151.0 19.0 170.0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.800a 1 .028

Continuity Correctionb 3.667 1 .056

Likelihood Ratio 4.336 1 .037

Fisher's Exact Test .049 .032

Linear-by-Linear Association 4.771 1 .029

N of Valid Cases 170

Jenis Kelamin * Status Perkembangan


Crosstab
Status Perkembangan
Sesuai Tidak Sesuai Total
Jenis Kelamin Laki-laki Count 80 15 95
Expected Count 84.4 10.6 95.0
Perempuan Count 71 4 75
Expected Count 66.6 8.4 75.0
Total Count 151 19 170
Expected Count 151.0 19.0 170.0

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


92

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.616a 1 .032

Continuity Correctionb 3.623 1 .057

Likelihood Ratio 4.961 1 .026

Fisher's Exact Test .048 .026

Linear-by-Linear Association 4.589 1 .032

N of Valid Cases 170

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.38.
b. Computed only for a 2x2 table

Pendidikan * Status Perkembangan


Crosstab
Status Perkembangan
Sesuai Tidak Sesuai Total
Pendidikan Rendah Count 38 10 48
Expected Count 42.6 5.4 48.0
Tinggi Count 113 9 122
Expected Count 108.4 13.6 122.0
Total Count 151 19 170
Expected Count 151.0 19.0 170.0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.283a 1 .012

Continuity Correctionb 5.001 1 .025

Likelihood Ratio 5.696 1 .017

Fisher's Exact Test .027 .015

Linear-by-Linear Association 6.246 1 .012

N of Valid Cases 170

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


93

Pendapatan Orang tua * Status Perkembangan


Crosstab
Status Perkembangan
Sesuai Tidak Sesuai Total
Pendapatan Orang tua < Rp. 1.500.000 Count 9 5 14
Expected Count 12.4 1.6 14.0
> Rp. 1.500.000 Count 142 14 156
Expected Count 138.6 17.4 156.0
Total Count 151 19 170
Expected Count 151.0 19.0 170.0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.253a 1 .002

Continuity Correctionb 6.756 1 .009

Likelihood Ratio 6.609 1 .010

Fisher's Exact Test .011 .011

Linear-by-Linear Association 9.199 1 .002

N of Valid Cases 170

Pekerjaan Ibu * Status Perkembangan

Crosstab
Status Perkembangan
Sesuai Tidak Sesuai Total
Pekerjaan Ibu Bekerja Count 18 2 20
Expected Count 17.8 2.2 20.0
Tidak Bekerja Count 133 17 150
Expected Count 133.2 16.8 150.0
Total Count 151 19 170
Expected Count 151.0 19.0 170.0

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


94

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .032a 1 .859

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .032 1 .857

Fisher's Exact Test 1.000 .608

Linear-by-Linear Association .031 1 .859

N of Valid Cases 170

Status Gizi * Status Perkembangan


Crosstab
Status Perkembangan
Sesuai Tidak Sesuai Total
Status Gizi Tidak Normal Count 24 8 32
Expected Count 28.4 3.6 32.0
Normal Count 127 11 138
Expected Count 122.6 15.4 138.0
Total Count 151 19 170
Expected Count 151.0 19.0 170.0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.588a 1 .006

Continuity Correctionb 5.970 1 .015

Likelihood Ratio 6.330 1 .012

Fisher's Exact Test .011 .011

Linear-by-Linear Association 7.543 1 .006

N of Valid Cases 170

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


95

Logistic Regression
Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 170 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 170 100.0


Unselected Cases 0 .0
Total 170 100.0

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Meragukan 0
Penyimpangan 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Coefficients

Iteration -2 Log likelihood Constant

Step 0 1 124.279 -1.553

2 119.185 -1.989
3 119.064 -2.070

4 119.064 -2.073

5 119.064 -2.073

Classification Tablea,b

Predicted

Status Perkembangan Percentage


Observed Meragukan Penyimpangan Correct

Step 0 Status Perkembangan Meragukan 151 0 100.0

Penyimpangan 19 0 .0

Overall Percentage 88.8

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


96

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -2.073 .243 72.513 1 .000 .126

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables x4 3.879 1 .049

x5 9.253 1 .002

x7 .016 1 .900

Overall Statistics 13.436 3 .004

Block 1: Method = Backward Stepwise (Conditional)

Iteration Historya,b,c,d

Coefficients

Iteration -2 Log likelihood Constant x4 x5 x7

Step 1 1 117.186 -.667 -.127 -1.375 .489

2 109.200 -.757 -.281 -2.068 .832

3 108.708 -.773 -.385 -2.260 .959

4 108.704 -.774 -.401 -2.275 .971

5 108.704 -.774 -.401 -2.275 .971


Step 2 1 117.612 -.678 -1.501 .496

2 110.019 -.783 -2.335 .851

3 109.640 -.810 -2.608 .981

4 109.639 -.811 -2.630 .992

5 109.639 -.811 -2.630 .992

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


97

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 10.360 3 .016

Block 10.360 3 .016

Model 10.360 3 .016


Step 2a Step -.935 1 .334

Block 9.426 2 .009

Model 9.426 2 .009

Model Summary

Cox & Snell R Nagelkerke R


Step -2 Log likelihood Square Square

1 108.704a .059 .117


2 109.639a .054 .107

a. Estimation terminated at iteration number 5 because


parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .721 4 .949
2 .098 2 .952

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Status Perkembangan = Status Perkembangan =


Meragukan Penyimpangan

Observed Expected Observed Expected Total

Step 1 1 3 2.893 0 .107 3

2 33 32.192 1 1.808 34

3 68 68.274 6 5.726 74

4 25 25.772 4 3.228 29
5 13 12.868 3 3.132 16

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3


98

6 9 9.000 5 5.000 14
Step 2 1 3 2.907 0 .093 3

2 126 126.114 11 10.886 137

3 13 12.979 3 3.021 16

4 9 9.000 5 5.000 14

Classification Tablea

Predicted

Status Perkembangan Percentage


Observed Meragukan Penyimpangan Correct

Step 1 Status Perkembangan Meragukan 151 0 100.0

Penyimpangan 18 1 5.3

Overall Percentage 89.4


Step 2 Status Perkembangan Meragukan 150 1 99.3

Penyimpangan 18 1 5.3

Overall Percentage 88.8

Variables in the Equation

95%
C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower


Step 1a x4 -.401 .418 .919 1 .338 .670 .295

x5 -2.275 .923 6.078 1 .014 .103 .017

x7 .971 .579 2.813 1 .093 2.640 .849

Constant -.774 .588 1.730 1 .188 .461


Step 2a x5 -2.630 .862 9.304 1 .002 .072 .013

x7 .992 .583 2.895 1 .089 2.696 .860

Constant -.811 .591 1.885 1 .170 .444

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Upper

Step 1a x4 1.520

x5 .627
x7 8.210
Poltekkes Kemenkes Jakarta 3
99

Constant
Step 2a x5 .391

x7 8.452

Constant

Correlation Matrix

Constant x4 x5 x7

Step 1 Constant 1.000 -.063 -.464 -.200

x4 -.063 1.000 -.362 .025

x5 -.464 -.362 1.000 -.630

x7 -.200 .025 -.630 1.000


Step 2 Constant 1.000 -.524 -.201

x5 -.524 1.000 -.665

x7 -.201 -.665 1.000

Model if Term Removeda

Model Log Change in -2 Sig. of the


Variable Likelihood Log Likelihood df Change

Step 1 x4 -54.825 .945 1 .331

x5 -57.573 6.442 1 .011

x7 -55.745 2.785 1 .095


Step 2 x5 -59.688 9.738 1 .002

x7 -56.247 2.856 1 .091

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 2a Variables x4 .929 1 .335

Overall Statistics .929 1 .335

Poltekkes Kemenkes Jakarta 3

Anda mungkin juga menyukai