Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan
nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar
terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada kehamilan disebut potensial
danger to mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak). Karena itulah
anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan pada lini terdepan.
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan
menetapkan Hb kurang dari 11 gr% sebagai dasarnya. Pada pengamatan lebih lanjut
menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah
kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, pemecahan sel darah merah lebih
cepat dari pembentukannya, dan gangguan pembentukan sel darah. Menurut catatan
dan perhitungan DepKes di Indonesia sekitar 67 % bumil mengalami anemia dalam
berbagai jenjang.
Tingginya

kejadian

anemia

pada

ibu

hamil

dapat

mencerminkan

ketidakmampuan sosial ekonomi keluarga atau seluruh komponen bangsa karena nilai
gizi tidak memenuhi syarat kesehatan.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui pengertian anemia dalam kehamilan
Untuk mengatahui etiologi dari anemia
Untuk mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
Untuk mengetahui klasifikasi dari anemia
Untuk mengetahui bagaimana penanganan anemia serta pencegahannya

BAB II
1

TINJAUAN TEORI

2.1

Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr%
pada trimester II. (Varney, 2006)
Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya
kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr
% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr%
dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).
Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%.
Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada
perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada
trimester II (Prawirohardjo, 2002).
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada
trimester II (Saifuddin, 2002).

2.2

Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia menurut anemia dalam kehamilan (Setiawan Y, 2006)
dapat dibagi menjadi :

Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)


Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat
besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam
makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.

Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)


Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat.

Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)


Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui
dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.

Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)


Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat, yaitu penyakit malaria.

Anemia Lain

2.3 Derajat Anemia


2

Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO (Handayani W, dan Haribowo A S,


2008) :
1.

Ringan sekali

Hb 10,00 gr% -13,00 gr%

2.

Ringan

Hb 8,00 gr% -9,90 gr%

3.

Sedang

Hb 6,00 gr% -7,90 gr%

4.

Berat

Hb < 6,00 gr%

Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan (Manuaba 2007), adalah :

2.4

1.

Tidak anemia

: Hb 11,00 gr%

2.

Anemia ringan

: Hb 9,00-10,00 gr%

3.

Anemia sedang

: Hb 7,00-8,00 gr%

4.

Anemia berat

: Hb < 7,00 gr%

Etiologi
Penyebab terjadinya anemia (Mochtar, 1998) adalah :

Kurang gizi (malnutrisi)


Kurang zat besi dalam diet/ Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang

dikonsumsi ibu hamil


Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
Malabsorbsi
Kehilangan darah banyak ( persalinan yang lalu, haid )
Penyakit kronis
Penghancuran sel darah merah
Penyakit darah yang bersifat genetik : hemofilia. Thalasemia
Parasit dan penyakit lain yang merusak darah : malaria

2.5

Tanda Dan Gejala


Pucat
Cepat lelah, letih, lemah lesu, lunglai
Sering pusing
Kurang nafsu makan
Mata berkunang-kunang
Pada hamil muda keluhan mual-muntah lebih hebat
Sulit konsentrasi
Muka-bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak tangan tidak merah
Nafas terasa pendek

2.6

Patofisiologi
Pada umumnya cadangan zat besi pada wanita itu kurang, disebabkan karena
kehilangan darah setiap bulan pada waktu haid. Pada wanita yang hamil cadangan ini
akan berkurang lagi karena kebutuhan janin akan zat besi sangat besar, juga
bertambahnya volume darah dapat menurunkan Hb maka terjadi anemia.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia
atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
3

adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro,
2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja
jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan,
dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun
sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldesteron
2.7

Diagnosis Anemia
Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dapat dilakukan
dengan:
1.

Anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan-keluhan seperti tersebut


diatas

2.

Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan alat Hb sahli. Dari hasil pemeriksaan
Hb dengan alat sahli, kondisi Hb dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Hb 11 gr %
Hb 9 - 10 gr %
Hb 7 8 gr %
Hb < 7 gr %

tidak anemia
anemia ringan
anemia sedang
anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada
trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa setiap ibu hamil
mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet
pada ibu-ibu hamil di puskesmas.
2.8

Pengaruh Anemia Pada Kehamilan Dan Janin


a.

Bahaya selama kehamilan

b.

Dapat terjadi karena abortus


Persalinan prematur
Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
Mudah terjadi infeksi
Ancaman decompensasi cordis (Hb < 6gr%)
Mola hidatidosa
Hiperemesis gravidarum
Perdarahan antepartum
Ketuban pecah dini

Bahaya saat persalinan

Gangguan his mempengaruhi kekuatan mengejan


4

Kala I berlangsung lama dan terjadi partus terlantar


Kala II berlangsung lama
Kala III dan IV dapat terjadi perdarahan post partum

(Mansjoer dkk, 2008).


c.

Bahaya pada saat nifas

d.

Bahaya terhadap janin

2.9

Terjadi sub involusi uteri menimbulkan perdarahan post partum


Memudahkan infeksi puerperium
Pengeluaran ASI berkurang
Terjadi decompensasi cordis mendadak post partum
Anemia kala nifas
Mudah terjadi infeksi mamae

Abortus
Terjadi kematian intrauteri
Persalinan prematur tinggi
Berat badan lahir rendah
Kelahiran dengan anemia
Dapat terjadi cacat bawaan
Bayi mudah terkena infeks
Intelegensia rendah

Penanganan
1.

Terapi obat
Terapi anemia defisiensi besi ialah dengan preparat besi oral atau
parenteral. Terapi peroral ialah dengan preparat besi contohnya fero sulfat, fero
glukonat atau Na fero bisitrat. Pemberian ferofumarat 60 mg/hari dapat
menaikkan Hb sebanyak 1 gr/bulan. Efek samping terakhir gastro intestinal
relatif kecil pada pemberian fero bisitrat. Kini program nasional menganjurkan
kombinasi untuk profilaksis anemia.
Indikasi Fe (tablet tambah darah untuk ibu hamil) : untuk memenuhi kebutuhan
zat besi dan membantu mengurangi anemia megaloblastik pada waktu hamil dan
menyusui.
Efek samping : ganguan gastrointestinal seperti ; mual, muntah, kembung,
konstipasi, atau diare.

2.

Terapi makanan
Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat
besi (Fe) misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna
hijau.
Gizi yang harus dipenuhi ibu hamil setiap harinya :

Karbohidrat 400 gram atau nasi 4 porsi

Protein ; tempe 100 gram atau 4 potong (bisa diganti dengan tahu)
5

Lemak ; daging 75 gram atau 3 potong

Vitamin ; sayuran hijau 300 gram atau 3 mangkuk

Buah-buahan ; 200 gram atau 3 potong

Mineral dan air ( 2-3 liter / hari ,Susu 2 gelas / hari )

3.0 Pencegahan Anemia


Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan
asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat
diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat
besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa
zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada
sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi.
Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin
banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe
minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan
agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Seseorang dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin kurang

dari 12g/100ml. namun anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilam. Hal itu
disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan
terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang.
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia
dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka
kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus
mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi
hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada
kehamilan muda.
6

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian


besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida.
Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika minimum 30 menit sebelum makan.
Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus
untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis
yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan
pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi
berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang
dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat
diperoleh dengan dengan mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi.
Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa
zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada
sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Zat besi juga dapat dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran
bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, maka akan
makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis. Jika cadangan Fe
minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan
agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek,

B.

Saran
Kebijakan dari pemerintah yang ikut andil dalam pemeliharaan kesehatan

calon ibu dengan menanggulangi anemia ini dengan cara memberikan tablet tambah
darah untuk mengatasi anemia ibu perlu lebih pengaplikasikannya secara terorganisir

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari,
2006.
Saifuddin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Winkdjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Prawirohardjo, Sarwono.2006. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN.................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........

1.2 Tujuan ......

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Pengertian ........................................................................................

2.2 Klasifikasi anemia ...........................................................................

2.3 Derajat Anemia................................................................................

2.4 Etiologi ............................................................................................

2.5 Tanda dan gejala .............................................................................

2.6 Patosifiologi ....................................................................................

2.7 Diagnosis kehamilan .......................................................................

2.8 Pengaruh anemia dalam kehamilan ................................................

2.9 Penanganan .....................................................................................

3.0 Pencegahan Anemia.........................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................

B. Saran ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
9

MAKALAH

PATOFISIOLOGI KEBIDANAN
ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Patologi Kebidanan

Dosen : Ibu Suprijati, S.ST, M.Kes

Oleh :

SISWANTINI
NIM. 14614104

PRODI D IV BIDAN PENDIDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2015

10

Anda mungkin juga menyukai