BRS IPM Kabupaten Ngada 2015
BRS IPM Kabupaten Ngada 2015
Selama kurun waktu 2011-2015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari 62,80 pada tahun 2011
menjadi 65,10 pada tahun 2015 atau naik sebesar 2,30 poin.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhannya makin melambat yaitu dari 0,96 poin pada periode
tahun 2010-2011 turun menjadi 0,21 poin pada periode tahun 2013-2014, lalu meningkat
menjadi 0,46 pada periode tahun 2014-2015
Bila dibandingkan pada tingkat regional Provinsi NTT, rangking IPM pada tahun 2015
Kabupaten Ngada masih berada di bawah Kabupaten Ende (peringkat 2) dan Kota Kupang
(peringkat 1) atau berada di posisi 3 dari 22 Kabupaten/Kota di Propinsi NTT.
Kabupaten Ngada dapat dikategorikan dalam klasifikasi tingkatan menengah bawah, artinya kinerja
pencapaian pembangunan relatif cukup baik.
Gambar 1. Perkembangan IPM Kabupaten Ngada, 2011 2015
Peningkatan IPM di Kabupaten Ngada tersebut, disebabkan oleh peningkatan nilai komponen
IPM itu sendiri, yakni Angka Harapan Hidup, angka Harapan Lama Sekolah, dan angka Rata-rata
Lama Sekolah, serta pengeluran per kapita disesuaikan.
Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Ngada kian meningkat. Jika pada tahun
2011, seorang bayi yang lahir mempunyai peluang hidup hingga umur 67,23 tahun, maka pada tahun
2015, peluang hidup meningkat hingga umur 67,32 tahun atau naik sebesar 0,09 tahun.
Capaian Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun ke atas di Kabupaten Ngada
selama periode 2011-2015 menunjukkan perkembangan yang terus meningkat. Selama 5 tahun HLS
secara absolut meningkat 0,99 poin, yaitu dari 11,33 tahun pada tahun 2011 menjadi 12,32 tahun pada
tahun 2015. HLS sebesar 12,32 tahun mengandung pengertian bahwa setiap anak usia 7 tahun di
Kabupaten Ngada mempunyai peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMTA atau
D1. Sementara pencapaian rata-rata lama sekolah (RLS) mengalami peningkatan relatif sangat kecil
yaitu sebesar 0,50 poin yaitu dari 7,10 tahun pada tahun 2011 menjadi 7,60 tahun pada tahun 2015. Ini
berarti bahwa hingga tahun 2015, penduduk usia 25 tahun ke atas di Kabupaten Ngada secara rata-rata
telah mengenyam pendidikan hingga kelas VIII (SMP kelas 2).
Dari sisi pengeluaran per kapita disesuaikan, rata-rata pengeluaran konsumsi riil per kapita
penduduk Kabupaten Ngada juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator ini digunakan
untuk mengukur kemampuan daya beli masyarakat yang didekati dengan kebutuhan standar minimal
untuk dapat hidup layak (Purchasing Power Parity PPP dalam rupiah). Kebutuhan standar minimal
untuk dapat hidup layak di Kabupaten Ngada pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 7.613 ribu per kapita
meningkat menjadi Rp 8.085 ribu per kapita pada tahun 2015, atau naik sebesar 472 ribu poin selama
kurun tahun 2011-2015.
Gambar 5.
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (Rp. 000) di Kabupaten Ngada, 2011-2015
2012
AHH
2013
2014
2015
2011
2012
HLS
2013
2014
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Flores Timur
63,88
63,88
63,88
63,88
64,28
10,36
10,72
11,09
11,49
11,90
Sikka
65,60
65,64
65,68
65,70
66,10
10,78
10,81
11,03
11,38
11,54
Ende
64,13
64,18
64,24
64,27
64,37
12,09
13,05
13,49
13,71
13,73
Ngada
67,23
67,27
67,30
67,32
67,32
11,33
11,62
11,92
11,99
12,32
Manggarai
64,62
64,69
64,75
64,78
65,48
10,50
10,87
10,90
11,29
11,60
Manggarai Barat
65,66
65,79
65,92
65,98
65,98
9,58
9,73
9,89
10,15
10,41
Nagekeo
66,00
66,02
66,04
66,05
66,25
11,02
11,09
11,17
11,39
11,61
Manggarai Timur
67,21
67,24
67,26
67,27
67,27
9,82
9,86
9,91
10,15
10,30
NTT
65,45
65,64
65,82
65,91
65,96
11,55
11,73
12,27
12,65
12,84
2011
2012
RLS
2013
2014
2015
2011
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
Flores Timur
6,34
6,55
6,74
6,86
6,98
6.802
6.888
7.048
7.099
7.150
Sikka
6,09
6,32
6,49
6,53
6,54
7.203
7.314
7.500
7.559
7.618
Ende
6,96
7,00
7,03
7,30
7,37
8.227
8.322
8.491
8.551
8.679
Ngada
7,10
7,29
7,47
7,51
7,60
7.613
7.770
8.002
8.070
8.085
Manggarai
6,37
6,60
6,76
6,79
6,81
6.390
6.511
6.706
6.790
6.875
Manggarai Barat
6,34
6,35
6,65
6,80
6,81
6.599
6.694
6.862
6.937
7.012
Nagekeo
6,51
6,74
6,98
7,14
7,33
7.536
7.645
7.830
7.868
7.906
Manggarai Timur
5,98
6,01
6,04
6,42
6,43
4.920
5.008
5.170
5.208
5.246
NTT
6,60
6,71
6,76
6,85
6,93
6.678
6.785
6.899
6.934
7.003
(1)
Lanjutan Tabel 1.
Kabupaten
(1)
2015
Lanjutan Tabel 1.
Kabupaten
2011
2012
IPM
2013
2014
2015
2011
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
Flores Timur
58,15
58,93
59,80
60,42
61,24
10
11
10
10
10
Sikka
59,62
60,12
60,84
61,36
61,81
Ende
62,78
63,93
64,64
65,25
65,54
Ngada
62,80
63,57
64,43
64,64
65,10
Manggarai
58,02
58,92
59,49
60,08
60,87
11
12
12
12
12
Manggarai Barat
57,75
58,13
59,02
59,64
60,04
13
14
15
15
15
Nagekeo
61,05
61,60
62,24
62,71
63,33
Manggarai Timur
54,97
55,28
55,74
56,58
56,83
20
20
21
21
21
NTT
60,24
60,81
61,68
62,26
62,67
31
31
31
31
32
(1)
Rank IPM
2012 2013 2014
(28)
(29)
2015
(30)
(31)
Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka Harapan Lama Sekolah, bisa
didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi.
PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu
wilayah.
Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian
satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan
pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar
karena sama pentingnya.
HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai
jenjang.
HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program
wajib belajar.
Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS dikoreksi dengan
siswa yang bersekolah di pesantren.
Penghitungan EYS.
Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level
provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan
tahun dasar 2012=100.
Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana
66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode
penghitungannya menggunakan Metode Rao.
10
11