Anda di halaman 1dari 11

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA

No. 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


KABUPATEN NGADA, TAHUN 2011 - 2O15

Selama kurun waktu 2011-2015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari 62,80 pada tahun 2011
menjadi 65,10 pada tahun 2015 atau naik sebesar 2,30 poin.

Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhannya makin melambat yaitu dari 0,96 poin pada periode
tahun 2010-2011 turun menjadi 0,21 poin pada periode tahun 2013-2014, lalu meningkat
menjadi 0,46 pada periode tahun 2014-2015

Bila dibandingkan pada tingkat regional Provinsi NTT, rangking IPM pada tahun 2015
Kabupaten Ngada masih berada di bawah Kabupaten Ende (peringkat 2) dan Kota Kupang
(peringkat 1) atau berada di posisi 3 dari 22 Kabupaten/Kota di Propinsi NTT.

Perkembangan IPM Kabupaten Ngada Tahun 2011 - 2015


Selama kurun waktu 2011-2015, IPM Kabupaten Ngada terus mengalami perkembangan yang
positif. Pada tahun 2011, IPM Kabupaten Ngada sebesar 62,80. Seiring dengan proses pembangunan,
IPM terus meningkat hingga mencapai angka 65,10 pada tahun 2015. Meningkatnya IPM ini
merupakan refleksi dari upaya pembangunan SDM yang telah dilakukan selama ini menuju kearah
yang lebih baik. Pada periode 2010-2014, kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Ngada
menunjukkan adanya peningkatan kecepatan yang makin melambat. Hal ini terlihat dari
pertumbuhannya yang terus melambat dari 0,96 poin pada periode 2010-2011 menjadi 0,21 poin pada
periode tahun 2013-2014, lalu meningkat menjadi 0,46 pada periode tahun 2014-2015.
Menurut United Nations Development Programme (UNDP), tingkatan status pembangunan
manusia dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu: tingkatan rendah (IPM < 50,00), tingkatan
menengah bawah (50,00 IPM 65,99), tingkatan menengah atas (66,00 < IPM < 79,99), dan
tingkatan tinggi (IPM 80,00). Berdasarkan konsepsi tersebut maka status pembangunan manusia di

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

Kabupaten Ngada dapat dikategorikan dalam klasifikasi tingkatan menengah bawah, artinya kinerja
pencapaian pembangunan relatif cukup baik.
Gambar 1. Perkembangan IPM Kabupaten Ngada, 2011 2015

Sumber: BPS Prov. NTT

Gambar 2. Pertumbuhan IPM Kabupaten Ngada, 2010-2015

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

Peningkatan IPM di Kabupaten Ngada tersebut, disebabkan oleh peningkatan nilai komponen
IPM itu sendiri, yakni Angka Harapan Hidup, angka Harapan Lama Sekolah, dan angka Rata-rata
Lama Sekolah, serta pengeluran per kapita disesuaikan.
Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Ngada kian meningkat. Jika pada tahun
2011, seorang bayi yang lahir mempunyai peluang hidup hingga umur 67,23 tahun, maka pada tahun
2015, peluang hidup meningkat hingga umur 67,32 tahun atau naik sebesar 0,09 tahun.

Gambar3. Perkembangan AHH Kabupaten Ngada, 2011-2015

Capaian Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun ke atas di Kabupaten Ngada
selama periode 2011-2015 menunjukkan perkembangan yang terus meningkat. Selama 5 tahun HLS
secara absolut meningkat 0,99 poin, yaitu dari 11,33 tahun pada tahun 2011 menjadi 12,32 tahun pada
tahun 2015. HLS sebesar 12,32 tahun mengandung pengertian bahwa setiap anak usia 7 tahun di
Kabupaten Ngada mempunyai peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMTA atau
D1. Sementara pencapaian rata-rata lama sekolah (RLS) mengalami peningkatan relatif sangat kecil
yaitu sebesar 0,50 poin yaitu dari 7,10 tahun pada tahun 2011 menjadi 7,60 tahun pada tahun 2015. Ini
berarti bahwa hingga tahun 2015, penduduk usia 25 tahun ke atas di Kabupaten Ngada secara rata-rata
telah mengenyam pendidikan hingga kelas VIII (SMP kelas 2).

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

Gambar 4. Perkembangan HLS dan RLS Kabupaten Ngada, 2011-2015

Dari sisi pengeluaran per kapita disesuaikan, rata-rata pengeluaran konsumsi riil per kapita
penduduk Kabupaten Ngada juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator ini digunakan
untuk mengukur kemampuan daya beli masyarakat yang didekati dengan kebutuhan standar minimal
untuk dapat hidup layak (Purchasing Power Parity PPP dalam rupiah). Kebutuhan standar minimal
untuk dapat hidup layak di Kabupaten Ngada pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 7.613 ribu per kapita
meningkat menjadi Rp 8.085 ribu per kapita pada tahun 2015, atau naik sebesar 472 ribu poin selama
kurun tahun 2011-2015.
Gambar 5.
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (Rp. 000) di Kabupaten Ngada, 2011-2015

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

Perbandingan Antar Kabupaten


Dalam konteks spasial, baik regional Propinsi NTT maupun secara nasional, besaran IPM dapat
dibandingkan, sehingga tergambar seberapa jauh kinerja pembangunan manusia masing-masing
kabupaten/kota. Bila dibandingkan pada tingkat regional Provinsi NTT, rangking IPM Kabupaten
Ngada pada tahun 2015 masih berada di bawah Kabupaten Ende (peringkat 2) dan Kota Kupang
(peringkat 1) atau berada di posisi 3 dari 22 Kabupaten/Kota di Propinsi NTT.

Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia Se Daratan Flores, Tahun 2011 2015


Kabupaten
2011

2012

AHH
2013

2014

2015

2011

2012

HLS
2013

2014

2015

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Flores Timur

63,88

63,88

63,88

63,88

64,28

10,36

10,72

11,09

11,49

11,90

Sikka

65,60

65,64

65,68

65,70

66,10

10,78

10,81

11,03

11,38

11,54

Ende

64,13

64,18

64,24

64,27

64,37

12,09

13,05

13,49

13,71

13,73

Ngada

67,23

67,27

67,30

67,32

67,32

11,33

11,62

11,92

11,99

12,32

Manggarai

64,62

64,69

64,75

64,78

65,48

10,50

10,87

10,90

11,29

11,60

Manggarai Barat

65,66

65,79

65,92

65,98

65,98

9,58

9,73

9,89

10,15

10,41

Nagekeo

66,00

66,02

66,04

66,05

66,25

11,02

11,09

11,17

11,39

11,61

Manggarai Timur

67,21

67,24

67,26

67,27

67,27

9,82

9,86

9,91

10,15

10,30

NTT

65,45

65,64

65,82

65,91

65,96

11,55

11,73

12,27

12,65

12,84

2011

2012

RLS
2013

2014

2015

2011

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

Flores Timur

6,34

6,55

6,74

6,86

6,98

6.802

6.888

7.048

7.099

7.150

Sikka

6,09

6,32

6,49

6,53

6,54

7.203

7.314

7.500

7.559

7.618

Ende

6,96

7,00

7,03

7,30

7,37

8.227

8.322

8.491

8.551

8.679

Ngada

7,10

7,29

7,47

7,51

7,60

7.613

7.770

8.002

8.070

8.085

Manggarai

6,37

6,60

6,76

6,79

6,81

6.390

6.511

6.706

6.790

6.875

Manggarai Barat

6,34

6,35

6,65

6,80

6,81

6.599

6.694

6.862

6.937

7.012

Nagekeo

6,51

6,74

6,98

7,14

7,33

7.536

7.645

7.830

7.868

7.906

Manggarai Timur

5,98

6,01

6,04

6,42

6,43

4.920

5.008

5.170

5.208

5.246

NTT

6,60

6,71

6,76

6,85

6,93

6.678

6.785

6.899

6.934

7.003

(1)

Lanjutan Tabel 1.
Kabupaten
(1)

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

Pengeluaran (Rp. 000)


2012
2013
2014

2015

Lanjutan Tabel 1.
Kabupaten
2011

2012

IPM
2013

2014

2015

2011

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

Flores Timur

58,15

58,93

59,80

60,42

61,24

10

11

10

10

10

Sikka

59,62

60,12

60,84

61,36

61,81

Ende

62,78

63,93

64,64

65,25

65,54

Ngada

62,80

63,57

64,43

64,64

65,10

Manggarai

58,02

58,92

59,49

60,08

60,87

11

12

12

12

12

Manggarai Barat

57,75

58,13

59,02

59,64

60,04

13

14

15

15

15

Nagekeo

61,05

61,60

62,24

62,71

63,33

Manggarai Timur

54,97

55,28

55,74

56,58

56,83

20

20

21

21

21

NTT

60,24

60,81

61,68

62,26

62,67

31

31

31

31

32

(1)

Rank IPM
2012 2013 2014
(28)

(29)

2015

(30)

(31)

Sumber: BPS Prov. NTT.

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

Penjelasan singkat tentang:

PERUBAHAN METODOLOGI IPM

Mengapa Metodologi IPM Diubah ?


Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM yaitu:
PERTAMA:
o Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka Melek
Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat
menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah
tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik.
o Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan
masyarakat pada suatu wilayah.
KEDUA:
o Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa
capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dimensi lain.

Apa Saja yang Berubah ?


INDIKATOR:
o Angka Melek Huruf (AMH) pada metode lama diganti dengan angka Harapan Lama Sekolah
(HLS).
o Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per
kapita.
METODE PENGHITUNGAN:
o Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.

Apa Saja Keunggulan IPM Metode Baru ?


o Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik (diskriminatif ).

Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka Harapan Lama Sekolah, bisa
didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi.

PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu
wilayah.

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian
satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan
pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar
karena sama pentingnya.

Variabel dalam IPM Metode Baru


Angka Harapan Hidup saat Lahir AHH (Life Expectancy e0)
Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak
tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir.
AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil Proyeksi
SP2010.
Rata-rata Lama Sekolah RLS (Mean Years of Schooling MYS)
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk dalam menjalani pendidikan formal.
Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan
turun.
Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas.
RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan
sudah berakhir.
Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standard internasional yang
digunakan oleh UNDP.
Harapan Lama Sekolah HLS (Expected Years of Schooling EYS)
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun)
yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai
jenjang.

HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program
wajib belajar.

Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS dikoreksi dengan
siswa yang bersekolah di pesantren.

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

Sumber data pesantren yaitu dari Direktorat Pendidikan Islam.

Penghitungan EYS.

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan


Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya
beli.

Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level
provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan
tahun dasar 2012=100.

Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana
66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode
penghitungannya menggunakan Metode Rao.

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

10

Informasi lebih lanjut hubungi:


Drs. Moch. Bathik
Kepala BPS Kabupaten Ngada
Telp/Fax: (0384) 21359
e-mail: bps5312@mailhost.bps.go.id

Berita Resmi Statistik No 02/07/Th. VIII, 12 Juli 2016

11

Anda mungkin juga menyukai