PENULISAN SKRIPSI
1. JUDUL :
2. PELAKSANAAN PENELITIAN
a. Nama
: DIAN MAYASARI
b. NIM
: 11150018
c. Angkatan Tahun
: 2011
d. Program Studi
: Ilmu Hukum
: 136
: Sudah
: Banda Aceh
Keputusan
Menteri
Kehakiman
Republik
Indonesia
Nomor
M.04.PR.07.03 Tahun 1985, cabang rutan disamakan dengan rutan dimana kepala
cabang rutan secara struktural bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM. Tentunya nomenklatur yang berbeda tetapi mempunyai
tugas dan fungsi dan hubungan tanggungjawab yang sama merupakan suatu
kejanggalan. Penting untuk dipertimbangkan untuk menyamakan status cabang rutan
agar dijadikan rutan sehingga tidak ada lagi cabang-cabang rutan di Indonesia.
Selanjutnya bagi cabang-cabang rutan yang akan menjadi rutan, sumber daya
manusianya harus berasal dari petugas pemasyarakatan bukan berasal dari instansi
tempat dimana rutan tersebut berada. Oleh karena itu Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan perlu mengkaji kembali ketentuan kerjasama terdahulu antara Menteri
Kehakiman dengan Jaksa Agung atau dengan Kapolri dan pejabat lainnya mengenai
penyelenggaraan tugas dan fungsi cabang rutan di masing-masing instansi tersebut.
4. PENELAAHAN KEPUSTAKAAN
sehingga terpidana dijadikan obyek dari pembalasan maasyarakat agar jera dan tidak
melanggar hukum lagi.1
Adapun hak-hak yang dimiliki oleh Warga Binaan Pemasyarakatan ( WBP ) yang diatur
dalam Pasal 14 ayat (1 ) Undang- undang No.12 tahun 1995 yaitu :
a.
Melakukan ibadah
kepercayaannya.
sesuai
dengan
agama
atau
Mendapatkan kesempatan
mengunjungi keluarga.
berasimilasi
termasuk
cuti
12
Pemasyarakatan
bahwa
Pasal
disebutkan
Tahun
1995
sistem
tentang
pembinaan
dan
bibingan
dilaksanakan
pendidikaan
kerohanian,
dan
kesempatan
untuk
menunaikan ibadah.
d) Penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia
Bahwa sebagian orang yang tersesat Warga Binaan Pemasyarakatan
harus tetap diperlukan sebagai manusia.
e) Kehilangan Kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
Warga Binaan pemasyarakatan harus berada dalam Lapas untuk jangka
waktu tertentu, sehingga Negara mempunyai kesempatan yang penuh
untuk memperbaikinya. Selama di lapas, Waga Binaan Pemasyarakatan
teetap memperoleh hak-haaknya yang lain seperti layaaknya maanusia,
6. METODE PENELITIAN
a. Definisi Operasional variable
- Pemasyarakatan adalah : kegiatan untuk melakukan pembinaan Narapidana
Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana
- Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut RUTAN adalah tempat untuk
melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
b. Lokasi dan Populasi Penelitian
4 Bambang Purnomo, Kapita Selekta Hukum Pidana, 1998, hal. 11
1. Lokasi Penelitian yang diambil dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Banda
Aceh.
2. Populasi penelitian adalah pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini yaitu :
- Rutan Banda Aceh
- Masyarakat Kota Banda Aceh
- Kepala Rutan Banda Aceh
- Kasi Administratif
- Staf Rutan Banda Aceh
c. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive sampling, yaitu diambil
beberapa orang dari keseluruhan populasi penelitian, yang diharapkan dapat mewakili
seluruh populasi. Dengan demikian yang menjadi responden dan informan dalam
penelitian ini adalah :
Responden :
a.
b.
c.
d.
e.
Informan :
-
7. JADWAL PENELITIAN
Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis memperkirakan waktu yang
diperlukan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
: 3 hari
: 5 hari
: 25 hari
: 20 hari
: 15 hari
: 40 hari
: 108 hari
Lampoh Kude, Juni 2016
Pelaksana Penelitian
Dian Mayasari
I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
A. Pelaksanaan tugas dan tata kerja rumah tahanan di Rutan Banda Aceh
ditinjau menurut keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M
01.PRa.07.10 Tahun 2005
B. Efektivitas Pelaksanaan tugas dan tata kerja rumah tahanan di Rutan Banda
Aceh ditinjau menurut keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M
01.PRa.07.10 Tahun 2005
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Andi Hamzah dan A.Sumangelipu, Pidana Mati Di Indonesia, 1994
Achamd S Soemadi Pradja dan Atmasasmita. R. Sistem Pemasyarakatan di Indonesia.
Banung. Binacipta, 1979
Achamd S Soemadi Pradja dan Atmasasmita. R. Sistem Pemasyarakatan di Indonesia.
Bandung. Binacipta, 1979
Bambang Purnomo, Kapita Selekta Hukum Pidana, 1998
Bambang Purmono. Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyaarakatan.
Yogyakarta, Liberty, 1986
Barda Nawawi Arief. Kebijakan Legislatif dengan Pidana Penjara. Semarang, Badan
Penerbit UNDIP, 1996
Hamzah, A. dan Siti Rahayu. Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemindanaan di
Indonesia. Jakarta, Akademika Pressindo, 1983
Moeljatno. Azas-azas Hukum Pidana. Yogyakata : Bina Aksara. 1993
Ninik Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana Dan Pemidanaan
Poerwadarminta. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka, 1980
Roeslan Saleh. Beberapa Azas-azas Hukum Pidana dalam Perspektif. Jakarta. Aksara
Baru. 1981
Sudaryono & Natangsa Surbakti. Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana. Surakarta.
Fakultas Hukum Universitas Muhamammadiyah Surakarta, 2005
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum. Ypgyakarta:Libberty, 2003
Peraturan Perundang-undangan :
Penjelasan atas Undang-undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan PAtas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Syarat dan tata Cara Pelaksanaan
hak Warga Binaan Pemasyarakatan
PELAKSANAAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH TAHANAN NEGARA
DITINJAU MENURUT KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN RI
NO: M 01.PRA.07.10 TAHUN 2005
(Suatu Penelitian di Rumah Tahanan Negara Banda Aceh)
Proposal
Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Abulyatama
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Mencapai
Derajat S-1 Hukum
Di Susun Oleh :
DIAN MAYASARI
Nim
: 11150018
Prodi
: Ilmu Hukum
Bidang
: Hukum Tata Negara
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ABULYATAMA
LAMPOH KEUDE ACEH BESAR
2016