Anda di halaman 1dari 15

USULAN RANCANGAN PENELITIAN UNTUK

PENULISAN SKRIPSI
1. JUDUL :

PELAKSANAAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH


TAHANAN NEGARA DITINJAU MENURUT KEPUTUSAN
MENTERI KEHAKIMAN RI NO: M 01.PRA.07.10 TAHUN
2005 (Suatu Penelitian di Rumah tahanan negara Banda Aceh)

2. PELAKSANAAN PENELITIAN
a. Nama

: DIAN MAYASARI

b. NIM

: 11150018

c. Angkatan Tahun

: 2011

d. Program Studi

: Ilmu Hukum

e. Jumlah SKS yang telah


diperoleh

: 136

f. Sudah / belum Lulus


dalam Mata Kuliah Wajib
g. Alamat

: Sudah
: Banda Aceh

3. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


sistem pemasyarakatan merupakan suatu tatanan mengenai arah dan batasan
serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar dapat menerima kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
dalam lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat
hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Rumah tahanan negara sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas pengayoman
dan pembinaan warga binaan pemasyarakatan pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi.
Pemasyarakatan yang melaksanakan tugas pembinaan dan pengamanan Warga Binaan

Pemasyarakatan diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan,dan dalam Pasal 8 UUP yang menyatakan bahwa, petugas
pemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan tugas di
bidang pembinaan, pembimbingan, dan pengamanan warga binaan.
Aturan lebih lanjut diatur dalam Pasal 61 ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No: M 01.PRa.07.10 Tahun 2005 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah yang menyebutkan bahwa Kepala Divisi
Pemasyarakatan, dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Direktur
Jenderal atau Kepala Badan yang bersesuaian melalui Kepala Kantor Wilayah. Dalam
hal-hal tertentu yang bersifat teknis, Kepala Divisi Pemasyarakatan, dapat melaporkan
pelaksanaan tugasnya langsung kepada Direktur Jenderal atau Kepala Badan yang
bersesuaian dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah.
Dalam

Keputusan

Menteri

Kehakiman

Republik

Indonesia

Nomor

M.04.PR.07.03 Tahun 1985, cabang rutan disamakan dengan rutan dimana kepala
cabang rutan secara struktural bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM. Tentunya nomenklatur yang berbeda tetapi mempunyai
tugas dan fungsi dan hubungan tanggungjawab yang sama merupakan suatu
kejanggalan. Penting untuk dipertimbangkan untuk menyamakan status cabang rutan
agar dijadikan rutan sehingga tidak ada lagi cabang-cabang rutan di Indonesia.
Selanjutnya bagi cabang-cabang rutan yang akan menjadi rutan, sumber daya
manusianya harus berasal dari petugas pemasyarakatan bukan berasal dari instansi
tempat dimana rutan tersebut berada. Oleh karena itu Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan perlu mengkaji kembali ketentuan kerjasama terdahulu antara Menteri
Kehakiman dengan Jaksa Agung atau dengan Kapolri dan pejabat lainnya mengenai
penyelenggaraan tugas dan fungsi cabang rutan di masing-masing instansi tersebut.

Namun demikian, setelah dirubahnya Sistem Kepenjaraan menjadi Sistem


Pembinaan di Rumah tahanan negara ada hal-hal yang dapat dilihat sebagai suatu
permasalahan yang bersifat umum apabila dilihat dari visi dan misi serta tujuan dari
pemasyarakatan tersebut sebagai tempat pembinaan Narapidana dan agar keberadaan
Narapidana tersebut dapat diterima kembali oleh masyarakat sewaktu bebas. Sebagai
contoh, meskipun sudah dirubahnya Sistem Kepenjaraan menjadi Sistem Pembinaan di
Rumah tahanan negara masih terdapat juga pengulangan tindak pidana (residivis) oleh
para Narapidana setelah selesai menjalani Pembinaan di Rumah tahanan negara. Selain
hal tersebut, efektif atau tidak sistem yang diterapkan di Rumah tahanan negara
sehingga Narapidana tersebut bisa berubah menjadi lebih baik setelah bebas.
Membekali Narapidana tersebut dengan pendidikan yang lebih baik dengan teknologi
tinggi bisa menjamin Narapidana dapat berubah menjadi lebih baik perilakunya
ataukah dapat membuat Narapidana menjadi lebih mahir di bidang kejahatannya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang dapat dijadikan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Pelaksanaan tugas dan tata kerja rumah tahanan di Rutan
Banda Aceh ditinjau menurut keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M
01.PRa.07.10 Tahun 2005 ?
2. Apakah Pelaksanaan tugas dan tata kerja rumah tahanan di Rutan Banda
Aceh telah berjalan efektif ditinjau menurut keputusan Menteri Kehakiman
RI Nomor: M 01.PRa.07.10 Tahun 2005 ?

4. PENELAAHAN KEPUSTAKAAN

1. Rumah tahanan negara


Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia adalah
Departemen pemerintah yang mengurusi pelayanan publik kepada masyarakat. Dimana
Departemen Hukum Dan HAM membawahi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang
membawahi Lapas. Lapas merupakan bagian pemerintah yang menjalankan pelayanan
publik.
Sistem pemasyarakatan merupakan bentuk penegakan hak asasi manusia yang
mengutamakan pelayanan hukum dan pembinaan narapidana. Pelayanan hukum dan
pembinaan narapidana ini merupakan suatu pelayanan publik pemerintah yang
diberikan kepada masyarakat.
Sistem pemasyarakatan adalah sutau susunaan elemen yang berintegrasi yang
meembentuk suatu kesatuan yang integral membentuk konsepsi tentang perlaakuan
terhadap orang yang melanggar hukum pidana atas dasar pemikiran rehabilitasi,
resosialisasi, yang berisi unsur edukaatif, korektif, defensive dan yang ber aspek
idnividu dan social.
Sistem pemasyarakatan terdapat unsur-unsur yang berperan di dalamnya, unsurunsur tersebut dikemukakaan oleh Ahmad dan Atmasasmita yaitu petugas lembaga,
narapidana (klien pemassyarakatan) dan masyarakat.
Masyarakat mempunyai peranan penting dalam mengadakan kerjasama
pembinaan karena masyarakat bagian dari pada kehidupan individu berinteraksi setelah
hidup bebas, sehingga dapat menerima terpidana sebagai anggota warga masyarakat
dengan baik.
Dalam hal pendekatan yang digunakan, pelaksanaan pidana penjara
menggunakan pendekatan pains of imprisonment sebagai method of punishment

sehingga terpidana dijadikan obyek dari pembalasan maasyarakat agar jera dan tidak
melanggar hukum lagi.1
Adapun hak-hak yang dimiliki oleh Warga Binaan Pemasyarakatan ( WBP ) yang diatur
dalam Pasal 14 ayat (1 ) Undang- undang No.12 tahun 1995 yaitu :
a.

Melakukan ibadah
kepercayaannya.

sesuai

dengan

agama

atau

b. Mendapatkan perawatan baik perawatan jasmani maupun


perawatan rohani.
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.
e. Menyampaikan keluhan.
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media masa
lainnya yang tidak dilarang.
g. Mendapatkan upah dan premi atas pekerjaan yang dilakukan.
h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang
tertentu yang lainnya.
i. Mendapatkan pengurangan masa pidana ( remisi ).
j.

Mendapatkan kesempatan
mengunjungi keluarga.

berasimilasi

termasuk

cuti

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat


Terdapat perbedaan pelaksanaan antara sistem pemasyarakatan dengan sistem
kepenjaraan. Sistem kepenjaraan menekankan pada unsure balas dendam dan penjaraan
terhadap individu yang melakukan pelanggaran hukum serta bukan hanya merampas
hilang kemerdekaannya tetapi juga merampas semua hak-haknya sebagai individu
manusia dan menggunakan sistem tertutup yaitu menjauhkan narapidana dari
masyarakat luar dan memutuskan hubungan dengaan masyarakat. Pemikiran-pemikiran
baru yang mencegah pengulangan tindak kejahatan dan memperbaiki pelaku kejahatan,
maka lahirlah suatu sistem pembinaan yang dikenal dengan Sistem Pemasyarakatan.

1 Bambang Purmono. Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem


Pemasyaarakatan. Yogyakarta, Liberty, 1986, hal 72

Pelaksanaan pidana penjara dengan sistem pemasyarakatan, Bambang Purnomo


menyatakan bahwa pelaksanaan pidana penjara dengan sistem pemasyarakatan adalah
proses konversi yang merupakan salah satu bagian dalam kegiatan tata usaha Negara
dan terdiri ataas kompnen bahan masukan, hasil keluaran, instrument proses,
lingkungan proses dan umpan balik yang mengadakan interrelasi serta interaksi satu
sama lain.
Sistem pemasyakatan melaksanakan pembinaan dengan sistem terbuka dengan
melibatkan masyaakaat dalam pembinaannya maka sistem pemasyarakatan berfungsi
untuk menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat
dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembaali sebagai anggota masyarakat
yang bebas dan bertanggung jawab.
Saharjo dalam Hamzah dan Rahayu mengemukakan pemikiran pembinaan
narapidana maupun anaak didik berdasarkan sistem pemasyarakatan yang tertuang ke
dalam sepuluh butir Prinsip Pemasyarakatan yaitu :2
1. Ayomi dan berikan bekal agar mereka dapat menjalankan peranan sebagai
warga masyarakat yang baik dan berguna.
2. Penjatuhan pidana tidak lagi didasari oleh latar belakang pembalasan.
3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan spaya mereka bertobat
4. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat
daripada sebelum dijatuhkan pidana.
5. Selama kehilangan (dibatasi) kemerdekaan bergeraknya para narapidana dan
anak didik tidak boleh diasingkan dari masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana anak didik tidak boleh bersifat
sekedar pengisi waktu.
7. Pembinaan dan bimbingan yang diberikan kepada narapidana dan anak
didik adalah berdasarkan pancasila.
8. Narapidana dan anak didik bagaikaan orang sakit perlu diobati agar mereka
sadar bahwa pelaanggaan hukum yang pernah dilakukannya adalah merusak
2 Hamzah, A. dan Siti Rahayu. Suatu Tinjauan Ringkas Sistem
Pemindanaan di Indonesia. Jakarta, Akademika Pressindo, 1983, hal 86

dirinya, keluarga dan lingkungannyaa, kemudian dibina dan dimbimbing ke


jalan yang benar.
9. Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana berupa membatasi
kemerdekaannya dalm jangka waktu tertentu.
10. Untuk peembinaan dan bimbingan para narapidana dan anak didik, maka
disediakan sarana yang diperlukan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor

12

Pemasyarakatan

bahwa

Pasal

disebutkan

Tahun

1995

sistem

tentang

pembinaan

pemasyarakatan di Indonesia itu dilaksanakan berdasarkan asas :


a) Pengayoman
Perlakuan terhadap Waarga Binaan Pemasyarakatan dalam rangka
melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana
oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidupp
kepada Waga Binaan Pemasyarakataan agar menjadi warga yang
berguna di dalam masyarakat.
b) Persamaan perlakuan dan pelayanan memberikan perlakuan dan
pelayanan yang sama kepada Warga Binaan Pemsyarakatan tanpa
membeda-bedakan orang.
c) Pendidikan dan bimbingan
Bahwa penyelenggaraan pendidikan

dan

bibingan

dilaksanakan

berdasarkan Pancasila, antaara lain penanaman jiwa kekeluargaan,


ketrampilan,

pendidikaan

kerohanian,

dan

kesempatan

untuk

menunaikan ibadah.
d) Penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia
Bahwa sebagian orang yang tersesat Warga Binaan Pemasyarakatan
harus tetap diperlukan sebagai manusia.
e) Kehilangan Kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
Warga Binaan pemasyarakatan harus berada dalam Lapas untuk jangka
waktu tertentu, sehingga Negara mempunyai kesempatan yang penuh
untuk memperbaikinya. Selama di lapas, Waga Binaan Pemasyarakatan
teetap memperoleh hak-haaknya yang lain seperti layaaknya maanusia,

dengan kata lain hak perdatanya teetap dilindungi seperti hak


memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat
tidur, latihaan ketrampilan, olah raga, atau rekreasi.
f) Terjaminnya hak-hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang tertentu.
Hukum mengatur masayarakat secara patut dan bermanfaat,
dengan menetapkan apa yang harus atau yang diperbolehkan atau
yang diajukan. Dengan adanya hukum dapat diketahui adanya garis
pembeda antara apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan dan
apa yang bersifat anjuran.
Pidana itu harus diusahakan agar dapat mengubah pandangan dan sikapsikap
penjahat sehingga tidak lagi akan melakukan kejahatan di masa yang akan datang.
Dengan adanya itu dicapai jalan menciptakan program-program yang bersifat nasihatnasihat yang menyembuhkan si penjahat. Bagi para sosiolog, maksud tersebut dapat
dicapai dengan jalan mengadakan pendidikan dan latihan keja keterampilan. Lebihlebih di Indonesia di mana kesulitan-kesulitan hidup seperti lowongan kerja semakin
memperbudak kondisi ekonomi. Bagaimanapun juga, tujuan permasyarakatan sepeti ini
merupakan hal yang paling penting dalam dunia moderen sekarang ini.3
Upaya pelaksanaan pidana penjara baru yang didasarkan prikemanusiaan
dengan cara memperluas usaha kelonggaran pidana untuk menjauhkan pengaruh buruk
tembok penjara. Berbagai alternatif dari upaya baru tersebut berupa bentuk pidana
bersyarat, cuti bersyarat, serta peningkatan remisi, dan social lainnya sampai bentuk
pidana penjara di tempat terbuka. Perlakuan cara baru terhadap narapidana dengan
pendekatan pembinaan di dalam masyarakat serta lingkungannya. Berbagai usaha
3 Andi Hamzah dan A.Sumangelipu, Pidana Mati Di Indonesia,
1994,hal. 17

pembinaan yang mengandung unsur bimbingan dan keterampilan yang bersifat


edukatif, korektif, dan defensif serta mencakup aspek individu dan sosial.4

5. RUANG LINGKUP DAN TUJUAN PENELITIAN


Sesuai dengan judul dalam penelitian ini yaitu Pelaksanaan tugas dan tata kerja rumah
tahanan di Rutan Banda Aceh ditinjau menurut keputusan Menteri Kehakiman RI
No.M.040 Pro. 7.03 Tahun 1985, maka penelitian ini termasuk dalam bidang hukum
Tata Negara yang difokuskan pada pelaksanaan Undang-undang.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui

Pelaksanaan tugas dan tata kerja rumah tahanan di

Rutan Banda Aceh ditinjau menurut keputusan Menteri Kehakiman RI

Nomor: M 01.PRa.07.10 Tahun 2005.


2. Untuk mngetahui Pelaksanaan tugas dan tata kerja rumah tahanan di Rutan
Banda Aceh telah berjalan efektif ditinjau menurut keputusan Menteri
Kehakiman RI Nomor: M 01.PRa.07.10 Tahun 2005.

6. METODE PENELITIAN
a. Definisi Operasional variable
- Pemasyarakatan adalah : kegiatan untuk melakukan pembinaan Narapidana
Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana
- Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut RUTAN adalah tempat untuk
melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
b. Lokasi dan Populasi Penelitian
4 Bambang Purnomo, Kapita Selekta Hukum Pidana, 1998, hal. 11

1. Lokasi Penelitian yang diambil dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Banda
Aceh.
2. Populasi penelitian adalah pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini yaitu :
- Rutan Banda Aceh
- Masyarakat Kota Banda Aceh
- Kepala Rutan Banda Aceh
- Kasi Administratif
- Staf Rutan Banda Aceh
c. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive sampling, yaitu diambil
beberapa orang dari keseluruhan populasi penelitian, yang diharapkan dapat mewakili
seluruh populasi. Dengan demikian yang menjadi responden dan informan dalam
penelitian ini adalah :
Responden :
a.
b.
c.
d.
e.

Kepala Rutan Banda Aceh sebanyak 1 orang


Kasi Administratif
Staf Administratif
Kasi Administratif Rutan Banda Aceh sebanyak 1 orang
Staf administratif Rutan Banda Aceh sebanyak 5 orang

Informan :
-

Kepala Rumah tahanan negara Banda Aceh


Kasi Administratif
Staf administratif

c. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dalam penulisan ini dilakukan :
1. Penelitian kepustakaan di maksudkan untuk memperoleh data sekunder dengan

mempelajari peraturan perundang-undangan dan literatur yang berhubungan


dengan penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan di maksudkan untuk memperoleh data primer yaitu
dengan cara mewawancarai responden dan informan.

f. Cara Menganalisis Data


Data yang diperoleh melalui penelitian lapangan dan kepustakaan dianalisis
melalui pendekatan kualitatif. Selanjutnya penyusunan hasil penelitian dilakukan
dengan berusaha memaparkan hasil peenelitian lapangan yang disertai dengan
uraian dasar hukum yang berlaku dan mengaitkan dengan data kepustakaan
kemudian diambil suatu kesimpulan dan saran.

7. JADWAL PENELITIAN
Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis memperkirakan waktu yang
diperlukan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pengurusan surat izin


Persiapan wawancara
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan skripsi
Jumlah

: 3 hari
: 5 hari
: 25 hari
: 20 hari
: 15 hari
: 40 hari
: 108 hari
Lampoh Kude, Juni 2016
Pelaksana Penelitian
Dian Mayasari

RENCANA KERANGKA PENULISAN


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
BAB

I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang Permasalahan


Ruang Lingkup dan Tujuan Penulisan
Metode Penelitian
Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN UMUM DAN DASAR HUKUM TENTANG TUGAS DAN


TATA KERJA RUMAH TAHANAN DI RUTAN BANDA ACEH
A. Pengertian Rumah tahanan negara
B. Tugas dan Tata Kerja rumah Tahanan
C. Pelaksanaaan Tugas dan Tata Kerja Rumah Tahanan Berdasarkan
Keputusan menteri kehakiman RI Nomor: M 01.PRa.07.10 Tahun
2005
BAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH TAHANAN
DI RUTAN BANDA ACEH DITINJAU MENURUT KEPUTUSAN
MENTERI KEHAKIMAN RI Nomor: M 01.PRa.07.10 Tahun 2005

A. Pelaksanaan tugas dan tata kerja rumah tahanan di Rutan Banda Aceh
ditinjau menurut keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M
01.PRa.07.10 Tahun 2005
B. Efektivitas Pelaksanaan tugas dan tata kerja rumah tahanan di Rutan Banda
Aceh ditinjau menurut keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M
01.PRa.07.10 Tahun 2005
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Andi Hamzah dan A.Sumangelipu, Pidana Mati Di Indonesia, 1994
Achamd S Soemadi Pradja dan Atmasasmita. R. Sistem Pemasyarakatan di Indonesia.
Banung. Binacipta, 1979
Achamd S Soemadi Pradja dan Atmasasmita. R. Sistem Pemasyarakatan di Indonesia.
Bandung. Binacipta, 1979
Bambang Purnomo, Kapita Selekta Hukum Pidana, 1998
Bambang Purmono. Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyaarakatan.
Yogyakarta, Liberty, 1986
Barda Nawawi Arief. Kebijakan Legislatif dengan Pidana Penjara. Semarang, Badan
Penerbit UNDIP, 1996
Hamzah, A. dan Siti Rahayu. Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemindanaan di
Indonesia. Jakarta, Akademika Pressindo, 1983
Moeljatno. Azas-azas Hukum Pidana. Yogyakata : Bina Aksara. 1993
Ninik Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana Dan Pemidanaan
Poerwadarminta. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka, 1980

Roeslan Saleh. Beberapa Azas-azas Hukum Pidana dalam Perspektif. Jakarta. Aksara
Baru. 1981
Sudaryono & Natangsa Surbakti. Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana. Surakarta.
Fakultas Hukum Universitas Muhamammadiyah Surakarta, 2005
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum. Ypgyakarta:Libberty, 2003
Peraturan Perundang-undangan :
Penjelasan atas Undang-undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan PAtas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Syarat dan tata Cara Pelaksanaan
hak Warga Binaan Pemasyarakatan
PELAKSANAAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH TAHANAN NEGARA
DITINJAU MENURUT KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN RI
NO: M 01.PRA.07.10 TAHUN 2005
(Suatu Penelitian di Rumah Tahanan Negara Banda Aceh)

Proposal
Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Abulyatama
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Mencapai
Derajat S-1 Hukum

Di Susun Oleh :
DIAN MAYASARI
Nim
: 11150018
Prodi
: Ilmu Hukum
Bidang
: Hukum Tata Negara

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ABULYATAMA
LAMPOH KEUDE ACEH BESAR
2016

Anda mungkin juga menyukai