Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG
Antraks, adalah penyakit hewan yang menular yang umumnya

bersifat akut atau perakut, penyakit ini juga dapat menyerang dan dapat
menimbulkan kematian dengan angka yang tinggi.Penyakit Antraks
merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit menular pada hewan yang
dapat ditularkan pada manusia, penyakit ini disebabkan oleh Bacillus
anthracis yaitu bakteri berbentuk batang.Bakteri ini merupakan bakteri
pertama yang mampu menyebabkan penyakit.Pada kondisi lingkungan
tertentu Bacillus anthracis sanggup bertahan bertahun-tahun bahkan
puluhan tahun karena dapat membentuk spora didalam tanah. Antraks pada
manusia dibedakan menjadi tipe kulit, tipe pencernaan, tipe pulmona dan
tipe meningitis. Penyakit ini ditularkan kepada manusia biasanya oleh
karena masuknya spora atau basil antraks ke dalam tubuh melalui berbagai
cara, yaitu melalui kulit yang lecet atau luka yang menyebabkan antraks
kulit, melalui mulut karena makan bahan makanan yang tercemar tipe
meningitis. Jaringan/organ yang terinfeksi sangat tergantung pada jalur

mana Bacillus anthracis memasuki tubuh korban. Selama periode tahun


2002 hingga tahun 2007 kasus penyakit antraks pada manusia di Indonesia
mencapai 348 orang dengan kematian mencapai 25 orang. Kejadian
antraks di 5 provinsi yang termasuk sebagai daerah endemis antraks yaitu
Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan
Sulawesi Selatan.(Departemen Kesehatan RI 2007).
2.

TUJUAN UMUM
Untuk Mengetahui KLBpenyakit antraks di Provinsi Nusa Tenggara
Timur

3.

TUJUAN KHUSUS

Untuk mengetahui pengertian Antraks

Untuk mengetahui penyebab penyakit antraks

Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit antraks

Untuk mengetahui epidemiologi penyakit antraks

BAB II
PEMBAHASAN
1

Kondisi geografi
Secara astronomi Provinsi NTT terletak antara 8 derajat sampai 11

derajat lintang selatan dan 119 derajat sampai 125 derajat bujur timur.
secara geografis NTT teretak di sebelah barat berbatasan dengan provinsi
Nusa Tenggara Baratsebelah timur berbatasan dengan negara Timor
Lestesebelah utara berbatasan dengan Laut Flores dan sebelah selatan
berbatasan dengan Samudera Hindia/Lautan Indonesia.Letak Geologis
Nusa Tenggara Timur termasuk ke dalam sirkum pegunungan Mediterania
dimana terdapat gunung api aktif diantaranya: gunung Ineria (2.245 m),
gunung Lewotobi (1.704 m), dan gunung Kalimutu (1.690 m). Sedangkan
Pulau Sumba, Pulau Rote, Pulau Timor, dan Pulau Sawu termasuk ke
dalam busur luar sirkum Mediterania yang tidak memiliki gunung aktif.
Bentuk Fisiografi Provinsi Nusa Tenggara Timur, terbagi kedalam 2
bentuk fisiografi, yaitu Daerah Vulkanik : Seluruh Flores, Kepulauan
Solor dan alor dan Daerah Non Vulkanik : Pulau Komodo, Pulau Rnca,
Pulau Sumba dan Pulau Timor, Pulau Sawu dan Pulau Rote.
2

Kondisi Demografis
Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk sebesar 2,07%. Jumlah penduduk laki-laki


sebanyak 2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.357.340
jiwa (2010). Kepadatan penduduk di Nusa Tenggara Timur sebesar 96
jiwa/km2, dengan presentasi penduduk yang tinggal di perkotaan kurang
lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami kawasan pedesaan.
Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan rincian persentase
kurang lebih sebagai berikut Katolik 54,14% Protestan 34,74%, Islam
9,05% , Hindu 0,11% Buddha 0,01% dan sebanyak 1,73% menganut
agama dan kepercayaan lainnya.Nusa Tenggara Timur menjadi tempat
perlindungan untuk kalangan Kristen di Indonesia yang menjauhkan diri

dari konflik agama di Maluku dan Irian Jaya.Tingkat pendaftaran sekolah


menengah adalah 39% yang jauh dibawah rata-rata Indonesia, yaitu
80.49% tahun 2003/04 (menurut UNESCO). Minuman berupa air bersih,
sanitasi dan kurangnya sarana kesehatan menyebabkan terjadinya
kekurangan gizi anak (32%) dan kematian bayi (71 per 1000) juga lebih
besar dari kebanyakan provinsi Indonesia lainnya. Menurut berbagai
standar ekonomi, ekonomi di provinsi ini lebih rendah daripada rata-rata
Indonesia, dengan tingginya inflasi (15%), pengangguran (30%) dan
tingkat suku bunga (22-24%). Dari segi pertanian, produksi sub sektor
tanaman pangan merupakan produksi utama bagi ketahanan pangan pada
umumnya dan kesejahteraan petani pada khususnya, karena bagi mayoritas
keluarga petani, ketersediaan pangan serta kebutuhan hidup penting
lainnya bergantung pada apakah produksi pangannya cukup untuk
konsumsi keluarga serta diperjualbelikan Sektor lainnya yaitu kehutanan,
kelautan dan perikanan, peternakan serta pertambangan dan energi.
3

Kondisi Pelayanan kesehatan

Kualitas pelayanan menjadi kendala karena tenaga medis sangat terbatas dan
peralatan kurang memadaiDari sisi jumlah, rasio tenaga kesehatan terhadap
jumlah penduduk yang harus dilayani masih rendah. Keterjangkauan pelayanan
terkait erat dengan jumlah dan pemerataan fasilitas kesehatan. untuk setiap
100.000 penduduk hanya tersedia 3,5 Puskesmas. Itu pun sebagian penduduk,
terutama yang tinggal daerah terpencil, tidak memanfaatkan Puskesmas karena
keterbatasan sarana transportasi dan kendala geografis.
4

Pengertian Antraks
Penyakit Antraks merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit

menular pada hewan yang dapat ditularkan pada manusia, penyakit ini
disebabkan oleh Bacillus anthracis yaitu bakteri berbentuk batang.Bakteri
ini pertama kali ditemukan oleh Davaine dan Bayer tahun 1849.Pada
tahun 1877 Robert Koch dapat membuat biakan murni dari Bacillus
anthracis (B.anhracis).Bakteri ini merupakan bakteri pertama yang
mampu menyebabkan penyakit.Pada kondisi lingkungan tertentu Bacillus

anthracis sanggup bertahan bertahun-tahun bahkan puluhan tahun karena


dapat membentuk spora didalam tanah.Pada pH tanah diatas 6 dan
kandungan bahan organik yang tinggi serta suhu diatas 300C Bacillus
anthracis sanggup bertahan sampai puluhan tahun. Di dalam tanah spora
antraks berbentuk vegetatif dan akan menjadi spora jika kondisi tanah
mengancam bentuk vegetatif (Soeharsono 2002)
Antraks pada manusia dibedakan menjadi tipe kulit, tipe
pencernaan, tipe pulmonal dan tipe meningitis.Jaringan/organ yang
terinfeksi sangat tergantung pada jalur mana Bacillus anthracis memasuki
tubuh korban.Pada tipe kulit, Bacillus antraks masuk melalui kulit yang
lecet, abrasi, luka atau melalui gigitan serangga dengan masa inkubasi 2
sampai 7 hari.Gejala klinis yang terlihat adalah demam tinggi, sakit
kepala, ulcus dengan jaringan nekrotik warna hitam di tengah dan
dikelilingi oleh vesikel- vesikel dan oedema.Apabila tidak diobati tingkat
kematian dapat mencapai 10 - 20% dari penderita dan jika diobati kurang
dari 1%. (Rahmat 2006)
Pada tipe pencernaan (gastrointestinal antraks), Bacillus anthracis
dapat masuk melalui makanan terkontaminasi, dan masa inkubasinya 2
sampai 5 hari.Kematian (Mortalitas) tipe ini dapat mencapai 25 - 60%
manusia terserang antraks.Pada antraks intestinal, gejala utama adalah
demam tinggi, sakit perut, diare berdarah, asites, dan toksemia.Tipe
pernafasan (pulmonary antraks) terjadi karena terhirupnya spora Bacillus
antraks melalui jalur alat pernapasan.Bahan-bahan yang mengandung
basil/spora antraks terhirup manusia.Pada antraks tipe pernafasan ini
mempunyai masa inkubasi 2 - 6 hari.Infeksi ini dapat dengan cepat
menimbulkan demam tinggi dan nyeri bagian dada. Tingkat kematian bisa
mencapai 86% dalam waktu 24 jam.Tipe meningitis, merupakan
komplikasi gejala demam tinggi, sakit kepala, sakit otot, batuk, susah
bernafas atau lanjutan dari ke-3 bentuk antraks yang telah disebutkan di
atas. Secara umum, masa inkubasi penyakit antraks adalah antara 1-7 hari.
Dalam keadaan per-akut, korban antraks mendapat serangan dadakan dan

umumnya

berakhir

dengan

kematian

gejala

awal

sempoyongan

(staggering), sulit bernafas, gemetaran (trembling) kemudian kolep


( Damayanti& Saraswati 2012)
penyebab penyakit antraks
Antrhax adalah penyakit infeksi menular akut yang disebabkan oleh
5

bakteri Bachillus Anthrachis.Bachillus anthrachis termasuk dalam


kingdom bacteria, phylum firmicutes, class bacilli, ordo bacilliales, family
bacilliaceae, genus bacillus dan species B. anthracis.
Bakteri gram positif ini mempunyai ukuran 3-5 m x 1-1,2 m. Berbentuk
batang lurus dengan susunan dua-dua atau seperti rantai. Dinding sel dari
bakteri ini merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari Nasetilglukosamin dan D-galaktosa
Selanjutnya, dalam sel bakteri antraks ini juga terdapat eksotoksin
kompleks yang terdiri atas protective Ag (PA), lethal factor (LF), dan
oedema factor (EF). Peran ketigannya itu terlihat sekali dalam
menimbulkan gejala penyakit antraks.Tepatnya, ketiga komponen dari
eksotoksin itu berperan bersama-sama.Protective Ag berfungsi untuk
mengikat reseptor dan selanjutnya lethal factor. Sedangkan oedema factor
akan memasuki sistem sel dari bakteri. Oedema factor merupakan
adenilsiklase yang mampu meningkatkan cAMP sitoplasma sel, sedangkan
fungsi spesifik dari lethal factor masih belum diketahui.
6

Tanda dan gejala penyakit antraks


1
Gambaran klinis antraks kulit
1
Masa inkubasi 7 hari ( rata-rata 1-7 hari )
2
Gatal di tempat lesi.Papel, Vesikel
3
Ulkus ( tukak ) di tengahnya terdapat jaringan nekrotik berbentuk
keropeng berwarna hitam ( tanda patognomonik antraks ) dan
biasanya didapatkan eritema dan udema disekita tukak.pada
perabaan, dan udema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk ( nonpitting ) bila ditekan.Disini tidakn didapatkan pus kecuali bila
4
5

diikuti infeksi sekunder.


Dapat terjdai pembesaran kelenjar getah bening regional
Demam yang sedang, sakit kepala, malaise jarang ada.

Predileksi antraks kulit biasanya pada tempat-tempat terbuka,

seperti muka, leher, lengan, tangan, dan kaki.


Antraks kulit yang tidak diobati akan berkembang lebih buruk
dengan penjalaran ke kelenjar limfe dan berlanjut ke aliran darah,
sehingga mengakibatkan septikemia dan kemungkinan kematian 5
- 20 %.
Pemeriksaan bakteriologis dari eksudat ditempat lesi didapatkan

adanya basil yang pada sediaan hapusan kultur positif.


2. Gambaran klinis antraks Intestinal
1 Masa inkubasi bervariasi antara 2-5 hari
2

Gejala awal mual, tidak nafsu makan dan suhu


meningkat.

Muntah

Sakit perut hebat

Konstipasi

Dapat juga terjadi gastroenteritis akut yang


kadang-kadang berdarah, hematemisis, kelemahan
umum, demam dan ada riwayat pemaparan dengan
produk hewan atau makanan.

Pemeriksaan bakteriologis dari spesimen tinja


didapatkan adanya hasil yang pada sediaan hapus
dan kultur positif.

Diagnosis :
1

Tersangka antraks kulit


Apabila adanya kasus atau " ledakan " antraks pada hewan atau

riwayat pemaparan dengan hewan/ bahan asal hewan dan lingkungan yang

tercemar oleh spora / basil antraks serta ditemukan kelainan pada kulit
berupa tukak dengan jaringan mati berbentuk keropeng berwarna hitam
ditengahnya ( eskar ), di sekita tukak kemerahan, sembab, pada perabaan
daerah yang sembab tersebut tidak lunak dan tidak lekuk dan biasanya
tidak didapatkan pus kecuali diikuti oleh infeksi sekunder.
Penderita antraks kulit ( Diagnosis pasti )apabila pada tersangka antraks
kulit sudah dipastikan diagnosisnya melalui pemeriksaan bakteriologis.
2
Tersangka antraks intestinal
Apabila adanya kasus atau " ledakan " antraks pada hewan atau
riwayat

pemaparan

dengan

produk

hewan

atau

makanan

serta

ditemukannya adanya panas disertai sakit perut dan muntah. Penderita


antraks intestinal ( Diagnosis pasti )Apabila pada antraks kulit sudah
dipastikan diagnosisnya dengan pemeriksaan bakteriologis.
epidemiologi penyakit antraks
Pada penyakit antraks agent utamanya yaitu bakteri Bacillus anthracis.
7

Bacillus anthracis adalah organisme berbentuk batang yang sifatnya


aerobik, gram positif, tidak bergerak, dan mampu membentuk spora .
Dalam kondisi tidak kondusif untuk tumbuh dan memperbanyak diri,
maka kuman akan mulai membentuk spora. Untuk pembentukan spora
diperlukan keberadaan oksigen bebas.Dalam situasi alamiah, siklus
vegetatif terjadi dalam lingkungan rendah oksigen dari induk semang
terinfeksi, dan dalam tubuh induk semang organisme tersebut secara khas
berada dalam bentuk vegetatif.Begitu berada di luar tubuh induk semang,
spora mulai terbentuk dengan terdedahnya bentuk vegetatif terhadap
udara.Bentuk

spora

esensialnya

adalah

fase

eksklusif

di

lingkungan.Meskipun belum pernah diteliti di Indonesia, lalat dianggap


mempunyai peran penting dalam menyebarkan antraks secara mekanis
terutama pada situasi wabah hebat di daerah endemis. Kebanyakan lalat
pengigit (biting flies) dari spesies Hippobosca dan Tabanus bertindak
sebagai penular yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perluasan
wabah besar di Zimbabwe pada 1978-1979, dimana lalat meloncat dari

satu komunitas ternak ke komunitas lainnya. Lalat makan cairan tubuh


bangkai ternak terjangkit antraks dan kemudian mendepositkan feses atau
muntahan yang mengandung kontaminan kuman dalam jumlah besar pada
helai daun pepohonan dan semak-semak di sekitarnya. 2. Host Dalam hal
ini yang menjadi host pada penyakit antraks yaitu manusia dan hewan
ternak itu sendiri. Manusia yang terkena penyakit antraks ditularkan
melaui Kontak langsung dengan hewan sakit, Menghirup spora dari hewan
yang sakit, spora antraks yang ada di tanah/rumput dan lingkungan yang
tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang
sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah., Mengkonsumsi daging
hewan yang sakit/mati dan produknya karena antraks dan Pernah
dilaporkan melalui gigitan serangga Afrika yang telah memakan bangkai
hewan yang tertular kuman Antraks, serta Penularan dari manusia ke
manusia jarang terjadi. 3. Lingkungan Lingkungan yang kemungkinan
penyebaran penyakita ntraks lebih cepat yaitu pada daerah peternakan dan
pada iklim kering dan cuaca panas. Dalam hal ini, iklim kemungkinan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung cara bagaimana
ternak kontak dengan spora antraks. Sebagai contoh, selama periode
kering ternak merumput lebih dekat dengan tanah oleh karena kebanyakan
tanaman atau vegetasi menjadi layu dan juga meranggas, sehingga
membuka lebih besar kemungkinan spora antraks tertelan oleh
ternak.Begitu juga pola perilaku musim meningkatkan kemungkinan
pendedahan terhadap spora antraks.Terjadinya wabah antraks dilaporkan
seringkali didahului dengan perubahan ekologi atau iklim yang jelas,
seperti banjir atau hujan yang diikuti dengan kekeringan.b. Transmisi
Penyakit Manusia tertular antraks baik secara langsung maupun tidak
langsung. Tiga modus penularan antraks ke manusia yang umum diketahui
sejak lama yaitu melalui kulit, melalui pencernaan, dan melalui
pernafasan.Antraks kulit (antraks kutaneus) biasanya menjangkiti orang
yang melakukan penjagalan, pengulitan atau pembedahan karkas terinfeksi
atau juga penanganan kulit, wol atau bulu hewan yang terkontaminasi

spora antraks.Umumnya penyakit terjadi setelah kuman atau spora masuk


ke jaringan kulit melalui luka lecet/luka tergores.Dimulai dengan lepuh
kecil, kemudian secara cepat membentuk bisul bernanah dan setelah itu
menjadi koreng berwarna hitam (black scab).Antraks pencernaan atau
antraks lambung (antraks gatro-intestinal) biasanya ditularkan akibat
kuman atau spora yang tertelan lewat mulut.Biasanya akibat makan daging
terinfeksi yang tidak dimasak secara matang dari ternak lokal atau satwa
liar.Penularan dari ternak lokal umum terjadi di negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia) dimana tidak dilakukan pemeriksaan
daging atau vaksinasi ternak sesuai dengan kaidah kesehatan masyarakat
veteriner dan kesehatan hewan yang benar.Antraks pernafasan (antraks
pulmonal) akibat terhirupnya spora antraks yang sangat kecil sekali,
dengan diameter 1-5 mikron. Biasanya kasus ditemukan pada para pekerja
pabrik wol, akan tetapi dari statistik antraks di dunia pernah juga tercatat
menyerang seorang pemain bola, seorang pekerja konstruksi yang
menangani kain wol terkontaminasi, seorang perempuan yang memainkan
alat musik bongo terbuat dari kulit ternak terinfeksi, dan seorang
perempuan lain yang tinggal dekat dengan pabrik penyamakan kulit.
Namun demikian, tingkat kejadian antraks pernafasan di negara-negara
industri tetap rendah dan tidak dianggap sebagai masalah kesehatan
masyarakat.Pada manusia, angka fatalitas kasus (case fatality rate) dari
antraks kulit biasanya hanya 20% apabila tidak diobati.Sedangkan pada
antraks pencernaan berkisar antara 25-75%, dan antraks pernafasan
biasanya

sangat

fatal

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

(100%).

3.1Pemastian Diagnosa
Data kasus Dinas Kesehatan peroleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada sampel darah penderita, Pemeriksaan laboratorium
dilakukan di Balai veteriner Makasar dan selanjutnya hasil pemeriksaan
dikirim kembali ke dinas Kesehatan Provinsi

3.2 Hasil Dan Pembahasan


Kejadian Anthraks di provinsi Nusa Tenggara Timur terjadi sejak
periode 2003 sampai dengan tahun 2007 di kabupaten Sikka dengan total
kasus sebanyak 38 kasus dan dua orang meninggal dunia

Kasus antraks di kabupaten Sikka 2,5 -3 kali lebih tinggi jika


dibandingkan dengan Kabupaten Sumba Barat Daya, namun kematian di
Kabupaten Sumba Barat Daya mencapai 2,5 kali lebih tinggi daripada
Kabupaten Sikka. Jumlah kematian hanya dua orang disebabkan oleh
karena semua kasus yang terjadi di kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende
semuanya tertangani atau diobati secara baik.Kejadian anthrak di
kabupaten Sumba Barat Daya dari total 18 kasus yang ditangani atau di
obati hanya 13 orang dan 5 orang yang tidak diobati tersebut meninggal
dunia. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kesadaran masyarakat dalam
pencarian pengobatan masih rendah Apabila dilihat dari kelompok umur
yang terserang Antraks di Provinsi Nusa Tenggara Timur umumnya
berbeda-beda untuk setiap Kabupatennya (gambar.1) Kabupaten Sikka
Kasus tertinggi terjadi pada usia 1 sampai dengan 4 tahun Kabupaten Ende
tertinggi pada usia 15 sampai dengan 45 tahun sedangkan Kabupaten
Sumba Barat Daya tertinggi terjadi pada usia 46 sampai dengan 60 tahun
Kasus Antrak pada ketiga kabupaten tersebut sebagian besar terjadi pada
laki-laki (gambar.2), karena merupakan kelompok yang paling beresiko
untuk terkena Antrak, Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena lakilaki mempunyai sejarah kontak dengan ternak atau produk dari ternak
tersebut seperti pengembala ternak, penyemak kulit maupun yang bekerja
di rumah pemotongan ternak atau pekerjaan sebagai petani Kabupaten
Sikka, Ende dan Sumba Barat Daya masih terjadi kejadian kasus antraks
jumlah kematian di Kabupaten Sumba Barat Daya 2,5 - 3 kali lebih

banyak jika dibandingkan dengan Kabupaten Sikka dan Ende, hal ini
terkait

dengan

lambatnya

penanganan

terhadap

penderita.

Perlu

diwaspadai kejadian antraks khususnya pada pekerja dan petani

3.3Kriteria KLB
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga)
kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut
jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau
minggu menurut jenis penyakitnya
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu)
tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun
sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1
(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima
puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian
kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada
satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding
satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
3.3Deskripsi KLB

suatu episode penyakit dan timbulnya penyakit pada dua


atau lebih penderita yang berhubungan satu sama lain. Hubungan
ini mungkin pada faktor saat timbulnya gejala (onset of illness),
faktor tempat (tempat tinggal, tempat makan bersama, sumber
makanan), faktor orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan
lainnya).
Uraian tentang batasan Wabah atau KLB tersebut di atas
terkandung arti adanya kesamaan pada ciri-ciri orang yang terkena,
tempat dan waktunya.Untuk itu dalam mendefinisikan KLB selalu
dikaitkan dengan waktu, tempat dan orang.Selain itu terlihat bahwa
definisi KLB ini sangat tergantung pada kejadian (insidensi)
penyakit tersebut sebelumnya.
4.4Sumber Dan Cara Penuaran Penyakit Antraks
Sumber penuaran antraks adalah hewan yang ditularkan
pada manusia, penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis
yaitu bakteri berbentuk batang. Penularan terjadi dengan cara
kontak langsung dengan hewan penderita, misalnya kontak dengan
darah yang keluar dari lubang-lubang jumlah hewan mati karena
antraks atau bahan-bahan yang berasal dari hewan yang tercemar
oleh spora antraks, misalnya daging, jeroan, kulit, tepung, bulu dan
sebagainya. Disamping itu, sumber penularan lainnya yang
potensial ialah lingkungan, antara lain tanah, tanaman (sayursayuran) dan air yang tercemar oleh spora antraks.

LAPORAN HASIL PENYIDIKAN KLB CAMPAK DI DESA KWALA BESAR


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PALELEH KABUPATEN BUOL TAHUN 2011

I.

PENDAHULUAN
Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbilli atau measles, merupakan
penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan karena virus, 90%
anak yang tidak kebal akan terserang penyakit campak. Manusia diperkirakan
merupakan satu-satunya reservoir, sehingga sangat dimungkinkan penyakit ini
dapat dimusnahkan dari bumi ini.
Penyebab

penyakit

campak

adalah

paramyxoviridae

(RNA)

jenis

morbillivirus yang mudah mati karena panas dan cahaya.


Cara penularan penyakit virus adalah penularan dari orang ke orang melalui
percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin atau
sekresi hidung. Masa penularannya 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah
timbul rash, puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodormal), yaitu
pada hari 1-3 hari pertama sakit.
Masa inkubasi penyakit campak adalah 7-18, rata-rata 10 hari. Gejala klinis
penyakit campak adalah panas badan biasanya 38 derajat Celsius selama 3
hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau
mata berair. Khas ditemukan kopliks spot atau bercak putih keabuan dengan
dasar merah di pipi bagian dalam (mukosa bucal). Bercak kemerahan/rash yang
dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo popular selama tiga
hari atau lebih, beberapa hari keseluruhan tubuh. Setelah 1 minggu sampai 1
bulan

bercak

kemerahan

makulo

popular

berubah

menjadi

kehitaman

(hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Komplikasi penyakit campak adalah


diare,broncopnemonia, malnutrisi, otitis media, kebutaan, encephalitis dan
subakut sclerosing panencepalit
Is (SSPE).

Cara penularan melalui udara dengan penyebaran droplet, kontak


langsung, melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang-orang yang
terinfeksi dan agak jarang melalui benda-benda yang terkena sekret hidung atau
sekret tenggorokan. Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat
menular.
Masa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18
hari dari saat terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai
timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari 19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif
yang diberikan setelah hari ketiga masa inkubasi dapat memperpanjang masa
inkubasi.
Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya
gejala prodromal (biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam) sampai 4 hari
setelah timbul ruam; minimal setelah hari kedua timbulnya ruam. Virus vaksin
yang dilemahkan sampai saat ini tidak pernah dilaporkan menular.
Kerentanan dan kekebalan Semua orang yang belum pernah terserang
penyakit ini dan mereka yang belum pernah diimunisasi serta nonresponders
rentan terhadap penyakit ini. Imunitas yang didapat setelah sakit bertahan
seumur hidup. Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak akan
terlindungi kira-kira selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung dari
titer antibodi maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung dari titer
maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung pada kecepatan
degradasi antibodi tersebut. Antibodi maternal mengganggu respons terhadap
vaksin. Imunisasi yang diberikan pada usia 12-15 bulan memberikan imunitas
kepada 94-98% penerima, imunisasi dapat menaikkan tingkat imunitas sampai
sekitar 99%. Bayi yang baru lahir dari ibu yang memperoleh kekebalan karena
vaksinasi campak, menerima antibodi pasif dari ibunya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang mendapatkan kekebalan
alamiah. Dan bayi ini lebih mudah terkena campak sehingga membutuhkan
imunisasi campak pada usia yang lebih dini dari jadwal yang biasanya dilakukan
Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang kasus
campak terbesar di dunia. Berdasarkan rekomendasi dari WHO, bagi Negara
yang masih banyak di temukan kasus campak, maka diharapkan untuk

melaksanakan kampanye campak. Program imunisasi campak di Indonesia


dimulai sejak tahun 1982. Dan pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi
dasar lengkap atau Universal Child Imunization (UCI) secara nasional. Sejak
tahun 2000 imunisasi kesempatan kedua diberikan kepada anak sekolah kelas IVI (catch up) secara bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian
imunisasi campak secara rutin kepada anak sekolah dasar kelas I SD (BIAS).
Untuk mempercepat tercapainya perlindungan campak pada anak, sejak tahun
2005 sampai agustus 2007 dilakukan kegiatan crash program campak terhadap
anak usia 6-59 bulan.
Pada tahun 2005-2007 telah dilaksanakan 5 kali kampanye campak di Indonesia.
Sejak dilakukan kegiatan ini, Angka kematian penderita campak diharapkan
menurun sehingga upaya program pemberantasan campak dari tahap reduksi
mulai diarahkan kepada tahap eliminasi dengan penguatan strategi imunisasi
dan surveilans berbasis kasus individu (case based).
Pada tanggal 19 April 2011 UPT Surveilans Data dan Informasi Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah mendapatkan laporan dari petugas
surveilans Kabupaten Buol bahwa telah terjadi KLB Campak di wilayah kerja
Puskesmas Palele Kecamatan Palele Kabupaten Buol dengan jumlah kasus
sebanyak 25 orang dengan kematian 1 orang (CFR 4%). Berdasarkan laporan
tersebut TGC KLB Propinsi Sulawesi Tengah melakukan koordinasi dengan
program terkait dan TGC KLB Kabupaten Buol mengenai KLB Campak tersebut
dan mempersiapkan Logistik dan keperluan lain, tanggal 21 April 2011 Tim
menuju lokasi KLB untuk melakukan Investigasi dan penanggulangan KLB
Campak.

Lokasi Dan Tanggal Penyelidikan


Lokasi kejadian KLB Campak di desa Kuala Besar wilayah kerja Puskesmas
Paleleh Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Penyelidikan dimulai pada
tanggal 21 sampai dengan 27 April Tahun 2011

Pelaksana Investigasi
A. Pelaksana dari propinsi Sulawesi Tengah 3 orang adalah :
1. Dr. I Made Suardiyasa (surveilans)
2.

Moh. Rial (Program Imunisasi)

3. Fitriani, SKM (Promkes)


B. Pelaksana dari Kabupaten Buol sebanyak 2 orang;
1.

Ebitryanto Suma (Surveilans)

2.

Idrus A. Ambo Malong ( Kabid PMK)

C. Pelaksana dari Puskesmas Palele sebanyak 2 orang


1.

Diana Palambang, SKM (Surveilans)

2.

Djoni Tumiwa (Imunisasi)

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui besarnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
Kejadian Luar Biasa Campak, sehingga dapat dirumuskan saran untuk
menghindari kejadian serupa.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan konfirmasi KLB Campak
b Memperoleh gambaran besaran masalah KLB Campak
c. Mengetahui faktor lingkungan baik fisik maupun sosial yang berhubungan
dengan KLB Campak
d. Menetapkan saran untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa dikemudian hari.

BAHAN DAN CARA


A. Batasan penyelidikan
1.

Wilayah penyelidikan

Penyelidikan dilakukan di Desa Kuala Besar Wilayah kerja Puskesmas Palele


Kecamatan Palele Kabupaten Buol.
2.

Sasaran Penyelidikan
Sasaran penyidikan adalah penduduk yang ada di desa tersebut..

3.

Jenis Penyelidikan
a. Deskriptif
Untuk menggambarkan karakteristik epidemiologi KLB.
b. Kohort
Untuk memperkirakan faktor risiko KLB Campak

B. Pemastian diagnosis
Diagnosis klinis
Pemastian diagnosis kasus Campak didasarkan atas gejala klinis penderita
berupa gejala demam biasanya 38 derajat Celsius selama 3 hari atau lebih,
disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair.
Khas ditemukan kopliks spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di
pipi bagian dalam (mukosa bucal). Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari
belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo popular selama tiga hari atau

lebih, beberapa hari keseluruhan tubuh. Setelah 1 minggu sampai 1 bulan bercak
kemerahan makulo popular berubah menjadi kehitaman (hiperpigmentasi)
disertai kulit bersisik.
Diagnosis Laboratorium
Untuk memastikan diagnosis perlu pemeriksaan laboratorium. Jenis pemeriksaan
:
1.

Pemeriksaan serologis
Bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosa dengan mendeteksi adanya
antibody spesifik dari virus campak. Antibody tersebut akan terbentuk optimal
dalam waktu 4-28 hari timbulnya rash.

2.

Pemeriksaan isolasi
Bertujuan untuk identifikasi virus campak dan pemeriksaan genotype ataupun
epidemiologi meleculer (tetapi bukan untuk diagnose), jumlah virus campak
optimal dalam urin penderita pada hari 1-5 hari timbulnya rash.

C. Cara penyelidikan
1. Pengumpulan data
a. Data primer, diperoleh dari observasi dan melakukan wawancara terhadap
penduduk..
b. Data sekunder, diperoleh berdasarkan laporan/rekam medis terhadap korban
yang rawat inap maupun rawat jalan di puskesmas dan Fasilitas kesehatan
lainnya.
2. Pengambilan sample /spesimen
Sampel diambil berupa serum darah.

3 .Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer, untuk analsis deskriptif
disajikan dalam bentuk narasi, table dan grafik

D. Definisi operasional
1. Kelompok terpapar
Adalah orang orang yang mengalami kontak dengan faktor risiko yang dicurigai
2. Kelompok tidak terpapar.
Adalah orang orang yang tidak mengalami kontak dengan faktor risiko yang
dicurigai
3. Waktu sakit
Adalah waktu pertama kali munculnya tanda dan gejala yang dirasakan oleh
penderita.
4. Campak klinis
Adalah penderita yang mengalami demam, bercak merah yang berbentuk
makulopapular, batuk/pilek dan mata merah.
5. Tersangka KLB campak
Adalah adanya 5 atau lebih kasus campak klinis dalam waktu 4 minggu berturutturut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologi.
6. Pasti KLB campak
Adalah apabila minimum 2 spesimen positif IgM campak dari hasil pemeriksaan
kasus pada tersangka KLB campak.

E. Prosedur penyelidikan, penanggulangan & komunikasi KLB

Outbreak

Gambar 1 Prosedur penyelidikan (modifikasi dari .


module, 2008)

Structure of the outbreak

investigation

F. Langkah-langkah Penyidikan KLB


Langkah penyelidikan dimulai dari konfirmasi adanya kejadian, persiapan
penyelidikan melalui koordinasi penyiapan sumberdaya teknis maupun non
teknis, penyelidikan lapangan yang lebih lengkap dengan wawancara

dan

pemeriksaan untuk mengidentifikasi kasus & paparan, menyusun dalam variabel


epidemiologi, mengembangkan hypotesa, menilai hypotesa dengan dukungan
hasil penyelidikan termasuk laboratorium sampai kepada penyusunan laporan
untuk komunikasi KLB.
Secara skematik seperti terlihat sbb :

Gambar 2 . Skema langkah penyelidikan KLB (Dinkes DIY, 2007)

HASIL PENYELIDIKAN

A. Distribusi Gejala dan tanda kasus Campak di Desa Kuala Besar Kecamatan
Palele Kabupaten Buol
Dari penderita campak mempunyai gejala yang pada umumnya hampir sama
yaitu Demam, sakit kepala, rash , mata merah, batuk dan pilek seperti pada tabel
dibawah ini :

Tabel 1. Distribusi Gejala Klinis Penderita Campak saat KLB Campak di


Desa Kuala Besar Kecamatan Palele Kabupaten Buol Tahun 2011

Gejala Klinis

Jumlah Penderita

Persentase (N= 38)

Demam

38

100

Rash

38

100

Batuk

37

97,37

Pilek

35

92,11

Mata merah

38

100

B. Gambaran Epidemiologi
1. Gambaran epidemiologi berdasarkan waktu
Berdasarkan hasil Investigasi di Desa Kuala Besar wilayah kerja puskesmas
Palele Kabupaten Buol di mulai pada tanggal 23 Maret 2011 dengan jumlah
kasus sebanyak 3 orang, kasus berlanjut hingga saat penyelidikan epidemiologi
dilakukan yaitu tanggal 21 - 27 April tahun 2011. Untuk jumlah keseluruhan
penderita Campak (measles) di lokasi KLB adalah sebanyak sebanyak 38
kasus, diantaranya 1 penderita

yang meninggal (CFR 2,63%), untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada kurva epidemik di bawah ini:

Grafik Distribusi Penderita Campak Berdasarkan Waktu Saat KLB Campak


Di Desa Kuala Besar Kecamatan Palele Kabupaten Buol Tahun 2011

Distribusi kasus Campak untuk menggambarkan kasus pada periode


KLB (lamanya KLB berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik
yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of
illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1 harian.
Gambar di atas menunjukkan bahwa pola penyebaran yang terjadi pada awalnya
ditularkan oleh orang yang menderita sakit kemudian menularkannya melalui
bersin batuk dan sangat erat hubungan kontak serumah yang menyebabkan
terjadinya kesakitan beberapa orang dalam kurun waktu bersamaan dalam satu

masa inkubasi penyakit 8 -13 hari, sehingga diperkirakan kejadian penyebaran


yang cepat terjadi antara sekitar tanggal 10 - 15 April 2011
Dari gambaran KLB tersebut di atas berupa kurva epidemic dengan tipe
Propogate. Tipe kurva seperti ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus yang
terpapar dalam waktu yang berbeda dan panjang. Biasanya ditemukan pada
penyakit-penyakit menular dan disebabkan oleh vektor .
2. Gambaran Epidemiologi menurut Orang
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi menurut kelompok umur paling
banyak menderita penyakit campak adalah kelompok umur 5 - 9 tahun dan
paling sedikit pada kelompok umur < 1 tahun, attac rate (AR%) sebesar 3,8 %
dan CFR sebesar 2,63 % seperti di sajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2. Distribusi Penderita Campak Berdasarkan Kelompok Umur Saat
KLB Campak di Desa Kuala Besar Kecamatan Palele
Kabupaten Buol Tahun 2011

No

Kelompok
Umur

Jlh
Penduduk

Jumlah
Kasus

AR (%)

CFR
(%)

< 1Thn

64

1-4 Thn

81

12

14,81

2.63

5-9 Thn

165

20

212,12

10-14 Thn

127

4,72

>15 Thn

563

1000

38

3.8

2,63

Jumlah

Gambar 3. Distribusi Penderita Campak Berdasarkan Jenis Kelamin Saat


KLB Campak di Desa Kuala Besar Kecamatan Palele
Kabupaten Buol Tahun 2011

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dari kelompok yang sakit lebih
banyak laki-laki (58 %) dibanding perempuan (42 %)
3. Gambaran Epidemiologi menurut Tempat
Dari hasil penyelidikan epidemiologi dilokasi KLB campak kasus pertama dari
dusun 4 kemudian menyebar ke tetangga, kasus terbanyak berasal dari dusun 4
yaitu sebanyak 28 kasus. Ada dalam satu rumah tangga terdapat 2 - 3 kasus.
Bilamana tidak segera dilakukan penanggulangan kasus ini akan menyebar ke
dusun sekitarnya seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

F.

Identifikasi sumber dan penyebab dan cara Penularan.


Dari hasil survey ditemukan beberapa karakteristik antara lain berada di dusun 3
dan dusun 4, dimana penderita yang pertama kali menunjukan gejala klinis
campak berasal dari dusun 4 dan meninggal, selanjutnya menulari

anggota

keluarga yang lainnya. Ini terkait dengan cara penularan dari penyakit campak
yaitu penularan melalui droplet/ percikan lender saat batuk, bersin atau kontak

langsung, namun penyebab pasti dari kasus ini masih menunggu hasil
pemeriksaan laboratorium serologis(Ig M + Kenaikan titer antibody 4 kali)
G. Upaya yang telah dilakukan :
1. Melakukan penyelidikan epidemiologi di wilayah kejadian.
2.

Melakukan pengobatan selektif terhadap seluruh penderita tersangka campak


dan pemberian Vitamin A disertai pengambilan sediaan darah.

3. Mengharapkan masyarakat untuk segera menemui petugas kesehatan apabila


menderita gejala sakit tanpa harus menunggu sakit lebih parah.
4.

Surveilans Ketat pada KLB campak dengan memantau perkembangan kasus


baru dan kematian KLB campak.

5. Melakukan imunisasi massal hal ini dilakukan karena cakupan imunisasi campak
dua tahun berterut-turut sangat rendah yaitu 58% dan 47 %.

PEMBAHASAN
Berdasarkan kumpulan gejala klinis yang dirasakan oleh tersangka
kasus penyakit dengan gejala demam, rash, mata merah, Hiperpigmentasi dan
batuk berigus.

Namun demikian masih tersedia diagnosa banding seperti

Rubella,DBD, Varicella, alergi/urtikaria dan milaria rubra/merah (keringat buntet).


Kejadian Luar Biasa ini ini lebih banyak diderita oleh jenis kelamin lakilaki dan golongan umur anak sekolah hal ini berkaitan dengan asumsi secara
umum bahwa anak laki-laki yang usia sekolah merupakan kelompok yang rentan
terhadap penyakit campak dimana tingkat aktivitas pada anak laki laki lebih
tinggi dibanding anak perempuan. Hasil investigasi di lapangan, di ketahui bahwa
kencendrungan campak berisiko sangat besar jika ditinjau dari letak geografis
yang berada di daerah pantai yang dikelilingi oleh hutan belantara dari sebagian
besar penderita yang ditemukan khususnya di dusun 3 dan 4 yang merupakan
penduduk asli daerah tersebut. Dimana kejadian ini

sangat erat dengan prilaku

penderita, lingkungan rumah yang kumuh, dan hasil cakupan imunisasi campak
sangat rendah, tidak mencapai target Uci.
Gambaran kurva epidemik terlihat pola Kejadian Luar Biasa diperkirakan
berasal dari satu penderita dan menyebar ke penderita lain melalui satu sumber
perantara/waktu paparan bersamaan. Hal ini didasarkan pada ciri khas kurva
epidemik. Dengan mengacu kepada pembuatan kurva epidemik berdasar interval
waktu harian (1/8 masa inkubasi rata-rata) sehingga terdapat 1 kurva adalah
yang menunjukkan kurva type propogate

kemudian kurva yang terjadi pada

puncak tanggal 11apri 2011, 13 April 2011,15 April 2011 ,21 April 2011, 22 April
2011 dan 23 April 2011. merupakan gambaran ciri penularan dari orang ke
orang. Yang berlangsung kurang lebih dari tanggal 23 Maret 2011

sampai

dengan tanggal 23 April 2011.


Berdasarkan
memperkirakan

hal

kapan

tersebut
terjadinya

maka

dilakukan

interpolasi

paparan

secara

bersama-sama

untuk
dan

memperkirakan pula siapa sebagai kasus pertama dalam periode propagated.


Hasil interpolasi berdasarkan masa inkubasi terpendek diperkirakan berada pada
tanggal 9 April 2011, dengan menghitung masa inkubasi terpanjang maka
diperkirakan paparan terjadi pada tanggal 21 April 2011. Dengan demikian
periode paparan diperkirakan antara tanggal

23 Maret 2011 sampai dengan

tanggal 23 April 2011.


KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Telah terjadi KLB campak di Desa Kuala Besar Kecamatan Palele Kasbupaten
Buol dengan jumlah penderita 38 orang dengan atack rate sebesar 3,8 % dan
CFR sebesar 2,63%.
2.

Pemastian diagnosis penyebab campak

menunggu hasil pemeriksaan

laboratorium dengan pemeriksaan sediaan darah serologis.


3.

Pola epidemik adalah Propogate epidemic.

karena adanya

lebih dari satu

sumber penularan yaitu penularan dari orang keorang di dalam rumah penderita

yang terkait dengan perilaku penduduk yang kontak serumah atau dengan
tetangga penderita di desa Kuala Besar.

B. Saran
Untuk puskesmas :
1.

Petugas Kesehatan dan pemerintah desa beserta tokoh masyarakat terus


melakukan pengamatan perkembangan kasus dan memberikan laporan
perkembangan secara rutin ke tingkat lebih atas sampai periode KLB berhenti.

2. Petugas imunisasi puskesmas harus melakukan sweping imunisasi campak tiap


bulannya agar semua anak mendapatkan kekebalan terhadap virus campak.
3.

Bagi masyarakat diharapkan selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk


mendapatkan imunisasi campak.

4. Dan meningkatkan perilaku hidup bersih serta menjaga kebersihan lingkungan


rumahnya masing-masing
Untuk Program Imunisasi Kabupaten :
1. Meningkatkan pembinaan ke puskesmas
2. Melakukan koordinasi lintas program terkait Khususnya program promkes dan
Kesga
3. Koordinasi lintas sector terutama mengenai penggalakan posyandu
4. Meningkatkan PWS dan meningkatkan cakupan imunisasi tiap desa

Anda mungkin juga menyukai