Disusun Oleh :
AKBAR
Dokter Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................2
A.
B.
Patofisiologi Asma...............................................................3
C.
Anamnesis.......................................................................5
D.
Pemeriksaan Fisik...............................................................5
E.
Pemeriksaan Penunjang.........................................................6
F.
Diagnosa Banding................................................................8
G.
H.
I.
J.
K.
Medikamentosa................................................................12
L.
Terapi Suportif.................................................................14
M.
N.
BAB 3 KESIMPULAN........................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit paru tidak menular yang terjadi akibat proses
inflamasi pada saluran napas yang ditandai dengan terdengarnya suara mengi,
sesak nafas dan biasa muncul pada keadaan- keadaan tertentu.
Saat ini asma masih tergolong ke dalam penyakit tidak menular dengan
angka kejadian di masyarakat yang cukup tinggi. Dalam World Health Report
2000 dikatakan bahwa, lima penyakit paru utama yang memberikan sumbangsi
17,4% dari seluruh kematian di dunia adalah infeksi paru (7,2%), PPOK (4,8%),
tuberklosis (3,0%), kanker paru/trakea/bronkus (2,1%), dan asma (0,3%).1
Perkembangan penyakit asma tampak mengalami peningkatan tiap
tahunya, diperkirakan terdapat sekitar 300 juta orang di seluruh dunia yang
menderita asma data dari WHO (2002) dan GINA (2011). Selain itu
perkembangan asma diprediksikan pada tahun 2025 jumlahnya akan mencapai
400 juta jiwa. 1
Pada anak-anak asma juga sering dijumpai sebagai masalah di masyarakat.
Laporan angka kejadian asma pada anak usia 13-14 tahun melalui kuesioner yang
diberikan kepada 14 sekolah menengah atas di Jakarta pusat mendapatkan hasil
bahwa dari 2044 kuesioner yang terkumpul 239 (11,7%) anak mempunyai riwayat
mengi. 2
Mengingat angka kejadian yang semakin meningkat setiap tahunya serta
mengingat bahwa asma juga tergolong kedalam penyakit yang sering kali luput
dalam diagnosa. Maka sudah selayaknya dibutuhkan pendekatan diagnosa serta
tatalaksana yang baik dibidang asma khususnya pada anak. Diharapkan dengan
diagnosa dan tatalaksana yang baik, asma pada pasien dapat terkontrol serta angka
kekambuhan asma juga dapat berkurang. Sehingga angka kejadian asma dapat
diturunkan setiap tahunya.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
B. Patofisiologi Asma
Obstruksi jalan napas secara luas adalah permasalaha utama pada asma,
dimana hal ini timbul karena adanya spasme oto polos bronkus, edema
mukosa akibat inflamasi, dan sumbatan mucus. Sumbatan ini dapat
meningkatkan tahanan jalan napas, terperangkapnya udara dan dstensi paru
berlebihan (hiperinflasi).
Tekanan intrapulmonal akan meningkat agar ekspirasi dapat terjadi,
peningkatan ini akan mempersempit dan menyebabkan penutupan saluran
napas sehingga meningkatkan resiko terjadinya pneumothoraks. Peningkatan
pada intratorakal mempengaruhi aliran balik vena dan mengurangi curah
jantung inilah manifestasi yang kita kenal sebagai pulsus paradoksus.
Pad awal serangan terjadi hiperventilasi kadar PaCo2 menurun terjadi
alkalosis respiratorik. Pada obstruksi yang berat terjadi kelelahan otot napas
dan hipoventilasi alveolar yang mengakibatkan hiperkapnia dan asidosis
respiratorik. Hipoksia yang terjadi dapat merusak sel alveolus sehingga
surfaktan berkurang sehingga resiko atelektasis meningkat.
Mediator kimia /Pencetus
Bronkokonstriksi, edema mukosa, sekresi berlebihan
Penyumbatan jalan nafas
Atelektasis
Ketidakseimbangan ventilasi
Dan perfusi
Kelenturan
berkurang
Kerja
Pernapasan
Surfaktan
bertambah
Berkurang
Hipoventilasi
Asidosis
alveolar
Vasokonstriksi
pulmonal
PCO2
PO2
Sumber : Michael Sly. Asthma dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM,
penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-15, Saunders,1996
C. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan dengan tepat dan cermat sehingga didapatkan
data yang akurat tentang gejala pasien. Beberapa pertanyaan mungkin dapat
membantu dalam anamnesis seperti3 :
1. Apakah serangan pernah mengalami serangan mengi dan apakah
berulang ?
2. Apakah sering terganggu/terbangun karena batuk pada malam hari?
3. Apakah mengi atau batuk muncul ketika selesai olahraga ?
4. Apakah mengi, dada terasa berat, ataupun batuk setelah terkena zat
allergen ?
5. Apakah bila pilek membutuhkan 10 hari untuk sembuh ?
6. Apakah gejala yang dirasakan membaik ketika diberi obat asma ?
Selanjutnya adalah mengidentifikasi pola dan derajat gejala. Pada pola
gejala, apakah gejala tersebut timbul saat infeksi virus atau tidak bersamaan
dengan infeksi virus (diantara batuk dan pilek biasa). 3
6
D. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat tidak ditemukanya kelainan saat pasien tidak
dalam keadaan serangan. Akan tetapi pada sebagian kecil pasien dengan asma
berat mungkin akan dijumpai mengi diluar serangan. Oleh karena itu
diagnosa asma pada bayi dan anak dibawah lima tahun hanya menjadi
diagnosa klinis. 3
Wheezing atau mengi pada anak dibawah lima tahun harus diwaspadai,
karena pada usia tersebut kemungkinan batuk berulang dapat diakibatkan oleh
infeksi saluran pernafasan saja. Apabila dijumpai mengi pada usia dibawah
tiga tahun hendaknya berhati-hati dalam mendiagnosa asma. 4
Jika terdapat keraguan dalam mendiagnosa asma ringan pada seorang
anak, maka dapat dilakukan tes dengan berolahraga ( dengan berlari cepat
selama 6 menit). 3
Pada Pasien dengan eksaserbasi (serangan) akan tampak gejala sesak
napas, batuk, mengi, dada serasa tertekan, umunya eksaserbasi diikuti dengan
distress pernapasan.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fungsi Paru
Pada pemeriksaan ini memiliki nilai negatif palsu yang tinggi. Penelitian
TCRS mendapatkan bahwa anak kurang dari 1 tahun (bukan baru lahir)
dengan IgE total tinggi memiliki kemungkinan IgE tinggi pada usia enam
tahun
dan
sebelas
tahun
yang
akan
berhubungan
dengan
mengi
F. Diagnosa Banding
Penegakan diagnosa asma adalah dengan menemukan adanya keterbatasan
aliran udara yang reversible dan bervariasi yang dapat ditunjukan dengan
spirometri. Diagnosa banding yang mungkin adalah GER, rinosinobronkitis,
OSAS, fibrosis kistik, primary cilliary dyskinesia, benda asing, vocal cord
dysfunction. 3
10
11
obat
antikolinergik.
Tatalaksana
ini
dapat
bila
kali
pasien
dilakukan
nebulisasi
pasien
hanya
langsung
(antikolinergik),
serangan
asma
2-agonis
selanjutnya
sedang,
dan
pasien
ipratropium
bromide
diobservasi.
kortikosteroid
sistemik
Pada
(oral)
13
kelelahan
Aritmia jantung
Henti napas
Tidak dapat bicara
Asidosis laktat yang tidak membaik
Diaphoresis pada posisi berbaring
Silent chest
K. Medikamentosa
a. Bronkodilator5
Beta adrenergik kerja pendek bekerja dengan stimulasi
reseptor beta adrenergic sehingga timbul relaksasi otot
polos jalan napas (bronkodilatasi). Efek lainya berupa
peningkatan klirens mukosilier, penurunan permeabilitas
14
epinefrin
1:1000
salbutamol
oral
0,1-0,5
dosis
yang
sama
namun
dengan
interval 20 menit.
Methyl Xantine ( teofilin kerja cepat) disarankan
hanya diberikan pada serangan asma berat yang dengan
pemberian kombinasi 2 agonis dan antikolinergik serta
steroid
tidak
intravena
memberikan
(inisial)
respon.
sebesar
Dosis
6-8mg/kgbb
aminofilin
larut
dalam
b. Antikolinergik5
Ipratropium bromida diberikan dengan kombinasi 2 agonis menghasilkan
bronkodilatasi yang lebih baik dari penggunaan masing-masing. Dosis
yang dianjurkan 0,1 ml/kgbb, nebulisasi setiap 4 jam. Dapat diberikan
dalam larutan 0,025% dengan dosis usia >6 tahun : 8-20 tetes, usia <6
tahun : 4-10 tetes.
c. Kortikosteroid5
15
pada
pasien
dengan
kortikosteroid
controller
iii. Serangan ringan dengan riwayat serangan berat.
Preparat oral yang dipakai adalah prednisolone,prednisone,dengan dosis 12 mg/kgbb/hari diberikan 2-3 kali sehari selama 3-5 hari. Melalui IV
disarankan metil-prednisolon sebagai pilihan utama dengan dosis 1
mg/kgbb diberikan 4-6 jam. Untuk nebulisasi pada pasien dengan serangan
berat digunakan dosis tinggi 1600 Mcg.
d. Obat lain5
i. Magnesium Sulfat
L. Terapi Suportif5
a. Oksigen
Oksigen biasanya diberikan pada pasien yang datang
dengan serangan asma sedang dan berat. Saturasi oksigen
dipertahankan sekitar 95% (pada bayi dan anak kecil).
16
Sumber : Global Initiative for asthma. Global strategy for asthma management and
preventin. National Institute of Health, Lung, and Blood Institute; NIH publ. No.023659,2002.
17
18
ii.
: 400-600 ug/hari
manipulasi
menghindari
terhadap
faktor
pencetus
lingkungan
agar
terjadinya
asma
dapat
pada
kebanyakan pasien.
Pemberian antihistamin non-sedatif, seperti ketotifen dan
setrizin
jangka
panjang
dilaporkan
dapat
mencegah
20
BAB 3
KESIMPULAN
Asma
menular
yang
sering
dijumpai
pada
masyarakat
luas.
perjalananya asma
Pada
terbagi bagi
menjadi
beberapa
klasifikasi
yakni
a.
b.
c.
d.
21
yang
diberikan
adalah
jenis
bronkodilator,
Alergen
utama
yang
sering
menjadi
sari
bunga,
bulu
hewan.
Serta
melakukan
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI you can control your
asthma, Depkes 2014.
2. Jonaldi M, Faisal Y, Wiwien HY. Prevalens Asma Pada Kelompok Siswa
13-14 tahun Menggunakan Kuesioner ISAAC dan Uji provokasi Bronkus
di Jakarta Pusat. J Respair Indo vol. 32. No. 1 Januari 2012. 08-16.
3. Melinda HDN. Diagnosis Asma Pada Anak. Buku ajar Respirologi
Anak. Ed.1.Cet.4.2015.105-19.
4. UKK Pulmonologi IDAI. Konsensus Nasional Asma Anak. Sari
Pediatri, Vol. 2. No.1,Juni 2000:50-66.
5. Makmuri MS Supriyanto B. Serangan Asma Akut. Buku ajar
Respirologi Anak. Ed.1.Cet.4.2015.121-33.
6. Rahajoe N. Tatalaksana Jangka Panjang Asma pada Anak. Buku ajar
Respirologi Anak. Ed.1.Cet.4.2015.134-47.
7. Arwin AP Akib. Asma pada Anak. Sari Pediatri, vol.4,no.2, September
2002:78-82.
24