Anda di halaman 1dari 12

Kabupaten Ende adalah sebuah kabupaten di Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur,

Indonesia. Luas kabupaten ini ialah 2.046,6 km dan populasi 238.040 jiwa.[2] Ibukotanya ialah
Kota Ende.
Lambang daerah
Lambang Daerah Kabupaten Ende berbentuk perisai bersisi lima yang mengandung arti sebagai
berikut:
1. Perisai melambangkan alat perlindungan rakyat
2. Sisi lima melambangkan Pancasila sebagai Dasar Negara
Warna dan Isi Lambang
Warna lambang terdiri dari warna merah, kuning, hitam dan biru yang diambil dari warna kain
tenun rakyat Ende-Lio yang mencerminkan ciri khas kebudayaan rakyat Daerah Tingkat II Ende
yang mempunyai arti sebagai berikut:
1. Merah melambangkan keberanian
2. Kuning melambangkan keagungan, kekayaan dan kemuliaan
3. Hitam melambangkan siap demi cita-cita yang luhur serta teguh dan abadi
4. Biru melambangkan kerukunan, kesetiaan di dalam kekeluargaan
Arti Gambar dalam Lambang
Lambang Daerah Kabupaten Ende berisi:
1. Lukisan bintang yang berwarna kuning keemasan yang melambangkan keagungan dan
kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta yang memberi hidup dan
menyinari kehidupan manusia pada umumnya, khususnya rakyat Daerah Tingkat II Ende.
2. Di bawah lukisan bintang tertulis dengan huruf latin "DAERAH TINGKAT II ENDE".

3. Rantai yang melingkari lukisan danau Kelimutu melambangkan ikatan kerukunan dan
kekeluargaan yang hidup dikalangan rakyat Daerah Kabupaten Ende.
4. Danau Kelimutu adalah satu-satunya keindahan alam di dunia yang hanya terdapat di
Daerah Kabupaten Ende, melambangkan keagungan, kemegahan dan ketenangan hidup
rakyatnya dengan tabah dan penuh semangat membangun daerahnya sepanjang masa.
5. Lukisan padi dan kapas yang terdapat di bawah lukisan danau Kelimutu mengandung arti
tujuan kesejahteraan material dan spiritual rakyat Daerah Kabupaten Ende. 14 butir padi
dan 12 buah kapas melambangkan 14 Desember, tanggal dan bulan berdirinya Daerah
Kabupaten Ende, sedangkan angka 1958 yang terletak di bawah lukisan pohon beringin
melambangkan tahun berdirinya Daerah Kabupaten Ende.
6. Lukisan pohon beringin yang terletak di bawah lukisan padi dan kapas melambangkan
persatuan dan kesatuan.
7. Empat corak garis yang melintang sebagai dari lukisan waran dasar lambang ini yang
memberi perisai atau lima bagian, melambangkan rencana pembangunan lima tahun yang
terus menerus untuk mencapai cita-cita bangsa seperti yang termaktub dalam sila ke lima
dari Pancasila.
Sejarah
ASAL MULA BERDIRINYA KOTA ENDE Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat
menjadi Kota Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak sama
benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban
atas pertanyaan : Oleh siapa dan kapan Nua Ende di mulaikan. Mythos yang samar-samar perlu
diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini Bantu membantu dalam
usaha mencarikan jawaban yang baik.
Mythos didirikan Nua Ende adalah unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian.
Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos Iets Over Ende dan
karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende. S.Roos membicarakan antara lain masalah

berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M. Van Suchtelen Kontroleur onderafdeling
Endemengemukan mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa. Perbedaan antara S.Roos dan van
Suchtelen ialah mythos Kontroleur S.Roos (Sumbi) dibawakan dengan umum saja, sedangkan
mythos Van Suchtelen diceritakan dengan diperinci. S.ROOS Tentang Nua Ende ,Tana Ende
Walaupun tidak diperinci namun ceritera yang dikemukan Roos amat berharga. Diceriterakan
kepadanya tahun 1872 bahwa kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit,
Ambu Roru lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita
dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain melanjutkan
turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madange, Keto Kuwa
bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk disana, untuk
menangkap ikan.Mereka mendapat banyak ikan yang separohnya mereka makan ditempat dan
yang sisa mereka bawa ke rumah. Sementara makan itu datang tuan tanah Ambu Nggo`be yang
diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan persahabatan.Ambu Nggo`be mengajak
orang-orang itu meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan harta
milik dapat diboyong kemudian.Ambu Nggo`be berikan tanah dengan syarat mereka harus bayar,
satu gading dan se utas rantai mas. Bahan warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang
turunan lurus Ambu Nggo`be. Jadi semua syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka menebang
pohon dan semak memulaikan perkembangan yaitu Nua Roja yang kemudian diganti dengan
nama Nua Ende. Terjadi kawin mawin antara penduduk asal pulau Ende dan penduduk asli.
Maka putera Ambu Roru kawin dengan putera Ambu Nggo`be.Beberapa waktu kemudian datang
seorang lelaki dari Modjopahit dengan mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende
dan kawin dengan wanita anak putera ambu Roru dan Ambu Nggo`be .Pun seorang Cina
berdiam di Ende dan kawin dengan dari keluarga sama ini. Orang Cina itu bernama Maga Rinu
( Sic Bapak Kapitan Nggo`be ). Dari ceritera ini dapat disimpulkan bahwa Nua Ende dimulaikan
oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari Pulau Ende dan bantuan orang Majapahit serta
orang Cina.
Geografi
Batas wilayah kabupaten Ende yaitu: Batas Wilayah Kabupaten Ende :

Sebelah Utara Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Laut Flores Di Nangaboa Dan Di
Ngalu Ijukate

Sebelah Selatan Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Laut Sawu Juga Di Nangaboa Dan
Di Ngalu Ijukate

Sebelah Timur Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Kabupaten Sikka Dari Pantai Utara
Nangambawe, Hangamanuria Ke Arah Selatan Dan Di Ngalu Ijukate

Sebelah Barat Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Kabupaten Ngada Dari Pantai Utara
Di Nanganiohiba Ke Arah Tengah Utara, Wuse Ke Arah Tengah Selatan,
Sanggawangarowa Menyusur Kali Nangamboa Ke Arah Pantai Selatan Dan Di
Nangamboa.

Sedangkan untuk letak astronomis, kabupaten Ende terletak pada 82624,71 LS 85425,46
LS dan 1212340,44 BT 122133,3 BT. Wilayah Kabupaten Ende Ini Termasuk Juga
Dalam Deretan Jalur Gunung Berapi, Sebut Saja Gunung Berapi Iya Yang Memiliki Ketinggian
637 Mdpl, Di mana Letusan Terakhirnya Terjadi Pada Tahun 1969. Masih Ada Juga Gunung
Berapi Mutubusa Yang Memiliki Ketinggian 1.690 Mdpl, Di mana Terakhir Kalinya Tercatat
Memuntahkan Lahar Panas Pada Tahun 1938. Curah Hujan Di Kabupaten Ende Tercatat Lebih
Signifikan Pada Bulan Nopember Hingga Bulan April. Dengan Curah Hujan Rata-Rata Pertahun
2.171 Mm. Perbedaan Amplitudo Suhu Harian Rata-Rata Juga Tidaklah Terlampau Signifikan,
Berada Dalam Ambang 6,0 C. Di mana Suhu Terpanas Pada Siang Hari Adalah 33 C Dan Suhu
Udara Malam Hari Memiliki Suhu Terendah Pada Titik 23 C. Kelembaban Nisbi Kabupaten
Ende Berada Dalam Kisaran Rata-Rata 85 %. Sumber Utama Pertanian Bagi Masyarakat
Kabupaten Ende Adalah Dari Beberapa Mata Air Yang Relatif Bertahan Debit Airnya, Selain
Dari Sumber Mata Air Tadahan Lainnya. Beberapa Lokasi Mata Air Ini Antara Lain : Mata Air
Wolowona Yaitu Mencapai 200 Lt/Dtk Yang Terdapat Di Kecamatan Ndona Tepatnya Berada Di
Desa Onelako, Mata Air Aekemele Dengan Debit 40 Lt/Dtk, Mata Air Moni Dengan Debit 35
Lt/Dtk, Mata Air Aeuri Dan Aewenanda Di Kecamatan Ende Selatan. Jenis Tanah Di Kabupaten
Ende Adalah Tanah Mediteran, Latosol, Alluvial, Regosol, Grumosol, Dan Andosol.

Satu Mata Air Bersih lainnya, yang sangat sehat sebab bisa langsung diminum tanpa harus
direbus adalah Mata Air "Ae Bhobho", terletak di desa Wolokota kecamatan Ndona. Mata Air ini
berdebit mencapai 40Lt/Detik, dan memenuhi kebutuhan dua desa yakni Wolokota dan Reka.
Mata Air ini sebenarnya sangat potensiil untuk dikelola sebagai air minum bersih, sebab tidak
ada sat kapur sama sekali. Sayangnya, belum dipergunakan secara optimal sebagai salah satu
usaha ekonomi. hal ini terutama karena masih sulitnya akses ke desa ini karena belum
dihubungkan dengan jalan raya.

Kabupaten Ende
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

"Ende" beralih ke halaman ini. Untuk ibukota kabupaten, lihat Ende (kota).
Kabupaten Ende

Lambang Kabupaten Ende


Moto: -

Peta lokasi Kabupaten Ende


Koordinat: Provinsi

Nusa Tenggara Timur

Tanggal

14 Desember 1958

Peresmian
Ibu kota

Ende

Pemerintahan
- Bupati

Ir. Marselinus Y.W. Petu

- DAU

Rp. 580.052.378.000.-(2013)[1]

Luas

2.046,6 km2

Populasi
- Total

278.538 jiwa (2013)

- Kepadatan

136,1 jiwa/km2

Demografi
- Kode area

0381

telepon
Pembagian administratif
- Kecamatan

21

- Kelurahan

23

Simbol khas daerah

- Situs web

http://www.endekab.go.id/

Kabupaten Ende adalah sebuah kabupaten di Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur,
Indonesia. Luas kabupaten ini ialah 2.046,6 km dan populasi 238.040 jiwa.[2] Ibukotanya ialah
Kota Ende.
Daftar isi

1 Lambang daerah

2 Sejarah

3 Geografi

4 Demografi

5 Ekonomi

6 Daftar Bupati Ende

7 Pembagian Administratif

8 Sarana dan Prasarana

9 Penginapan

10 Radio

11 Objek wisata

12 Pemekaran Kota Ende

13 Referensi

14 Pranala luar

Lambang daerah
Lambang Daerah Kabupaten Ende berbentuk perisai bersisi lima yang mengandung arti sebagai
berikut:
1. Perisai melambangkan alat perlindungan rakyat
2. Sisi lima melambangkan Pancasila sebagai Dasar Negara
Warna dan Isi Lambang
Warna lambang terdiri dari warna merah, kuning, hitam dan biru yang diambil dari warna kain
tenun rakyat Ende-Lio yang mencerminkan ciri khas kebudayaan rakyat Daerah Tingkat II Ende
yang mempunyai arti sebagai berikut:
1. Merah melambangkan keberanian
2. Kuning melambangkan keagungan, kekayaan dan kemuliaan
3. Hitam melambangkan siap demi cita-cita yang luhur serta teguh dan abadi
4. Biru melambangkan kerukunan, kesetiaan di dalam kekeluargaan
Arti Gambar dalam Lambang
Lambang Daerah Kabupaten Ende berisi:
1. Lukisan bintang yang berwarna kuning keemasan yang melambangkan keagungan dan
kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta yang memberi hidup dan
menyinari kehidupan manusia pada umumnya, khususnya rakyat Daerah Tingkat II Ende.
2. Di bawah lukisan bintang tertulis dengan huruf latin "DAERAH TINGKAT II ENDE".

3. Rantai yang melingkari lukisan danau Kelimutu melambangkan ikatan kerukunan dan
kekeluargaan yang hidup dikalangan rakyat Daerah Kabupaten Ende.
4. Danau Kelimutu adalah satu-satunya keindahan alam di dunia yang hanya terdapat di
Daerah Kabupaten Ende, melambangkan keagungan, kemegahan dan ketenangan hidup
rakyatnya dengan tabah dan penuh semangat membangun daerahnya sepanjang masa.
5. Lukisan padi dan kapas yang terdapat di bawah lukisan danau Kelimutu mengandung arti
tujuan kesejahteraan material dan spiritual rakyat Daerah Kabupaten Ende. 14 butir padi
dan 12 buah kapas melambangkan 14 Desember, tanggal dan bulan berdirinya Daerah
Kabupaten Ende, sedangkan angka 1958 yang terletak di bawah lukisan pohon beringin
melambangkan tahun berdirinya Daerah Kabupaten Ende.
6. Lukisan pohon beringin yang terletak di bawah lukisan padi dan kapas melambangkan
persatuan dan kesatuan.
7. Empat corak garis yang melintang sebagai dari lukisan waran dasar lambang ini yang
memberi perisai atau lima bagian, melambangkan rencana pembangunan lima tahun yang
terus menerus untuk mencapai cita-cita bangsa seperti yang termaktub dalam sila ke lima
dari Pancasila.
Sejarah
ASAL MULA BERDIRINYA KOTA ENDE Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat
menjadi Kota Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak sama
benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban
atas pertanyaan : Oleh siapa dan kapan Nua Ende di mulaikan. Mythos yang samar-samar perlu
diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini Bantu membantu dalam
usaha mencarikan jawaban yang baik.
Mythos didirikan Nua Ende adalah unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian.
Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos Iets Over Ende dan
karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende. S.Roos membicarakan antara lain masalah
berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M. Van Suchtelen Kontroleur onderafdeling

Endemengemukan mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa. Perbedaan antara S.Roos dan van
Suchtelen ialah mythos Kontroleur S.Roos (Sumbi) dibawakan dengan umum saja, sedangkan
mythos Van Suchtelen diceritakan dengan diperinci. S.ROOS Tentang Nua Ende ,Tana Ende
Walaupun tidak diperinci namun ceritera yang dikemukan Roos amat berharga. Diceriterakan
kepadanya tahun 1872 bahwa kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit,
Ambu Roru lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita
dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain melanjutkan
turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madange, Keto Kuwa
bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk disana, untuk
menangkap ikan.Mereka mendapat banyak ikan yang separohnya mereka makan ditempat dan
yang sisa mereka bawa ke rumah. Sementara makan itu datang tuan tanah Ambu Nggo`be yang
diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan persahabatan.Ambu Nggo`be mengajak
orang-orang itu meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan harta
milik dapat diboyong kemudian.Ambu Nggo`be berikan tanah dengan syarat mereka harus bayar,
satu gading dan se utas rantai mas. Bahan warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang
turunan lurus Ambu Nggo`be. Jadi semua syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka menebang
pohon dan semak memulaikan perkembangan yaitu Nua Roja yang kemudian diganti dengan
nama Nua Ende. Terjadi kawin mawin antara penduduk asal pulau Ende dan penduduk asli.
Maka putera Ambu Roru kawin dengan putera Ambu Nggo`be.Beberapa waktu kemudian datang
seorang lelaki dari Modjopahit dengan mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende
dan kawin dengan wanita anak putera ambu Roru dan Ambu Nggo`be .Pun seorang Cina
berdiam di Ende dan kawin dengan dari keluarga sama ini. Orang Cina itu bernama Maga Rinu
( Sic Bapak Kapitan Nggo`be ). Dari ceritera ini dapat disimpulkan bahwa Nua Ende dimulaikan
oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari Pulau Ende dan bantuan orang Majapahit serta
orang Cina.
Geograf
Batas wilayah kabupaten Ende yaitu: Batas Wilayah Kabupaten Ende :

Sebelah Utara Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Laut Flores Di Nangaboa Dan Di
Ngalu Ijukate

Sebelah Selatan Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Laut Sawu Juga Di Nangaboa Dan
Di Ngalu Ijukate

Sebelah Timur Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Kabupaten Sikka Dari Pantai Utara
Nangambawe, Hangamanuria Ke Arah Selatan Dan Di Ngalu Ijukate

Sebelah Barat Kabupaten Ende Berbatasan Dengan Kabupaten Ngada Dari Pantai Utara
Di Nanganiohiba Ke Arah Tengah Utara, Wuse Ke Arah Tengah Selatan,
Sanggawangarowa Menyusur Kali Nangamboa Ke Arah Pantai Selatan Dan Di
Nangamboa.

Sedangkan untuk letak astronomis, kabupaten Ende terletak pada 82624,71 LS 85425,46
LS dan 1212340,44 BT 122133,3 BT. Wilayah Kabupaten Ende Ini Termasuk Juga
Dalam Deretan Jalur Gunung Berapi, Sebut Saja Gunung Berapi Iya Yang Memiliki Ketinggian
637 Mdpl, Di mana Letusan Terakhirnya Terjadi Pada Tahun 1969. Masih Ada Juga Gunung
Berapi Mutubusa Yang Memiliki Ketinggian 1.690 Mdpl, Di mana Terakhir Kalinya Tercatat
Memuntahkan Lahar Panas Pada Tahun 1938. Curah Hujan Di Kabupaten Ende Tercatat Lebih
Signifikan Pada Bulan Nopember Hingga Bulan April. Dengan Curah Hujan Rata-Rata Pertahun
2.171 Mm. Perbedaan Amplitudo Suhu Harian Rata-Rata Juga Tidaklah Terlampau Signifikan,
Berada Dalam Ambang 6,0 C. Di mana Suhu Terpanas Pada Siang Hari Adalah 33 C Dan Suhu
Udara Malam Hari Memiliki Suhu Terendah Pada Titik 23 C. Kelembaban Nisbi Kabupaten
Ende Berada Dalam Kisaran Rata-Rata 85 %. Sumber Utama Pertanian Bagi Masyarakat
Kabupaten Ende Adalah Dari Beberapa Mata Air Yang Relatif Bertahan Debit Airnya, Selain
Dari Sumber Mata Air Tadahan Lainnya. Beberapa Lokasi Mata Air Ini Antara Lain : Mata Air
Wolowona Yaitu Mencapai 200 Lt/Dtk Yang Terdapat Di Kecamatan Ndona Tepatnya Berada Di
Desa Onelako, Mata Air Aekemele Dengan Debit 40 Lt/Dtk, Mata Air Moni Dengan Debit 35
Lt/Dtk, Mata Air Aeuri Dan Aewenanda Di Kecamatan Ende Selatan. Jenis Tanah Di Kabupaten
Ende Adalah Tanah Mediteran, Latosol, Alluvial, Regosol, Grumosol, Dan Andosol.
Satu Mata Air Bersih lainnya, yang sangat sehat sebab bisa langsung diminum tanpa harus
direbus adalah Mata Air "Ae Bhobho", terletak di desa Wolokota kecamatan Ndona. Mata Air ini
berdebit mencapai 40Lt/Detik, dan memenuhi kebutuhan dua desa yakni Wolokota dan Reka.

Mata Air ini sebenarnya sangat potensiil untuk dikelola sebagai air minum bersih, sebab tidak
ada sat kapur sama sekali. Sayangnya, belum dipergunakan secara optimal sebagai salah satu
usaha ekonomi. hal ini terutama karena masih sulitnya akses ke desa ini karena belum
dihubungkan dengan jalan raya.

Anda mungkin juga menyukai