Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang forensik ada beberapa keadaaan ata jenis asfiksia yang sering
dijumpai. Biasanya berkaitan dengan hambatan saluran nafas secara mekanik atau disebut
juga asfiksia mekanik. 1
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguanpertukaran
udara pernapasan; mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia)disertai dengan
peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikianorgan tubuh mengalami
kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadikematian. Dari segi etiologi, asfiksia
dapat disebabkan oleh hal berikut : 2
1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan
seperti laringitis difteri, tumor laring, asma bronchial atau menimbulkan
gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru, pneumonia, COPD.
2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang
mengakibatkan emboli udara (disebabkan oleh terbukanya vena jugularis
akibat luka), emboli lemak (disebabkan oleh fraktur tulang panjang),
pneumotoraks bilateral; sumbatan atau halangan pada saluran napas dan
sebagainya.
3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan mialnya
4. barbiturat, narkotika.
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasanterhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (bersifat mekanik), misalnya:
pentupan saluran pernapasan bagian atas. 2
Asfiksia mekanik di bidang forensik yang sering dijumpai adalah : 1,2
1. Pembekapan (smothering), yaitu saluran nafas bagian luar dimana mulut dan
hidung ditutup serentak.
2. Penyumbatan (gagging dan choking).
3. Penekanan di daerah leher, yaitu :
a. Pengaruh berat badan (mati gantung/hanging)
b. Tenaga dari luar
Penjeratan (strangulation)
Pencekikan (manual strangulation, throttling)
Gantung (hanging).
4. Tersumbat oleh cairan (tenggelam/drowning).
5. Gangguan gerakan pernafasan (penekanan dinding dada dari luar/traumatic
asphyxia).

Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh
asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam kedalam
kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri, dimana yang nantinya akan
dibahas pada Bab II. 2
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper mati tenggelam (drowning) ini adalah sebagai berikut :
1.2.1

Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang mati tenggelam (drowning).

1.2.2

Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami tentang definisi, proses, dan tipe-tipe tenggelam
(drowning).
2. Mengetahui dan memahami tentang sebab kematian pada korban
3. tenggelam (drowning).
4. Mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan mayat pada korban
tenggelam (drowning), berupa pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, serta
pemeriksaan laboratorium.
5. Mengetahui dan memahami tentang medikolegal pada kasus mati tenggelam
(drowning).

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Manfaat Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan pembaca dan sebagai kepustakaan mengenai tenggelam
(drowning).
1.3.2 Manfaat Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai tenggelam (drowning) baik
dari segi forensik maupun medikolegal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tenggelam (Drowning)

Tenggelam adalah bentuk kematian akibat asfiksia karena terhalangnya udara


masuk ke dalam saluran pernafasan disebabkan tersumbat oleh cairan. Terhalangnya udara
masuk ke paru-paru tidak perlu orang tersebut harus terbenam ke air, tetapi tertutup saluran
nafas atas oleh cairan cukup untuk membuatnya mati tenggelam. 1
2.2 Proses Tenggelam (Drowning)
Tenggelam dapat terjadi pada orang yang tidak bisa berenang ataupun orang yang
pandai berenang (bila ia sampai ke tingkat kehabisan tenaga atau keadaan lain). 1
Proses tenggelam dimulai pada waktu orang masuk ke air karena panik atau karena
kelelahan maka sebagian air masuk ke mulut dan saluran pernafasan. Ini akan
menimbulkan reflek batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara lagi dengan
berusaha menggapai ke permukaan, namun akibatnya lebih banyak lagi air yang masuk
menggantikan udara, ini terjadi berulang kali, akhirnya tenggelam. 1
Setelah terjadi peroses pembusukan, beberapa hari kemudian korban terapung
kembali karena gas pembusukan yang berkumpul dalam rongga perut dan dada, maka
korban akan muncul ke permukaan air, kecuali korban tersangkut di dalam air atau
dimakan binatang. Bila gas pembusukan ini akhirnya keluar daritubuh, maka korban akan
kembali tenggelam. Proses ini perlu diketahui dalam pencaharian korban tenggelam. 1
2.3 Tipe-tipe Tenggelam (Drowning)
Kematian karena tenggelam bisa melalui berbagai proses, maka tenggelam bisa
dibedakanatas berbagai tipe : 1,3
1. Dry drowning
Mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan. Mungkin karena spasme
laring atau inhibisi vagal yang mengakibatkan jantung berhenti berdenyut
sebelum korban tenggelam. Ini dikenal sebagai drowning tipe 1.
2. Wet drowning
Tenggelam dalam pengertian sehari-hari baik di air tawar (drowning tipe 2a),
maupun air asin (drowning tipe 2b).
3. Immersion syndrome
Mari tenggelam karena masuk ke dalam air dingin yang menyebabkan inhibisi
vagal.
4. Secondary drowning
Ini tidak sesungguhnya mati tenggelam tapi mati sesudah dirawat akibat
tenggelam. Tetap ada hubungannya dengan kelainan paru akibat tenggelam
(infeksi atau edema).
Tenggelam basah (wet drowning)
Perlu dikenal proses kematian karena tenggelam basah dalam pengertian sehari-hari, yaitu :

1. Air tawar
Air masuk ke paru-paru sampai ke alveoli. Karen akonsentrasi darahlebih
tinggi dari air maka caoran di paru-paru masuk ke dalam sirkulasidarah, terjadi
hemodilusi yang diikuti dengan hemolisis, akibatnya kadar ion K dalam serum
darah meningkat dan kadar ion Na turun dan disertai peningkatan volume darah,
beban jantung bertambah berat, terjadi keadaan hipoksia dan fibrilasi ventrikel,
berakhir terjadi kematian akibat anoksia otak. Dalam penelitian di dapati
penambahan volume darah sampai 72 %. Kadar ion chlor dijantung kiri turun
sampai 50 %. Kematian terjadi dalam waktu 5 menit.
2. Air laut
Air laut yang masuk ke dalam paru lebih hipertonik sehingga
dapatmenarik air dari pembuluh darah. Akibatnya terjadi edeme paru,
darahmenjadi hemokosentrasi. Kadar ion chlor jantung kiri meningkat 30-40 %,
kadar ion Mg dalam darah meningkat, RBC meningkat dan di bawah mikroskop
butir darah tampak mengkerut. Terjadi hipoksia. Kemungkinan terjadi karena
edema paru1. Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit setelah
tenggelam.
2.4 Sebab Kematian Tenggelam (Drowning)
Seperti dijelaskan ada berbagai tipe tenggelam, maka sebab kematian juga terjadi
kerena berbagai bentuk, yaitu :
1. Asfiksia karena spasme laring
2. Asfiksia karena gagging dan choking
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang
dapatdibedakan dalam 4 fase, yaitu :
a) Fase dispnea. Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan
penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di
medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi pernapasan akan
menigkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tandatanda sianosis terutama pada muka dan tangan.
b) Fase konvulsi. Akibat CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan
terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadai konvulsi (kejang), yang
mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian tetapi kemudian
menjadi keang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik.
c) Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah
juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih
tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.

d) Fase apnea. Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan


melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi
sfingter dapat terjadi pengeluaran cairansperma, urin, tinja.
e) Fase akhir. Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap.
Pernapasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil
pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelahpernapasan
berhenti.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian
sangatbervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2
berlangsunglebih kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat penghalang oksigen
bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia
akan lebih jelas dan lengkap.
3. Fibrilasi ventrikel karena tenggelam di air tawar
4. Edeme paru kerena tenggelam di air asin
5. Inhibisi vagal karena refleks
2.5 Pemeriksaan Mayat Akibat Tenggelam (Drowning)
Pada pemeriksaan mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti mungkin
agar mekanisme kematian dapat ditentukan, karena seringkali mayat ditemukan sudah
dalam keadaan membusuk. Hal penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah :
1)Menentukan identitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain :
a. Pakaian dan benda-benda milik korban
b. Warna dan distribusi rambut dan identitas lain
c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
d. Sidik jari
e. Pemeriksaan gigi
f. Teknik identifikasi lain.
2) Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat yang masih segar, untuk menentukan apakah korban masih
hidup atau sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan.
a. Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup
waktu tenggelam ialah pemeriksaan diatom.
b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar
c. elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.

d. Benda asing dalam paru dan saluran pernapasan mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai
membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.
e. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara
fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam
mempunyai nilai yang bermakna.
f. Pada beberapa kasus, ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan
bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam
air.
3)Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
Pada mayat yang segar, gambaran pasca-mati dapat menunjukkan tipe
drowning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau
kekerasan lain.
Pada kecelakaan di kolam renang benturan ante-mortem (ante mortem
impact) pada tubuh bagian atas, misalnya memar pada luka, perlukaan pada
vertebra servikalis dan medula spinalis dapat ditemukan.
4)Faktor-faktor yang berperan dalam proses kematian
Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian, misalnya kekerasan,
alkohol atau obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau melalui
bedah jenazah.
5)Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam
saluran pernapasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan
dapat membantu menentukan apakah korban tenggelam ditempat itu atau ditempat
lain.
6) Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian
a. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada waktu masuk ke
dalam air, maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air
masuk ke dalam saluran pernapasan (tenggelam). Pada immersion, kematian
terjadi dengan cepat, hal ini mungkin disebabkan oleh sudden cardiac arrest
yang terjadi pada waktu cairan melalui saluran pernapasan bagian atas.
Beberapa korban yang terjun dengan kaki terlebih dahulu menyebabkan
cairan dengan mudah masuk ke hidung. Faktor lain adalah keadaan
hipersensitivitas dan kadang-kadang keracunan alkohol.
b. Bila tidak ditemukan air dalam paru-paru dan lambung, berarti kematian
terjadi seketika akibat spasme glotis, yang menyebabkan cairan tidak dapat
masuk. Waktu yang diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi tergantung
darikeadaan sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi
peroranganyang bersangkutan, keadaan kesehatan dan jumlah, serta sifat
cairan yang dihisap masuk ke dalam saluran pernapasan. Korban tenggelam
akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin banyan, kemudian
menjadi tidak sadar dalamwaktu 2-12 menit (fatal period). Dalam periode

ini bila korban dikeluarkan dari air, ada kemungkinan masih dapat hidup
bila upaya resusitasi berhasil.
Tanda-tanda post mortem pada pasien tenggelam :
1. Pemeriksaan luar
Tanda-tanda asfiksia seperti sianosis pada kuku dan bibir. Mata merah
karena perdarahan subkonjunctiva. Dari mulut dan hidung terdapat buih halus
yang sukar pecah, kadang menjulur seperti lidah. Lebam mayat lebih banyak
dibagian kepala, muka dan leher (karena posisi kepala di air lebih rendah). Bila
didapati kejang mayat (cadaveric spasme) tangan menggenggam rumput atau
kayu merupakan bukti kuat korban masih hidup waktu masuk air. Bila korban
lama di dalam air bisa didapati telapak tangan dan kaki putih mengkerut seperti
tukang cuci (washer woman hand). Kadang didapati kulit kasar seperti kulit
bebek (cutis anserina), tetapi tidak patognomonis karena itu terbentuk akibat
kontraksi Musculus Erector pili karena dingin atau proses kaku mayat. Adanya
lumpur di badan, tangan korban, di bawah kuku, atau di pakaian penting
diperhatikan. Pastikan juga adanya luka-luka post mortem apalagi bila korban
terseret arus di sungai atau gigitan ikan dan binatang lainnya. Luka post mortem
oleh batu-batuan di sungai di dapati di tubuh bagian luar.
Tanda-tanda pada pemeriksaan luar :
Tubuh korban tampak pucat, teraba dingin dimana proses penurunan suhu
mayat dalam hal ini kira-kira dua kali lebih cepat, dengan penurunan suhu
rata-rata 5F per jam dan biasanya suhu mayat akan sama dengan suhu
lingkunan dalam waktu sekitar 5-6 jam.
Lebam mayat berwarna merah terang seperti halnya pada kasus keracunan
gas CO, lebam mayat terdapat didaerah kepala, leher dan bagian depan
dada.
Dari lubang dan mulut keluar busa halus berwarna putih, ini merupakan
petunjuk bahwa korban memang mati terbenam atau mati karena asfiksia
pada umumnya. Busa tersebut lama-lama akan berwarna kemerahan dan
bila dihilangkan busa tersebut akan keluar lagi khususnya bila dada korban
ditekan.
Mata tampak kongestif dan terdapat bintik-bintik perdarahan.
Pada tangan korban dapat ditemukan sedang menggenggam benda-benda
pasir, dahan atau rumput, bila keadaan ini didapatkan pada kasushal
tersebut merupakan petunjuk kuat bahwa kematian korban karena
terbenam atau menunjukkan intravitalitas.
Luka-luka yang sering ditemukan umumnya luka postmortal, yang
diperoleh sebagai akibat tubuh mayat bersentuhan dengan benda-benda

yang ada dalam air atau dengan dasar dimana ia terbenam. Bila
didapatkepastian bahwa lukanya adalah luka intra-vital yaitu luka yang
diperoleh korban semasa hidup penyidik harus menaruh perhatian
yanglebih besar.
2. Pemeriksaan dalam
Penting memeriksan adanya lumpur, pasir halus, dan benda-benda asing
lainnya di dalam mulut dan saluran nafas, lumen laring, traea,bronkus, sampai ke
cabang-cabangnya. Pada rongga mulut dan saluran pernafasan berisi buih halus
yang mungkin tercampur dengan lumpur. Paru-paru tampak lebih besar
voluminous dan edematous apalagi tenggelam di dalam air laut, denag cetakan
iga di permukaan paru. Pada perabaan kenyal ada pitting uedema, bila dipotong
dan diperas tampak banyak buih. Darah lebih gelap dan encer. Jantung kanan
berisi darah dan di bagian kiri kosong. Esofagus dan lambung bisa terisi cairan
sesuai dengan tempat dimana korban tenggelam, mungkin mengandung lumpur,
pasir, dan lain-lain. Ini petunjuk penting karena korban menelan air waktu
kelelap dalam air, apalagi bila didapati duodenum yang menunjukkan adanya
passage melewati pylorus. Harus diingat bahwa pada dry drowning tidak di
dapati air di paru maupun di lambung.
Pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan adanya diatom dapat
dilakukan dengan tes destruksi. Begitu juga bilas paru untuk mendapatkan
adanya pasir atau telur cacing bila air kontaminasi dengan feses, ini dilakukan
bila pembuktian secara mikroskopis meragukan. Pemeriksaan kimia darah dapat
dilakukan tetapi memerlukan fasilitas dan biaya.
Tanda-tanda pada pemeriksaan dalam/bedah mayat :
Busa halus dan benda-benda yang terdapat didalam air (pasir, tumbuhan
dsb) akan dapat ditemukan dalam saluran pernafasan/batang tenggorok
dan cabang-cabangnya. Diatome yaitu ganggang bersel satu dapat
ditemukan dalam paru-paru dan organ tubuh lainnya.
Pada terbenam di air tawar (fre water drowning), paru-paru sangat
mengembang, pucat, berat dan bila ditekan akan mencekung,
keadaanmana dikenal dengan nama emphysema aquasum, teraba krepitasi
dan paru-paru tersebut akan tetap bentuknya bila dikeluarkan dari rongga
dada, dan pada pengirisan setiap potongan akan mempertahankan
bentuknya, pada pemijatan keluar sedikit busa dan sedikit cairan.
Pada kasus yang terbenam dalam air asin (salt waterdrownig), paru-paru
berat, penuh berisi air, perabaan memberi kesan seperti meraba jelly dan
bila dikeluarkan dari rongga dada bentuknya tidak akan bertahan
sedangkan pada pengirisan tampak banyak cairan yang keluar.

Dalam lambung dan organ-organ dalam tubuh serta sumsum tulang dapat
ditemukan pula benda-benda asing yang berasal dari dalam air, seperti
lumpur, tumbuhan dan secara mikroskopis dapat dilihat adanya ganggang.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan diatom. Alga (ganggang) bersel satu dengan dinding terdiri
dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam kuat. Diatom ini dapat
dijumpai dalam air tawar, air laut, air sungai, air sumur dan udara. Bila
seseorang mati karena tenggelam maka cairan bersama diatomakan masuk
ke dalam saluran pernapasan atau pencernaan, kemudian diatom akan masuk
ke dalam aliran darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu korban
masih hidup dan tersebar keseluruh jaringan. Pemeriksaan diatom dilakukan
pada jaringan paru mayat segar. Bila mayat telah membusuk, pemeriksaan
diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet atau sumsum tulang
mpaha. Pemeriksaan diatom pada hati dan limpa kurang bermakna sebab
dapat berasal dari penyerapan abnormal dari saluran pencernaan terhadap air
minum atau makanan.
Pemeriksaan destruksi (digesti asam) pada paru. Ambil jaringan perifer
paru sebanyak 100 gram, masukkan ke dalam labu Kjeldahi dan tambahan
asam sulfat pekat sampai jaringan paru terendam, diamkan lebih kurang
setengah hari agar jaringan hancur. Kemudian dipanaskan dalam lemari
asam sambil diteteskan asam nitrat pekat sampai terbentuk cairan yang
jernih, dinginkan dan cairan dipusing dalam centrifuge.
Sedimen yang terjadi ditambah dengan akuades, pusing kembali dan
akhirnya dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila pada
jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau 10- 20 per satu
sediaan; atau pada sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu.
Pemeriksaan getah paru. Permukaan paru disiram dengan air bersih, iris
bagian perifer, ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh
pada gelas obyek, tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop.
Selain diatom dapat pula terlihat ganggang atau tumbuhan jenis lainnya.
b) Pemeriksaan darah jantung. Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit
pada darah yang berasal dari bilik jantung kiri dan bilik jantung kanan. Bila
tenggelam di air tawar, berat jenis dan kadar elektrolit dalam darah jantung
kiri lebih rendah dari jantung kanan. Sedangkan pada tenggelam di air asin
teradi sebaliknya. Perbedaan kadar elektrolit lebih dari 10% dapat
menyokong diagnosis, walaupun secara tersendiri krang bermakna.
2.6 Diagnosis Tenggelam (Drowning)

Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan ), maka diagnosis kematian
akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan yang teliti dari :
1. Pemeriksaan luar
2. Pemeriksaan dalam
3. Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat
jenis serta kadar elektrolit darah.
Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat
berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila disokong oleh
penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum tulang, maka diagnosis
akan menjadi makin pasti.
Diagnosa kasus kematian karena terendam dapat ditegakkan terutama bila ada
tanda-tanda yang menunjang diagnosa tersebut, yaitu : tangan menggenggam erat sesuatu
benda, adanya busa halus dalam saluran pernapasan/pipa udara, adanya air (dengan isinya
bila ada) dalam lambung, gambaran paru-paru yang khas serta ditemukannya diatom
didalam alat-alat dalam tubuh dan sumsum tulang.
2.7 Medikolegal
Secara medikolegal, kematian karena tenggelam umumnya karena kecelakan
apalagi di musim hujan dan banjir. Bunuh diri dengan tenggelam bukan hal yang jarang
terjadi. Biasanya korban memilih tempat yang tinggi untuk meloncat dan biasanya di
tempat yang sering di lewati orang. Penting sekali menentukan apakah korban mati karena
tenggelam atau sudah mati baru ditenggelamkan.
Pemeriksaan menjadi sulit bila korban telah terjadi pembusukan atau pembususkan
lanjut. Perlu diperhatikan bahwa korban yang diangkat dari air, mengalami pembusukan
lebih cepat dari biasa. Oleh karena itu penundaan pemeriksaan akan mempersulit
pemeriksaan, selain bau yang akan dihadapi pemeriksa. Penyidikan pada kasus-kasus
tersebut perlu dilakukan dengan baik oleh karena selain kasusnya memang banyak
ditemukan (di Jakarta dalam tahun 1974 sampai dengan tahun 1976, kematian karena
tenggelam sebesar 49,31% dari seluruh kecelakaan diluar kecelakaan lalu-lintas), juga oleh
karena penentuan apakah kasus terbenam itu kasus kecelakaan, bunuh diri atau
pembunuhan bukanlah hal yang mudah. Penyidikan ditujukan terutama untuk mendapat
kejelasan apakah korban masih hidup sewaktu terbenam ataukah sudah menjadi mayat
sewaktu dibenamkan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tenggelam (drowning) adalah bentuk kematian akibat asfiksia karena
terhalangnya udara masuk ke dalam saluran pernafasan disebabkan tersumbatnya oleh
cairan. Terdapat beberapa tipe tenggelam seperti dry drowning, wet drowning, innersion
syndrome, secondary drowning. Sebab kematian juga terjadi karena berbagai bentuk,
salah satunya adalah asfiksia karena spasme laring. Pada pemeriksaan mayat akibat
tenggelam harus seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan, karena
seringkali mayat ditemukan sudah dalam keadaan membusuk. Terdapat aspek
medikolegal pada kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • PP Lapkas
    PP Lapkas
    Dokumen35 halaman
    PP Lapkas
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • 5 Kesimpulan
    5 Kesimpulan
    Dokumen3 halaman
    5 Kesimpulan
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen22 halaman
    Pneumonia
    Bianda
    Belum ada peringkat
  • Identifikasi Paper Fix
    Identifikasi Paper Fix
    Dokumen17 halaman
    Identifikasi Paper Fix
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Lapkas
    Lapkas
    Dokumen1 halaman
    Lapkas
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • TEORI
    TEORI
    Dokumen34 halaman
    TEORI
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Bentukan Batu Empedu
    Patofisiologi Bentukan Batu Empedu
    Dokumen4 halaman
    Patofisiologi Bentukan Batu Empedu
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • BAB I Mata New
    BAB I Mata New
    Dokumen20 halaman
    BAB I Mata New
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Faktor Menstruasi Dan Resiko Kanker Payudara
    Faktor Menstruasi Dan Resiko Kanker Payudara
    Dokumen1 halaman
    Faktor Menstruasi Dan Resiko Kanker Payudara
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • KOLELITIASIS
    KOLELITIASIS
    Dokumen11 halaman
    KOLELITIASIS
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Obesitas Pada Anak
    Obesitas Pada Anak
    Dokumen12 halaman
    Obesitas Pada Anak
    Fathur Rohman
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Peb Opi
    Lapkas Peb Opi
    Dokumen46 halaman
    Lapkas Peb Opi
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • RJPO AII Takikardi
    RJPO AII Takikardi
    Dokumen11 halaman
    RJPO AII Takikardi
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • BAB ISI Hipertensi Dalam Kehamilan
    BAB ISI Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen48 halaman
    BAB ISI Hipertensi Dalam Kehamilan
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Menghambat Produksi Prostaglandin
    Menghambat Produksi Prostaglandin
    Dokumen2 halaman
    Menghambat Produksi Prostaglandin
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Pneumothorax
    Pneumothorax
    Dokumen22 halaman
    Pneumothorax
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • MDR TB
    MDR TB
    Dokumen16 halaman
    MDR TB
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Append Xin Do
    Append Xin Do
    Dokumen14 halaman
    Append Xin Do
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Pneumothorax
    Pneumothorax
    Dokumen22 halaman
    Pneumothorax
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Jiwa Perbaikan
    Bab Jiwa Perbaikan
    Dokumen69 halaman
    Bab Jiwa Perbaikan
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantr Bedah
    Kata Pengantr Bedah
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantr Bedah
    Fitriyani Siregar
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Vini
    Lapkas Vini
    Dokumen14 halaman
    Lapkas Vini
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat
  • PIG Terbaru
    PIG Terbaru
    Dokumen5 halaman
    PIG Terbaru
    Ratri Nirmala
    Belum ada peringkat
  • Pneumothorax
    Pneumothorax
    Dokumen22 halaman
    Pneumothorax
    Sucie Novera Yasena Putri
    Belum ada peringkat