PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Takikardia didefinisikan sebagai suatu keadaan aritmia dengan kecepatan
kerja jantung diatas seratus kali per menit pada orang dewasa selama tiga
denyutan atau lebih.
2.2. Mekanisme
Takiaritmia merupakan akibat dari salah satu mekanisme :
1. Peningkatan automatisitas
2. Reentry
3. Aktivitas yang merangsang
2.3. Klasifikasi
Takiartimia dikategorikan menjadi supraventrikular takiaritmia dan
ventrikular aritmiaberdasarkan panjangnya kompleks QRS, morfologi dan
kecepatan gelombang P, hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS, dan
respon terhadap manuever vagal.
A. Takikardia dengan kompleks QRS sempit (SVT) (QRS <0.12 detik)
1. Sinus takikardi
2. Atrial fibrilasi
3. Atrial flutter
4. AV nodal reentry
5. Accessory pathway-mediated tachycardia
6. Atrial tachicardia
7. Multifocal atrial tachycardia
8. Junctional tachycardia
B. Takikardia dengan kompleks QRS melebar (QRS 0.12 detik)
1. Ventrikular takikardi dan ventrikular fibrilasi
2. SVT with abberancy
3. Wolff-Parkinson-White syndrome
4. Ventricular paced rhythm
2.4. Evaluasi awal dan penatalaksanaan
Hipoksemia merupakan penyebab terbanyak pada takikardia. Evaluasi
awal pasien dengan takikardia sebaiknya fokus pada tanda peningkatan kerja
napas (takipnea, retraksi interkostal,retraksi suprasternal, pernapasan paradoks
abdominal) dan saturasi oksihemoglobin. Jika oksigenasi pada pasien kurang
adekuat, berikan tambahan oksigenasi, pasang monitor,evaluasi tekanan darah,
2
dan pasang infus. Jika memadai, pasang EKG 12 sandapan untuk memberikan
gambaran gelombang yang lebih baik. Akan tetapi pemasangan EKG tidak boleh
menghambat kardioversi yang segera jika pasiennya tidak stabil. Pada saat
penalaksanaan awal, evaluasi keadaan klinis pasien dan identifikasi penyebab
reversibel takikardia.
-
Jika tanda dan gejala masih menetap setelah pemberian suplemen oksigen,
bantuan jalan napas, dan ventilasi, lakukan pengevekan tingkat instabilitas
pasien dan tentukan apakah ketidakstabilan itu berkaitan dengan
takiaritmia.
Jika pada pasien terdapat tanda-tanda perubahan status mental, nyeri dada
iskemik, gagal jantung akut, hipotensi, atau tanda lain syok berikan
kardioversi sinkronisasi.
Jika kecepatan kerja jantung < 150 x per menit tanpa adanya disfungsi
ventrikel, takikardia terajadi bukan karena instabilitas.
Kardioversi dapat diberikan segera jika keadaan pasien sangat tidak stabil.
Sebaiknya dipasang infus dan diberikan sedasi dulu sebelum diberikan
kardioversi. Pemberiannya sinkron dengan kompleks QRS. Pemberikan
kardioversi pada saat komopleks QRS ini bertujuan untuk menghindari pemberian
shock pada keadaan refractory period. Jika diperlukan kardioversi namun tidak
memungkinkan untuk mensinkronisasi berikan shock energi tinggi yang tidak
tersinkronisasi (dosis defibrilasi).
Kardioversi direkomendasikan karena shock yang diberikan dapat
memutuskan takiaritmia dengan mengganggu reentrant pathway yang merupakan
penyebab dari :
1. Pasien dengan SVT yang tidak stabil
2. Pasien atrial fibrilasi yang tidak stabil
3. Pasien atrial flutter yang tidak stabil
4. Pasien monomorphic (regular) VT yang tidak stabil
Dosis kardioversi :
1. Atrial fibrilasi, energi inisial bifasik adalah 120J sampai 200J.
2. Atrial flutter dan SVT lainnya energi inisial bifasik, dosis awal 50J
sampai 100J. Kardioversi dengan gelombang monofasik mulai dari 200J
3. VT, energi monomorfik, inisial 100J.
pada kelompok ini onset dan terminasi berlangsung bertahap. Kelompok penyakit
ini termasuk ectopic atrial tachycardia, MAT, dan junctional tachycardia. Bentuk
aritmia ini sulit ditangani karena tidak merespon terhadap kardioversi dan
dikontrol dengan obat-obatan yang melemahkan konduksi melalui AV node
sehingga diharapkan dapat menurunkan kecepatan ventrikel.
Penatalaksanaan takikardia dengan kompleks QRS memendek :
1. Vagal manuever
Merupakan terapi inisial yang sering dipilih untuk menghentikan PSVT
yang stabil. Vagal manuever sendiri (valsava manuver/ pemijatan sinus
karotid) dapat menghentikan 25% PSVT. Untuk SVT lainnya, vagal
manuever dapat menurunkan sementara kecepatan ventrikel dan
membantu mendiagnosis ritme namun tidak menghentikan aritmia.
2. Adenosine
Jika PSVT tidak merepon vagal manuever, berikan 6mg Adenosin berikan
infus tetesan cepat melalui pembuluh vena yang besar (antecubital)
kemudian berikan saline 20mL infus tetesan cepat. Jika dalam 1-2 menit
ritme tidak membaik, berikan 12mg Adenosin dengan cara yang sama.
Karena ada risiko terjadinya atrial fibrilasi dengan pemberian Adenosin,
harus tersedia defibrilator di sekitar pasien. Sama dengan vagal manuever,
Adenosine dapat menurunkan sementara kecepatan ventrikel ritme namun
tidak menghentikan aritmia. Adenosin aman untuk ibu hamil. Pada pasien
yang mengonsumsi dipyridamole, carbamazepin, transplantasi jantung,
pemberian per vena sentral dosis awalnya adalah 3mg. kontra indikasinya
adalah pasien dengan asma. Efek samping yang sering muncul adalah,
kemerahan, sesak napas, nyeri dada.
Setelah pemberian Adenosin dan vagal manuever harus dilakukan
monitoring, jika pasien mengalami bentuk lain SVT, misalnya atrial
fibrilasi, berikan long act AV node blocker.
3. Calcium channel blocker dan blocker
Jika Adenosine atau vagal manuever gagal untuk mengonversi PSVT, atau
jika PSVT rekuren setelah pemberian terapi, atau terbentuk gelombang
SVT baru (atrial fibrilasi atau flutter), dapat digunakan AV nodal blocking
agent seperti nondihydropyridine ca channel blocke yang bergantung pada
konduksi melalui AV node atau untuk melambatkan respon ventrikel
terhadap SVT lainnya dengan memblokir konduksi melalui AV node.
Hasilnya akan mempertahankan PSVT yang sudah berhenti dan
mengontrol SVT lainnya.
Verapamil dapat diberikal 2.5mg-5mg IV bolus dalam 2 menit (pada
pasien usia tua 3 menit). Jika tidak berespon, ulangi dengan dosis 5mg-10mg per
15-30 menit sampai total dosis 20mg. Sebagai alternatif dapat diberikan 5mg
bolus setiap 15 menit sampai total dosis 30mg. verapamil hanya diberikan pada
pasien dengan kompleks reentry yang memendek atau aritmia dengan
penyebabnya jelas SVT. Kontraindikasi pada pasien takiaritmia dengan QRS
memanjang dan gangguan fungsi ventrikel karena gagal jantung.
Diltiazem berikan dosis 15-20mg(0.25mg/kg) Iv selama 2 menit, jika perlu
dalam 15 menit berikan tambahan dosis IV 20-25mg (0.35mg/kg). Dosis rumatan
5mg / jam sampai 15 mg/ jam.
Beta blocker iv sangat variatif untuk penatalaksanaan SVT, seperti,
metoprolol, atenolol, propanolol, amolol, labetolol. Mekanisme adalah dengan
bekerja sebagai antagonis tonus simpatetik pada jaringan nodal, sehingga terjadi
perlambatan konduksi. Seperti ca channel blocker, blocker juga mempunyai efek
inotropik dan mengurangi cardiac output pada pasien gagal jantung. Efek
sampingnya adalah bradikardi, keterlambatan konduksi AV, dan hipotensi.
Takikardia dengan kompleks QRS memanjang
Langkah awal pada pasien dengan QRS memanjang adalah menentukan
apakah kondisi pasien stabil atau tidak. Jika pasien tidak stabil, diasumsikan
mempunyai VT dan perlu dilakukan kardioversi segera. Pada pasien yang stabil,
pasang EKG dengan 12 sandapan untuk mengevaluasi ritme, jika kondisi pasien
menjadi tidak stabil, berikan kardioversi segera.
Takikardi dengan kompleks QRS memanjang paling sering bermanifestasi
sebagai VT atau VF, SVT dengan abberancy, Preexcited takikardia, dan
ventricular paced rhytm. Takikardia kompleks QRS lebar didefinisikan sebagai
takikardia dengan durasi QRS yang lebih dari 120 milidetik yang disebabkan oleh
berbagai mekanisme. Sumber takikardia bisa berasal dari ventrikel atau
supraventrikel. Takikardia supraventrikel terjadi akibat adanya konduksi aberrant,
pre-existing bundle branch block atau accessory pathway (preeksitasi).
Pemahaman terhadap mekanisme dan jenis takikardia akan membantu untuk
membuat diagnosis dan terapi akurat.
Mekanisme Takikardia dengan Kompleks QRS Lebar
Ada beberapa mekanisme takikardia dengan QRS lebar :
1. Takikardia ventrikel
2. Takikardia supraventrikular dengan preexisting bundle branch block
3. Takikardia supraventrikular dengan konduksi abberant
4. Takikardia supraventrikular dengan konduksi AV melalui accessory pathway
Adenosin dapat diberikan dengan dosis yang sama dengan pasien PSVT
6mg. Adenosin berikan infus tetesan cepat melalui pembuluh vena yang besar
(antecubital) kemudian berikan saline 20mL infus tetesan cepat. Jika dalam 1-2
menit ritme tidak membaik, berikan 12mg Adenosin dengan cara yang sama.
Procainamide (10mg/kg) kemudian berikan Lidocaine (1.5mg/kg) untuk
menterminasi kondisi monomorfik VT yang stabil, dapat diberikan20-50mg/menit
sampai aritmia dapat ditekan, hipotensi dihentikan, durasi QRS meningkat.50%,
dosis maksimum 17mg/kg. Dosis rumatan 1-4mg/min.
Amiodarone efektif untuk mencegah rekurensi monomorfik VT pada
pasien dengan CAD. Dosisnya 150mg iv diberikan selama 10 menit dan dapat
diulang sampai mencapaidosis maksimal 2.2gr iv per 24 jam.
BAB III
KESIMPULAN
Tujuan dari penatalaksanaan bradikardi atau takikardi adalah untuk
mengidentifikasi dengan cepat dan memberikan terapi pada pasien dengan
hemodinamik yang tidak stabil atau menggunakan simtomatik karena aritmia.
Obat-obatan dan kardioversi listrik dapat digunakan untuk mengontrol takikardia
simptomatik atau takikardia yang tidak stabil.
DAFTAR PUSTAKA
10
11