Anda di halaman 1dari 8

Makalah Nutrisi pada Lansia

Kata Pengatar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Nutrisi pada
Lansia dengan lancar meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga
menghaturkan terima kasih kepada Ibu Prima Daniyati Kusuma beserta Ibu Eva Nurlina Aprilia
selaku Dosen mata kuliah Gizi & Diet Akper Notokusumo yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai kebutuhan dan pemenuhan nutrisi pada lansia. Oleh karena itu, kami berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, karena tidak ada hal yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini.
Yogyakarta, 17 September 2015
Penyusun

DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Lansia.............................................................................................................4
2.2 Proses Menua.................................................................................................5
2.3 Perubahan Sistem Pencernaan.......................................................................5

2.4 Kebutuhan Nutrisi Lansia..............................................................................6


2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia.................6
2.6 Masalah Gizi pada Lansia..............................................................................7
2.7 Pemantauan Status Gizi.................................................................................7
2.8 Asupan Makanan pada Lansia.......................................................................8
2.9 Gizi Tepat untuk Lansia.................................................................................8
2.10 Perencanaan Makanan untuk Lansia............................................................8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9
3.2 Saran...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam
dkk, 2008:32). Dalam kehidupan ini, manusia mengalami penuaan. Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya (Constantinides,
1994). Terdapat batasan pada lanjut usia. Batasan umur lansia menurut WHO meliputi
usia pertengahan ialah kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia antara 60-74 tahun, lanjut
usia tua antara 75-90 tahun, dan usia sangant tua ialah di atas 90 tahun. Selain itu,
menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013) ialah usia dewasa muda usia 18/20-25 tahun,
usia dewasa penuh usia 25-60/65, lanjut usia >65/70.
Sesorang yang sudah memasuki masa lansia banyak mengalami masalah nutrisi maupun
perubahan-perubahan fisiknya. Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut
(Maryam, 2008:55) ialah sel, jumlah sel berkurang dan cairan tubuh menurun. Kemudian,
kardiovaskuler kemampuan memompa darah menurun. Respirasi, kekuatan otot-otot

pernafasan menurun. Persarafan, fungsinya menurun. Muskuluskeletal, cairan tulang


menurun sehingga mudah rapuh. Gastrointestinal, asam lambung menurun. Pendengaran,
terjadi gangguan pendengaran. Penglihatan, respon terhadap sinar berkurang. Kulit,
keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Sedangkan masalah nutrisi yang terjadi
paa lansia misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin
rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Berdasarkan data di Komisi Nasional Lanjut
Usia (Komnas Lansia) dan Departemen Sosial, pada tahun 2000 tercatat sekitar 7,18%
penduduk Indonesia berlansia atau setara dengan 14,4 juta orang, hingga Mei 2009 jumlah
lansia mencapai kurang lebih 20 juta orang atau terbesar keempat dunia setelah AS,
China, dan India, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah akan mencapai 11,34% dari
seluruh penduduk Indonesia atau setara dengan 28,8 juta orang. Namun, ada sekitar 74%
dari lansia usia 60 tahun ke atas menderita penyakit kronis yang harus makan obat terusmenerus selama hidup mereka.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah nutrisi pada lansia antara
lain melalui monitoring BB (kartu lansia), pendidikan gizi. Lansia dengan penyakit
degeneratif perlu diberikan konseling gizi. Konseling gizi misalnya posyandu lansia yang
bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
pendidikan gizi yang bertujuan agar masyarakt dapat memilik dan mempertahankan pola
makan, penyuluhan kesehatan dan konseling gizi yang bertujuan untuk mengembangkan
pengertian yang benar dan sikap yang positif individu/pasien atau kelompok/keluarga
pasien (receiver), keluarga sadar gizi (kadarzi) yang bertujuan agar suatu keluarga
mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4

Rumusan Masalah
Apa Pengertian Lansia?
Bagaimana Batasan Usia Lansia?
Bagaimana Proses Menua?
Bagaimana Perubahan pada Sistem Tubuh pada Lansia Akibat Gangguan Sistem
Pencernaan?
1.2.5 Bagaimana Kebutuhan Nutrisi pada Lansia?
1.2.6 Bagaimana Kebutuhan Lansia dapat Terpenuhi dan Hidup dalam Kesejahteraan pada
Masa Lansia?

1.3
1.3.1

Tujuan Masalah
Mengetahui pengertian lansia

1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6

Mengetahui batasan usia lansia


Mengetahui bagaimana proses menua
Mengetahui perubahan pada sistem tubuh pada lansia akibat gangguan sistem pencernaan
Mengetahui kebutuhan nutrisi pada lansia
Mengetahui pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan lansia

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1

Lansia
Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam
dkk, 2008). Secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65
tahun ke atas. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

2.1.2

Batasan Usia Lansia


Menurut Santoso (2010 ), lansia adalah orang dengan usia di atas 60 tahun. Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO), batasan umur lansia ada empat tahap, yang pertama usia pertengahan
yang berkisar antara 45 sampai 59 tahun. Kedua lansia yang berkisar antaara 60 sampai 74 tahun.
Ketiga lansia tua yang berkisar antara 75 sampai 90 tahun. Terakhir usia sangat tua yang berkisar
lebih dari 90 tahun. Menurut Depkes (2011), batasan usia lansia meliputi, pra lansia kelompok
usia antara 45 sampai 59 tahun, lansia antara 60 sampai 69 tahun dan lansia beresiko kelompok
usia lebih dari 70 tahun.
Lima klasifikasi usia pada lansia (Maryam, 2008) yaitu, Pra lansia atau prasenilis adalah seorang
yang berusia antara 45 sampai 59 tahun, kemudian lansia adalah seorang yang berusia 60 tahun
atau lebih, lansia beresiko tinggi adalah seorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang
yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003), selain itu lansia
potensial tinggi adalah lansia yang masih mampu melakukan aktivitas, yang terakhir lansia tidak

potensial adalah lansia yang tidak berdaya dalam mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
2.2

Proses Menua
Proses menua adalah suatu tahapan hilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi yang normal. Proses menua merupakan proses
yang terjadi secara terus-menerus dan alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu berbeda
kecepatannya. Menua bukanlah status penyakit yang terdapat pada diri seseorang tetapi menua
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun dari luar tubuh.
Ada beberapa macam teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut Darmojdo, antara
lain Teori Genetik Clock, menurut teori ini proses menua telah terprogram oleh waktu secara
genetik untuk spesies atau jenis tertentu. Kemudian Teori Mutasi somatik, menurut teori ini telah
terjadi mutasi progresif pada DNA sel somatik yang menyebabkan menurunnya kemampuan
fungsional sel somatik. Lalu adanya Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh, menurut teori ini
terjadinya mutasi yang berulang maupun perubahan protein setelah translasi mengakibatkan
sistem imun tubuh berkurang kemampuannya untuk mengenali dirinya maka hal ini
menyebabkan peristiwa autoimun. Selain itu terdapat Teori Radikal Bebas, menurut teori ini
tidak stabilnya radikal bebas di alam bebas mengakibatkan oksidasi oksigen sehingga
menyebabkan sel-sel tidak bisa regenerasi. Teori menurut Darmodjo yang terakhir adalah Teori
Menua Akibat Metabolisme, menurut teori ini penurunan jumlah kalori disebabkan karena
menurunnya salah satu proses metabolisme yang akan menghambat pertumbuhan dan
perpanjangan usia.

2.3

Perubahan Sistem Pencernaan


Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodental disease yang biasa terjadi setelah umur 30
tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi buruk. Indera pengecap
menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (80%),
hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, dan pahit.
Esofagus (kerongkongan) melebar. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau sembelit. Fungsi
absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu). Liver (hati) semakin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan serta berkurangnya aliran darah.

2.4

Kebutuhan Nutrisi pada Lansia


Semua makhluk hidup memerlukan sumber energi untuk kelangsungan

hidupnya. Tubuh memerlukan makanan yang bergizi untuk proses metabolisme. Pemenuhan
kebutuhan gizi dengan baik dapat membantu menyesuaikan proses perubahan yang dialami dan
dapat menjaga kelangsungan pergantian sel tubuh sehingga dapat memperpanjang umur untuk
para lansia. Berdasarkan kegunaan bagi tubuh, zat gizi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu zat
energi, zat pembangun dan zat pengatur.
Pertama, zat energi. Dalam bahan makanan, zat energi ini mengandung karbohidrat dan lemak.
Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, ubi, roti dll. Sedangkan
bahan makanan yang mengandung lemak seperti santan, mentega, minyak dll. Kedua, zat
pembangun. Dalam bahan makanan, zat pembangun ini mengandung protein. Bahan makanan
yang mengandung protein seperti tempe, tahu, ikan, daging dll. Ketiga, zat pengatur. Dalam
bahan makanan, zat pengatur ini mengandung vitamin dan mineral. Bahan makanan yang
mengandung vitamin dan mineral seperti buah, sayur dll.
2.5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia


Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia antara lain kerusakan gigi
(ompong) sehingga kemampuan mencerna makanan berkurang, menurunnya cita rasa terhadap
makanan karena melemahnya indera pengecap, pelebaran yang terjadi pada kerongkongan
(oesophagus), asam lambung dan rasa lapar menurun, gerakan usus yang lemah, dan
menurunnya penyerapan makanan di usus.

2.6
2.6.1

Masalah Gizi pada Lansia


Gizi Berlebih
Banyak terjadi di negara bagian barat dan kota besar. Berat badan berlebih dapat diakibatkan
karena kebiasaan makan yang banyak saat muda dan pada lansia kalori yang digunakan
berkurang karena aktivitas fisiknya berkurang kegemukan adalah salah satu penyebab terjadinya
berbagai penyakit seperti jantung, darah tinggi dan kencing manis.

2.6.2

Gizi Kurang
Terjadinya kekurangan gizi disebabkan oleh masalah sosial ekonomi dan gangguan penyakit.
Berat badan yang kurang dari normal dapat disebabkan karena rendahnya konsumsi kalori dalam
tubuh, dan bila kekurangan protein dapat menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki. Hal tersebut mengakibatkan kerontokan rambut, penurunan daya tahan tubuh, dan
mudah terkena infeksi.
2.6.3 Kekurangan Vitamin
Kurang mengkonsumsi buah, sayur serta protein dapat mengakibatkan kulit kering, lesu, tidak
semangat, kurang nafsu makan, serta penurunan penglihatan.

2.7
Pemantauan Status Gizi
2.7.1 Penimbangan Berat Badan
Penimbangan Berat Badan dilakukan secara teratur minimal satu minggu sekali.
2.7.2 Kekurangan Kalori Protein
Penurunan asupan protein pada lansia mengakibatkan tidak semangat dan mudah terserang
penyakit.
2.7.3 Kekurangan Vitamin D
Terjadi bila kurang mendapat sinar matahari, jarang minum susu, kurang mengkonsumsi vitamin
D yang terdapat pada ikan, hati, susu dll.
2.8
Asupan Makanan pada Lansia
Gangguan pengaturan nafsu makan dan asupan energi berhubungan juga dengan proses penuaan
yang dapat menimbulkan anoreksia atau obesitas. Untuk anoreksia disarankan untuk
mempertimbangkan tambahan energi dari minuman, sedangkan obesitas harus mengkonsumsi
makanan berbentuk padat.
2.9

Gizi Tepat untuk Lansia


Gizi yang tepat bagi lansia antara lain memperhatikan prinsip kebutuhan gizi, gizi yang disajikan
dalam menu harus seimbang, penyesuaian tekstur dan bentuk makanan, mengurangi makanan
berlemak tinggi, mengurangi atau menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung
garam natrium tinggi, serta Memperbanyak makan buah, sayur, dan air putih.

2.10

Perencanaan Makanan Untuk Lansia


Dalam perencanaan makan bagi lansia, perlu diperhatikan beberapa hal, seperti makanan harus
mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Kemudian memperhatikan porsi
makanan, jangan terlalu kenyang. Lalu, mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak
minum. Selain itu, membatasi makanan manis, berlemak serta membatasi menum kopi atau teh,
memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi, serta disarankan pengolahan
makanan yang dikukus, direbus, maupun dipanggang serta kurangi makanan yang digoreng.

BAB 3
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Manula memiliki kebutuhan nutrisi secara khusus karena sistem jaringan dan organ mereka
mengalami penuaan. Kesehatan nutrisi membantu manula menjaga hidup yang lebih aktif dan

3.2
3.2.1

3.2.2

3.2.3

3.2.4

3.2.5

menyenangkan, melindungi mereka dari penyakit, mengurangi keparahan penyakit, dan


mempercepat pemulihan penyakit. Maka dari itu manula membutuhkan asupan nutrisi yang
tepat.
Saran
Saran bagi lansia
Sebaiknya lansia tidak mengabaikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan tidak melakukan
aktivitas yang terlalu berat atau memaksakan diri.
Saran bagi keluarga lansia
Sebaiknya keluarga lansia lebih memperhatikan asupan nutrisi, kesehatan, dan mengontrol
aktivitas lansia.
Saran bagi pemerintah
Sebaiknya pemerintah ikut serta memberikan bantuan tambahan asupan makanan yang bergizi
kepada masyarakat kurang mampu khususnya lansia yang sangat rentan terhadap penyakit.
Saran bagi panti
Sebaiknya panti melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dengan cara makan makanan dengan
gizi seimbang, yaitu diimbangi dengan keadaan hidup bersih untuk setiap individu dantelaten
untuk mengontrol asupan nutrisi lansia.
Saran bagi dinas sosial
Sebaiknya dinas sosial melakukan penyuluhan pada masyarakat khususnya masyarakat desa
yang kurang paham terhadap kebutuhan nutrisi pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC


http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
http://zahryalakbar.blogspot.com/2012/11/nutrisi-pada-lansia.html
http://suparty.blogspot.com/2014/01/kebutuhan-asupan-nutrisi-pada-lanjut.html
https://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/gizi-pada-lansia
http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/527-kebutuhan-nutrisi-pada-lansia, diakses pada hari
Jumat, jam 08.15 WIB.
https://www.deherba.com/perhatikan-kebutuhan-nutrisi-pada-lanjut-usia.html, diakses pada hari
Jumat, jam 08.25 WIB.

Anda mungkin juga menyukai