Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Pulau Sulawesi disusun oleh empat lengan (arm): lengan selatan, lengan utara,
lengan timur, dan lengan tenggara. Di Lengan Selatan ada kota besarnya, Makassar.
Di Lengan Utara ada Manado, di Lengan Timur ada Luwuk, dan di Lengan Tenggara
ada Kendari.
Kundig (1956) melaporkan bagian tengah Togian disusun oleh andesit, dan
timurnya oleh ofiolit (batuan asal kerak samudera dan mantel atas Bumi). Perlu
diketahui bahwa Lengan Timur Sulawesi di sebelah selatan Togian disusun oleh
ofiolit, sebuah massa ofiolit terbesar di Indonesia. Karena itu pula Silver dkk (1983)
pernah menulis bahwa Cekungan Gorontalo adalah cekungan depan-busur (fore-arc)
dengan dasarnya kerak samudera/ofiolitik. Tetapi pemetaan oleh Rusmana dkk.
(1982) menemukan bahwa Kepulauan Togian hampir seluruhnya disusun oleh tuf
(abu volkanik yang membatu) dan batuan-batuan sedimen berumur Miosen-Pliosen
(antara 7-5 juta tahun).
Di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat diyakini ada mikrokontinen pra-Tersier
yang menyusup, Teluk Bone yang sangat dalam dan terbuka dengan cara Selat
Makassar terbuka, juga ada Teluk Tomini/Cekungan Gorontalo yang penuh enigma,
teka-teki, dan kemungkinan juga menyimpan mikrokontinen seperti di Sulawesi Barat
asal Australia.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Cekungan
Cekungan sedimen adalah sebuah tempat di kerak Bumi yang relatif lebih

cekung dibandingkan sekitarnya tempat sungai-sungai mengalir/bermuara, danau atau


laut berlokasi, tempat sedimen-sedimen diendapkan. Setelah mengalami proses
geologi selama jutaan tahun, maka cekungan sedimen itu bisa berisi batuan sedimen
yang ketebalannya bisa beragam dari beberapa ratus meter sampai beberapa puluh
ribu meter.
Dengan berbagai metode survei dan pengolahan data, para ahli geologi dan
geofisika dapat memetakan keberadaan cekungan-cekungan sedimen ini, begitu juga
di Indonesia. Pemetaan terbaru cekungan sedimen di Indonesia oleh para ahli di
Badan Geologi pada tahun 2010 telah dapat memetakan keberadaan 128 cekungan
sedimen Indonesia dari berbagai umur batuan, dari sekitar 500 5 juta tahun umur
batuan sedimen pengisi cekungan.
Mengapa cekungan sedimen harus dipetakan? Sebab cekungan sedimen bisa
menjadi tempat akumulasi minyak, gas, dan batubara terjadi. Dari 128 cekungan
sedimen itu, saat ini Indonesia memroduksi minyak, gas dan batubaranya dari 18
cekungan. Berarti masih ada 110 cekungan sedimen yang harus dipelajari dan
dieksplorasi lebih intensif untuk melihat apakah cekungan-cekungan sedimen ini
mempunyai akumulasi minyak, gas, batubara, atau juga mineral logam/nonlogam
yang berhubungan dengan proses sedimentasi.
B. Fisiografi dan Geometri Cekungan
Cekungan Gorontalo secara administratif terletak di Propinsi Gorontalo,
Sulawesi Tengah, memanjang arah timur-barat, luas 34.320 km, pada koordinat
1205' 12050' BT dan 027' LU - 124' LS (Gambar 2.1). Batuan dasar cekungan
berumur Kapur, dengan ketebalan sedimen antara 500 2.000 m pada kedalaman
2.000 m. Cekungan Gorontalo merupakan salah satu cekungan sedimen di kawasan
timur Indonesia yang diperkirakan memiliki prospek migas. Batas cekungan
berdasarkan pada anomali gaya berat yang menunjukkan anomali negatif dan
didukung oleh data isopach.
Cekungan ini belum tereksplorasi (Dirjen Migas, 2003 dalam Balitbang
DESDM, 2005) dan secara geologi termasuk dalam cekungan sutura. Cekungan ini
berada di kawasan utara Sulawesi diapit oleh lengan timur Sulawesi, disusun oleh
batuan Komplek Ofiolit Sulawesi Timur dan batuan sedimen Tersier terimbrikasi dan
lengan utara Sulawesi yang disusun oleh batuan gunung api Tersier - Kuarter
(Lemigas, 2006).

Gambar cekungan Gorontalo

C. Tipe Cekungan
Awal mula pembentukan cekungan Gorontalo akibat oleh perekahan dan
rotasi searah jarum jam lengan utara Sulawesi pada Neogen pada sekitar 5 Ma
(Hamilton, 1979; Walpersdorf et al. 1997, 1998) atau 3,5 Ma (Hinschberger et tidak
aktifnya penunjaman ke selatan lempeng Laut Sulawesi (LLS) (Jezek et al., 1981)
disebabkan oleh tumbukan antara busur lengan timur Sulawesi dengan kontinen
mikro Banggai-Sula. Kemungkinan lain adalah pembukaan busur belakang relatif
terhadap subduksi ke selatan dari LLS dan busur volkanik lengan Utara pada akhir
Tersier. Arah pembukaan cekungan Tomini-Gorontalo merupakan suatu objek yang
menarik untuk dikaji. Hal ini berkaitan dengan arah sedimentasi maupun pola struktur
yang berkembang serta kaitannya dengan batuan sumber dan batuan perangkap
hidrokarbon.
Walpersdorf et al., 1998 dan Kadarusman, 2004, beranggapan sumbu bukaan
cekungan Tomini-Gorontalo berarah timurlaut-baratdaya, sedangkan Hinschberger et
al. (2005) ke arah sebaliknya yaitu baratlaut-tenggara. Bentuk cekungan itu sendiri
tidak ada informasi sebelumnya apakah berupa graben, half-graben atau lainnya.
Sedangkan berkaitan dengan posisi geografisnya, kemungkinan sumber sedimen
dominan berasal dari arah selatan (Gambar 2.2). Cekungan Gorontalo terbentuk
akibat block-faulting selama anjakan ke arah tenggara komplek ofiolit Sulawesi timur
pada saat tumbukan mikro kontinen Banggai-Sula (Gambar 2.3.). Cekungan tersebut
secara cepat diisi oleh endapan berumur Akhir Tersier-Kuarter sampai dengan
ketebalan 5000m (Hamilton, 1979).

Gambar 2.2 Arah pembukaan dan rotasi pembentukan Cekungan Gorontalo yang berbeda
menurutpendapat tiga ahli (Walpersdorf 1998, Kadarusman 2004 dan Hinschberger 2005)

Gambar 2.3 Model cekungan Gorontalo terbentuk akibat block-faulting selama anjakan ke arah
tenggara komplek ofiolit Sulawesi timur pada saat tumbukan mikro kontinen Banggai-Sula
(Kadarusman, 2004).
Struktur utama Cekungan Gorontalo berarah barat-timur, cekungan ini
muncul dalam dua bagian berdasarkan konfigurasi kedalaman laut (bathymetric):
1. Sebelah barat Pulau Togan (Teluk Tomini), berkisar pada kedalaman 1.000
2.000 m.
2. Sebelah timur Pulau Togan, semakin dalam ke Laut Maluku melebihi 3.000 m
Konfigurasi struktur cekungan ini secara umum mirip dengan Cekungan
Bone, bagian tengah kemungkinan terisi pada Neogen Tengah Neogen Akhir
hingga saat sekarang, pada posisi cekungan volcano-magmatic arc dan cekungan
non-volcanic arc. Sesar-sesar mungkin berhubungan dengan bentukan graben yang
hadir di lepas pantai Poso di bagian baratdaya Teluk Tomini. Perbandingan depresi
utama bagian paling dalam antara Gorontalo dan Pulau Togan adalah lebih dari 3 s

(TWT) di atas akustik batuan dasar. Indikasi struktur tinggian batuan dasar hanya
teramati di bagian tengah cekungan. Gambar 2.4

Gambar 2.4. Survei seismik 2D Cekungan Gorontalo dari batimetri (Jablonski dkk.,
2007)

Rekonstruksi tektonik regional Hall (2002) menunjukkan bahwa cekungan


proto-Gorontalo kemungkinan besar merupakan cekungan depan busur (fore arc
basin) yang terbentuk sejak Eosen Tengah hingga Miosen Awal, dengan busur berada
di lengan utara Sulawesi.
D. Evolusi Cekungan
Secara geologi, posisi Cekungan Gorontalo adalah hasil tumbukan Lempeng
Mikro Australia dengan Lempeng Sunda pada Mesozoikum. Kemudian diikuti oleh
regangan Sunda sebagai Lempeng Mikro Lhasa-Sikuleh yang bertumbukan dengan
Eurasia. Pada periode ini, tersebar pengendapan paparan karbonat dengan beberapa
intrusi yang berhubungan dengan proses volkanik Oligosen Miosen Tengah.
Permian-Karbon (Konfigurasi Lempeng)
Penelitian pada umur ini masih sangat sedikit, penjelasan mengenai kerangka
tektonik Indonesia Timur di daerah ini hanya didukung oleh konfigurasi lempeng
mikro. Data tatanan tektonik terdahulu yang sering digunakan adalah model tektonik
Halmahera Tenggara sebagai Tertiary-derived terrain (Hall, 2002 dan Metcalf, 2002
dalam Jablonski dkk., 2007).

Trias-Paleosen (Pre Break-up)


Ketebalan lempeng yang terpisah memperlihatkan konfigurasi lapisan yang
rumit, diinterpretasikan sebagai sisa pemekaran terdahulu. Lapisan-lapisan ini hadir
di sepanjang batas utara Cekungan Gorontalo. Pemisahan blok dimulai 205 jtl dan
kemudian bertumbukan dengan Sunda pada umur Kapur, kemudian sabuk ofiolit
terperangkap di antara kedua lempeng ini. Ofiolit yang tersingkap di darat telah
diintrusi oleh Granit Toboli berumur 96,37 jtl (Hall, 2002 dalam Jablonski dkk.,
2007).
Eosen Awal-Eosen Tengah (Break-up Phase)
Mengikuti tumbukan Mangkalihat- Sulawesi Baratlaut dengan Sulawesi
Timurlaut pada zaman Kapur, Lempeng Mikro Lhasa-Sikeuleh bertumbukan dengan
Lempeng Eurasia di Burma-Sumatera bagian barat pada 51,5 jtl (Rowley, 1996 dalam
Jablonski dkk., 2007). Hal ini menyebabkan terjadinya rotasi Daratan Sunda searah
jarum jam dan terjadinya sejumlah bukaan tear rifts (Longley, 1997 dalam Jablonski
dkk., 2007) seperti pembukaan Teluk Bone, pembukaan Teluk Tomini/Cekungan
Gorontalo, subduksi Laut Sulawesi. Subduksi yang miring ke arah benua pun (kirakira ke arah barat saat itu) terjadi berkali-kali dan menghasilkan beberapa periode
magmatik dan volkanik di Sulawesi bagian barat (Satyana, 2014).
Selama periode ini, berkembang sejumlah endapan sungai - delta yang
berpotensi mengandung hidrokarbon (oil prone). Cekungan Gorontalo muncul
dengan dua deposenter sub-cekungan yang diperkirakan berhubungan dengan
pemekaran punggung Sulawesi di daerah utara dan mungkin juga memiliki hubungan
dengan Cekungan Bone di bagian selatan mendekati Zona Sesar Palu.
Eosen Akhir - Miosen Atas
Periode signifikan bagi Sulawesi, pada kala ini terjadilah benturan, collision,
docking dua mikrokontinen Australia ke arah Sulawesi dari sebelah tenggara
(mikrokontinen Buton-Tukangbesi) dan dari sebelah timur (mikrokontinen BanggaiSula). Pada periode ini diperkirakan terjadi pembalikan utama arah/polaritas busurbusur Sulawesi baik untuk busur magmatik maupun jalur subduksinya dari semula
cembung ke arah samudera menjadi cekung ke arah samudera (ke arah timur pada
kala ini). Pembalikan polaritas busur-busur Sulawesi ini secara frontal adalah akibat
benturan mikrokontinen dI Banggai-Sula yang membenturnya di titik pusat Sulawesi,
di bagian tengah, di pivot point-nya. Bentuk K Sulawesi diperkirakan terjadi di kala
ini (Gambar 2.5). Sulawesi membalik dari cembung ke timur menjadi cekung ke
timur. Pembalikan busur-busur Sulawesi itu terjadi melalui perpindahan massa kerak
Bumi bernama rotasi, Lengan Tenggara berotasi melawan arah jarum jam sehingga
membuka melebarkan Teluk Bone di sebelah baratnya, Lengan Utara berotasi searah
jarum jam sehingga menutup Cekungan Gorontalo (Satyana, 2014).

Gambar 2.5 Skema pembentukanK pada Pulau Sulawesi (Satyana, 2006)

Miosen Atas - Resen


Periode finalisasi pembalikan busur-busur Sulawesi dan periode tectonic
escape di Sulawesi. Sebagaimana diteorikan, mengikuti benturan/collision maka akan
ada post-collision tectonic escape (Gambar 2.6), maka setelah benturan ButonTukangbesi dan benturan Banggai-Sula, terjadilah tectonic escape berupa sesar-sesar
mendatar besar yang meretakkan dan menggeser-geser Sulawesi. Sesar-sesar ini
mengarah ke timur umumnya, yaitu ke arah free oceanic edge saat itu sebagaimana
teori tectonic escape. Sesar-sesar mendatar besar Palu-Koro, Matano, Lawanopo,
Kolaka, dan Balantak terjadi melalui mekanisme post-collision tectonic escape.
Tectonic escape juga dimanifestasikan dalam bentuk retakan-retakan membuka,
ekstensional, di dalam area benturan Banggai-Sula atau Buton-Tukangbesi.

Gambar 2.6. Model tektonik post-docking dari Sulawesi (Satyana, 2006)

E.Stratigrafi Cekungan

Berdasarkan peta geologi lembar Tilamuta (S. Bachri, dkk, 1993) dan lembar
Kotamobagu (T.Apandi, dkk, 1997) dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung, stratigrafi wilayah Cekungan Limboto disusun oleh formasi / satuan
batuan sebagai berikut : (lihat Gambar 2.2: Peta Geologi Wilayah Cekungan
Limboto).
a. Endapan Permukaan

Alwium (Qal), terdiri dari : pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil dan kerakal
yang bersifat lepas. Satuan batuan ini menempati daerah dataran rendah,
terutama di daerah dataran, lembah sungai dan daerah rawa-rawa.
Pelamparan dari satuan batuan ini terbatas pada daerah aliran sungai (DAS)
seperti yang terdapat di sebelah barat Danau Limboto.

Endapan Danau (Qpl), terdiri dari : batu lempung, batu pasir, dan kerikil.
Satuan batuan ini umumnya didominasi oleh batu lempung yang berwarna
abu - abu kecoklatan, setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit, di
beberapa tempat terdapat batu pasir berbutir halus hingga kasar, serta
kerikil. Pada batupasir secara setempat terdapat struktur sedimen silang siur
berskala kecil. Umumnya satuan batuan ini masih belum mampat dan
diperkirakan berumur Pliosen hingga Holosen. Sebaran satuan batuan ini
menempati lembah di sekitar Danau Limboto. Ketebalan satuan batuan ini
mencapai 94 meter dan dialasi oleh batuan Diorit (Trail, 1974).

b. Satuan Batuan Sedimen dan Gunungapi

Formasi 'Anombo (Teot), terdiri dari : lava basal, lava andesit, breksi gunung
api, dengan selingan batu pasir wake, batu pasir hijau, batu lanau, batu
gamping merah, batu gamping kelabu, dan sedikit batuan termalihkan. Umur
dari satuan batuan ini diperkirakan Eosen hingga Miosen Awal. Satuan batuan
dari formasi ini terdapat di daerah sekitar G. Tahupo (828 m) di sebelah
selatan.

Formasi Dolokapa (fmd), terdiri dari : batu pasir wake, batu lanau, batu
lumpur, konglomerat, tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi gunungapi dan lava
bersusunan andesit sampai basal. Umur dari formasi ini diperkirakan Miosen
Tengah

hingga

Awal.

Miosen

Akhir

dengan

lingkungan

lingkungan

pengendapan inner sublitoral dengan tebal diperkirakan lebih dari 2.000


meter. Sebaran dari satuan batuan di daerah ini menempati bagian tengah
dan utara wilayah Gorontalo, yaitu di sebelah utara dari Cekungan Limboto
(daerah Paleleh hingga sekitar daerah daerah Kuandang).

Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv), terdiri dari : breksi gunungapi, tuf dan
lava. satuan batuan ini diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga awal
Miosen Akhir dengan tebal lebih dari 1.000 meter. Sebaran dari satuan
batuan ini terdapat di bagian timur wilayah Gorontalo, di daerah Tolotio
menerus ke timur.

Satuan Breksi Wobudu (Tpwv), terdiri dari : breksi gunungapi, aglomerat, tuf,
tuf lapili, lava andesit dan lava basal. Satuan batuan ini diperkirakan berumur
Pliosen Awal dengan ketebalan diperkirakan 1.000 hingga 1.500 meter.
satuan batuan ini tersingkap di bagian utara wilayah Cekungan Limboto,
mulai dari Pegunungan Paleleh hingga sebelah barat Teluk Kuandang.

Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv), terdiri dari: perselingan aglomerat, tuf dan
lava. satuan batuan ini diperkirakan berumur Pliosen Akhir hingga Pliosen
Awal dengan ketebalan mencapai 250 meter, sedangkan sebarannya
terdapat di sebelah selatan wilayah Cekungan Limboto dan daerah Teluk
Kuandang serta di beberapa tempat yang membentuk bukit - bukit terpisah.

Batu Gamping Klastik (TQI), terdiri dari: kalkarenit, kalsirudif dan batu
gamping koral. Satuan batuan ini diperkirakan berumur Pliosen Akhir hingga
Pliosen Awal dengan ketebalan antara 100 hingga 200 meter, sedangkan
sebaran nya terdapat di sebelah barat Danau Limboto.

Batu Gamping Terumbu (QI), terdiri dari: batu gamping koral. Umur dari
satuan batuan ini diperkirakan Pliosen Akhir hingga Holosen dengan
ketebalan mencapai 100 meter, sedangkan sebarannya terdapat di daerah
dekat danau Limboto dan pantai selatan bagian timur.

c. Satuan Batuan Terobosan

Diorit Bone (Tmb), terdiri dari : diorit, diorit kuarsa, granodiorit dan adamelit.
Satuan batuan ini diduga berumur Miosen Tengah hingga awal Miosen Akhir
(Trail, 1974), dan terdapat di daerah sebelah timur sesar Gorontalo, juga di
sebelah barat sesar disebelah utara dari Cekungan Limboto (daerah dekat
Kuandang dan Paleleh).

Diorit Boliohuto (Tmbo), terdiri dari : diorit dan granodiorit Satuan batuan ini
diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir, dan mempunyai
sebaran di daerah G. Boiiohuto.

Satuan Batuan Retas, terdiri dari : Andesit (Ta) dan Basal (fb). Satuan batuan
ini menerobos satuan batuan dari Formasi Tinombo, Dolokapa, dan breksi
Wobudu, sehingga umumya dianggap Miosen hingga Pliosen.

3. POTENSI HIDROKARBON
gravitasi satelit telah menunjukkan bahwa kerak samudera mendasari Teluk Tomini ditimur
sebelahdari NW-SE Gorontalo Fault. Dua dalam cekungan sedimen laut terjadi di sebelah barat
kesalahan. Cekungan yang terletak di sebelah timur adalah melalui seperti Gorontalo Basin. Ada
peta sedimen isopach adalah sekitar 4000 m di tebal sedimen di Gorontalo Basin dan
memiliki mungkin luar biasa ketebalan mengisikarbonat.;
Berbagai satuan batuan sedimen apakah Tertiary atau Pra-tersier berisisumber potensial
batuanseperti serpih dan serta batuan reservoir potensial seperti klastik kasar
dan karbonat.
Hidrokarbon lead dan analisis geokimia telah membuktikan bahwa hidrokarbon
sudahdihasilkan, dan hidrokarbon merembes keluar di banyak tempat di Teluk
Tomini dan di Lengan Timur, mungkin sepanjang kesalahan besar. Kandungan gas yang tinggi
memungkinkanpanjang
migrasi -Jarak hidrokarbon.
Analisis geokimia telah menunjukkan bahwa hidrokarbon yang dihasilkan oleh berbagai
sumber, karbonat serta klastik halus, apakah batuan Tersier atau Pra-tersier membuat yang
daerahmenarik untuk eksplorasi. Sumber yang paling mungkin terletak di barat
bagianTeluk, di mana sebagian besar anomali theALF terjadi.
Referensi
BEICIP 1982, Petroleum Potensi Indonesia. Timur
PT Geoservice Ltd, 1993, Hidrokarbon Potensi Gorontalo Basin, Laporan

BAB IV
KESIMPULAN

Cekungan Gorontalo merupakan salah satu cekungan sedimen di kawasan timur


Indonesia yang diperkirakan memiliki prospek migas. Batas cekungan berdasarkan
pada anomali gaya berat yang menunjukkan anomali negatif dan didukung oleh data
isopach.
Walpersdorf et al., 1998 dan Kadarusman, 2004, beranggapan sumbu bukaan
cekungan Tomini-Gorontalo berarah timurlaut-baratdaya, sedangkan Hinschberger et
al. (2005) ke arah sebaliknya yaitu baratlaut-tenggara. Cekungan Gorontalo terbentuk
akibat block-faulting selama anjakan ke arah tenggara komplek ofiolit Sulawesi timur
pada saat tumbukan mikro kontinen Banggai-Sula. Terisi secara cepat oleh endapan
berumur Akhir Tersier-Kuarter sampai dengan ketebalan 5000m (Hamilton, 1979).
Tektonik setting yang berkembang pada cekungan Gorontalo terbagi menjadi
tatanan Sulawesi Barat dan Utara serta tatanan Sulawesi Barat-Tengah dan Timur.
Tatanan Sulawesi Barat dan Utara diawali dengan adanya rifting pada bagian timur
pulau Kalimantan pada kapur akhir hingga eosen yang membentuk Sulawesi Barat.
Gerakan ke arah barat dari Lempeng Pasifik selama Miosen memperpendek jarak
antara Sulawesi Barat dan Timur / Sulawesi Tenggara, sementara lengan utara
berputar searah jarum jam. Tubrukan selama Plio-Plistosen menghasilkan berbagai
jenis batuan vulkanik kuarter di bagian barat dan utara Sulawesi, kemudian
mengangkat daerah ini dan terbentuk sesar mendatar NW-SE seperti sesar utama
Gorontalo. Tatanan Sulawesi Barat-Tengah dan Timur berawal dengan subduksi
Neogen terjadi pada waktu Mio-Pliosen. Tubrukan kemungkinan terjadi pada awal
Plio-Pleistosen dan menghasilkan pengangkatan pada bagian lengan timur, kemudian
dilanjutkan dengan erosi dan deposisi.
16
Cekungan Gorontalo berevolusi dari masa ke masa. Pada Permian-Karbon
terjadi konfigurasi lempeng. Pemisahan blok dimulai 205 juta tahun lalu pada TriasPaleosen dan kemudian bertumbukan dengan Sunda pada umur Kapur. Cekungan
Gorontalo muncul dengan dua deposenter sub-cekungan yang diperkirakan
berhubungan dengan pemekaran punggung Sulawesi di daerah utara pada Eosen
Awal-Eosen Tengah dan mungkin juga memiliki hubungan dengan Cekungan Bone
di bagian selatan mendekati Zona Sesar Palu. Pada Eosen Akhir - Miosen Atas terjadi
perubahan panas, air laut menggenangi Cekungan Gorontalo dan daerah sekitarnya
serta pembentukan paparan karbonat terumbu yang luas. Pada Miosen Atas - Resen
dimulai dengan pembentukan kerak samudera di Laut Banda.
Cekungan Gorontalo jika ditinjau dari aspek stratigrafi terdiri dari formasi
batuan sebagai berikut.
1. Aluvium (Qal) yang terdapat di sebelah barat Danau Limboto
2. Endapan Danau (Qpl) menempati lembah di sekitar Danau Limboto
3. Formasi Anombo (Teot) di daerah sekitar G. Tahupo (828 m) di sebelah
selatan.
4. Formasi Dolokapa (fmd) di daerah Paleleh hingga sekitar daerah daerah
Kuandang,
5. Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv) di bagian timur wilayah Gorontalo,
di daerah Tolotio menerus ke timur.
6. Satuan Breksi Wobudu (Tpwv) tersingkap di bagian utara wilayah
Cekungan Limboto, mulai dari Pegunungan Paleleh hingga sebelah barat

Teluk Kuandang.
7. Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv) terdapat di sebelah selatan wilayah
Cekungan Limboto dan daerah Teluk Kuandang serta di beberapa tempat
yang membentuk bukit - bukit terpisah.
8. Batugamping Klastik (TQI) di sebelah barat Danau Limboto.
9. Batugamping Terumbu (QI) di daerah dekat danau Limboto dan pantai
selatan bagian timur.
10. Satuan Batuan Terobosan Diorit Bone (Tmb), Diorit Boliohuto (Tmbo).
11. Satuan Batuan Retas, terdiri dari : Andesit (Ta) dan Basal (fb).

Referensi
BEICIP 1982, Petroleum Potensi Indonesia. Timur
PT Geoservice Ltd, 1993, Hidrokarbon Potensi Gorontalo Basin, Laporan

https://www.google.com/url? www.scribd.com%2Fdoc%2F71119879%2FGambaranUmum-Gorontalo
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwibm6_83sjPAhVJLY8KHX
usDDUQFgghMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.rid.go.th%2Fthaicid%2F_6_activity
%2FYPF-INACID
%2FYPF_08_Pulung_Arya_Pranantya.pdf&usg=AFQjCNGt0wyZYHTB72_TcKYH5xkYCU
MG9g&sig2=fT1ZcLdi7XZWM0yavW6LtQ&cad=rja
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwibm6
_83sjPAhVJLY8KHXusDDUQFgg1MAM&url=http%3A%2F%2Fmedia.unpad.ac.id
%2Fthesis
%2F270110%2F2006%2F140710060075_2_8113.pdf&usg=AFQjCNHfDwCNYil4p731I
qcLiBI0r2nRtg&sig2=myftWOJTqFpGOeKn7riX3A
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwibm6
_83sjPAhVJLY8KHXusDDUQFghXMAc&url=http%3A%2F%2Fdocuments.tips
%2Fdocuments%2Fcekungangorontalodocx.html&usg=AFQjCNHQVBAVtxy13SnHqlX9iAW3BbwiZw&sig2=0kq3A9
aGvlpeNOJYRpjLDA
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwibm6
_83sjPAhVJLY8KHXusDDUQFghgMAg&url=http%3A%2F%2Fwww.oocities.org

%2Fmarkal_bppt%2Fpublish%2Fgrtalo%2Fgrindyah.pdf&usg=AFQjCNEd3eQtEagvLNPSIAa3dTaZo9Liw&sig2=sSIrz4Q-H3jSPHLEXGTMuA
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=12&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiRn
YmD4MjPAhUKL48KHYoDCwk4ChAWCB4wAQ&url=http%3A%2F
%2Fawangsatyana.blogspot.com%2F2013%2F11%2Fcekungan-gorontalo-teluktomini.html&usg=AFQjCNG6nEERWA2TwcJZIhDD8Xh6LiUntA&sig2=NwPqLdK3CcMhcJ9g_FQXQ&bvm=bv.134495766,d.c2I

Anda mungkin juga menyukai