Anda di halaman 1dari 22

SISTEM PANAS BUMI

Panas bumi yaitu panas didalam bumi yang diakomodasi oleh adanya material panas

dengan kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permukaan yang menyebabkan terjadinya
aliran panas dari sumber tersebut hingga ke permukaan.
Sumber energi panas bumi merupakan sebuah sumber energi panas yang terdapat dan
terbentuk di dalam kerak Bumi. Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang Panas Bumi,
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan
bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan
dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.
Sistem panas bumi ialah terminologi yang digunakan untuk berbagai hal tentang sistem
air-batuan dalam temperatur tinggi di laboratorium atau lapangan (Santoso, 2004).
Daerah panas bumi (geothermal area) atau medan panas bumi (geothermal field) ialah
daerah dipermukaan bumi dalam batas tertentu dimana terdapat energi panas bumi dalam suatu
kondisi hidrologi-batuan tertentu (Santoso, 2004).
Komponen utama pembentuk suatu sistem panasbumi (Dwikorianto, 2006) adalah:
1. Sumber panas (heat source)
2. Batuan reservoir (permeable rock)
3. Batuan penutup (cap rock)
4. Serta aliran fluida (fluida circulation)

Terjadinya Sistem Panas Bumi


Panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya
yang terjadi secara konduksi ataupun konveksi. Perpindahan panas secara konveksi biasanya
melalui media batuan secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu
sumber panas. Syarat penting sistem panasbumi adalah adanya sumber panas yang sangat luas,
adanya reservoar untuk mengumpulkan panas, adanya penghalang untuk menjaga panas yang
telah terkumpul.

Sistem Panas Bumi (Goff and Janik, 2000)


1. Sistem hot dry rock yang memanfaatkan panas yang tersimpandalam batuan berporositas
rendah dan tidak permeabel, temperatur sistem ini berkisar antara 120 hingga 225C
dengankedalaman 2 hingga 4 km.
2. Sistem magma tap yang memanfaatkan panas yang keluar daritubuh magma dangkal,
pada sistem ini, magma merupakan bentukpaling murni panas alamiah yang mempunyai
temperatur<1200C.
3. Sistem yang berasosiasi dengan volkanisme Kuarter dan intrusi magma (young igneous
system), sistem ini umumnya mempunyai temperatur <370C dan kedalaman reservoir
<1,5 km.
4. Sistem yang berhubungan dengan tektonik, yaitu terjadi di lingkungan backarc, daerah
crustal extension, zona kolisi dan sepanjang zona sesar, sistem ini yang telah dieksploitasi
umumnya mempunyai temperatur reservoir <250C dan kedalaman >1,5 km.
5. Sistem (yang dipengaruhi oleh) geopressure ditemukan di cekungan sedimen, kedalaman
reservoir sistem ini umumnya 1,5 hingga 3 km dan temperatur reservoir berkisar dari 50
hingga 190C

1. Sistem Panas Bumi yang Berasosiasi dengan Pergerakan Lempeng


System panas bumi yang berasosiasi dengan pergerakan lempeng yaitu system sumber
energy panas yang dihasilkan bumi yang terjadi karena adanya pergerakan lempeng atau yang
berhubungan dengan pergerakan lempeng bumi. perlu diketahui bahwa bumi ini terdiri dari
lapisan-lapisan lempeng bumi yang bersifat elastis dan mengalami pergerakan. Pergerakan
tersebut bisa berupa konvergen, divergen dan sesar. Berikut ini adalah gambar formasi lempeng
yang ada di bumi pada saat sekarang ini sekaligus jalur gunung vulkaniknya, batuan setebal 64 145 km yang mengapung di atas astenosfer. Lempeng-lempeng ini bergerak secara perlahanlahan

dan

memisah

menerus.

sementara

Di
di

beberapa

beberapa

tempat

tempat lainnya

lempeng-lempeng
lempeng-lempeng

bergerak
saling

mendorong dan salah satu diantaranya akan menujam di bawah lempeng lainnya. Karena panas
di dalam astenosfere dan panas akibat gesekan, ujung dari lempengan tersebut hancur meleleh
dan mempunyai temperatur tinggi (proses magmatisasi). Hal ini lah salah satu sumber
terbentuknya system panas bumi yang berasosiasi dengan lempeng. Keadaan dimana kedua
lempeng saling bertumbukan disebut konvergen dan proses penumbukannya disebut subduksi ata
subduction.

Selain konvergen, ada juga pergerakan lempeng yang dapat menyebabkan terjadinya
system panas bumi yaitu sesar. Sesar adalah rekahan dimana terjadi pergeseran masa batuan
secara relatif satu bagian terhadap yang lainnya. Letaknya yang dahulu telah mengalami
dislokasi atau perpindahan. Sesar terdiri dari berbagai macam bergantung dari penyebabnya,
seperti kompresi, tarikan atau torsi. Sesar biasanya terbatas namun dapat berukuran dari bebrapa
milimeter sampai ratusan kilometer. Pergeseran biasanya terbesar terjadi di bagian tengah sesar.

Jika sesar dijumpai permukaan, akan dihasilkan garis sesar atau jejak sesar yang dapat
dipetakan.
Jadi, system panas bumi dapat berasosiasi atau berhubungan dengan pergerakan lempeng
dimana pergerakan lempeng tersebut terjadi akibat proses subduksi (konvergen) dan sesar
(patahan). Biasanya adanya system panas bumi yang disebabkan oleh pergerakan lempeng ini
ditandai dengan adanya aktivitas vulkanik karena panas yang ada di dalam perut bumi ini dapat
keluar lewat rekahan lapisan batuan dan tanah sehingga apabila tekanan dari dalam sangat kuat
akhirnya magma akan keluar lewat letusan gunung berapi.
Manifestasi Permukaaan merupakan gejala di permukaan yang merupakan ciri
terdapatnya potensi energi panas bumi, Bukti kegiatan panas bumi dinyatakan oleh manifestasimanifestasi di permukaan, menandakan bahwa fluida hidrotermal yang berasal dari reservoir
telah keluar melalui bukaan-bukaan struktur atau satuan-satuan batuan berpermeabilitas.
Untuk manifestasi permukaannya terdapat berbagai tipe yaitu:
1. Mata air panas
2. Mata air khlorida mempunyai kecepatan aliran yang tinggi, umumnya berwarna bening dengan
disertai endapan silika sinter.
3.

Mata air sulfat umumnya kecepatan aliran rendah dan keruh dengan endapan kaolin, mineral
sulfat dan residu silika.

4. Mata air campuran khlorida dan sulfat, dipermukaan umumnya mempunyai sifat keduanya, dan
pH : 2,2 -5 . dapat berwarna bening atau keruh, dengan kecepatan aliran rendah.
5. Hembusan uap/gas
6.

Alterasi hidrotermal dengan kenampakan khas di lapangan banyak dijumpai batuan yang
berubah akibat aliran fluida hidrotermal.
Contoh dari manifestasi permukaan yaitu mata air panas, kubangan lumpur panas (mud
pools), geyser dan manifestasi panas bumi lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air
panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi,
berendam, mencuci, masak dll.
Adapun contoh lokasinya yaitu terdapat di sebagian besar daerah Indonesia dan derah
lain di luar negaeri yang berada di wilayah tumbukan lempeng. Secara keseluruhan potensi panas
bumi, baik berdasarkan jalur vulkanik maupun non vulkanik, berada di 265 daerah di Indonesia.
Untuk contoh lokasi manifestasinya yaitu di Jawa Barat: Cisolok (Pelabuhan Ratu), Ciater (Kab.

Subang), Cipanas (Garut) Jambi: Semurup (Kec. Air Hangat, Kerinci), Sumatera Selatan:
Gemuhak (Kab. Muara Enim), Jawa Tengah: Baruraden, Bayanan (Sragen), Gedong Songo
Ungaran, Yogyakarta: Parang Wedang (Parangtritis), Jawa Timur: Tretes, Bali: Banyuwedang
(Buleleng), Yeh Panas Panetahan (Kab. Tabanan) dll.
Sedangkan lokasi system panas bumi di luar negeri dan sekaligus pemanfaatanya
diantaranya,

2. Sistem Panas Bumi yang berasosiasi dengan Sedimen (Geo Pressure)


Sistem panas bumi yang berasosiasi dengan sedimen atau geo pressure ini dapat diebut juga
sistem tekanan geopressure, system ini terdapat pada bagian dalam cekungan sedimen akibat
proses pengendapan yang cepat dan pembentukan sesar atau patahan yang pada beberapa bagian
cekungan terbentuk penudung sihingga menghasilkan tekanan litostastik karena adanya pressure
gradient dan menghasilkan anomalous temperature. Suhu pada system ini dapat mencapai 100 01200 pada kedalaman 2-3 km. sistem panas bumi yang berasosiasi dengan sedimen ini bersifat
non vulkanik dan non tektonik.
Proses ini terjadi seperti di daerah Reservoir panas bumi di Sumatera yang umumnya
menempati batuan sedimen yang telah mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau
pensesaran setidak-tidaknya sejak Tersier sampai Resen. Hal ini menyebabkan terbentuknya
porositas atau permeabilitas sekunder pada batuan sedimen yang dominan yang pada akhirnya
menghasilkan permeabilitas reservoir panas bumi yang besar, lebih besar dibandingkan dengan
permeabilitas reservoir pada lapangan-lapangan panas bumi di Pulau Jawa ataupun di Sulawesi.
Inilah asosiasi atau keterkaitan antara sistem panas bumi dengan sedimentasi atau geo pressure.
Contoh lokasi yang lain yaitu tentatif sumber panas bumi Wapsalit, Buru yang merupakan
contoh tipe non vulkanik. Tipe non vulkanik ini banyak berlokasi di kawasan Indonesia bagian
Timur. Tipe sumber panas bumi ini biasanya tidak terkait dengan gunung api. Secara umum bisa
disampaikan bahwa dari penampakan bisa dilihat potensi sumber panas api.
SUSUNAN LAPISAN BUMI
Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama yaitu kulit bumi (crust),
selubung bumi (mantel) dan inti bumi (core). Kulit bumi adalah bagian terluar dari bumi.

Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan
(continent) lebih tebal dari yang terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan
ketebalan kulit bumi umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan di bawah lautan hanya sekitar 5
kilometer. Batuan yang terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang mempunyai density
sekitar 2.7-3 gr/cm3.
Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut selubung bumi (mantel)
yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900 kilometer. Bagian teratas dari selubung
bumi juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai ketebalan sekitar
3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan yang sangat tinggi sehingga
lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang diperkirakan mempunyai density sekitar 10.211.5 gr/cm3. Diperkirakan temperatur pada pusat bumi dapat mencapai sekitar 6000 0F.
Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian dinamakan litosfir (80-200
km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah litosfir merupakan batuan lunak tapi
pekat dan jauh lebih panas. Bagian dari selubung bumi ini kemudian dinamakan astenosfer (200300 km). Di bawah lapisan ini, yaitu bagian bawah dari selubung bumi terdiri dari materialmaterial cair, pekat dan panas, dengan density sekitar 3.3-5.7 gr/cm3.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan merupakan permukaan
yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng tipis dan kaku.
Lempeng-lempeng tersebut merupakan bentangan batuan setebal 64145 km yang
mengapung di atas astenosfer. Lempeng-lempeng ini bergerak secara perlahan-lahan dan menerus.
Di beberapa tempat lempeng-lempeng bergerak memisah sementara di beberapa tempat lainnya
lempeng-lempeng saling mendorong dan salah satu diantaranya akan menujam di bawah
lempeng lainnya (lihat Gambar 2.3). Karena panas di dalam astenosfere dan panas akibat
gesekan, ujung dari lempengan tersebut hancur meleleh dan mempunyai temperatur tinggi (proses
magmatisasi).
Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permukaan
bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas hingga ke pemukaan. Hal ini
menyebabkan tejadinya perubahan temperatur dari bawah hingga ke permukaan bumi, dengan
gradien temperatur rata-rata sebesar 30 0C/km. Di perbatasan antara dua lempeng (daerah
penujaman) harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut. Hal ini

menyebabkan gradien temperatur di daerah tersebut menjadi lebih besar dari gradien temperatur
rata-rata, sehingga dapat mencapai 70-80 0C/km.
Pada dasarnya sistem panasbumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu
sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan
panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara
konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu
mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak
dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi
lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas
bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air
atau arus konveksi.
Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya dijelaskan oleh
Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu
lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara
ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi
terbentuknya sumber energi panasbumi. Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah
selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di
kedalaman 160-210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km
(Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di
bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau
Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada
kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair
dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api
yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan
terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panasbumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan
menempati batuan volkanik, sedangkan reservoir panasbumi di Sumatera terdapat di dalam batuan
sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.

SURVEI PENDAHULUAN GEOLOGI DAN


GEOKIMIA PANAS BUMI
August 17, 2010 3 Comments
Survei pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai potensi suatu
daerah panas bumi dengan geologi, geokimia, dan geofisika yang digunakan sebagai salah satu
bahan untuk penyiapan wilayah kerja. Kegiatan awal pada survei pendahuluan merupakan
kegiatan survei tinjau. Kegiatan survei tinjau meliputi kegiatan :

Studi literature : geologi regional, peta topografi, foto udara/citra pengindraan jauh,
geografi, hasil survei terdahulu lainnya.

Pengumpulan data geologi seperti jenis batuan, hubungan antar jenis batuan, jenis
manifestasi, pusat erupsi, dan gejala struktur geologi.

Pengumpulan data manifestasi panas bumi seperti koordinat, tipe fluida, luas,
temperature, pH, debit serta informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan
hidrotermal.

Pengambilan sampel batuan dan fluida untuk dianalisis di laboratorium.

Pelaksanaan survei ini sekurang-kurangnya terdiri dari :

1 orang ahli geologi panas bumi.

1 orang ahli geokimia panas bumi.

2 orang teknisi/penyurvei.

1. SURVEI PENDAHULUAN GEOLOGI.


a. Studi Literatur.
Studi literature merupakan kegiatan pengumpulan dan analisa data pustaka tentang :
1)

Geologi Regional.

2)

Peta Topografi.

3)

Melakukan identifikasi

satuan batuan utama/formasi

struktur regional

tektonik dan vulkanisme

bentang alam

kelurusan-kelurusan topografi

pola dan daerah aliran sungai

tingkat erosi

lokasi manifestasi

batas litologi

tata guna lahan

batas wilayah administrasi

kependdudukan

iklim

budaya

4)

Foto udara/citra penginderaan jauh

5)

Geografi

6)

Hasil survei terdahulunya

b. Personil
Tim survei geologi sekurang-kurangnya terdiri dari :
1)

Satu orang ahli geologi panas bumi

2)

Satu orang asisten ahli geologi

3)

Satu orang teknisi/surveior geologi

c. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam survei geologi terdiri dari :

1)

Peta kerja skala 1 : 50.000 atau lebih besar

2)

Kompas Geologi

3)

GPS receiver

4)

Palu geologi

5)

Loupe (hand lens) dengan pembesaran sekurang-kurangnya 10x

6)

Thermometer maksimum dan pH meter, larutan HCL dengan kadar 0,1 N

7)

Pita ukur

8)

Altimeter

9)

Buku catatan lapangan, kantong sampel batuan, alat tulis dan kamera

10) Alat keselamatan kerja seperti : masker gas, sarung tangan, sajety shoes
d. Kegiatan Lapangan.
Survei ini dimaksudkan untuk memetakan manifestasi panas bumi, morfologi, satuan batuan,
struktur, serta mempelajarisemua parameter geologi yang berperan dalam pembentukan sistem
panas bumi di daerah tersebut. Kegiatan ini mencakup antara lain :
1. Pengamatan lapangan terhadap gejala geologi yang terdapat di seluruh daerah survei,
antara lain melakukan pemetaan terhadap morfologi bentang alam, jenis dan satuan
batuan, hasil erupsi maupun sedimentasi, hubungan antara jenis batuan, sumber erupsi,
struktur geologi, serta jenis dan sebaran manifestasi. Untuk lingkungan batuan vulkanik
kuater dilakukan pemetaan dengan menggunakan vulkanostratigrafi.
2. Pengamatan siingkapan batuan dilakukan secara langsung dengan mendeskripsi secara
megaskopis terhadap jenis batuan, mineral penyusun, tekstur, tingkat pelapukan, tingkat
ubahan dan gejala geologi lainnya seperti bidang pelapisan, kekar, lipatan, dan sesar.
3. Pengambilan data yang berhubungan dengan manifestasi, antara lain luas daerah,
temperature, pH, debit, batuan ubahan serta informasi lain digunakan untuk
memperkirakan panas yang hilang (heat loss) dan membuat peta zonasi mineral ubahan.
4. Pengamatan kondisi hidrogeologi yang meliputi penentuan daerah resapan (recharge
area), keluaran (discharge), limpasan, serta hujam local, muka air tanah dan pola aliran
tanah.
5. Pengambilan sampel batuan untuk menentukan jenis batuan dari singkapan batuan yang
mewakili setiap batuan. Sampel batuan ubahan diambil untuk mengetahui jenis mineral

ubahan. Sampel untuk penentuan umur batuan diambil dari batuan vulkanik (ekstrusif)
atau intrusive yang diperkirakan termuda.
6. Penentuan koordinat lokasi manifestasi dan sampel batuan dengan menggunakan Global
Positioning System (GPS) receiver dengan ketelitian yang memadai dan diplot kedalam
peta kerja.
e. Hasil Survei
Hasil survei geologi di tuangkan dalam bentuk laporan yang dilengkapi peta geologi dengan
skala 1 : 100.000 atau lebih besar.
2. SURVEI PENDAHULUAN GEOKIMIA.
Survei geokimia dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi fisis dan kimia dari tiga unsur
utama yaitu air, gas, dan tanah. Kegiatan ini terdiri atas studi literature dan survei lapangan.
Survei lapangan meliputi kegiatan pengamatan pengukuran dan pengambilan sampel terhadap air
(panas dan dingin), gas, dan tanah (termasuk udara tanah).
a. Kegiatan Lapangan
Kegiatan lapangan meliputi studi literatur, analisa dara sekunder, dan penyiapan peralatan dan
pereaksi, serta penentuan titik ukur. Studi literature dan analisis data sekunder merupakan
kegiatan pengumpulan dan analisa data pustaka melalui identifikasi terhadap hasil penyelidikan
terdahulu yang berkaitan dengan geokimia, berdasarkan informasi geologi regional, peta
topografi, foto udara, citra satelit dan geografi daerah penyelidikan yang ada atau pernah
dilakukan di daerah yang akan diselidiki. Penyiapan peralatan dan pereaksi dilakukan dengan
cara kalibrasi peralatan dan standarisasi pereaksi yang akan digunakan. Titik titik ukur yang
telah ditentukan pada lokasi penyelidikan harus diketahui ketinggian dan koordinatnya. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan titik ukur.
1. Penentuan titik ukur harus memperhatikan kondisi geologi dan keberadaan manifestasi
panas bumi, misalnya posisi lintasan titik ukur memotong arah strukutur geologi dengan
mempertimbangkan faktor kesulitan medan (topografi).
2. Sebaran titik ukur dapat berbentuk grid atau acak dengan spasi berkisar antara 250-2000
m.
3. Penentuan titik ukur dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur topografi yang
dapat memenuhi akurasi ketinggian maksimal 1 meter dan akurasi koordinat maksimal 5
meter, seperti Theodolite (TO), Laser Beam (Electronic Distance Measurment), dan GPS
(system diferensial).
4. Sisitem koordinat titik ukur harus diproyeksikan ke dalam sistema koordinat geodetic
yang umum dipakai di Indonesia, misalnya Universal Traverse Mercartor (UTM)
World Geodetic System (WGS) 84 dan Latitude/Longitude WGSS4.

Pengamatan Manifestasi.
Pengamatan manifestasi antara lain dilakukan terhadap :
1. Jenis manifestasi : tanah panas, tanah panas beruap, kolam lumpur panas, mata air panas,
fumarol dan solfatara. Keterdapatannya pada suatu daerah penyelidikan dapat langsung
diaamati di lapangan dengan kasat mata.
2. Jenis endapan pada manifestasi seperti sinter koordinat, sinter silica, belerang dan oksida
besi.
3. Sifat fisika air yang muncul pada manifestasi dengan membedakan diantaranya : rasa
(tawar, asin, pahit, asam), bau (bau belerang/H2S) dan warna (jernih, keruh, putih, dll).
Pengukuran Data Manifestasi.
Data yang diukur pada manifestasi antara lain :
1)

Temperatur manifestasi dan udara disekitarnya,

2)

pH air,

3)

debit air panas atau dingin,

4)

Daya hantar listrik (DHL) air panas/dingin,

5)

Koordinat dan lokasi pengambilan contoh,

6)

Kandungan CO2, CO, H2S, dan NH3 pada hembusan uap air, fumarol dan solfatara.

7)

Luas manifestasi.

Pengambilan Contoh.
Pengambilan contoh dilakukan terhadap air, gas, tanah, dan udara tanah.
b. Personil
Survei geokimia ini dilaksanakan oleh beberapa personil yang ahli dibidangnya yaitu :

Satu orang ahli geokimia panas bumi

Satu orang asisten ahli geokimia

Analisis geokimia dan teknisi

c. Kegiatan Laboratorium
Kegiatan laboratorium meliputi preparasi contoh dan analisis unsur dengan menggunakan
metode konvensional dan instrument. Preparasi contoh sebelum dianalisa kandungan unsureunsurnya perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Preparasi contoh siap analisis ditempuh melalui
kegiatan mulai dari penyusunan contoh agar tidak terjadi kesalahan sistematis penyontohan dan
penyediaan duplikat untuk memantau presisi analisis kimia. Penyusunan contoh berikut duplikat
dilakukan secara random dalam tempat yang tersedia.
Analisa untuk menentukan, konsentarasi unsure-unsur dalam contoh air, gas, tanah, dan udara
tanah dilaakukan di laboratorium. Beberapa parameter diukur di lapangan, terutama pH,
temperature, daya hantar listrik dan debit air.
Analisa contoh air.
Pengambilan contoh air dilakukan pada mata air panas, dan sebagai pembanding dilakukan juga
terhadap mata air dingin. Pengambilan contoh air panas dilakukan pada tempat dimana
temperatur dan debitnya paling tinggi, sehingga kontaminasi oleh lingkungannya dapat dihindari
seminimal mungkin. Pengambilan contoh air dilakukan untuk dua tujuan, yaitu untuk analisa
unsur dan analisa isotop (18O dan 2H).
1) Peralatan dan preparasi yang digunakan
1. Botol polyethylene bervolume 500 ml, yang tahan terhadap asam, panas, korosif
2. Botol isotop 18O dan 2H bervolume 15 ml terbuat dari gelas yang berlapis alumunium foil
3. Syringe plastic tahan panas bervolume minimal 50 ml.
4. Filter Holder diameter 25 mm.
5. Kertas filter porositas 0,45 m
6. GPS Receiver, altimeter
7. Stop Wacth
8. pH meter digital, kertas pH, konduktivitimeter
9. Sarung tangan karet tahan panas
10. Kamera
11. Peta kerja
12. HNO3 1:1

2) Pengukuran parameter pada contoh air di lapangan


1. Temperatur manifestasi dan udara di sekitarnya, dengan menggunakan thermocouple atau
thermometer maksimum
2. pH air, dengan menggunakan pH meter digital
3. debit air panas/dingin, dengan cara volumetric (V-nocht meter)
4. daya hantar listrik dengan (DHL) air panas/dingin, dengan konduktivitimeter
5. koordinat dan ketinggian lokasi pengambilan contoh dengan GPS Receiver
6. kandungan CO2, CO, H2S, dan NH3 pada hembusan uap air, fumarol dan solfatara dengan
detector gas
7. luas manifestasi
3) Cara pengambilan contoh air untuk analisa sumur
1. Contoh Air yang akan diambil harus disaring menggunakan kertas saring (porous fiver)
berukuran 0,45 m.
2. Botol yang akan digunakan untuk menyimpan contoh dibilas dengan menggunakan
contoh air yang sudah disaring.
3. Contoh air dibagi menjadi dua botol bervolume minimal 500 ml.
4. Botol pertama langsung dikemas dan diberi kode lokasi sebagai bahan untuk analisa
anion (Cl, HCO3, SO4, F, CO3).
5. Botol kedua sebelum dikemas diasamkan dengan penambahan HNO3 1:1 sampai pH 2,
sebagai contoh air untuk analisa kation (Na, K, Li, B, Ca, Fe, Al, As), SiO2 dan NH4.
4) Cara pengambilan contoh air untuk analisa isotop
1. Harus dihindari kontaminasi oleh udara luar
2. Botol yang digunakan untuk menyimpan contoh air, botol kecil bervolume 15 ml
3. Botol dibilas dengan menggunakan contoh air yang akan diambil
4. Botol harus diisi dengan contoh air sampai penuh dan tidak terbentuk gelembung udara
dalam botol, apabila terdapat gelembung maka pengambilan contohh harus diulang.
5. Pengisian dan penutupan botol dilakukan di dalam air dan ditutup rapat serta diisolasi

6. Botol contoh diberi label sesuai lokasi pengambilan dan nomor contoh.
5) Analisis Air
1. Analisa unsur kimia air
Contoh air yang diperoleh dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Tata cara
analisis air menggunakan metode yang telah dicantumkan pada lampiran 6 dan contoh
perhitungannya seperti pada lampiran 16.
1. Analisa contoh isotop 18O dan 2H
Contoh isotop 18O dan 2H air yang diperoleh dari lapangan, dianalisis di laboratorium dengan
menggunakan metode mass spectrophometer. Analisis contoh isotop 18O dan 2H air ini dapat
menggunakan cara Gonviantini (1981).
Analisa contoh tanah.
Pengambilan contoh tanah dimaksudkan untuk mengetahui kandungan unsure-unsur (Hg, As, Li,
zat organic) dan sifat fisiknya, (pH) yang berkaitan dengan kegiatan hidrotermal. Pengambilan
contoh tanah ini diusahakan pada lapisan hhorizon B.
1) Peralatan yang digunakan dalam pengambilan tanah
Jenis peralatan yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah teridiri dari :

Thermocouple,

GPS receiver, altimeter,

Kamera,

Bor tangan,

Sarung tangan,

Kantong plastic,

Peta kerja

2) Cara pengambilan contoh tanah


1. Dalam pengambilan contoh harus dihindari tempat-tempat yang diperkirakan
terkontaminasi zat-zat organic seperti rawa, humus tebal, bekas bakaran, sawah.

2. Pada lokasi titik amat yang telah diukur koordinatnya dan diberi tanda (patok, bendera)
dilakukan pengambilan contoh dengan bor tangan pada horizon B dan pengeboran
dilanjutkan sampai kedalaman sekitar 100 cm untuk keperluan pengukuran temperature
dan pengambilan contoh udara tanah.
3. Contoh tanah yang diperoleh dikeluarkan dari mata bor dengan alat yang tidak
menyebabkan kontaminasi (sendok plastic, sendok gelas), untuk kemudian didiskripsikan
antara lain jenis tanah, warna, besar butir, hubungan antara butir serta kalau
memungkinkan sifat fisik alterasinya.
4. Contoh tanah diambil pada horizon B sekurang-kurangnya 200 gram untuk dianalisa
kandungan Hg dam pH, atau unsur lainnya.
5. Contoh tanah yang diperoleh dibagi 2 bagian. Satu bagian digunakan untuk analisa pH
dan satu bagian lainnya untuk analisa Hg atau unsur lainnya.
6. Selama penyimpanan dan pembawaan contoh dari lapangan ke laboratorium, harus
dihindari kontak dengan temperatur tinggi (diusahakan temperatur tidak lebih dari 27 C)
untuk mencegah terjadinya penguraian dan penguapan sebagian konsentrasi Hg.
3) Analisis tanah
1. Analisis pH Tanah
Analisis pH tanah, dilakukan langsung terhadap tanah yang masih segar diambil di lapangan.
Urutan langkah analisis pH tanah adalah sebagai berikut :
1. Contoh ditimbang sebanyak 10 gr tanah.
2. Contoh di atas dimasukkan ke dalam gelas kimia (breaker glass).
3. Aquadest sebanyak 40 ml ditambahkan dan kemudian diaduk.
4. Campuran ini dibiarkan minimal 6 jam dalam temperatur kamar.
5. Bagian larutan diukur pH-nya dengan pH meter digital.
6. Analisis Hg Tanah
Sebelum dilakukan analisis Hg tanah, dilakukan preparasi contoh dengan urutan-urutan sebagai
berikut :
1. Contoh tanah dikeringudarakan atau diangin-anginkan pada temperatur kamar, hindari
penjemuran dibawah matahari agar tidak terjadi penguapan unsure Hg.

2. Contoh tanah kering disagregasi dengan menggunakan penumbuk dan lumping poselin
untuk melumatkan butiran-butiran yang menggumpal. Dalam hal ini contoh-contoh tidak
boleh digerus, sebab penggerusan dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi unsur.
3. Lumping dan penumbuk porselin harus selalu dibersihkan untuk setiap pengagregesian
contoh agar tidak terjadi kontaminasi silang antar contoh.
4. Contoh-contoh diayak dengan saringan berukuran 80 mesh agar homogenisasi fraksi
tercapai.
5. Sisa contoh yang tidak tersaring pada saringan 80 mesh disimpan sebagai arsip.
6. Randomisasi contoh dilakukan terhadap contoh dan duplikat. Duplikasi dilakukan
minimal untuk setiap kelipatan 10 contoh. Ini dilakukan untuk mengevaluasi presisi
analisis.
Contoh tanah yang diperoleh dari hasil preparasi, dianalisis dengan menggunakan metode
insuremen yaitu AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry), atau Merkurimetri. Pada tahap ini
juga dilakukan analisis konsentrasi H2O untuk mengkoreksi konsentrasi Hg (kondisi analisis).
Konsentrasi Hg hasil koreksi (Hgc) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Hgc = (100 x Hga) / (100 H2O)
Dimana,
Hgc : Konsentrasi Hg setelah dikoreksi (ppb)
Hga : Konsentrasi Hg hasil analisis dengan instrument AAS (ppb)
H2O : Konsentrasi H2O hasil analisis (%)
Analisa contoh gas.
Pengambilan contoh gas dilakukan terutama pada hembusan gas, fumarol, atau solfatara.
Pengambilan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi gas secara kualitatif
melalui pengukuran langsung dilapangan dan kuantitatif di laboratorium.
1) Peralatan dan pereaksi yang digunakan dalam pengambilan gas
1. Alat detector gas, yang terdiri dari pompa isap dan gelas tube (khusus untuk gas CO 2,
CO, H2S, dan NH3)
2. Tabung vakum volume minimal 100 ml
3. Themocoupel dan thermometer maksimum

4. GPS receiver, altimeter


5. Selang karet silicon
6. Sarung tangan karet tahan panas
7. Corong polyethylene
8. Masker gas
9. Stop wacth
10. Kamera
11. Peta kerja
12. NaOH 25%
2) Cara pengukuran gas secara kualitatif
1. Temperature hembusan gas, fumarol, atau solfatara diukur dengan menggunakan
thermocouple atau thermometer maksimum dalam satuan C.
2. Corong yang posisinya dibalikkan dipasang pada hembusan gas, fumarol atau solfatara
dan dihubungkan dengan selang karet silicon
3. Kedua ujung tube detector gas dipatahkan kemudian salah satu ujungnya segera
dipasangkan pada pompa gas dan ujungnya yang lain pada selang karet silicon.
4. Pompa gas ditarik hingga volume minimal 50 ml dan dibiarkan untuk beberapa saat
(minimal 2 menit)
5. Skala tube detector gas diamati untuk mengetahui konsentrasi gas secara kualitatif
berdasarkan perubahan warna pada tube detector tersebut.
3) Cara pengambilan contoh gas untuk analisis kuantitatif
1. Temperature hembusan gas, fumarol, atau solfatara diukur dengan menggunakan
thermometer digital dalam satuan C. Manifestasi yang sulit dijangkau oleh thermometer
digital, temperaturnya diukur dengan menggunakan thermometer maksimum.
2. Corong yang posisinya dibalikkan dipasang pada hembusan gas, fumarol, atau solfatara
dan dihubungkan dengan selang karet silicon.

3. Semburan atau hembusan gas dialirkan melalui corong yang posisinya dibalikan atau
dihubungkan dengan selang karet silicon, aliran gas dibiarkan keluar supaya tidak terjadi
kontaminasi oleh udara luar terhadap gas yang akan diambil.
4. Selang karet silicon dihubungkan dengan tabung vakum yang berisi larutan NaOH 25%
sebanya 1/5 volume tabung. Keran tabung vakum dibuka secara bertahap. Selama
pengambilan contoh, tabung vakum dikocok beberapa kali secara berkala untuk
mendapatkan kesempurnaan reaksi antara gas dan NaOH. Pada saat pengocokan, keran
tabung vakum dalam keadaan ditutup. Apabila tabung menjadi panas dilakukan
pendinginan dengan kain basah. Aliran gas dihentikan apabila gelembung gas yang
masuk kedalam tabung vakum sudah melemah. Keran ditutup dengan rapat setelah
selesai pengambilan contoh, kemudian selang karet silicon dibuka.
5. Tabung vakum diberi label sesuai lokasi pengambilan contoh.
4) Analisis gas
Contoh diperoleh dari lapangan, dianalisis di laboratorium dengan menggunakan metode
titrimetri dan kromatografi gas. Analisis contoh gas ini dapat menggunakan cara Giggebanch
(1988).
Metode kromatografi gas digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui konsentrasi gas yang
terkandung dalam contoh, antara lain : CO, CH 4, H2, O2+AR, N2, NH3, SO2, sedangkan metode
titrimetri digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui konsentrasi gas seperti : CO 2, H2S, dan
HCl. Konsentrasi H2O dalam contoh gas dapat diketahui dengan melakukan perhitungan berat
gas total dalam contoh.
Analisa contoh udara tanah.
1) Peralatan dan pereaksi yang digunakan dalam pengambilan contoh udara tanah
1. Bor tangan ukuran 3
2. CO2 handy sampler
3. Stop wacth
4. Thermocouple
5. Larutan NaOH ( 25%)
6. Botol plastic contoh ukuran 50 ml
7. Pipa PVC 2,5 yang dilengkapi dengan selang karet silicon,
8. Peta kerja

2) Cara pengambilan contoh udara tanah


1. Pengambilan contah udara tanah dilakukan langsung pada lubang bor yang sama pada
pengambilan contoh tanah untuk analisa Hg.
2. Pipa PVC dimasukkan kedalam lubang bor bekas pengambilan contoh tanah kemudian
dengan selang dihubungkan pada CO2 handy sampler.
3. Lubang bor ditutup bagian atasnya, udara dalam lubang dikeluarkan atau divakumkan
selama kurang lebih 5 menit.
4. Disiapkan tabung gelas CO2 handy sampler yang diisi dengan 50 ml larutan NaOH.
5. Alat CO2 handy sampler dikondisikan selama kurang lebih 5 menit agar terjadi
penguapan gas CO2 dari dalam tanah ke dalam lubang.
6. Contoh udara tanah (yang berisi CO2) dihisap dengan kecepatn 0,5 liter per menit dan
dialirkan kedalam larutan NaOH.
7. Larutan NaOH yang telah mengandung contoh udara tanah atau gas CO 2 dalam tabung
tersebut dimasukan kedalam botol plastic contoh yang bersih, ditutup rapat dengan diberi
label bernomor sesuai dengan lokasi titik amat.
8. Temperature dalam lubang bor diukur dengan menggunakan thermocouple.
3) Cara pengambilan contoh udara tanah untuk pengukuran temperature
1. Pipa indikator (stick/proble dimasukkan kedalam lubang bor bekas pengambilan
contoh tanah dan udara tanah, dihubungkan ke thermocouple.
2. Lubang bor ditutup rapat, dan dibiarkan beberapa saat sampai bacaan di thermocouple
menunjukkan angka yang stabil. Angka tersebut merupakan temperature lubang bor.
4) Analisis CO2 udara tanah
Analisis contoh CO2 udara tanah dilakukan untuk mengetahui konsentrasi CO 2 di setiap titik
pengambilan contoh. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode titrimetri (Lampiran
6). Data hasil titrasi dikoreksi dengan temperatur dan tekanan udara tanah dalam lubang bor.
Perhitungan konsentrasi CO2 (%), beserta koreksinya menggunakan persamaan sebagai berikut :
CO2 = (A-B) x C x 44 x D/E x 22,4/((44 x (1 x 273) / (F + 273) x G x H/l x 1000) x 100
Dimana,
A = HCl yang digunakan dalam titrasi contoh (ml)

B = HCl yang digunakan dalam titrasi blanko (ml)


C = Konsentrasi HCl (N)
D = NaOH yang digunakan pada pengambilan contoh dan blanko (ml)
E = NaOH yang digunakan pada titrasi contoh dan blanko (ml)
F = Temperatur udara tanah pada lubang bor (C)
G = Tekanan udara pada saat pengambilan contoh (hPa)
H = Faktor perkalian

Anda mungkin juga menyukai