Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

RANGKUMAN MATERI
TEKNOLOGI SEDIAAN KOSMETIK

OLEH
ENDAH DWI JANIARTI
15.01.347

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)
MAKASSAR
2016

PENCEMARAN MIKROBA PADA KOSMETIK


Terjadinya pencemaran mikroba pada kosmetik karena faktor
keadaan pengawet yang digunakan dapat mempengaruhi
Metode Perhitungan mikroba
1.Metode plate count
2. Penentuan volume total
3.Metode perhitungan cawan`
Banyaknya sediaan yang membahayakan tersebut harus diuji
secara mikrobiologi. Pengujian mikrobiologi meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Uji Batas Mikroba


Uji Efektivitas pengawet
Uji sterilitas
Metode pengujian menurut jimenez
Uji kualitatif dan kuantitatif
Terdapat dua metode yang dapat dilakukan untuk Uji Batas

Mikroba, yaitu:
1. Metode Lempeng
Metode ini dilakukan dengan cara inokulasi sediaan uji
(specimen) dengan berbagai pengenceran pada media agar tertentu.
Setelah inkubasi 48 samapai dengan 72 jam, pertumbuhan mikroba
pada berbagai pengenceran diamati dan dihitung jumlah koloni yang
tumbuh.
Jika perlu encerkan cairan lebih lanjut sedemikian rupa hingga
1 ml diharapkan dapat menghasilkan 30 koloni sampai 300 koloni. Pipet
1 ml enceran akhir masing-masing ke dalam 2 cawan petri steril.
Segera tambahkan ke dalam cawan 15 ml sampai 20 ml Media SCDA
yang sebelumnya telah dicairkan dan didinginkan hingga lebih kurang
45. Tutup cawan petri, campur contoh dan agar dengan cara
memiringkan atau memutarnya, dan biarkan isi cawan memadat pada
suhu kamar. Balikkan cawan dan inkubasi selama 48 jam hingga 72

jam. Setelah inkubasi, amati pertumbuhan di dalam lempeng, hitung


jumlah koloni, dan dari kedua lempeng nyatakan rata-rata jumlah
mikroba tiap g atau ml spesimen. Jika tidak ditemukan koloni mikroba di
dalam cawan dengan enceran awal (1:10), nyatakan hasil pengujian
sebagai: kurang dari 10 mikroba per g atau ml spesimen.
2. Metode Tabung Ganda
Metode ini dilakukan dengan menggunakan beberapa tabung
yang berisi media dan diinokulasikan dengan sediaan uji (spesimen)
konsentrasi tertentu. Setelah diinkubasikan, amati adanya pertumbuhan
mikroba pada setiap tabung. Jumlah mikroba yang tumbuh tiap g atau
ml spesimen dihitung dari nilai duga terdekat/MPN (Most Probable
Number) berdasarkan table MPN.
UJI EFEKTIVITAS PENGAWET
Pengawet antimikroba adalah zat yang ditambahkan pada sediaan
obat untuk melindungi sediaan terhadap kontaminasi mikroba.Pengawet
digunakan terutama pada wadah dosis ganda untuk menghambat
pertumbuhan mikroba yang dapat masuk secara tidak sengaja selama
atau setelah proses produksi. Zat antimikroba tidak boleh digunakan
semata-mata untuk menurunkan jumlah mikroba viable sebagai pengganti
cara produksi yang baik.Bagaimanapun juga dapat timbul keadaan yang
memerlukan penggunaan pengawet untuk menekan perkembangbiakan
mikroba.Harus diakui bahwa adanya mikroba yang telah mati atau hasil
metabolisme mikroba yang hidup dapat menimbulkan efek negatif pada
orang yang peka.
Setiap

zat

antimikroba

dapat

bersifat

pengawet,meskipun

demikian semua zat antimikroba adalah zat yang beracun.Untuk


melindungi

konsumen

secara

maksimum,pada

penggunaan

harus

diusahakan agar pada kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif

lebih rendah dari kadar yang dapat menimbulkan keracunan pada


manusia.
Pengujian berikut dimaksudkan untuk menunjukan efektivitas
pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang
dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk-produk
parenteral,telinga,hidung dan mata yang dicantumkan pada etiket produk
bersangkutan.Pengujian dan persyaratan hanya berlaku pada produk di
dalam wadah asli belum di buka yang di didistribusikan oleh produsen.
Mikroba uji gunakan biakan mikroba berikut : Candida albicaus
(ATCC no.10231),Aspergillus niger (ATCC no.16404),Escherichin coli
(ATCC

no.8739),Pseudomonas

aeruginosa

(ATCC

no.9027)

dan

Staphylococcus aureus (ATCC no.6538).Selain mikroba yang disebut di


atas,dapat digunakan mikroba lain sebagai tambahan terutama jika di
anggap mikroba bersangkutan dapat merupakan kontaminan selama
penggunaan sediaan tersebut.

STABILITAS MIKROBIOLOGI
Sterilitas

atau

resistensi

terhadap

pertumbuhan

mikroba

dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang dinyatakan (jumlah koloni


dsb). Zat antimikroba yang ada harus dapat mempertahankan efektifitas
sediaan dalam batas yang ditetapkan. (prosedur sama dengan uji batas
mikroba.
METODE PENGUJIAN MENURUT JIMENEZ (2001)
1. ATP Bioluminescence
ATP bioluminescence

sebelumnya

telah

digunakan

sebagai

indikator pada kelayakan mikroba dan biomassa pada studi lingkungan .


Namun, ekstraksi ATP dan deteksi dari sampel lingkungan deteksi molekul
in dapat dijadikani sebagai indikator adanya kontaminasi mikroba dalam
sampel farmasi. Produk farmasi dianalisis untuk pengujian sterilitas pada

interval 3, 7, dan 14 hari. Sampel diuji dengan menggunakan uji ATP


bioluminescence dan metode standar. ATP bioluminescence dapat
digunakan sebagai alternatif

dan merupakan tujuan akhir

dalam

pengujian sterilitas standar dengan menentukan total biomassa mikroba .


Penelitian lain dilaporkan penggunaan tes ATP bioluminescence
digunakan untuk penentuan isi mikroba dari produk bahan baku yang
berbeda. Analisis diselesaikan dalam waktu 24 jam. Pengayaan sampel
dilakukan dengan menggunakan TAT (Tryptone-Azolectin-Tween) untuk
meningkatkan pertumbuhan mikroba. Dalam penelitian yang dibahas , lisis
sel yang terjadi dilakukan dengan cara merebus sampel, diikuti dengan
penambahan secara manual dari reagen bioluminescence.
2. PCR Technology
Aplikasi PCR digunakan untuk kontrol kualitas kosmetik / farmasi,
Dengan menggunakan sistem BAXTM (Dupont Qualicon, Wilmington, DE),
alat tes berbasis PCR, S. typhimurium terdeteksi di semua 25 sampel
bahan baku dan produk jadi setelah pengayaan 24 jam. Ini mewakili
perputaran waktu yang cepat melebihi

dari waktu deteksi standar 5-6

hari ). Semua reagen PCR, termasuk primer DNA, digabungkan dalam


bentuk tablet saat ekstraksi DNA dari sampel yang diperkaya , dilakukan
dengan menggunakan buffer Tris-EDTA-protease pada suhu 35C. waktu
persiapan dan penanganan reagen PCR tidak diperlukan karena format
tablet tergabung dalam pengujian tersebut. . E. coli, P. aeruginosa, dan S.
Aureus terdeteksi dalam sampel

produk jadi dan bahan baku dalam

waktu 27-30 jam. Setelah pengayaan 24 jam dalam Tripticase Soy Broth
(TSB) atau

laktosa, ekstraksi DNA dilakukan oleh lisis buffer

yang

mengandung Tris-EDTA, Tween 20, dan proteinase K. DNA mikroba yang


diekstraksi ditambahkan ke PCR beads (Pharmacia Biotech, Bridgewater,
NJ) dan DNA primer spesifik.

Anda mungkin juga menyukai