TASAWUF
A. Pengertian Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq dalam bentuk jama,
sedang mufradnya adalah khuluq Selanjutnya makna akhlak secara etimologis akan dikupas
lebih mendalam. Kata khuluq (bentuk mufrad dari akhlaq) ini berasal dari fiil madhi khalaqa
yang dapat mempunyai bermacam-macam arti tergantung pada mashdar yang digunakan. Ada
beberapa kata Arab seakar dengan kata al-khuluq ini dengan perbedaan makna. Namun
karena ada kesamaan akar kata, maka berbagai makna tersebut tetap saling berhubungan.
Diantaranya adalah kata al-khalq artinya ciptaan. Dalam bahasa Arab kata al-khalq artinya
menciptakan sesuatu tanpa didahului oleh sebuah contoh, atau dengan kata lain menciptakan
sesuatu dari tiada. Dan yang bisa melakukan hal ini hanyalah Allah, sehingga hanya Allahlah
yang berhak berpredikat Al-Khaliq atau Al-Khallaq sebagaimana yang diungkapkan dalam
QS. al-Hasyr ayat 24
dan QS. Yasin ayat 81 yang berbunyi
Disamping itu masih ada arti lain yaitu, pertama mereka-reka/merekayasa, misalnya dalam
QS. Al-Muminun ayat 14
diartikan Maha Suci Allah Sang Perekayasa yang terbaik, dan QS. Al-Ankabut ayat 17 yang
berbunyi
diartikan ...dan kalian mereka-reka bohong. Kedua, al-din (agama) misalnya QS. Al-Nisa ayat
119
diartikan ...maka mereka benar-benar merubah ciptaan (agama) Allah (yang berupa hukumhukum-Nya). Ketiga, rusak, misalnya artinya memakaikan pakaian rusak. Arti lain yang
hampir mirip dengan al-khiluq adalah kata khalaqa yang artinya bergaul dengan orang lain,
seperti ungkapan syair: Artinya: Pergaulilah orang lain dengan pergaulan yang baik, Jangan
seperti anjing yang menggonggongi orang). Kemudian kata al-khalaq yang diartikan bagian
yang baik, seperti disebutkan dalam al-Quran QS. Al-Baqarah ayat 102
diartikan: Dan tidak ada baginya bagian yang baik di akhirat (nanti).
Arti-arti di atas mempunyai konsekuensi logis dalam penggunaan kata al-khuluq yang
diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sehingga dapat dijelaskan al-khuluq
(budi pekerti) mengandung segi-segi penyesuaian dengan makna di atas. Oleh karena itu, alkhuluq itu sifatnya diciptakan oleh si pelaku itu sendiri, dan ini bisa bernilai baik (ahsan) dan
buruk (qabih) tergantung pada sifat perbuatan itu. Kemudian al-khuluq itu bisa dianggap baik
dengan syarat memenuhi aturan-aturan agama. Sifat al-khuluq itu tidak hanya mengacu pada
pola hubungan kepada Allah, namun juga mengacu pada pola hubungan dengan sesama
manusia serta makhluk lainnya. Bila khuluq seseorang itu baik maka ia akan mendapatkan
kebaikan (kebahagiaan) di akhirat nanti.
Selanjutnya kata al-khuluq ini juga mengandung segi-segi penyesuaian dengan
perkataan al-khalaq yang berarti ciptaan serta erat hubungannya dengan kata al-Khaliq yang
berarti pencipta, dan perkataan makhluq yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian
tersebut timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq
dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk lainnya. Sehingga pola-pola hubungan
ini menjadi pembahasan ruang lingkup akhlak.
Inilah ciri khusus kata akhlak dalam bahasa Arab yang digunakan untuk menyebut perangai
manusia dalam kajian bahasa (etimologi).
Sementara itu dari sudut terminologi (istilah), ada banyak pendapat yang mengemukakan istilah akhlak. Diantaranya adalah yang dikemukakan Al-Ghazali: Akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah
dan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan
perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik,
dan bila yang muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak yang
buruk.
Pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa al-khuluq disebut sebagai kondisi
atau sifat yang terpatri dan meresap dalam jiwa sehingga si pelaku perbuatan melakukan
sesuatu itu secara sepontan dan mudah tanpa dibuat-buat, karena seandaianya ada orang yang
mendermakan hartanya dalam keadaan yang jarang sekali untuk dilakukan (mungkin karena
terpaksa atau mencari muka), maka bukanlah orang tersebut dianggap dermawan sebagai
pentulan kepribadiannya. Sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa itu juga
dengan mempertimbangkan dan berpikir tentang perbuatan yang akan dilakukan kemudian
berlangsung terus menerus sehingga sedikit demi sedikit sifat itu meresap dalam jiwa dan
menjadi akhlak. Dan memang harus diakui bahwa manusia dilahirkan dengan membawa
seperangkat watak, ada yang berwatak baik, berwatak buruk dan ada pula yang berwatak
diantara baik dan buruk. Watak-watak tersebut turut menentukan bentuk akhlak seseorang
disamping faktor pembiasaan dan latihan tadi.
Dalam pembahasan tentang akhlak sering muncul beberapa istilah yang bersinonim
dengan akhlak, yakni istilah etika dan moral. Berikut ini akan dikupas pengertian etika dan
moral.