PERCOBAAN II
UJI ANALGESIK PADA TIKUS
Oleh:
Vensa Paulin Mustamu
0130540191
0130540036
0130540098
20140511064039
Raisah
Risky Amalia
Mimi
Erianus
Tanggal Praktikum
Tanggal Pengumpulan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
A.
Tujuan............................................................................................................... 3
B.
Dasar Teori........................................................................................................ 3
BAB II METODE........................................................................................................... 5
1.
Alat................................................................................................................ 5
2.
Bahan............................................................................................................. 5
3.
Cara Kerja...................................................................................................... 5
Perhitungan Dosis.......................................................................................... 6
2.
Data Pengamatan.......................................................................................... 7
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................. 8
BAB V PENUTUP........................................................................................................ 10
A.
Kesimpulan..................................................................................................... 10
LAMPIRAN GAMBAR.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 12
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan
Mengamati respon geliat pada tikus akibat pemberian obat
analgesik.
B. Dasar Teori
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai zat-zat
kimia yang berinteraksi dengan manusia. Interaksi ini terbagi menjadi
2 jenis :
a. Farmakodinamik, efek obat terhadap tubuh.
b. Farmakokinetik,
bagaimana
tubuh
mempengaruhi
obat dengan berlalunya
waktu
yaitu
absorbsi,
distribusi,
metabolisme, dan ekskresi (Neal, 2010).
Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri danakhirnya akan memberikan rasa nyaman
pada orang yang menderita. Nyeri merupakan suatu pengalaman
sensorik
dan motorik yang tidak menyenangkan,
berhubungan dengan adanya
potensi
kerusakan jaringan atau
kondisi yang
menggambarkan kerusakan tersebut. Sedangkan
antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh
yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek
antipiretik.
Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang
efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan
nyeri lain misalnya nyeri pasca bedahdan pasca bersalin, dismenor
(nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit
dikendalikan. Hampir semua analgesik ternyata memiliki efek
antipiretik dan antiinflamasi.
Asam salisilat, paracetamol mampu menangani nyeri ringan
sampai sedang sedangkan nyeri yang hebat membutuhkan analgesik
sentral yaitu analgesik narkotik. Efek antipiretik menyebabkan obat
tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam
sedangkansifat antiinflamasi berguna untuk mengobati radang sendi
termasuk pirai/gout yaitu kelebihan asam urat sehingga pada daerah
sendi terjadi pembengkakan dan timbul rasa nyeri.
Analgesik
antiinflamasi
diduga
bekerja
berdasarkan
penghambatan sintesis prostaglandin(penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri
tersebut dapat dibedakan dalam 3 kategori:
1. Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid), dapat
diobati dengan asetosal, paracetamol bahkan placebo.
Nyeri
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yangpaling sering
dialami meskipun nyeri sendiri dapat berfungsi untuk mengingatkan,
melindungi, dan sering memudahkan diagnosis. Nyeri timbul jika
rangsang mekanik,termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai
ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan
kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri.
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering.
Walaupun sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering
memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tidak
mengenakkan. Kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk
bebas darinya. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan
juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri,
tetapi ternyata terdapat juga organ yang tak mempunyai reseptor
nyeri,seperti misalnya otak. Nyeri timbul jika rangsang mekanik,
termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai
ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan
dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri (Mutscher,1999)
Semua
senyawa
nyeri
(mediator
nyeri)
seperti
histamine,brakidin, leukontriendon prostaglandin merangsang reseptor
nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta
jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan
kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat diseluruh jaringan dan
organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan
ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat
banyak sinaps via sumsung tulang belakang, sumsum lanjutan dan
otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan kepusat nyeri
di otak besar dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjaydan Raharja,
2007)
BAB II METODE
1. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2. Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
Tikus
Parasetamol
Asam Asetat
Masker
Sarung tangan
3. Cara Kerja
100 mg x 10 ml
=2 0 mg
50 ml
2. Data Pengamatan
INTERVAL
WAKTU (MENIT)
5
10
15
20
25
30
JUMLAH GELIAT
Kontrol
Parasetamol
0
11
0
7
0
7
0
6
0
3
0
2
BAB IV PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengenal dan
mempraktikkan pengujian daya analgesik.
Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi system
saraf secara selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa
mempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja dengan meningkatkan
nilai ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja
analgetik dibagi menjadi dua yaitu analgetik non narkotik dan
analgetik narkotik. Analgetik non narkotik digunakan untuk
mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, sehingga sering
disebut analgetik ringan. Analgetik non narkotik bekerja menghambat
enzim siklooksigenase dalam rangka menekan sisntesis prostaglandin
yang berperan dalam stimulus nyeri dan demam. Sedangkan, analgetik
narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf
pusat secara selektif. Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan
obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord.
Rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euphoria dan rasa
mengantuk.
Analgesik dipergunakan untuk mengurangi atau menghalau rasa
sakit atau nyeri. Nyeri yang diinduksi kepada hewan uji dilakukan
menggunakan metode rangsangan kimia. Iritan kimia yang digunakan
adalah asam asetat yang diberikan secara intra peritoneal. Terhadap
hewan uji yaitu tikus. Metode rangsangan kimia yang digunakan
berdasarkan atas rangsangan nyeri yang ditimbulkan oleh zat-zat
kimia yang digunakan untuk penetapan daya analgetik (Katzug, 1986).
Obat analgetik yang memiliki daya analgetik dengan presentasi
yang tidak terlalu tinggi adalah Paracetamol karena Paracetamol
merupakan derivat-asetanilida adalah metabolit dari fenasetin.
Paracetamol berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik, Paracetamol
dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, oleh karena itu obat
ini lebih dipilih dalam percobaan ini. Adapun pada Asam Mefenamat,
Asetosal atau Aspirin mekanisme nyerinya sama sebagaimana
Paracetamol sebagai analgetik AINS namun afek samping berupa iritasi
lambung lebih tnggi resikonya daripada Paracetamol sehingga,
Paracetamol lebih dipilih dalam pengujian efek analgetik pada
percobaan ini.
Mekanisme
terjadinya
nyeri yaitu
adanya
rangsanganrangsangan mekanis/kimiawi (kalor/listrik) yang dapat menimbulkan
tikus. Dosis konversi parasetamol tikus yaitu 3,6 mg. Pemberian ini
tidak boleh melebihi volume maksimal larutan yang bias diberikan
pada tikus dalam hal ini adalah intra peritoneal yang maksimum
volume pemberiannya sebesar 1,0 ml.
Karena sediaan yang dimiliki sebesar 100mg/100ml sehingga
pemberian Parasetamol pada tikus sebesar 0,18 ml (0,2 ml).
Sedangkan asam asetat pada mencit sebesar 150mg/kgBB, sehingga
diperoleh dosis untuk pemberian pada tikus sebesar 0,024 ml (0,03
ml).
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang berat tikus.
Lalu dilakukan dosis konversi agar pemberian dosis pada hewan uji
tikus ini tidak melebihi batas yang ditetapkan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Analgesik adalah senyawa dalam dosis teurapeutik dan meringankan
atau menekan rasa sakit tanpa memiliki kerja anastesi umum.
LAMPIRAN GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
Mutschler, Ernst. ed. V. Dinamika Obat , ITB 1999 Press : Jakarta.