Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KASUS 2 SISTEM RESPIRASI

TBC

Disusun Oleh :
Irma Tri Mulia

220110120003

Siti Sandra Liani

220110120015

Hardiyanti Rahayu

220110120027

Diah Luthfiana Dewi

220110120039

Ridillah Vani Jasmia

220110120051

Masriyah Komalasari

220110120063

Nurul Fatimah

220110120075

Gilang Purnama

220110120087

Sammy Lazuardi Ginanjar

220110120099

Ganes Insina A.

220110120111

Zelly Bakri

220110120123

Ulfathea Mulyadita

220110120135

Nurrachma Ariestanti

220110120147

Neng Nopi Varida

220110120159

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013

A. DEFINISI
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru,
disebabkan oleh Mycobacerium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar kebagian
tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
Tuberkulosis pada manusiaditemukan dalam dua bentuk, yaitu:
a. Tuberculosis primer, jika terjadi pada infeksi pertama kali
b. Tuberculosis sekunder, kuman yang dorman pada tuberculosis primer akan aktif
setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis
dewasa. Mayoritas terjadi karena adanya penurunan imunitas, misalnya karena
malnutrisi penggunaan alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal.
B. INSIDENSI
Menurut Depkes (2010), TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di
Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah
penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah penderita TB di
Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah penderita TB dunia. Di Indonesia,
diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per
100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Dalam keadaan itu
kerugian ekonomi akibat TB juga cukup besar.
Menurut Global Tuberculosis Control: WHO Report 2010, kasus Tuberkulosis (TB) di
Indonesia mengalami penurunan. Saat ini Indonesia berada di urutan kelima (setelah
India, China, Afrika Selatan dan Nigeria) setelah selama Sembilan tahun terakhir
menempati urutan ketiga (setelah India dan China) sebagai Negara dengan kasus TB
terbesar di dunia. Angka Insidens semua kasus TB adalah 430.000 orang = 189/100.000
penduduk, (menurun dibandingkan tahun 1990 : 626.867 orang atau 343/ 100.000
penduduk, artinya di tahun 2010 turun 45% daritahun 1990). Sedangkan angka Prevalens
semua kasus TB adalah 660.000 orang = 285/100.000 penduduk, (menurun dibandingkan
1990 : 809.592 orang = 443/100.000 penduduk, artinya di tahun 2010 turun 36 %
daritahun 1990).
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan Depkes (2007) Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis
memerlukan suatu "definisi kasus" yang meliputi empat hal, yaitu :

a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :


1) Tuberkulosis paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (perikardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB paru :
1) Tuberkulosis paru BTA positif :
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS, hasilnya BTA positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menujukkan
gambaran tuberkulosis.
c) 1 atau lebih spresimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotik non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif :
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberikan pengobatan
c. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
1) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu batuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses "far
advanced) dan atau keadaan umum pasien buruk.
2) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
a) TB ekstra-paru ringan, misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa,
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
b) TB ekstra-paru berat, misalnya : meningiitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis, eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB saluran kemih, dan alat
kelamin.
d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe
pasien, yaitu :
1) Kasus baru
Adalah pasien yang beluum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien Tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan


Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pegobatan lengkap, di diagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3) Kasus setelah putus berobat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat dua bulan atau lebih dengan
BTA positif.
4) Kasus gagal
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5) Kasus pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahlan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
6) Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam kelompok ini
termasuk kasus kronik, yatiu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulang.
D. KOMPLIKASI
Pada pasien

tuberculosis

dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum

pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah pengobatan. Beberapa


komplikasi yang mungkin timbul:
a. Atelectasis: pengembangan paru yang tidak sempurna akibat paru-paru tidak
mengandung udara dan kollaps
b. Hemoptysis: dahak yang bercampur darah yang berasal dari saluran nafas bawah
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
c. Fibrosis: pembentukan jaringan parut, penebalan dan peradangan pada jaringan paru
d. Bronkiektasis: suatu perusakan dan pelebaran abnormal dari saluran pernafasan yang
besar
e. Pneumotoraks: suatu keadaan, di mana terdapa tudara di dalam rongga pleura yang
mengakibatkan kollaps jaringan paru
f. Gagal nafas: ketidakmampuan system pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi
darah normal eliminasi karbondioksida dan pH yang adekuat karna masalah ventilasi
difusi atau perfusi
g. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya.
h. Insufisiensi kardiopulmoner

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu perawatan di RS. Penderita TB paru
dengan kerusakan jaringan yang luas yang telah sembuh (BTA Negatif) masih bias
mengalami batuk darah. Keadaan ini sering dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada
kasus seperti ini pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan
pengobatan simpomatis. Bila pendarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit
spesialistik. Resistensi terhadap OAT pada umumnya terjadi karena penggunaan OAT
yang tidak sesuai, tidak patuh pada jadwal dan dosisnya, atau karena mutu obat yang di
bawah standar.

E. ETIOLOGI
Penyebab utama tuberkolosis adalah mycobacterium tubercolosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. (Asril Bahar,
2001:820)
Tuberkolosis (TB) ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
Individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan
droplet besar dan kecil. Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil
tertahan diudara dan terhirup individu yang rentan.
Resiko tertinggi untuk tertular tuberkolosis adalah :
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu IMUNOSUPRESIF (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam mengalami kortiko steroid, atau mereka yang terinfeksi HIV)
c. Pengguna obat obat IV atau alkolik.
d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan
efnik terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun). (Brunner & Suddarth, 2002 :
585)
Ada dua macam mycobakterium yang menyebabkan penyakit tubercolosa yaitu tipe
human dan tipe bovin. Bila tipe bovin berada didalam susu sapi yang nebnderita mastitis
tubercolosa dan bila diminum dapat menyebabkan tuberculosa usus.

Host yang terinfeksi


TB

F. PATOFISIOLOGI

Droplet nuclear terserap oleh


orang lain

Reaksi imunitas yang


bereaksi

Masuk kedalam bronkus dan


alveoli

2 10 minggu pasca
infeksi
Respon
inflamasi

Bakteri
bermultiplikasi
Eksud
at

patofisiol
ogi

Pneumonitis nonspesifik
Peningkatan produksi
sputum

Imunitas
buruk

Bakteri terus
berkembang

Pirogen &
Endogen

Inflamasi semakin berkembang


(nockturnal)

Peningkatan set
point

TNF

Kahekt
in

Bersihan jalan nafas tak

Dema
m

Tuberbasilus dikelilingi
kolagen fibroblast &
Berkeringat di malam
hari

Ghon
tuberkel
Nekrosis pada
paru

Berat badan

Liquid keluar
masuk ke bronkus
menyisakan

Basiltidak
terus
Pengetahuan
berkembang
adekuat
Chest xray
Resiko perluasan

Gangguan difusi dan


ventilasi
Penurunan pembentukan
energi

Intoleransi

Klasifikasi/signifik
an

G. MANIFESTASI KLINIS
Secara rinci tanda dan gejala TB paru ini dapat dibagi atas 2 golongan yaitu :
I. Gejala sistemik:
Demam
Deman merupakan gejala pertama dari TB paru, biasanya timbul pada sore
dan malam hari disertai dengan keringat mirip demam influenza yang segera
mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi kuman ,serangan
demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan. Deman
seperti influenza ini hilang timbul dan semakin lama makin panjang masa
serangannya, sedangkan masa bebas serangan akan makin pendek. Demam
dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40-41C.

Malaise
Karena TB bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa tidak enak badan,
pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah
lelah dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus haid.

II. Gejala respiratorik


Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronchus. Batuk
mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronchus ,selanjutnya akibat adanya
peradangan pada bronchus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini
berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat
bersifat mukoid atau purulen.

Batuk darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya
batuk darah yang timbul tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah
pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya
aneurisma pada dinding kavitas juga dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa
bronchus. Batuk darah inilah yang paling sering membawa penderita berobat
ke dokter.

Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah ditemukan.

Nyeri dada

Gejala ini timbul apabila system persyarafan yang terdapat di pleura terkena,
gejala ini dapat bersifat local atau pleuritik.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Pereriksaan radiologi seringkali menunjukkan adanya TB, tetapi hampir tidak
dapat membuat diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini saja karena hampir semua
manifestasi TB dapat mneyerupai penyakit-penyakit lainnya. Secara patologis,
manifestasi dini TB paru biasanya berupa suatu kompleks kelenjar betah bening
parenkim. Pada orang dewasa, segmen apeks dan posterior lobus atas atau segmen
superior lobus bawah merupakan tempat-tempat yang sering menimbulkan lesi yang
terlihat homogen dengan densitas yang lebih pekat. Dapat juga terlihat adanya
pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang menyebar yang biasanya bilateral.
Ketidaknormalan apapun dalam foto dada seseorang yang positif HIV dapat
mengindikasikan adanya penyakit TB. Sebenarnya, seseorang yang positif HIV
dengan penyakit TB dapat memiliki foto dada yang normal (CDC, 2000a).
2. Pemeriksaan Bakteriologik
Walaupun urine dari kateter, cairan otak, dan isi lambung dapat diperiksa
secara mikroskopis, tetapi pemeriksaan bakteriologik yang paling penting untuk
diagnosis TB adalah pemeriksaan sputum. Metode pewarnaan Ziehl-Nielsen dapat
diapakai. Sediaan apus digenangi dengan zat karbolfuksin yang dipanaskan, lalu
dilakukan dekolorisasi dengan alkohol-asam. Sesudah itu diwarnai lagi dengan
metilen biru atau briliant green. Cara pewarnaan yang paling banyak digunakan
adalah teknik pewarnaan fluoresensi memakai larutan auramin-rodamin. Setelah
larutan ini melekat pada mikrobakteri maka tidak dapat didekolorisasi lagi dengan
alkohol-asam. Pemeriksa dapat memperkirakan jumlah bassil tahan asam (AFB) yang
terdapat pada sediaan. Sediaan yang positif memberikan petunjuk awal untuk
menegakkan diagnosis, tetapi suatu sediaan yang negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan adanya infeksi penyakit.
Cara penegakkan diagnosis yang paling tepat adalah dengan memakai teknik
biakan. Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua sediaan. Mikrobakteri
tumbuh lambat dan membutuhkkan suatu sedia yang kompleks. Koloni matur, akan
berwarna krem atau kekuningan, seperti kutil dan bentuknya seperti kembang kol.
Jumlah sekecil 10 bakteri/ml media konsentrat yang telah diolah dapat dideteksi pleh
media biakan ini. Pertumbuhan mikrobakteri yang diamati pada media biakan ini

sebaiknya dihitung sesuai dengan jumlah koloni yang timbul. Mikroorganisme


membutuhkan waktu 6 hingga 12 minggu pada suhu 36 hingga 37C untuk dapat
tumbuh bila menggunakan tes biokimia biasa. Namun, bila yang digunakan untuk
inokulasi adalah medium cair seperti sistem radiometrik BACTEC dan metode cepat
yang digunakan untuk identifikasi spesies, hasil biakan seharusnya sudah ada dalam
waktu 7-21 hari pengumpulan sediaan.
Pada saat ini sudah tersedia berbagai macam tes untuk identifikasi hampir
semua spesies mikrobakteri dan disamping itu telah dikembangkan berbagai program
komputer untuk membantu menginterpretasi data. Misalnya, probe asam nukleat
dapat mengidentifikasi spesies dalam waktu 2 hingga 8 jam. High-perfomance liquid
chromatography (HPLC) dengan cepat mendeteksi perbedaan asam mikoliat dalam
spektrum pada dinding sel.
3. Mantoux Test
Tuberculin test / PPD test / mantoux test dilakukan untuk mengidentifikasi
apakah klien mempunyai kekebalan terhadap basil TBC, sehingga sangat baik untuk
mendeteksi infeksi TBC. Uji tuberkulin dilakukan dengan injeksi 0,1 ml PPD secara
intradermal (dengan metode Mantoux) di volar / permukaan belakang lengan bawah.
Injeksi tuberkulin menggunakan jarum gauge 27 dan spuit tuberculin. Saat melakukan
injeksi harus membentuk sudut 10-15 antara kulit dan jarum. Penyuntikan dianggap
berhasil jika pada saat menyuntikkan didapatkan indurasi diameter 6-10 mm. Uji ini
dibaca dalam waktu 48-72 jam setelah suntikan. Hasil uji tuberkulin dicatat sebagai
diameter indurasi bukan kemerahan dengan cara palpasi. Standarisasi digunakan
diameter indurasi diukur secara transversal dari panjang axis lengan bawah dicatat
dalam milimeter. Bila nilai indurasinya 0-4 mm, maka dinyatakan negatif. Bila 5-9
mm dinilai meragukan, sedangkan di atas 10 mm dinyatakan positif.
Setelah hasil tuberculin test / PPD test / mantoux test dinyatakan positif, anak
sebaiknya diikutkan pada serangkaian pemeriksaan lainnya. Salah satunya adalah
rontgen yang bertujuan mendeteksi TBC lebih detail lewat kondisi paru yang
tergambar dalam foto rontgen dan dan tes darah. Tuberculin test / PPD test / mantoux
test dilakukan lebih dulu karena hasil rontgen tidak dapat diandalkan untuk
menentukan adanya infeksi kuman TB. Bercak putih yang mungkin terlihat pada
hasil foto bisa memiliki banyak penyebab. Anak yang sedang menderita batuk pilek
pun kemungkinan memiliki bercak putih di paru. Jadi, tuberculin test / PPD test /
mantoux test sangat perlu, tidak cukup hanya rontgen paru.

Mungkin saja hasil tes menunjukkan negatif, tetapi sebenarnya anak menderita
TBC. Hal ini bisa terjadi pada anak-anak yang kondisi tubuhnya sangat buruk, seperti
anak yang mengalami kekurangan gizi atau sedang menderita sakit berat. Disamping
pemeriksaan di atas, ciri-ciri lain dari TBC pun harus dicermati. Misalnya apakah
anak kurus, sering sakit, dan mengalami pembesaran kelenjar getah bening.
I. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas
kesehatan.
1. Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan.
1) Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan
membuangdahak tidak disembarangan tempat.
2) Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi BCG terhadap
bayi.
3) Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB
yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
4) Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan khusus
TBC.Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat
yangmemerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasanalasan sosialekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
5) Des-Infeksi, cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu
perhatiankhusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur,
pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
6) Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang-orang sangat
dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang
terindikasi dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
7) Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga
dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara ini negatif, perlu
diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.
8) Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat.
Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun
dan teratur, waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal
terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.
2. Tindakan Pencegahan.
1) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti
kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.

2) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau


suspectgambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi
penderita, kontak, suspect, perawatan.
3) Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit
inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4) BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi
ibunyadan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat
tersebut berupa tempat pencegahan.
5) Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan
pasteurisasi air susu sapi.
6) Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara yang
tercemar debu pada para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7) Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TBC paru.
8) Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi,
seperti para emigran, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah
sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9) Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan
tuberculin test.
J. TERAPI TUBERCULOSIS
Farmakologi
1. Lini Ke-1
a.
Isoniazid
Merupakan obat antituberkulosis (OAT) yang sangat efektif saat ini, bersifat
bakterisid dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif
(kuman yang sedang berkembang), dan bersifat bakteriostatik terhadap kuman
yang diam.
Efek samping:
- Hepatotoksik
- Neuritis perifer
- Kesemutan
b.

Rifampisid
Bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki semua jaringan
dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh
isoniazid.
Efek samping:
- Perubahan warna urin, ludah, keringat, sputum, dan air mata menjadi warna
oranye kemerahan

c.

Mual

Pirazinamid
Merupakan derivate dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan
cairan tubuh termasuk CSS, bakterisid hanya pada intrasel pada suasana asam,
dan diresorbsi baik pada saluran cerna.
Efek samping:
- Hepatotoksik
- Anoreksia
- Iritasi saluran cerna

d.

Etambutol
Obat ini memiliki aktifitas bakteriostatik, tetapi dapat bersifat bakterisid jika
diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten. Selain itu, berdasarkan
pengalaman, obat ini mencegah timbulnya retensi terhadap obat-obat lain.
Efek samping:
- Mengganggu penglihatan
- Buta warna merah dan hijau

e.

Streptomisin
Bersifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap kuman ekstraselular pada
keadaan basal atau netral, sehingga tidak efektif untuk membunuh kuman
intraselular.
Efek samping:
Ototoksik (mengganggu pendengaran) dengan

gejala berupa

telinga

berdengung dan pusing.


2. Lini Ke-2
a.
Fluorokuinolon
b.
Asam paraaminosali
c.
Sikloserin
d.
Kanamisin dan amikasin
e.
Rifapentin
f.
Etionamid
g.
Kapreomisin
Non-Farmakologi
1. Chest physiotherapy
Chest physiotherapy mencakup tiga teknik:
a.
Postural drainase
Pembersihan berdasarkan gravitasi secret pada jalan napas dari segmen
b.

bronkus khusus.
Clapping/perkusi

Tepukan yang dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan
dibentuk seperti mangkuk dengan tujuan untuk melepaskan secret yang
c.

tertahan atau melekat pada bronkus.


Vibrating
Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan secret ke jalan napas yang besar

sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan secret.


2. Berjemur dibawah matahari pukul 06.00-08.00 a.m.
3. Terapeutik management
Berupa konseling dan anjuran untuk memisahkan alat makan dan alat
kesehatan yang terpapar langsung dangan cairan tubuh klien, memakai tissue saat
batuk atau bersin dan langsung dibuang, memakai masker untuk pencegah
penyebaran, dan pencegahan degradasi harga diri.
K. STIGMA MASYARAKAT
Adanya stigma negatif di masyarakat membuat pelaksanaan program pemberantasan
TB yang dilaksanakan oleh pemeritah mengalami hambatan, seperti pasien dikucilkan
atau diasingkan. Padahal pasien TB yang tidak diobati akan dapat menularkan 10 sampai
15 orang yang ada disekitarnya setiap tahun. Sehingga sangat diperlukan sekali peran
masyarakat yang aktif dan berkesinambungan, bersama-sama dengan pemerintah dan
lembaga non pemerintahan dalam memberantas TB di Indonesia.
Stigma negatif TB adalah :
a. TB merupakan penyakit guna-guna atau kutukan.
b. TB penyakit keturunan
c. TB adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan

L. REFERENSI
Soemantri, Irman. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
perrnafasan. Jakarta: Salemba Medika
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3718/1/fkm-hiswani6.pdf
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Tuberkulosis
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. TUBEKULOSIS Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6, Jakarta: EGC

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data :
Biodata :
1. Nama
: Pak Korun
2. Usia
: 40 tahun
3. Jenis Kelamin : Pria
4. Alamat
:5. Pendidikan
:6. Agama
:7. Diagnosa Medis : TBC (Tuberkulosis)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: Klien mengeluh batuk berdahak bercampur darah dan sering
diikuti dengan sesak napas
2) Riwayat Kesehatan Sekararang:
Sejak lebih dari 3 minggu lalu, klien mengalami batuk berdahak dan
bercampur darah, gejala ini sering diikuti sesak napas, badan terasa lemas dan
sering berkeringat di malam hari. Nafsu makan klien berkurang sehingga berat
badannya terus menurun, Sakit yang dirasakan klien saat ini menjadiakn klien
lebih banyak diam di rumah.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu: 4) Riwayat Kesehatan Keluarga: c. Pemeriksaan Fisik:
1) Tanda tanda Vital :
a. Temperatur : demam saat malam hari (T = tinggi > 37,5oC)
b. Denyut Nadi : c. Respirasi : sesak napas (RR > normal)
d. Tekanan darah : 2) Pemeriksaan menyeluruh :
a. Kepala dan Leher : b. Dada :
- Inspeksi : - Palpasi : - Perkusi : - Auskultasi : terdengar bunti napas abnormal karena sesak napas dan
batuk ( penumpukan sekret)
c. Perut : d. Ekstremitas atas dan bawah : d. Data Psikologis
Klien merasa malu dengan penyakitnya dan lebih banyak diam di rumah karena
takut menularkan kepada orang lain dan juga kepada anggota keluarganya. Klien
merasa tenang dengan hadirnya istri yang selalu memperhatikannya.
Analisa Data

No

Data yang Menyimpang

.
1.

DO :
-

RR > normal
Sesak napas

Etiologi

Masalah

Bakteri TBC menginfeksi

Bersiahan
jalan napas

Terjadi reaksi imunologi

tidak efektif

DS :
-

Klien mengeluh batuk

berdahak
Klien mengeluh sesak

Inflamasi
Terjadi cavitas (perusakan parenkim
paru)
Perdangan melanjut
Bronkus tertutupi jaringan parut
Lumen menyempit dan pengkejuan
mengental
Terjadi peningkatan sekret dan sekret
mengental
Batuk dan berdahak

2.

DO :
-

Sesak napas
Suara napas abnormal

Bersiahn jalan napas tidak efektif


Bakteri TBC menginfeksi

pertukaran gas
Terjadi reaksi imunologi

DS :
-

Klien mengeluh batuk

berdahak
Klien mengeluh sesak

Gangguan

Inflamasi
Terjadi cavitas (perusakan parenkim
paru)
Alveolus collaps

3.

DO :
-

Badan terasa lemas


(menurunnya mekanisme

Gangguan pertukaran gas


Bakteri TBC menginfeksi

pertahanan diri)
BB yang terus menurun

Risiko
penyebaran

Terjadi reaksi imunologi

infeksi

Inflamasi

(malnutrisi)
DS :
-

Klien mengeluh lemas


Klien tidak nafsu makan

Terjadi cavitas (perusakan parenkim


paru)
Peradangan semakin parah
Penyakit menyebar melalui pembuluh
darah
Menimbulkan lesi di berbagai organ
lain
Mekanisme pertahanan diri yang lemah
(ditandai badan lemas dan intake
makanan kurang)

4.

DO :

Risiko penyebaran infeksi


Bakteri TBC menginfeksi

Berat badan yg menurun 2


minggu terakhir

nutrisi
Terjadi reaksi imunologi

DS :
-

Klien mengatakan tidak

Inflamasi

nafsu makan
Perutku selau mual

Keseimbangan

Terjadi cavitas (perusakan parenkim


paru)
Tuberkel menyebar ke lambung

terganggu

Peningkatan sekresi HCl di lambung


Bakteri tahan asam dan ada pengaruh
TNF alfa
Ada hormon kaheksia
Maka mual dan muntah
Anoreksia
Intake makan berkurang
Kebutuhan BMR tinggi

5.

DO :
-

Tetangga pasien

menjauhinya
Klien selalu ada di rumah

DS :
-

Keseimbangan nutrisi terganggu


Bakteri TBC menginfeksi

Harga Diri
Terjadi reaksi imunologi
Inflamasi

Klien merasa malu dengan


penyakitnya

Gangguan

Terjadi cavitas (perusakan parenkim


paru)
Metabolisme paru meningkat
Kebutuhan BMR tinggi
Intake makanan kurang
Penurunan bb

rendah

Body image terganggu


Dikucilkan masyarakat
gangguan harga diri
2. Diagnosa Keperawatan
N
o
1

Diagnosa
Tujuan

Perencanaan
Intervensi

Rasional

Keperawatan
Berishan jalan

Jalan napas bersih

Mandiri

napas tidak efektif

dan efektif dengan

1. Kaji fungsi respirasi

yang berhubungan

kriteria :

misalnya suara

fungsi respiarasi dan

dengan secret

a. Klien

napas, jumlah dll.

penggunaan otot

kental ditandai

menyatakan

dengan batuk

bahwa batuk

berdahak dan sesak


napas

berkurang/hilang
, tidak ada sesak
b. Suara napas
normal
c. Frekuensi napas
16-20x/menit
d. Tidak ada

Adanya perubahan

tambahan
menandakan kondisi
2. Catat untuk
mengeluarkan
mucus/batuk secara
efektif.
3. Atur posisi tidur
semi fowler.

penyakit harus tetap


ditangani.
Ketidakmampuan
mengeluarkan mucus
menjadi kongesti
berlebihan pada

dispnea

saluran napas.
4. Bersihkan sekresi

Posisi semi fowler

dari dalam mulut dan memberikan


trakea, suction jika
perlu.
5. Berikan minum air
hangat.

kesempatan untuk
paru-paru
berkembang secara
maksimal.
Klien dalam kondisi
sesaak cenderung

Kolaborasi
6. Berikan oksigen
udara inspirasi.

bernapas lewat mulut


jika tidak ditangani
akan => stomatitis.
Air => untuk

menggantikan
7. Berikan pengobatan
atas indikasi :
- Agen mukolitik
- Bronkodilator

keseimbangan cairan
tubuh dan air hangat
untuk mengecerkan
mucus.

- Kortiko steroid
8. Berikan agen antiinfeksi

Meningkatkan kadar
PO2dansaturasi O2
dalam darah.

Untuk mengencerkan
dahak.
Untuk memperlebar
saluran napas.
Mempertebal dinding
bronkus.
Menurunkan
keaktifan dari
mikroorganisme.
2

Keseimbanga

Keseimbangan

Mandiri

nutrisi : kurang

nutrisi terjadi

1. Dokumentasikan

dari kebutuhan

dengan kriteria :

semua status nutrisi

untuk menentukan

tubuh yang

Perasaan mual

klien

rencana tindakan

hilang
Klien

berhubungan
dengan perasaan

mengatakan

mual ditandai

mulut

meningkat
BB bertambah
Klien dapat
menghabiskan
porsi makan

lanjutan.
Meningkatkan
kenyamanan flora

nafsu makan

dengan penurunan
berat badan.

2. Berikan perawatan

Menjadi data focus

normal mulut,
sehingga
3. Anjurkan makanan
sedikit tapi sering,
diet tinggi kalori
Kolaborasi

meningkatkan nafsu
makan
Meningkatkan intake
makanan dan nutrisi

4. Anjurkan kepada

agar meningkatkan

ahli gizi untuk

mekanisme dalam

menentukan

penyembuhan.

komposisi diet
5. Monitor pemeriksaan
lab

Menentukan
kebutuhan nutrisi
yang tepat bagi klien.

6. Berikan vitamin atas


indikasi

Mengontrol
keefektifan tindakan
terutama kadar
protein darah.
Meningkatkan
komposisi tubuh
akan kebutuhan
vitamin dan nafsu
makan klien.

Resiko penyebaran

Penyebaran infeksi

Mandiri

infeksi yang

tidak terjadi dengan

1. Review patologi

berhubungan

kriteria :

dengan tidak

a. Klien dapat

adekuatnya
mekanisme
pertahanan diri.

penyakit

walaupun fase

perilaku sehat
b. Tidak muncul

inaktif, tidak berarti


tubuh klien sudah

tanda-tanda

anggota keluarga

kondisi nyata dari


masalah klien

memperlihatkan

infeksi lanjutan
c. Tidak ada

Untuk mengetahui

terbebas dari kuman


2. Identifikasi risiko
yang lain

TB.
Mengurangi risiko
anggota keluarga

yang tertular TB
3. Anjurkan

yang tertular TB.

menggunakan tissue

Penyimpanan sputum

untuk membuang

pada wadah yang

sputum
4. Monitor suhu sesuai
indikasi

terinfeksi akan
mengurangi
penyebaran.

5. Anjurkan untuk tidak Peningkatan suhu =>


menghentikan terapi
6. Berikan makanan
seimbang

terjadi infeksi.
Penghentian terapi
=>pengobatan dari
awal => resistensi
bakteri.

Kolaborasi
7. Berikan anti-infeksi

Makanan seimbang
agent
=> meningkatkan
8. Monitor pemeriksaan
metabolism untuk
lab
proses penyembuhan.
Untuk mematikan
virulensi dan bakteri.
Sebagai data untuk
melihat efektifitas
terapi.
4

Resiko gangguan

Harga diri klien

Mandiri

harga diri yang

dapat terjaga dengan

1. Kaji ulang konsep

berhubungan dari

kriteria :

perasaan malu

diri klien

Klien

Mengetahui positif
dan negatifnya klien
=> untuk rencana

yang ditandai

menunjukan

dengan klien selalu

aspek positif dari

pada setiap tindakan

Pujian dan perhatian

dirinya
Klien mampu

yang mengarah pada

akan meningkatkan

peningkatan harga

harga diri klien.

di rumah.
-

bergaul dengan
orang lain tanpa
merasa malu

2. Berikan apresiasi

askep lanjutan.

diri
3. Jelaskan tentang
kondisi klien
Pengetahuan tentang
kondisi diri akan
menjadi dasar bagi
klien untuk
menentukan
4. Libatkan klien dalam

kebutuhan bagi

setiap kegiatan

dirinya.
Pelibatkan akan
meningkatkan
koping klien dalam

Memberikan oksigen

menangani masalah.
Agar ventilasi yang

pertukaran gas

dan memantau

terjadi baik.

yang berhubungan

efektif dengan

dengan alveolus

kriteria hasil :

efektifitasnya
Membatasi

collaps yang

Gangguan

Ventilasi dan

pertukaran gas

komplikasi pada

Gangguan

ditandai dengan

pertukaran gas

sesak napas.

akan berkurang
Status

pernapasan
pertukaran gas
tidak terganggu

pasien yang
mengalami oklusi
-

sirkulasi paru
Memfasilitasi
kepatenan jalan
napas

Anda mungkin juga menyukai