MAKALAH KASUS 2 SISTEM RESPIRASI Tutor 4
MAKALAH KASUS 2 SISTEM RESPIRASI Tutor 4
TBC
Disusun Oleh :
Irma Tri Mulia
220110120003
220110120015
Hardiyanti Rahayu
220110120027
220110120039
220110120051
Masriyah Komalasari
220110120063
Nurul Fatimah
220110120075
Gilang Purnama
220110120087
220110120099
Ganes Insina A.
220110120111
Zelly Bakri
220110120123
Ulfathea Mulyadita
220110120135
Nurrachma Ariestanti
220110120147
220110120159
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
A. DEFINISI
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru,
disebabkan oleh Mycobacerium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar kebagian
tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
Tuberkulosis pada manusiaditemukan dalam dua bentuk, yaitu:
a. Tuberculosis primer, jika terjadi pada infeksi pertama kali
b. Tuberculosis sekunder, kuman yang dorman pada tuberculosis primer akan aktif
setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis
dewasa. Mayoritas terjadi karena adanya penurunan imunitas, misalnya karena
malnutrisi penggunaan alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal.
B. INSIDENSI
Menurut Depkes (2010), TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di
Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah
penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah penderita TB di
Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah penderita TB dunia. Di Indonesia,
diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per
100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Dalam keadaan itu
kerugian ekonomi akibat TB juga cukup besar.
Menurut Global Tuberculosis Control: WHO Report 2010, kasus Tuberkulosis (TB) di
Indonesia mengalami penurunan. Saat ini Indonesia berada di urutan kelima (setelah
India, China, Afrika Selatan dan Nigeria) setelah selama Sembilan tahun terakhir
menempati urutan ketiga (setelah India dan China) sebagai Negara dengan kasus TB
terbesar di dunia. Angka Insidens semua kasus TB adalah 430.000 orang = 189/100.000
penduduk, (menurun dibandingkan tahun 1990 : 626.867 orang atau 343/ 100.000
penduduk, artinya di tahun 2010 turun 45% daritahun 1990). Sedangkan angka Prevalens
semua kasus TB adalah 660.000 orang = 285/100.000 penduduk, (menurun dibandingkan
1990 : 809.592 orang = 443/100.000 penduduk, artinya di tahun 2010 turun 36 %
daritahun 1990).
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan Depkes (2007) Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis
memerlukan suatu "definisi kasus" yang meliputi empat hal, yaitu :
tuberculosis
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu perawatan di RS. Penderita TB paru
dengan kerusakan jaringan yang luas yang telah sembuh (BTA Negatif) masih bias
mengalami batuk darah. Keadaan ini sering dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada
kasus seperti ini pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan
pengobatan simpomatis. Bila pendarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit
spesialistik. Resistensi terhadap OAT pada umumnya terjadi karena penggunaan OAT
yang tidak sesuai, tidak patuh pada jadwal dan dosisnya, atau karena mutu obat yang di
bawah standar.
E. ETIOLOGI
Penyebab utama tuberkolosis adalah mycobacterium tubercolosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. (Asril Bahar,
2001:820)
Tuberkolosis (TB) ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
Individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan
droplet besar dan kecil. Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil
tertahan diudara dan terhirup individu yang rentan.
Resiko tertinggi untuk tertular tuberkolosis adalah :
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu IMUNOSUPRESIF (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam mengalami kortiko steroid, atau mereka yang terinfeksi HIV)
c. Pengguna obat obat IV atau alkolik.
d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan
efnik terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun). (Brunner & Suddarth, 2002 :
585)
Ada dua macam mycobakterium yang menyebabkan penyakit tubercolosa yaitu tipe
human dan tipe bovin. Bila tipe bovin berada didalam susu sapi yang nebnderita mastitis
tubercolosa dan bila diminum dapat menyebabkan tuberculosa usus.
F. PATOFISIOLOGI
2 10 minggu pasca
infeksi
Respon
inflamasi
Bakteri
bermultiplikasi
Eksud
at
patofisiol
ogi
Pneumonitis nonspesifik
Peningkatan produksi
sputum
Imunitas
buruk
Bakteri terus
berkembang
Pirogen &
Endogen
Peningkatan set
point
TNF
Kahekt
in
Dema
m
Tuberbasilus dikelilingi
kolagen fibroblast &
Berkeringat di malam
hari
Ghon
tuberkel
Nekrosis pada
paru
Berat badan
Liquid keluar
masuk ke bronkus
menyisakan
Basiltidak
terus
Pengetahuan
berkembang
adekuat
Chest xray
Resiko perluasan
Intoleransi
Klasifikasi/signifik
an
G. MANIFESTASI KLINIS
Secara rinci tanda dan gejala TB paru ini dapat dibagi atas 2 golongan yaitu :
I. Gejala sistemik:
Demam
Deman merupakan gejala pertama dari TB paru, biasanya timbul pada sore
dan malam hari disertai dengan keringat mirip demam influenza yang segera
mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi kuman ,serangan
demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan. Deman
seperti influenza ini hilang timbul dan semakin lama makin panjang masa
serangannya, sedangkan masa bebas serangan akan makin pendek. Demam
dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40-41C.
Malaise
Karena TB bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa tidak enak badan,
pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah
lelah dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus haid.
Batuk darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya
batuk darah yang timbul tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah
pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya
aneurisma pada dinding kavitas juga dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa
bronchus. Batuk darah inilah yang paling sering membawa penderita berobat
ke dokter.
Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah ditemukan.
Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila system persyarafan yang terdapat di pleura terkena,
gejala ini dapat bersifat local atau pleuritik.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Pereriksaan radiologi seringkali menunjukkan adanya TB, tetapi hampir tidak
dapat membuat diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini saja karena hampir semua
manifestasi TB dapat mneyerupai penyakit-penyakit lainnya. Secara patologis,
manifestasi dini TB paru biasanya berupa suatu kompleks kelenjar betah bening
parenkim. Pada orang dewasa, segmen apeks dan posterior lobus atas atau segmen
superior lobus bawah merupakan tempat-tempat yang sering menimbulkan lesi yang
terlihat homogen dengan densitas yang lebih pekat. Dapat juga terlihat adanya
pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang menyebar yang biasanya bilateral.
Ketidaknormalan apapun dalam foto dada seseorang yang positif HIV dapat
mengindikasikan adanya penyakit TB. Sebenarnya, seseorang yang positif HIV
dengan penyakit TB dapat memiliki foto dada yang normal (CDC, 2000a).
2. Pemeriksaan Bakteriologik
Walaupun urine dari kateter, cairan otak, dan isi lambung dapat diperiksa
secara mikroskopis, tetapi pemeriksaan bakteriologik yang paling penting untuk
diagnosis TB adalah pemeriksaan sputum. Metode pewarnaan Ziehl-Nielsen dapat
diapakai. Sediaan apus digenangi dengan zat karbolfuksin yang dipanaskan, lalu
dilakukan dekolorisasi dengan alkohol-asam. Sesudah itu diwarnai lagi dengan
metilen biru atau briliant green. Cara pewarnaan yang paling banyak digunakan
adalah teknik pewarnaan fluoresensi memakai larutan auramin-rodamin. Setelah
larutan ini melekat pada mikrobakteri maka tidak dapat didekolorisasi lagi dengan
alkohol-asam. Pemeriksa dapat memperkirakan jumlah bassil tahan asam (AFB) yang
terdapat pada sediaan. Sediaan yang positif memberikan petunjuk awal untuk
menegakkan diagnosis, tetapi suatu sediaan yang negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan adanya infeksi penyakit.
Cara penegakkan diagnosis yang paling tepat adalah dengan memakai teknik
biakan. Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua sediaan. Mikrobakteri
tumbuh lambat dan membutuhkkan suatu sedia yang kompleks. Koloni matur, akan
berwarna krem atau kekuningan, seperti kutil dan bentuknya seperti kembang kol.
Jumlah sekecil 10 bakteri/ml media konsentrat yang telah diolah dapat dideteksi pleh
media biakan ini. Pertumbuhan mikrobakteri yang diamati pada media biakan ini
Mungkin saja hasil tes menunjukkan negatif, tetapi sebenarnya anak menderita
TBC. Hal ini bisa terjadi pada anak-anak yang kondisi tubuhnya sangat buruk, seperti
anak yang mengalami kekurangan gizi atau sedang menderita sakit berat. Disamping
pemeriksaan di atas, ciri-ciri lain dari TBC pun harus dicermati. Misalnya apakah
anak kurus, sering sakit, dan mengalami pembesaran kelenjar getah bening.
I. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan petugas
kesehatan.
1. Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan.
1) Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan
membuangdahak tidak disembarangan tempat.
2) Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi BCG terhadap
bayi.
3) Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB
yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
4) Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan khusus
TBC.Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat
yangmemerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasanalasan sosialekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
5) Des-Infeksi, cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu
perhatiankhusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur,
pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
6) Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang-orang sangat
dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang
terindikasi dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
7) Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga
dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara ini negatif, perlu
diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.
8) Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat.
Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun
dan teratur, waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal
terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.
2. Tindakan Pencegahan.
1) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti
kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
Rifampisid
Bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki semua jaringan
dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh
isoniazid.
Efek samping:
- Perubahan warna urin, ludah, keringat, sputum, dan air mata menjadi warna
oranye kemerahan
c.
Mual
Pirazinamid
Merupakan derivate dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan
cairan tubuh termasuk CSS, bakterisid hanya pada intrasel pada suasana asam,
dan diresorbsi baik pada saluran cerna.
Efek samping:
- Hepatotoksik
- Anoreksia
- Iritasi saluran cerna
d.
Etambutol
Obat ini memiliki aktifitas bakteriostatik, tetapi dapat bersifat bakterisid jika
diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten. Selain itu, berdasarkan
pengalaman, obat ini mencegah timbulnya retensi terhadap obat-obat lain.
Efek samping:
- Mengganggu penglihatan
- Buta warna merah dan hijau
e.
Streptomisin
Bersifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap kuman ekstraselular pada
keadaan basal atau netral, sehingga tidak efektif untuk membunuh kuman
intraselular.
Efek samping:
Ototoksik (mengganggu pendengaran) dengan
gejala berupa
telinga
bronkus khusus.
Clapping/perkusi
Tepukan yang dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan
dibentuk seperti mangkuk dengan tujuan untuk melepaskan secret yang
c.
L. REFERENSI
Soemantri, Irman. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
perrnafasan. Jakarta: Salemba Medika
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3718/1/fkm-hiswani6.pdf
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Tuberkulosis
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. TUBEKULOSIS Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6, Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data :
Biodata :
1. Nama
: Pak Korun
2. Usia
: 40 tahun
3. Jenis Kelamin : Pria
4. Alamat
:5. Pendidikan
:6. Agama
:7. Diagnosa Medis : TBC (Tuberkulosis)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: Klien mengeluh batuk berdahak bercampur darah dan sering
diikuti dengan sesak napas
2) Riwayat Kesehatan Sekararang:
Sejak lebih dari 3 minggu lalu, klien mengalami batuk berdahak dan
bercampur darah, gejala ini sering diikuti sesak napas, badan terasa lemas dan
sering berkeringat di malam hari. Nafsu makan klien berkurang sehingga berat
badannya terus menurun, Sakit yang dirasakan klien saat ini menjadiakn klien
lebih banyak diam di rumah.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu: 4) Riwayat Kesehatan Keluarga: c. Pemeriksaan Fisik:
1) Tanda tanda Vital :
a. Temperatur : demam saat malam hari (T = tinggi > 37,5oC)
b. Denyut Nadi : c. Respirasi : sesak napas (RR > normal)
d. Tekanan darah : 2) Pemeriksaan menyeluruh :
a. Kepala dan Leher : b. Dada :
- Inspeksi : - Palpasi : - Perkusi : - Auskultasi : terdengar bunti napas abnormal karena sesak napas dan
batuk ( penumpukan sekret)
c. Perut : d. Ekstremitas atas dan bawah : d. Data Psikologis
Klien merasa malu dengan penyakitnya dan lebih banyak diam di rumah karena
takut menularkan kepada orang lain dan juga kepada anggota keluarganya. Klien
merasa tenang dengan hadirnya istri yang selalu memperhatikannya.
Analisa Data
No
.
1.
DO :
-
RR > normal
Sesak napas
Etiologi
Masalah
Bersiahan
jalan napas
tidak efektif
DS :
-
berdahak
Klien mengeluh sesak
Inflamasi
Terjadi cavitas (perusakan parenkim
paru)
Perdangan melanjut
Bronkus tertutupi jaringan parut
Lumen menyempit dan pengkejuan
mengental
Terjadi peningkatan sekret dan sekret
mengental
Batuk dan berdahak
2.
DO :
-
Sesak napas
Suara napas abnormal
pertukaran gas
Terjadi reaksi imunologi
DS :
-
berdahak
Klien mengeluh sesak
Gangguan
Inflamasi
Terjadi cavitas (perusakan parenkim
paru)
Alveolus collaps
3.
DO :
-
pertahanan diri)
BB yang terus menurun
Risiko
penyebaran
infeksi
Inflamasi
(malnutrisi)
DS :
-
4.
DO :
nutrisi
Terjadi reaksi imunologi
DS :
-
Inflamasi
nafsu makan
Perutku selau mual
Keseimbangan
terganggu
5.
DO :
-
Tetangga pasien
menjauhinya
Klien selalu ada di rumah
DS :
-
Harga Diri
Terjadi reaksi imunologi
Inflamasi
Gangguan
rendah
Diagnosa
Tujuan
Perencanaan
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Berishan jalan
Mandiri
yang berhubungan
kriteria :
misalnya suara
dengan secret
a. Klien
penggunaan otot
kental ditandai
menyatakan
dengan batuk
bahwa batuk
berkurang/hilang
, tidak ada sesak
b. Suara napas
normal
c. Frekuensi napas
16-20x/menit
d. Tidak ada
Adanya perubahan
tambahan
menandakan kondisi
2. Catat untuk
mengeluarkan
mucus/batuk secara
efektif.
3. Atur posisi tidur
semi fowler.
dispnea
saluran napas.
4. Bersihkan sekresi
kesempatan untuk
paru-paru
berkembang secara
maksimal.
Klien dalam kondisi
sesaak cenderung
Kolaborasi
6. Berikan oksigen
udara inspirasi.
menggantikan
7. Berikan pengobatan
atas indikasi :
- Agen mukolitik
- Bronkodilator
keseimbangan cairan
tubuh dan air hangat
untuk mengecerkan
mucus.
- Kortiko steroid
8. Berikan agen antiinfeksi
Meningkatkan kadar
PO2dansaturasi O2
dalam darah.
Untuk mengencerkan
dahak.
Untuk memperlebar
saluran napas.
Mempertebal dinding
bronkus.
Menurunkan
keaktifan dari
mikroorganisme.
2
Keseimbanga
Keseimbangan
Mandiri
nutrisi : kurang
nutrisi terjadi
1. Dokumentasikan
dari kebutuhan
dengan kriteria :
untuk menentukan
tubuh yang
Perasaan mual
klien
rencana tindakan
hilang
Klien
berhubungan
dengan perasaan
mengatakan
mual ditandai
mulut
meningkat
BB bertambah
Klien dapat
menghabiskan
porsi makan
lanjutan.
Meningkatkan
kenyamanan flora
nafsu makan
dengan penurunan
berat badan.
2. Berikan perawatan
normal mulut,
sehingga
3. Anjurkan makanan
sedikit tapi sering,
diet tinggi kalori
Kolaborasi
meningkatkan nafsu
makan
Meningkatkan intake
makanan dan nutrisi
4. Anjurkan kepada
agar meningkatkan
mekanisme dalam
menentukan
penyembuhan.
komposisi diet
5. Monitor pemeriksaan
lab
Menentukan
kebutuhan nutrisi
yang tepat bagi klien.
Mengontrol
keefektifan tindakan
terutama kadar
protein darah.
Meningkatkan
komposisi tubuh
akan kebutuhan
vitamin dan nafsu
makan klien.
Resiko penyebaran
Penyebaran infeksi
Mandiri
infeksi yang
1. Review patologi
berhubungan
kriteria :
dengan tidak
a. Klien dapat
adekuatnya
mekanisme
pertahanan diri.
penyakit
walaupun fase
perilaku sehat
b. Tidak muncul
tanda-tanda
anggota keluarga
memperlihatkan
infeksi lanjutan
c. Tidak ada
Untuk mengetahui
TB.
Mengurangi risiko
anggota keluarga
yang tertular TB
3. Anjurkan
menggunakan tissue
Penyimpanan sputum
untuk membuang
sputum
4. Monitor suhu sesuai
indikasi
terinfeksi akan
mengurangi
penyebaran.
terjadi infeksi.
Penghentian terapi
=>pengobatan dari
awal => resistensi
bakteri.
Kolaborasi
7. Berikan anti-infeksi
Makanan seimbang
agent
=> meningkatkan
8. Monitor pemeriksaan
metabolism untuk
lab
proses penyembuhan.
Untuk mematikan
virulensi dan bakteri.
Sebagai data untuk
melihat efektifitas
terapi.
4
Resiko gangguan
Mandiri
berhubungan dari
kriteria :
perasaan malu
diri klien
Klien
Mengetahui positif
dan negatifnya klien
=> untuk rencana
yang ditandai
menunjukan
dirinya
Klien mampu
akan meningkatkan
peningkatan harga
di rumah.
-
bergaul dengan
orang lain tanpa
merasa malu
2. Berikan apresiasi
askep lanjutan.
diri
3. Jelaskan tentang
kondisi klien
Pengetahuan tentang
kondisi diri akan
menjadi dasar bagi
klien untuk
menentukan
4. Libatkan klien dalam
kebutuhan bagi
setiap kegiatan
dirinya.
Pelibatkan akan
meningkatkan
koping klien dalam
Memberikan oksigen
menangani masalah.
Agar ventilasi yang
pertukaran gas
dan memantau
terjadi baik.
yang berhubungan
efektif dengan
dengan alveolus
kriteria hasil :
efektifitasnya
Membatasi
collaps yang
Gangguan
Ventilasi dan
pertukaran gas
komplikasi pada
Gangguan
ditandai dengan
pertukaran gas
sesak napas.
akan berkurang
Status
pernapasan
pertukaran gas
tidak terganggu
pasien yang
mengalami oklusi
-
sirkulasi paru
Memfasilitasi
kepatenan jalan
napas