Anda di halaman 1dari 10

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

Di Kabupaten Gorontalo

ANDAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar
dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai dengan pertanaman sekaligus merupakan
salah satu penentu perkembangan perkebunan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari
luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebelum tahun 1983 kurang dari satu
juta hektar, namun berdasarkan publikasi terakhir dari data statistik Ditjen Perkebunan
tahun 2010, luas 8.04 juta hektar dengan produksi 19.76 juta ton CPO (Ditjenbun,
2010).
Sebagian besar areal perkebunan kelapa sawit saat ini berada di Sumatera
diperkirakan 5.29 juta hektar dan sebagian lagi tersebar di pulau Kalimantan, Sulawesi,
Jawa dan Irian. Sejalan dengan perkembangan areal tersebut maka kebutuhan akan
benih asal bahan tanam terus meningkat yang memacu pekebun semakin giat dalam
mengembangkan dan meningkatkan produksi.
Tanaman sawit selain menghasilkan produk utama berupa minyak kelapa sawit
dan minyak inti sawit, juga menghasilkan produk sampingan yang berasal dari limbah.
Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sawit diantaranya
adalah minyak goreng, produk-produk oleokimia, seperti fatty acid, fatty alkohol,
glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin. Perkembangan industri
oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsumen seperti deterjen,
sabun, dan kosmetika. Sedangkan produk-produk yang dihasilkan dari pemanfaatan
limbah diantaranya adalah pupuk organik, kompos, dan kalium serta serat yang
berasal dari tandan kosong kelapa sawit, arang aktif dari tempurung buah, pulp kertas
yang berasal dari batang dan tandan sawit, perabot dan papan partikel dari batang,
dan pakan ternak dari batang dan pelepah, serta pupuk organik dari limbah cair dari
proses produksi minyak sawit
Pemekaran

daerah

dimaksudkan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat. Oleh karena itu pemerintah daerah dituntut untuk memaksimalkan


berbagai potensi didaerah termasuk sektor perkebunan Kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq). Di beberapa daerah di Indonesia keberadaan kelapa Sawit
memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian daerah. Manajemen kelapa
Sawit yang baik dan memperhatikan aspek sosial-ekonomi dan lingkungan Hidup

PT. Heksa Jaya Abadi

I-1

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Di Kabupaten Gorontalo

ANDAL

memberi efek bagi kesejahteraan masyarakat lokal. Meskipun demikian dampak yang
ditumbulkannya perlu diperhatikan misalnya: terjadinya erosi dan sedimentasi, dampak
terhadap gangguan flora dan fauna, menurunnya kualitas air permukaan, menurunnya
ketersediaan air tanah di sekitar lokasi perkebunan. Dalam konteks ini maka analisis
terhadap aspek sosial budaya dan ekonomi dan Lingkungan hidup menjadi penting.
Dalam kaitan tersebut perusahaan perkebunan PT. HEKSA JAYA ABADI akan
menanam investasinya untuk membangun perkebunan kelapa sawit di Kabupaten
Gorontalo. Menyambut keinginan tersebut Bupati Gorontalo menerbitkan Surat
Persetujuan No. 83a/01.1/II/2012, tanggal 20 Februari 2012 tentang Pemberian Izin
Lokasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dan/atau Tebu PT. HEKSA JAYA ABADI
seluas 20.000 Ha di Kecamatan Bongomeme, Kecamatan Tabongo, Kecamatan
Pulubala dan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.
Sesuai Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup maka, setiap kegiatan yang diperkirakan menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup, pada poin C
Bidang Pertanian menyebutkan bahwa Budidaya tanaman perkebunan tahunan
dengan luasan 3000 ha wajib dilengkapi dengan studi AMDAL. Dengan demikian
Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit PT. HEKSA JAYA ABADI wajib dilengkapi dokumen
AMDAL karena luasannya 20.000 Ha.
Pertimbangan ilmiah yang menjadi dasar pentingnya dilakukan studi AMDAL
untuk usaha kegiatan perkebunan kelapa sawit adalah (i) terdapat sejumlah kegiatan
seperti pembukaan lahan, pengadaan lahan (land acquisition), pengolahan tanah,
penerimaan tenaga kerja, pengangkutan TBS, dll (ii) kegiatan-kegiatan pada point (i)
tersebut diprakirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan dengan bobot dampak (negatif dan/atau positif). Dampak negatif berupa
timbulnya konflik sosial, pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk dan
pestisida dalam perkebunan kelapa sawit terhadap air sungai, tanah dan udara,
perubahan bentang alam, gangguan ekosistem dan hidrologi. Dampak positif dari
usaha kegiatan perkebunan antara lain sebagai sumber pendapatan bagi keluarga
petani, sebagai sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, maupun sebagai
pemicu dan pemacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, serta sebagai

PT. Heksa Jaya Abadi

I-2

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Di Kabupaten Gorontalo

ANDAL

pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit
(CPO).
Berdasarkan pada pertimbangan ilmiah tersebut, maka studi AMDAL selanjutnya
akan memformulasi bentuk-bentuk pengelolaan dengan tujuan meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari rencana
kegiatan perkebunan kelapa sawit.
Penyusunan Dokumen AMDAL rencana kegiatan perkebunan kelapa sawit
mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL).
1.2.

Tujuan dan Manfaat

1.2.1. Tujuan
Tujuan kegiatan perkebunan kelapa sawit oleh PT. HEKSA JAYA ABADI di
Kecamatan Bongomeme, Kecamatan Tabongo, Kecamatan Pulubala, dan Kecamatan
Tibawa Kabupaten Gorontalo adalah:
a. Untuk menumbuh kembangkan usaha kelapa sawit di daerah pedesaan dengan
meningkatkan aktifitas kegiatan ekonomi pedesaan, meningkatkan kesejahteraan
rakyat serta menciptakan lapangan kerja.
b. Untuk melibatkan masyarakat dalam industri kelapa sawit melalui perkebunan inti
rakyat atau kebun plasma.
c. Untuk memanfaatkan potensi kelapa sawit di Kabupaten Gorontalo.
d. Untuk

memenuhi

kebutuhan

pasar

nasional

maupun

internasional

akan

permintaan kebutuhan CPO (Crude Palm Oil).


1.2.2. Manfaat
Kegiatan kegiatan perkebunan kelapa sawit oleh PT. HEKSA JAYA ABADI di
Kecamatan Bongomeme, Kecamatan Tabongo, Kecamatan Pulubala, dan Kecamatan
Tibawa Kabupaten Gorontalo adalah akan memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Terbukanya kesempatan kerja baik pada kegiatan tahap konstruksi maupun tahap
operasional perkebunan kelapa sawit.
b. Menciptakan perekonomian lokal khususnya peningkatan pendapatan masyarakat
pedesaan, peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan pendapatan masyarakat
pada umumnya melalui kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit.

PT. Heksa Jaya Abadi

I-3

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Di Kabupaten Gorontalo

1.3.

ANDAL

Peraturan Perundang-Undangan yang Terkait


Penyusunan KA-ANDAL rencana perkebunan kelapa sawit oleh PT. HEKSA

JAYA ABADI di Kecamatan Bongomeme, Kecamatan Tabongo, Kecamatan Pulubala


dan Kecamatan Tibawa di Kabupaten Gorontalo mengacu pada peraturan perundangundangan yang berlaku, antara lain:
No
1.

2.

3.

Peraturan PerundangUndangan
Undang-undang No. 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar PokokPokok
Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104 dan
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043)
Undang-Undang No. 12 Tahun 1964
tentang Pemutusan Hubungan Kerja di
Perusahaan Swasta (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2686)
Undang-Undang No. 7 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja

4.

Undang-Undang No. 3 Tahun 1982


Tentang Wajib Daftar Perusahan.

5.

Undang-Undang No.5 tahun 1990


tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49 dan tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3419)
Undang-undang No.12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman
Undang-Undang No. 4 Tahun 1994,
tentang
pengesahan
Konvensi
Internasional mengenai Aneka Ragam
Hayati
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999
Tentang Kehutanan
Undang-undang No.29 tahun 2000
tentang Perlindungan Varietas Tanaman

6.
7.

8.
9.
10.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003


tentang ketenagakerjaan (Lembaran
Negara R.LTahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara RI. No.
4279)

PT. Heksa Jaya Abadi

Alasan
Hak atas tanah yang akan
dimanfaatkan untuk proyek ini
terkait dengan ketentuan-ketentuan
keagrariaan yang telah diatur oleh
Negara.
Pemutusan hubungan kerja (PHK)
terhadap karyawan yang bekerja
pada proyek ini dapat terjadi pada
saat aktifitas proyek sudah berakhir
Dalam
kegiatan
ini
akan
mempekerjakan
tenaga
kerja
sehingga
pemrakarsa
harus
memperhatikan
keselamatan
pekerjanya
Sebagai dasar dalam pemantauan
perusahaan
oleh
instansi
berwenang.
Proyek ini dilaksanakan
dengan
tetap
menjaga
keseimbangan ekosistem yang ada
terutama untuk kawasan-kawasan
konservasi
Sebagai dasar dalam kegiatan
perkebunan kelapa sawit
Pelaksanaan
kegiatan
harus
senantiasa
memperhatikan
keanekaragaman hayati pada tapak
proyek dan sekitarnya
Lokasi tapak proyek berada di
sekitar lokasi kawasan hutan
Sebagai dasar dalam pengelolaan
varietas untuk perkebunan kelapa
sawit
Sebagai pedoman dalam mengelola
aspek ketenagakerjaan pada PT.
Heksa Jaya Abadi.

I-4

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Di Kabupaten Gorontalo

11.
12.
13.

Undang-Undang No. 07 Tahun 2004


Tentang Sumberdaya Air (LNRI Tahun
2004 No. 32 Tambahan LNRI No. 4377)
Undang-undang No.18 tahun 2004
tentang perkebunan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004,
tentang Pemerintah Daerah

14.

Undang-Undang No. 33 tahun 2004,


tentang perimbangan Keuangan antara
pusat dan daerah

15.

Undang-Undang No. 26 tahun 2006


tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 115 dan Tambahan Negara
Republik Indonesia Nomor 3501)
Undang - Undang No. 14 Tahun 2008
tentang keterbukaan Informasi Publik

16.

17.

Undang - Undang No. 22 Tahun 2009,


tentang lalu lintas dan angkutan jalan

18.

Undang - Undang No. 28 Tahun 2009


Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah

19.

Undang Undang No. 32 Tahun 2009


tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

20.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan.

21.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2010


Tentang Cagar Budaya.

Peraturan Pemerintah
22. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun
1991 tentang Sungai (Lembar Negara

PT. Heksa Jaya Abadi

ANDAL

Kegiatan ini terkait langsung dengan


pola penggunaan air sehingga perlu
memperhatikan aturan ini.
Sebagai dasar dalam perkebunan
kelapa sawit
Lokasi kegiatan merupakan wilayah
pemerintah daerah sehingga harus
tunduk pada peraturan daerah
tersebut
Undang-undang ini terkait dengan
wewenang
daerah
antara
pemerintah pusat dalam mengatur
pendapatan daerah masing-masing
Proyek dilaksanakan di daerah yang
sesuai dengan rencana tata ruang
yang berlaku
Rencana kegiatan ini harus di
umumkan
ke
publik
baik
menggunakan media koran maupun
melalui sosialiasi dan PKM agar
keberadaannya
diketahui
oleh
publik
Kegiatan
pembangunan
Perkebunan Kelapa Sawit ini
nantinya akan berhubungan dengan
lalu lintas dan angkutan jalan
dengan adanya pengangkutan alat,
material dan hasil perkebunan.
Undang-Undang ini sebagai dasar
untuk pemungutan pajak dan
retribusi daerah atas hasil-hasil
pertanian.
Proyek berpotensi menimbulkan
dampak
penting
terhadap
lingkungan
sehingga
wajib
melakukan studi AMDAL
Sebagai
pedoman
dalam
merencanakan aspek kesehatan
dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembangunan Perkebunan Kelapa
Sawit.
Mengantisipasi bila dilokasi tapak
proyek ditemukan benda cagar
budaya agar tidak
dirusak dan
dilindungi.
Sebagai dasar dalam pengelolaan
sungai yang ada di lokasi proyek.

I-5

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Di Kabupaten Gorontalo

23.
24.
25.
26.

27.

28.

29.
30.

31.
32.

33.

34.

Republik Indonesia No 44, Tambahan


Lembar Negara Republik Indonesia No
3445)
Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1995
tentang Perlindungan Tanaman
Peraturan Pemerintah No.44 tahun
1995 tentang Perbenihan Tanaman
Peraturan Pemerintah No.40 tahun
1996 tentang HGU, Hak Milik, Hak
Pakai Atas Tanah
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun
1999 tentang
Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa (Lembar Negara
Republik1999 No 14, Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 No. 14,
Tambahan Lembar Negara Republik
Indonesia No 3803)
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
1999
tentang
Pengendalian
Pencemaran Udara (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 No 86,
Tambahan Lembar Negara Republik
Indonesia No 3853)
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun
2000 Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 No.
54,
Tambahan
Lembar
Negara
Republik Indonesia No. 3952).
Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun
2000 Tentang Retribusi Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air
(Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun
2001
No.
153,
TambahanLembar Negara Republik
Indonesia No. 4161)
Peraturan Pemerintah No. 65. Tahun
2001 tentang Pajak Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun
2002 Tentang Tata Hutan, Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan.
Peraturan Pemerintah No. 16 tahun
2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembar Negara No. 45 tahun 2004,
Tambahan Lembar Negara No. 4385)
Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun
2004 Tentang Perlindungan Hutan.

PT. Heksa Jaya Abadi

ANDAL

Sebagai dasar dalam melakukan


perlindungan tanaman kepala sawit
Sebagai dasar dalam melakukan
pembibitan tanaman kepala sawit
Sebagai dasar dalam penentuan
status tanah yang digunakan untuk
perkebunan kelapa sawit
Karena
kegiatan
ini
harus
memperhatikan keberadaan jenis
tumbuhan dan satwa yang berada
didalamnya khususnya spesiesspesies yang dilindungi
Peraturan-peraturan
ini
berhubungan dengan pengendalian
emisi dan polutan yang dihasilkan
dari kegiatan perkebunan kelapa
sawit.
Administrasi proyek ke pemerintah
harus mempertimbangkan porsi
lokal/regional dan pemerintah pusat
sesuai yang ditetapkan oleh
peraturan ini.
Sebagai dasar penarikan retribusi
dari hasil-hasil pertanian
Proyek menghasilkan limbah cair
yang
berpotensi
menimbulkan
dampak terhadap kualitas air, oleh
karena itu perlu melakukan usahausaha
pencegahan
dan
pengendalian pencemaran air.
PP sebagai dasar dalam
penentuan pajak daerah
Sebagai dasar dalam melakukan
pembangunan perkebunan kelapa
sawit terutama berkenaan dengan
lokasi proyek.
Bila direncanakan penggunaan dan
pembebasan lahan untuk
Kegiatan proyek akan
mengikuti peraturan ini
Sebagai dasar dalam melakukan
pengelolaan
bidang
kehutanan/biota darat

I-6

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Di Kabupaten Gorontalo

35.

Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun


2006 Tentang Jalan

36.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun


2007, Tentang Pembagian Urusan
Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

37.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Tentang
Tata
Laksana
Pengendalian
Pencemaran Air.

38.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun


2012 tentang Izin Lingkungan Hidup

Peraturan Daerah/Keputusan Bupati


52. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo
Nomor 4 Tahun 2004 Tentang
Pengelolaan
Kualitas
Air
dan
Pengendalian Pencemaran Air di
Provinsi Gorontalo
53. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo
Nomor 5 Tahun 2004, tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Porvinsi Gorontalo
39. Perda Provinsi Gorontalo Nomor 05
tahun 2004 tentang Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
di
Provinsi
Gorontalo.
40. Perda Provinsi Gorontalo Nomor 4
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo
Tahun 2010-2030.
Peraturan/Keputusan Menteri/Kepala Badan
41. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No. 48 tahun 1990 tentang Pengelolaan
atas Air dan Sumber Air pada Wilayah
Sungai.

42.

Keputusan
Bersama
Menteri
Kehutanan, Menteri Pertanian dan
Kepala Badan Pertanahan Nasional

PT. Heksa Jaya Abadi

ANDAL

Kegiatan akan membuat jalan


aksesi dalam areal perkebunan dan
sekitarnya
Pengurusan administrasi
kegiatan ini akan terkait dengan
pembagian urusan pemerintahan
daerah dan untuk penerbitan
AMDAL yang akan dikeluarkan oleh
Pemerintah Kabupaten.
Proyek menghasilkan limbah cair
yang
berpotensi
menimbulkan
pencemaran air, oleh karena itu
perlu melakukan usaha-usaha Tata
Laksana pengendalian pencemaran
air.
Proyek berpotensi menimbulkan
dampak
penting
terhadap
lingkungan oleh karena itu perlu
melaksanakan kajian lingungan
berdasarkan
ketentuan
yang
tercantum dalam peraturan ini.
Kegiatan
proyek
berpotensi
mencemari badan air, seperti sungai
dan air tanah di sekitar proyek
Kegiatan proyek wajib mentaati
aturan pengelolaan dan pelestarian
lingkungan hidup di Gorontalo
Peraturan ini dapat digankan dalam
penyusunan dokumen AMDAL.
Sebagai dasar dalam penyusunan
Dokumen AMDAL

Di dalam area proyek terdapat


sungai yang dimanfaatkan untuk
pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
proyek. Pemanfaatan air dan
sumber air pada wilayah sungai
harus
mengikuti
ketentuanketentuan yang tercantum dalam
peraturan ini.
Sebagai dasar dalam pengurusan
pelepasan kawasan hutan untuk
kegiatan perkebunan kelapa sawit.

I-7

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Di Kabupaten Gorontalo

43.

44.

45.

46.

No.364/Kpts-II/1990,
519/Kpts/Hk.050/7/1990 dan 23/VIII/90
dan 23/VIII/1990 tentang Ketentuan
Pelepasan
Kawasan
Hutan
dan
Pemberian Hak Guna Usaha untuk
Pengembangan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No. 63 tahun 1990 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Izin Penggunaan Air
dan atau Sumber Air
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.
63/PRT/1993
tentang
Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat
sungai, Daerah Penugasan Sungai dan
Bekas Sungai

Keputusan Menteri Perhubungan No.


68
tahun
1993
tentang
Penyelenggaraan Angkutan Barang di
Jalan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup
No.
KEP-45/MENLH/II/1996
tentang Indeks Standar Pencemaran
Udara

47.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan

48.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup
No.
KEP-49/MENLH/II/1996
tentang Baku Tingkat Getaran

49.

Perarturan Menteri Agraria/Kepala BPN


No.2 tahun 1999 tentang Izin Lokasi
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 112 tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik

50.

PT. Heksa Jaya Abadi

ANDAL

Penggunaan air dan sumber air


untuk kegiatan ini perlu memperoleh
ijin sesuai ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam peraturan ini
Di dalam area proyek terdapat
sungai yang dimanfaatkan untuk
pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
proyek. Pemnafaatan air dan
sumber air pada wilayah sungai
harus
mengikuti
ketentuanketentuan yang tercantum dalam
peraturan ini.
Aktifitas penyelenggaraan angkutan
barang akan mengikuti ketentuanketentuan yang tercantum dalam
peraturan ini.
Salah satu potensi dampak dari
kegiatan ini adalah timbulnya
pencemaran udara. Kualitas udara
ambien
dipantau
dan
diklasifikasikan skalanya menurut
Indeks Standar Pencemaran Udara.
Salah satu potensi dampak dari
kegiatan ini adalah timbulnya
kebisingan.
Tingkat
kebisingan
dipantau dan hasilnya dibandingkan
dengan
baku
mutu
tingkat
kebisingan yang ditetapkan dala
peraturn ini.
Salah satu potensi dampak dari
kegiatan ini adalah timbulnya
getaran
akibat
pengangkutan
material konstruksi
Sebagai dasar dalam pengurusan
izin lokasi perkebunan kelapa sawit.
Kegiatan Domestik (Perumahan,
perkantoran, dan fasilitas penunjang
lainnya)
dari
aktifitas
proyek
menghasilkan Limbah cair domestik
yang
diolah
pada
instalasi
pengolahan limbah air limbah
(IPAL). Kualitas air limbah dari IPAL
sebelum dibuang keperairan umum
dipantau dan hasilnya dibandingkan
dengan baku mutu air limbah sesuai

I-8

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Di Kabupaten Gorontalo

51.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan


Hidup No. 45 tahun 2005 tentang
Pedoman
Penyusunan
Laporan
Pelaksanaan RKL dan RPL

52.

Keputusan Kepala Bapedal No. 056


Tahun
1994
tentang
Pedoman
Mengenai Besaran Dampak Penting.

53.

Peraturan menteri Kesehatan No. 416/


MENKES/PER/IX/1990 tentang SyaratSyarat dan Pengawasan Kualitas Air
Bersih.

54.

Peraturan Menteri Kesehatan


492/MENKES/PER/IV/2010
Persyaratan Kualitas Air Minum.

55.

Keputusan
Direktur
Jenderal
Perhubungan
Darat
No.
SK.
726/AJ.307/DRJD/2004
tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Pengangkutan Alat Berat di Jalan
Keputusan
Direktur
Jenderal
Perhubungan Darat No. 725 tahun 2004
tentang Pengangkutan Limbah B3.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

No.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 8 Tahun 2006 Tentang
Pedoman
Penyusunan
Dokumen
AMDAL.
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.37/Peraturan
Menteri
Pertanian/OT.140/8/06
tentang
Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan
Penarikan Varietas
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.38/Peraturan
Menteri
Pertanian/OT.140/8/06
tentang
Pemasukan dan Pengeluaran Benih
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.39/Peraturan
Menteri
Pertanian/OT.140/8/06
tentang
Produksi, Sertifikasi dan Peredaran
Benih Bina
Peraturan Menteri Pertanian No.26

PT. Heksa Jaya Abadi

ANDAL

perturan ini.
Penyusunan Laporan pelaksanaan
rencana
pengelolaan
dan
pemantauan Lingkungan (RKL dan
RPL) kegiatan ini akan mengacu
kepada peraturan ini.
Dalam dokumen AMDAL, Besaran
Dampak penting yang ditimbulkan
oleh kegiatan ini akan dievaluasi
berpedoman kepada peraturan ini.
Air Bersih yang digunakan didalam
proyek untuk keperluan domestik,
kualitasnya dipantau dan hasilnya
dibandingkan dengan baku mutu
kualitas air bersih berdasarkan
peraturan ini.
Air yang dikonsumsi oleh karyawan
proyek/penduduk
sekitar,
kualitasnya dipantau dan hasilnya
dibandingkan dengan baku mutu
kualitas air minum berdasarkan
peraturan ini.
Kegiatan proyek memobilisasi alat
berat di jalan, berpedoman kepada
ketentuan yang tercantum dalam
peraturan ini
Kegiatan
proyek
ini
akan
menampung limbah yang tergolong
B3. Pengangkutannya berpedoman
kepada ketentuan yang tercantum
dalam peraturan ini.
Sebagai
pedoman
dalam
penyusunan dokumen AMDAL
Sebagai dasar dalam penggunan
bibit kelapa sawit.

Sebagai dasar dalam penggunan


bibit kelapa sawit.
Sebagai dasar dalam penggunan
bibit kelapa sawit.

Sebagai dasar dalam pengurusan

I-9

Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit


Di Kabupaten Gorontalo

62.
63.
64.

65.

66.

67.

68.

tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan


Perkebunan
Peraturan Menteri Pertanian No.7 tahun
2009 tentang Pedoman Penilaian
Usaha Perkebunan
Peraturan Menteri Pertanian No.36
tahun 2009 tentang Persyaratan
Penilaian Usaha Perkebunan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Tentang
Tata
Laksana
Pengendalian
Pencemaran Air.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 5 tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan /Atau Kegiatan
Yang wajib Dilengkapi dengan AMDAL
Peraturan Dirjenbun No.174 tahun 2009
tentang Kuesioner Penilaian Usaha
Perkebunan dan Pengolahan Data
untuk Penilaian Usaha Perkebunan
Tahap Pembangunan dan Operasional
Keputusan Menenteri Kehutanan dan
Perkebunan No. 376 Tahun 1998
tentang Kesesuaian Lahan yang cocok
untuk perkebunan budidaya kelapa
sawit
Keputusan Direktur Jenderal
Perkebunan No.
38/KB.10/SK.DJBUN/05-95 tentang
Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan
Tanpa Bakar Untuk Perkebunan

PT. Heksa Jaya Abadi

ANDAL

izin perkebunan kelapa sawit


Sebagai dasar dalam proses
penilaian perkebunan kelapa sawit.
Sebagai dasar dalam proses
penilaian perkebunan kelapa sawit
Proyek menghasilkan limbah cair
yang
berpotensi
menimbulkan
pencemaran air, oleh karena itu
perlu melakukan usaha-usaha Tata
Laksana pengendalian pencemaran
air.
Sebagai dasar dalam penentuan
proyek hanya perlu dilengkapi
dokumen AMDAL.
Sebagai dasar dalam penilaian
usaha perkebunan kelapa sawit

Sebagai dasar dalam penentuan


keseuaian lahan untuk perkebunan
kelapa sawit.
Sebagai dasar dalam pembukaan
lahan untuk perkebunan kelapa
sawit.

I - 10

Anda mungkin juga menyukai