TUTORIAL 3
BLOK 22 KEDOKTERAN KELUARGA
Anggota :
Asrian Hendiani-20110310017
Santika A. Putri-20110310027
Maharani P. Arganist-20110310020
Zidna Salma-20110310032
Vivian Resiana-20110310034
Dewi Suryandari-20110310026
1. CUT
a. Hipertensi / darah tinggi : Menurut The Seventh Report of the Joint National
Committee on detection, education, and treatment of high blood pressure (JNC VII),
hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama
dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
(Chobanian, et. al., 2003).
b. Diabetes : Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduaduanya (ADA, 2010)
c. Perokok Berat : Perokok Berat disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20
batang per hari (Bustan,M.N., 2000).
d. Acanthosis nigricans
: Acanthosis nigricans (AN) adalah suatu kelainan kulit
berupa penebalan dan kehitaman pada kulit yang ditandai dengan papilomatosis dan
plak hiperkeratosis, terutama pada daerah leher dan lipatan kulit. Acanthosis
nigricans tidak hanya dianggap sebagai kelainan kulit saja, tetapi sering dipandang
sebagai petanda adanya penyakit lain yang mendasari. Acanthosis nigricans sering
dihubungkan dengan obesitas, kelainan endokrin, keganasan, sindrom tertentu, dan
penggunaan beberapa obat. Hiperinsulinemia merupakan kondisi yang paling banyak
dihubungkan dengan AN. Kondisi metabolik lain yang berhubungan dengan AN
antara lain obesitas, diabetes mellitus, toleransi glukosa terganggu, dislipidemia,
Third Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III), Sindrom Metabolik adalah seseorang
dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: 1). Obesitas abdominal (lingkar
pinggang > 88 cm untuk wanita dan untuk pria > 102 cm); 2). Peningkatan kadar
trigliserida darah ( 150 mg/dL, atau 1,69 mmol/ L); 3). Penurunan kadar kolesterol
HDL (< 40 mg/dL atau < 1,03 mmol/ L pada pria dan pada wanita < 50 mg/dL atau
atau <1,29 mmol/L); 40. Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik >= 130
mmHg, tekanan darah diastolik >= 85 mmHg atau sedang memakai obat anti
hipertensi); 5). Peningkatan glukosa darah puasa (kadar glukosa puasa >= 110 mg/dL,
atau >= 6,10 mmol/L atau sedang memakai obat anti diabetes) (Adult Treatment
Panel III, 2001).
2. Problem Definition
1) Bagaimana interpretasi pemeriksaan yang dilakukan?
2) Bagaiman peran keluarga dalam kasus tersebut?
3) Hubungan keluhan dengan gaya hidup pasien?
4) Apa diagnosis biopsikososial?
5) Apa dampak biopsikososial sesuai sekenario tersebut?
6) Termasuk dalam level berapa peran dokter susuai kasus tersebut?
7) Bagaimana penanganan komprehensif?
8) Pencegahan yang dilakukan?
3. Brainstorming
1) Bagaimana interpretasi pemeriksaan yang dilakukan?
Secara klinis pasien tersebut menderita Diabetes Melitus, Hiperlipidemia, Obese
Class I dan Hipertensi stage II.
dan paru-paru. Peningkatan kadar AST dapat terjadi pada MI, penyakit hati,
pankreatitis akut, trauma, anemia hemolitik akut, penyakit ginjal akut, luka bakar
parah dan penggunaan berbagai obat, misalnya: isoniazid, eritromisin, kontrasepsi
oral
HbA1C: 8,46%
Pemeriksaan HbA1c dilakukan pada pasien yang menderita diabetes.
EKG dan radiologi thorax: dbn
Tekanan Darah: 160 mmHg (Hipertensi Stage II)
hipertensi. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh
lainnya. Efek lain nikotin adalah merangsang berkelompoknya trombosit (sel
pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat
pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung gas CO yang
berasal dari rokok. Dari gambaran diatas baik gas CO maupun nikotin berpacu
menyempitkan pembuluh darah dan menyumbatnya sekaligus.
Menurut kajian, risiko merokok menyebabkan hipertensi berkaitan dengan jumlah
rokok yang dihisap per hari, dan bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok
lebih dari satu pak rokok sehari menjadi lebih rentan mendapat hipertensi. Zat-zat
kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan
mencapai titik toksis sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Price &
Wilson, 2006).
4) Apa diagnosis biopsikososial?
Dx Holistik :
Obesitas kelas 1 dengan komplikasi Diabetes Mellitus, Hiperlipdemia, dan Hipertensi
stadium II pada laki-laki yang cemas akan kondisinya, diperparah dengan statusnya
yang perokok berat dan kebiasaan makan yang tak sehat.
5) Apa dampak biopsikososial sesuai sekenario tersebut?
Dampak biopsikososial :
Dampak bio (biologis) yaitu komplikasi-komplikasi dari penyakit tersebut yang
menyebabkan kecacatan,/kelumpuhan fisik dan kematian. Dalam kasus ini dampak
biologisnya adalah Obesitas dengan Diabetes melitus, Hiperlipidemia, dan hipertensi.
Dampak Psiko (psikologis) : Penyakit kronis seperti Diabetes dan hipertensi yang
dialami pasien ini mungkin berdampak pada pasien menjadi sedih, cemas, bahkan
stress. Terkadang pasien juga menjadi tidak sabar dan mudah marah, menyalahkan
Tuhan atas keadaannya, serta merasa dirinya rendah karena tidak mampu
menjalankan peran/fungsi dalam keluarga sebagaimana mestinya.
Dampak Sosial (interaksi dalam keluarga dan masyarakat) : Selain berpengaruh
pada psikologi pasien, penyakit kronis juga berpengaruh terhadapfungsi dan interaksi
sosial pasien dalam keluarga dan masyarakat. Contohnya adalah fungsi pasien sebagai
pencari nafkah utama keluarga (breadwinner) terganggu sehingga harus digantikan
anggota keluarga lain, hubungan dengan anggota keluarga lain terganggu karena
malah biopsikologis pasien sehingga timbul konflik.
Dalam kasus ini tampak dampak biopsiko saja,sedangkan untuk dampak sosialnya
belum tampak.
6) Termasuk dalam level berapa peran dokter susuai kasus tersebut?
Jawab : level 4, Family assessment and counseling (penilaian keluarga dan
konseling).
Dalam kasus ini dokter melakukan tatalaksana non-farmakoterapi dan follow up
terhadap kemajuan pengobatan pasien dan tatalaksana masalah psikososial keluarga
dan pasien.
Ada 5 level dalam keterlibatan dokter keluarga dalam keluarga
a) Level 1 : minimal emphasis on the family ( penekanan yang minimal pada
keluarga).
Pada level ini interaksi hanya terbatas pada pasien saja.
b) Level 2 : providing medical information and advice (memberikan informasi dan
nasihat medis).
Dalam tahap ini keluarga adalah partner dalam pasien menjalani pengobatan.
c) Level 3 : Providing feelings and support (melibatkan perasaan dan dukungan).
Dalam tahap ini dokter keluarga melakukan penelusuran hal yang mengenai
masalah emosional pasien dan keluarga.
d) Level 4 : family assessment and counseling (penilaian keluarga dan konseling).
Dalam tahap ini dokter keluarga melakukan penilaian terhadap hubungan antara
masalah penyakit dan dinamika keluarga dan melakukan konseling singkat.
e) Level 5 : family teraphy (terapi keluarga).
Dalam tahap ini dokter keluarga melakukan pertemuan teratur dengan pasien dan
keluarga untuk mengubah pola tidak sehat dalam sistem keluarga.
7) Bagaimana penanganan komprehensif?
Penatalaksanaan komprehensif :
Hiperglikemia
Sulfonilurea dan biguanide adalah obat diabetes oral yang lazim digunakan dalam
mengatasi hiperglikemia pada DMT2. Sejak mulai digunakan, sampai sekarang
kelompok sulfoniurea mengalami perbaikan terutama dalam penurunan efek samping
hipoglikemia. Glimepiride dengan kerja ganda yakni memiliki kemampuan
memperbaiki sekresi dan aksi insulin merupakan sulfonilurea generasi ketiga. Pada
tingkat sentral glimepiride menstimulasi sekresi insulin oleh sel beta, sedangkan
diperifer meningkatkan GLUT 4 sehingga memperbaiki utilisasi glukosa dalam darah.
Sebagai sulfonil urea generasi ketiga, glimepiride punya keunggulan dari sulfonil
urea generasi sebelumnya. Adiponektin yang terdapat pada glimepiride memberi nilai
tambah tersendiri dalam perbaikan resistensi insulin. Kombinasinya dengan biguanide
diharapkan akan memberikan efek komplementer dan sinergis dengan sasaran ganda
yakni perbaikan terhadap gangguan sekresi insulin sekaligus terhadap aksi insulin di
jaringan. Tidak seperti glibenklamid, glimepiride terbukti tidak menghambat
mekanisme kardioprotektif yang bermanfaat dari ischemic preconditioning.
Aksi ganda dari glimepiride ( terhadap disfungsi sel beta dan resistensi insulin ),
menguntungkan dalam hal menekan kebutuhan sehingga insulin tidak terlalu banyak
disekresi, namun regulasi glukosa darah tercapai. Secara klinis dampak
penghematan sekresi insulin ini memberi nilai tambah terthadap glimepiride dalam
hal lebih rendahnya angka kejadian hipoglikemia, dan mengurangi risiko penyakit
kardiovaskuler. Demikian pula efek samping yang terkenal dari sulfonil urea yakni
kenaikan berat badan dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., Cushman W.C., Green L.A., Izzo J.L., Jr., et al, 2003.
The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
http://www.cdc.gov/obesity/adult/defining.html
http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/express.pdf