PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac
yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini
mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan
pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung,
yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh
tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler
kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
Dalam mekanisme pemeliharaan lingkungan internal sirkulasi darah
digunakan sebagai sistem transport oksigen, karbon dioksida, makanan, dan
hormon serta obat-obatan ke seluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan
metabolisme tiap-tiap sel dalam tubuh. Dalam hal ini, faktor perubahan volume
cairan tubuh dan hormon dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam memahami sistem sirkulasi jantung, kita perlu memahami anatomi
fisiologi yang ada pada jantung tersebut sehingga kita mampu memahami
berbagai problematika berkaitan dengan sistem kardivaskuler tanpa ada kesalahan
yang membuat kita melakukan neglicent( kelalaian). Oleh karena itu, sangat
penting sekali memahami anantomi fisiologi kardiovaskuler
yang berfungsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
KARDIOVASKULAR
1.
Lokasi Jantung
Jantung terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum
atau tulang dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah
posterior (Sherwood, Lauralee, 2001: 258). Bagian depan dibatasi oleh sternum
dan costae 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri
garis median sternum. Jantung terletak di atas diafragma, miring ke depan kiri dan
apex cordis berada paling depan dalam rongga thorax. Apex cordis dapat diraba
pada ruang intercostal 4-5 dekat garis medio-clavicular kiri.Batas cranial jantung
dibentuk oleh aorta ascendens, arteri pulmonalis, dan vena cava superior (Aurum,
2007).
Pada dewasa, rata-rata panjangnya kira-kira 12 cm, dan lebar 9 cm, dengan
berat 300 sakpai 400 gram (Setiadi, 2007: 164).
2.
Struktur Jantung
Jantung manusia tersusun atas tiga lapisan yaitu endokardium yang
berbentuk selaput, miokardium yaitu lapisan yang tersusun dari otot-otot jantung,
dan perikardium yaitu lapisan yang berbentuk selaput yang terbuat dari jaringan
ikat longgar.
Jika jantung dibelah maka akan tampak bagian dallamnya, bagian dalam
jantung terbagi atas rongga-rongga. Rongga yang dimiliki jantung terdiri atas
empat rongga. empat rongga ini dibagi atas dua kelompok yaitu atrium/serambi
dan ventrikel/bilik, yang masing-masing terbagi menjadi kiri dan kanan.
Selain terbagi dalam rongga-rongga, aspek lain yang perlu diketahui bahwa
pada jantung memiliki struktur yang menyebabkan darah tidak bisa kembali ke
tempat sebelumnya sehingga akan menyebabkan darah hanya mampu beredar
dalam satu arah saja/tidak bolak-balik. Struktur yang memegang peranan ini
adalah klep jantung yang berada di antara atrium dan ventrikel.
Di antara atrium kiri dan serambi kiri terdapat dua buah klep, sedangkan di
antara atrium kanan dan serambi kanan memiliki tiga klep. Pemberian nama klep
jantung didasarkan pada jumlah klep tersebut. jika jumlahnya dua maka
digunakan bi, jika digunakan tiga maka digunakan kata tri. klep/katup dalam
bahasa latin disebut valvula, tinggal ditambahkan dengan akhiran pidalis. Jadi
untuk lep yang berjumlah dua disebut valvula bikuspidalis, sedangkan yang tiga
klep disebut dengan valvula trikuspidalis. Selain dua klep tersebut masih ada lagi
klep yang disebut valvula semilunaris yang berbentuk bulang sabit yang berfungsi
agar darah tidak kembali ke jantung.kuat terletak pada bagian jantung bilik
kiri.ventrikel kiri/sinister ventrikel. Hal ini disebabkan karena pada bagian jantung
ini digunakan untuk memompa darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Kondisi bilik kiri jantung mengalami pengembangan terbesar disebut
dengan keadaan sistole. Pda kondisi ini kecepatan aliran darah yang tertinggi.
Sedangkan pada waktu bilik kiri mengempis maksimum disebut dengan diastole.
orang dewasa normal memiliki perbandingan sistole/diastole adalah 120/80.
Jantung bisa mengembang dan mengempis karena karakter dari otot jantung.
3.
Otot Jantung
Jika didasarkan pada kalkulasi jumlah, maka otot yang paling sedikit
dijumpai di dalam tubuh manusia maupun hewan adalah otot jantung. Mengapa?
Sebab otot yang satu ini, sama seperti namanya, hanya berada di wilayah jantung
saja. Otot jantung disebut juga dengan nama otot myocardium. Otot jantung ini
sebenarnya masih berkerabat dengan otot lurik namun ia merupakan jenis otot
lurik tidak sadar dan hanya ada di wilayah organ jantung. Otot jantung ini diliputi
oleh sel-sel yang dinamakan cardiomycocyte atau yang dikenal juga dengan nama
sel otot myocardiocyteal yang bisa berjumlah satu sampai dua. Dan lama kondisi
yang jarang, sel tersebut bisa berjumlah tiga dan empat.
Otot jantung melakukan kerja secara terus menerus dengan fungsi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Suara otot yang sedang memompa tersebut
bisa didengarkan secara sayup berupa degupan. Otot ini bekerja di luar pengaruh
saraf pusat atau perintah otak. Ia dipengaruhi oleh interaksi dia sayaraf yakni
simpatetik mapun parasimpatetik yang berperan memperlambat maupun
mempercepat denyutan jantung. Meski demikian, pengaruh tersebut tidak sama
sekali berada di bawah alam sadar atau kontrol manusia. Otot ini bekerja
umumnya secara lambat namun tidak mudah lelah. Otot jantung harus bekerja
secara terus menerus seba jika tidak tentu makhluk hidup akan mengalami
kematian.
Otot jantung cenderung pendek dengan diameter yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan otot lurik atau rangka. Ia memiliki cabang seperti bentuk
huruf Y. Serabut pada otot jantung ini memiliki panjang antara 50 sampai 100 um
dengan diameter yang berkisar di antara 14 um. Sel serabut otot berupa
sarkolema.
Serabut
ini
terdiri
atas
myofibril-myofibril
yang
tampak
4.
Siklus Jantung
1.2
1.
Benigna
Risiko
Potensi maligna
Maligna
Sedang
Tinggi
Palpitasi
Palpitasi
Palpitasi, sinkop,
mendadak
Gejala klinik
henti jantung
Penyakit jantung
Parut
Ada
Ada
Ada
Ada
hipertrofi
LVEF
Normal
Rendah
Rendah
Frekuensi VPD
Rendah-sedang
Sedang-tinggi
Sedang-tinggi
Takikardia
Tidak ada
Tidak ada
Ada
ventrikel
berkelanjutan
Gangguan
Tidak ada
Tidak ada-ringan
Sedang-berta
hemodinamika
LVEF = left ventricular ejection fraction
VPD = ventricular premature depolarization
B.
(Nafrialdi, 2007).
Patofisiologi
a. Aritmia karena Gangguan Pembentukan Impuls
Ada banyak contoh aritmia yang timbul, baik karena peningkatan atau
kegagalan automatisasi normal.
Automatisasi Normal yang Berubah
Hanya ada beberapa jenisl sel jantung memperlihatkan automatisasi
dalam keadaan normal suatu nodus SA, nodus AV distal, dan sistem HisPurkinje (Nafrialdi, 2007).
Nodus SA
Pada nodus ini, frekuensi impuls dapat diubah oleh aktifitas otonomik
atau
penyakit
intrinsik.
Aktivitas
vagal
yang
meningkat
dapat
menjadi penyebab aktivitas pacu yang salah pada sindrom sinus sakit (sick
sinus syndrome) (Nafrialdi, 2007).
Serabut Purkinje
Automatisasi yang menguat pada sistem His-purkinje merupakan
penyebab aritmia yang umum pada manusia. Epningkatan aktivitas
simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan depolarisasi
spontan. Efek vagus terhadap sistem His-Purkinje belum diketahui dengan
baik. Dalam keadaan sakit, automatisasi pada sistem His-Purkinje dapat
menurun. Pda sindrom sinus sakit aktivitas sel pacu pada ventrikel dan
nodus SA tertekan (Nafrialdi, 2007).
Pembentukan Impuls Abnormal
Aritmia yang berasal dari sumber Impuls yang abnormal dapa dibagi dua,
yaitu automatisasi abnormal dan aktivitas terpicu (triggered activity). Yang
dimaksud dengan automatisasi abnormal adalah terjadinya depolarisasi
diastolik spontan pada nila Vm yang sangat rendah (lebih positif), pada sel
yang dalam keadaan normal mempunyai potensi yang jauh lebih negatif.
Aktivitas terpicu adalah pembentukan impuls pda fase repolasrisasi yang
sudah mencapai ambang. Kedua mekanisme ini sangat berbeda dari
mekanisme pembentukan automatisasi normal. Di samping itu kedua
mekanisme ini dapat menyebabkan pembetukan impuls pada serabut yang
biasanya tidak mempunyai fungsi automatik (misalnya sel otot strium atau
ventrikel yang biasa) (Nafrialdi, 2007).
Automatisasi Abnormal
Serabut Purkinje, sel atrium, dan sel ventrikel dapat memperlihatkan
depolarisasi diastolik spontan dan cetusan automatisasi berulang bila
potensial istrihat Vm diturunkan secara nyata (misalnya sampai -60mV
atau kurang negatif). Mekanisme ionik untuk automatisasi abnormal
seperti itu belum diketahui tetapi mungkin disebabkan oleh arus masuk
K+ dan Ca++ ke dalam sel (Nafrialdi, 2007).
Early After-Depolarization
Ini adalah depolarisasi sekunder yang terjadi sebelum repolarisasi
selasai, yaitu berawal pada potensial membran yang dekat kepda dataran
tinggi potensial aksi (gambar 20-4A). Dalam eksperimen early
faktor
dapat
meningkatkan
amplitudo
delayed
Keterangan :
ikutan
terlambat
(delayed
afterdepolarization).
mempermudah
timbulnya
Begitu tanda atau gejala timbul, beberapa diantaranya yang paling sering terjadi
(Suci, 2011):
Berdebar debar atau berdetak terlalu cepat atau terlalu lambat
Detak jantung tidak teratur
Perasaan seperti adanya jeda antara detak jantung satu dengan yang
lainnya
Tanda dan gejala yang menggambarkan hal yang lebih buruk :
Cemas
Terasa lemah dan pusing
Pengsan atau terasa ingin pingsan
Berkeringat
Nafas pendek, sesak
Nyeri dada
D.
Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung) (Price, 1995 ).
E.
Faktor Resiko
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung
(atrial
fibrillation).Penyalahgunaan
alkohol
kronis
dapat
Hipertensi
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik
karena terjadi gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkannya.
B. Etiologi
Hipertensi merupakan penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial
atau hipertensi primer). Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah
mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder.
a.
Obat
1. Kortikosteroid, ACTH
2. Estrogen (biasanya pil
primer
KB dg kadar estrogen
3. Penyakit renovaskular
tinggi)
4. Sindroma Cushing
5. Pheochromocytoma
4. Fenilpropanolamine dan
6. Koarktasi aorta
7. Penyakit
paratiroid
tiroid
analog
atau
5. Cyclosporin
dan
tacrolimus
6. Eritropoetin
7. Sibutramin
8. Antidepresan (terutama
venlafaxine)
Tabel 2.1 Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi
C. Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Eveluation, and Tretment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2.14
a. Berdasar tinggi-rendahnya tekanan darah :
b.
c.
d.
JNC VIII
D. Patofisilogi
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah
yang dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme
hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan
sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor
lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung
dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah.
Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan
saraf simpatis,
angiotensin
alosteron,
E. Faktor resiko
1) Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi.
b) Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita 11,6% > pria 6,0%.
c) Riwayat Keluarga
Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung
meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua
kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan
penyakit tersebut 60%.
d) Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).
2) Faktor yang dapat diubah/dikontrol
a) Kebiasaan Merokok
Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih
rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses aterosklerosis dan hipertensi.
b) Konsumsi Asin/Garam
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi
hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15
gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 %.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara
dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.
c) Konsumsi Lemak Jenuh
Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang
berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
d) Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali
dipakai untuk menggoreng yakni terdiri dari beraneka asam lemak
jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah
kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak bebas,
lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein.
e) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
f) Obesitas
Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Kelebihan
berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar
insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air.
g) Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
h) Stres
i) Penggunaan Estrogen
Penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen. MN Bustan menyatakan
bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen ( 12 tahun
berturut-turut), akan meningkatkan tekanan darah perempuan.
F.
Manifestasi klinis
Sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan manifestasi
2.
Menilai
adanya
kardiovaskuler,
3.
kerusakan
beratnya
organ
penyakit,
target
serta
dan
penyakit
respon
terhadap
pengobatan.
Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau
penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut
STROKE
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah penurunan sistem saraf utama secara tiba-tiba yang
berlangsung selama 24 jam dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah.
Serangan iskemia sementara atau Transient ischemic attacks (TIAs) adalah
iskemia sistem syaraf utama menurun selama kurang dari 24 jam dan
biasanya kurang dari 30 menit (Sukandar, 2008). TIAs yang tidak teratasi
dengan cepat dalam beberapa hari akan meningkat menjadi stroke. Stroke
adalah menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam
atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan
vaskuler. Istilah kuno apopleksia serebri sama maknanya dengan Cerebrovascular
Stroke Hemoragik
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke
mudah
b) Berdasarkan Kausal:
1. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan
pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi
akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang
cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol
jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah
kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis. Masih bersifat reversibel dan dapat membaik bila tekanan
darah cepat naik kembali/membaik (fase penumbra).
2. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak
(Goetz, 2007).
Gejala Stroke Non Hemoragik :
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut
adalah :
a.
c.
d.
(Goetz, 2007).
Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
1. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih
menonjol.
2. Gangguan mental.
3. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
4. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
5. Bisa terjadi kejang-kejang (Goetz, 2007).
Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
1. Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih
ringan.
2. Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
3. Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
4. Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia) (Goetz, 2007).
Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
1. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
2. Meningkatnya refleks tendon.
3. Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
4. Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala
berputar (vertigo).
5. Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
6. Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
pasien sulit bicara (disatria).
7. Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara
lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan
daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi).
8. Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan
arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan
kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan
setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri kedua mata
(hemianopia homonim).
9. Gangguan pendengaran
10. Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah (Goetz, 2007).
e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
1. Koma
2. Hemiparesis kontra lateral.
3. Ketidakmampuan membaca (aleksia).
4. Kelumpuhan saraf kranialis ketiga (Goetz, 2007).
f. Gejala akibat gangguan fungsi luhur
tetapi
dapat
membaca
huruf.
Lateral
alexia
adalah
3.
4.
5.
6.
7.
dan diplipia.
Stroke sirkulasi anterior biasanya terjadi dalam aphasia.
Pasien juga dapat mengalami dysarthria, kerusakan daerah penglihatan,
dan perubahan tingkat kesadaran (Sukandar, 2008).
D. Diagnosis Stroke
Diagnosis ditujukan untuk mencari beberapa keterangan apakah pasien
menderita stroke atau tidak. Anemnesis yang dilakukan dapat menuntun
untuk menentukan kausa paling mungkin yang ditemukan pada pasien
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan dengan cek laboratorium, pemeriksaan neurokardiologi,
a. Laboratorium.
1) Pemeriksaan darah rutin.
2) Pemeriksaan kimia darah lengkap.
Gula darah sewaktu.
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah dapat mencapai
250 mg dalam serum dan kemudian berangsur angsur kembali
turun.
Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim
SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid (trigliserid, LDH-HDL kolesterol
serta total lipid).
3) Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap), meliputi waktu protrombin,
kadar fibrinogen, viskositas plasma, dan pemeriksaan tambahan yang
b.
maka
pemeriksaan
echocardiografi
terutama
transesofagial
a.
neurologis.
c. Mencegah terulangnya stroke.
1.
yang memadai dan dukungan jantung dan untuk memeriksa dengan cepat
apakah lesi adalah iskemik atau hemoragik berdasarkan pemantauan CT
scan. Pasien stroke iskemik yang menunjukan dalam beberapa jam
terjadinya gejala seharusnya dievaluasi untuk terapi reperfusi. Peningkatan
tekanan darah harus tetap tidak diobati pada periode akut (7 hari pertama)
setelah stroke iskemik karena risiko penurunan aliran darah otak dan
memburuknya gejala. Tekanan darah harus diturunkan jika melebihi
220/120 mm Hg atau ada bukti diseksi aorta, infark miokard akut, edema
paru, atau hipertensi ensefalopati. Jika tekanan darah berada dalam fase
akut, agen parenteral kerja pendek (misalnya, labetalol, nicardipine,
nitroprusside) lebih disukai. Saat ini rekomendasi tentang pengelolaan
hipertensi arteri pada pasien stroke diberikan dalam Tabel 1. Pasien dengan
stroke hemoragik harus diperiksa untuk menentukan apakah mereka
kandidat yang memerlukan bedah melalui endovascular atau pendekatan
kraniotomi. Setelah fase hiperakut telah berlalu, perhatian difokuskan pada
pencegahan penurunan bertahap, meminimalkan komplikasi, dan menyusun
strategi pencegahan sekunder yang sesuai.
Tabel 1.Panduan Penanganan tekanan darah pada pasien stroke iskemik akut
Penanganan
Tidak ada
Labetolol IV atau
Mendapat tPA
<180/105
180-230/105-120
>220/121-140
Nicordipine IV
Nitroprusside
Diastolik> 140
Keterangan : Labetolol iv = 10-20 mg ganda setiap 10-20 menit, hingga maksimal
300 mg. juga dapat digunakan infus 2-8 mg/min; Nicordipine IV = Infusi dimulai
pada 5 mg/hari hingga 15 mg/hari; Nitroprusside IV = Infus dimulai dengan
kecepatan = infuse dimulai pada 0,5 mcg/kg/min, dengan monitoring tekanan
darah.
2.
perkembangan
neurologis
(tromboemboli
atau
yang
infeksi),
memburuk
dan
efek
(kambuh),
samping
dari
komplikasi
perawatan
otak).
Stroke berulang.
Pendekatan untuk memantau pasien stroke diringkas dalam Tabel 2
berikut. Rencana yang terarah harus dibuat untuk setiap pasien berdasarkan
komorbiditasnya dan proses penyakityang sedang berlangsung.
Aspirin
Clopidogrel
ERDP/ASA
Tiklopidin
Warfarin
Parameter
Frekuensi
Keterangan
Setiap 15 menit
x 1 jam
Setiap 0,5 jam x
Tekanan
6 jam
darah, fungsi
Setiap 1 jam x
neurologi,
17 jam
pendarahan
Setiap
waktu
setelahnya
Pendarahan
Setiap Hari
Pendarahan
Setiap Hari
Sakit kapala,
Setiap Hari
pendarahan
CBC setiap 2
CBC,
minggu x 3
Pendarahan,
bulan ; lainnya
diare
setiap hari
Pendarahan,
INR setiap hari x
INR, Hb/Hct
3 hari ; tiap
minggu hingga
stabil ; tiap bulan
Banyak pasien
membutuhkan
pengaruh
dengan
Tekanan
senyawa kerja
darah, fungsi Setiap 2 jam di pendek untuk
neurologis,
ICU
mengurangi
ICP
tekanan darah
hingga < 180
mmHg
Stroke
Hemoragik
Nimodipin
(untuk SAH)
Tekanan
darah, fungsi Setiap 2 jam di
neurologis,
ICU
status cairan
Suhu, CBC
Suhu setiap 8
jam ; CBC setiap
hari
Nyeri (dada
Setiap 8 jam
atau betis)
Semua
Elektrolit dan
Hingga tiap hari
ECG
Untuk
komplikasi
infeksius
seperti
UTI
atau
pneumonia
Untuk DVT,
MI,
sakit
kepala akut
Untuk
tidak
seimbangnya
cairan
dan
elektrolit,
ritme kardiak
tidak normal
Pendarahan
setiap hari,
Heparin untuk Pendarahan,
platelet jika
profilaksis DVT platelet
diduga
trombositopenia
Keterangan : CBC, complete blood count; DVT, deep vein thrombosis; ECG,
electrocardiogram; ERDP/ASA, extended-release dypridamole plus aspirin; Hb,
hemoglobin; Hct, hematocit; ICP, intra cranial pressure; ICU, intensive care unit;
INR, internazionale normalized ratio; SAH, suparachnoid hemorrage.
Pada fase pemulihan pasien, seorang neurologist akan memberikan obatobatan untuk menekan resiko komplikasi (bila perlu), seperti obat anti hipertensi,
pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan di dalam kepala, dan terapi
terapi lainnya. Program rehabilitasi akan diaplikasikan agar fungsi pemulihan
pasien menjadi lebih cepat. Fungsi dan peran ini harus dilakukan dengan optimal
bersama- sama keluarga pasien, karena pemulihan yang optimal pasca serangan
stroke akan terjadi dalam 3 bulan, sehingga hasil keluaran yang didapat akan
menentukan fungsi atau sisa kecacatan yang tersisa dari serangan stroke.
F.
Penanganan Stroke
Dalam menentukan tindakan yang tepat terhadap pasien stroke, perlu
Hal-hal utama yang menjadi prinsip umum dalam pengobatan stroke antara
lain:
1) Memastikan bahwa saluran pernapasan dan jantung pasien dalam
keadaan baik atau terbantu (dengan alat) dengan baik.
2) Menetapkan dengan cepat apakah stroke yang ditangani merupakan
iskemik atau hemoragik berdasarkan pemeriksaan penunjang CT Scan.
3) Pasien yang mengalami peningkaan tekanan darah tidak perlu diberi
tindakan kecuali jika telah melebihi 220/120 mmHg atau terbukti ada
pembedahan aorta, infark miokard akut, edema paru, ensefalopati
hipertensif.
4) Pasien hemoragik subaraknoid harus segera ditentukan apakah ada
kemungkinan terjadi aneurisme. Jika dengan angiografi ditemukan
adanya aneurisme, perlu dilakukan coiling atau clipping endovaskuler
melalui craniotomy untuk mencegah perdarahan terjadi kembali.
Sedangkan,
pada
kejadian
hemoragik
intraserebral,
pasien
adalah
berusaha
jenis syok dapat terjadi pada pasien trauma dan yang tersering adalah syok
hipovolemik karena perdarahan. Syok kardiogenik juga bisa terjadi pada
pasien-pasien yang mengalami trauma di atas diafragma dan syok
neurogenik dapat disebabkan oleh trauma pada sistem saraf pusat serta
medula spinalis. Syok septik juga harus dipertimbangkan pada pasien-pasien
trauma yang datang terlambat untuk mendapatkan pertolongan.
B. Stadium Syok
1. Kompensasi
Komposisi tubuh dengan meningkatkan reflek syarpatis yaitu
meningkatnya resistensi sistemik dimana hanya terjadi detruksi selektif pada
organ penting. TD sistokis normal, dioshalik meningkat akibat resistensi
arterial sistemik disamping TN terjadi peningkatan skresi vaseprsin dan
aktivasi sistem RAA. menitestasi khusus talekicad, gaduh gelisah, kulit
pucat, kapir retil > 2 dok.
2. Dekompensasi
Mekanisme komposisi mulai gagal, cadiac sulfat made kuat perfusi
jaringan memburuk, terjadilah metabolisme anaerob. karena asam laktat
menumpuk terjadilah asidisif yang bertambah berat dengan terbentuknya
asan karbonat intrasel. Hal ini menghambat kontraklilitas jantung yang
terlanjur pada mekanisme energi pompo Na+K di tingkat sel. Pada syock
juga terjadi pelepasan histamin akibat adanya smesvar namun bila syock
berlanjut akan memperburuk keadaan, dimana terjadi vasodilatasi disfori &
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga volumevenous retwn berkurang
yang terjadi timbulnya depresi muocard. Maniftrasi klinis : TD menurun,
porfsi teriter buruk olyserci, asidosis, napus kusmail.
3. Irreversibel
Gagal kompensasi terlanjut dengan kematian sel dan disfungsi sistem
multiorgan, cadangan ATP di keper dan jantung habis (sintesa baru 2 jam).
terakhir kematian walau sirkulasi dapat pulih manifestasi klinis : TD
taktenkur, nadi tak teraba, kesadaran (koma), anuria.
C. Tanda Dan Gejala
1. Sistem Kardiovaskuler
Sistem Respirasi
Pernapasan cepat dan dangkal.
D. Manifestasi Klinis
Secara umum manifestasi klinis syock yang muncul antara lain : pucat,
bingung, coma tachicardy, Sianosis, Arithnia gagal jantung kongestif,
Berkeringat, takipneu, Perubahan suhu, Oedem paru, Gelisah, Disorientasi.
Sedang manifestasi klinis lain yang dapat muncul
1. Menurunnya filtrasi glomerulus
2. menurunnya urin out put
3. meningkatnya keeping darah
4. asidosis metabolic
5. hyperglikemi
E. Jenis Syok
1. Syok Hypovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi
kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ
failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling
berespon terhadap
perdarahan
akut
dengan
cara
Syok Kardiogenik
a. Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung
yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama
sekali.
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau
gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan
yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan
penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung,otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi
ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai
komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada temponade jantung, emboli
paru, kardiomiopati dan disritmia. (Brunner & Suddarth, 2001)
b.
Etiologi
Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non
koroner. Koroner, disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan Nonkoroner disebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade
jantung, dan disritmia.
c.
Manifestasi Klinis
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang
mengakibatkan
gangguan
berat
pada
perfusi
jaringan
dan
ketidakseimbangan
antara
kebutuhan
dan
suplai
oksigen
Patofisiologi
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi
3.
a.
Syock Neurogenik
2)
Syock anafilaktik
3)
Syok Septik
5. ISKEMIA JANTUNG
A. Pengertian
Penyakit iskemia jantung (PIJ) didefinisikan sebagai kekurangan
oksigen dan penurunan atau tidak adanya aliran darah ke miokardium yang
disebabkan oleh penyempitan atau terhalangnya arteri koroner. PIJ dapat
terjadi pada gejala koroner akut (GKA), yang melibatkan angina tidak stabil
dan infark miokardial akut (IMA) berhubungan dengan perubahan ECG
baik pada peningkatan bagian ST (STEMI) atau peningkatan bagian non-ST
(NSTEMI). PIJ dapat muncul juga sebagai miokardial infark (MI), angina
eksersional stabil kronis, iskemia tanpa gejala, atau iskemia disebabkan
vasospasmus arteri koroner (angina Prinzmetal atau varian).
B. Patofisiologi
GAMBAR 11-1. anatomi arteri koroner (dari tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JR, eds Tintinalli Darurat Kedokteran:
Sebuah Panduan Studi Komprehensif 6th ed New York:... McGraw-Hili, 2004:334).
mengetat dan napas memendek dapat juga terjadi. Sensasi tersebut biasanya
berlangsung dari 30 detik sampai 30 menit.
Faktor yang mempercepat reaksi termasuk olahraga, lingkungan yang
dingin, berjalan setelah makan, perasaan kesal, takut, marah dan koitus.
Pengurangan rasa sakit dengan istirahat dan dalam waktu 45 detik sampai 5
menit setelah konsumsi nitrogliserin.
Pasien dengan angina varian atau Prinzmetal sekunder terhadap
spasmus koroner lebih sering mengalami sakit pada kondisi istirahat dan
pada waktu pagi hari. Rasa sakit biasanya tidak selalu terjadi karena
penggunaan energy atau emosi stress, dan tidak dapat selalu diredakan
dengan istirahat; pola ECG pada waktu serangan dengan peningkatan bagian
ST daripada penurunannya.
Angina tidak stabil dibagi atas resiko kategori rendah, menengah atau
tinggi untuk kematian jangka pendek atau IM tidak fatal. Ciri-ciri angina
tidak stabil resiko tinggi termasuk (tapi tidak terbatas) :
1. Percepatan tempo gejala iskemia sebelum 48 jam
2. Sakit pada kondisi istirahat lebih dari 20 menit
3. Usia lebih dari 75 tahun
4. Perubahan bagian ST
5. Penemuan klinis udema pulmonary, pengeluaran mitra;, S3, suara dari
dada, hipotensi, bradikardia, atau takikardia
Kejadian iskemia bisa juga tanpa rasa sakit, atau diam, setidaknya
pada 60 % pasien, mungkin disebabkan oleh nilai ambang yang tinggi dan
toleransi rasa sakit pada pasien yang mengalami rasa sakit lebih sering.
D. Diagnosis
Aspek penting dari catatan klinik termasuk di dalamnya sifat atau
kualitas sakit dada, faktor-faktor yang mempercepat, durasi, penyebaran
rasa sakit, dan respon pada nitrogliserin atau istirahat. Muncul sedikit
hubungan antara tampilan angina dengan keparahan atau keterlibatan jumlah
pembuluh darah koroner. Sakit dada iskemia bisa menyerupai rasa sakit
yang muncul dikarenakan sumber non-kardiak yang bervariasi, dan
perbedaan diagnosis dari rasa sakit angina dari etiologi lain bisa sulit jika
hanya berdasarkan catatan saja.
Pasien harus ditanyakan tentang faktor-faktor resiko personal yang bisa
menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK), termasuk kebiasaan
B. Patofisiologi
bentuk helai fibrin. Faktor XIIIa berikatan kovalen dengan obligasi ini
satu sama lain. Pengendapan fibrin local bentuk meshwork yang
menyelubungi agregat trombosit mementuk gumpalan darah stabil yang
terbebas cedera pembuluh darah dan mencegah kehilangan.
Kolagen-Trombosit
diaktifkan
IX
TF/VIIa
Trombin
Xa/Va
Protombin
Trombin
(melacak
jumlah)
Va
VIII/Vwf
vWF
VIIa +
Kolagen/Trombin-Trombosit
diaktifkan
Xia
IXa/VIIa
X
IX
Xa/Va
Protombin
Trombin
(jumlah banyak)
Fibrinogen
Fibrin
Gambar 14-1. Koagulasi cascade (TF, faktor jaringan, Vwf, von Willebrand
factor)
Meskipun thrombus dapat dari dalam setiap bagian dari sirkulasi vena,
mayoritas trombus dimulai pada ekstremitas bawah. sekali terbentuk,
thrombus vena may (1) tetap asimtomatik, (2) melisiskan spontan, (3)
menghalangi sirkulasi vena, (4) merambat ke pembuluh darah yang
lebih proksimal, (5) emboli, atau (6) bertindak dalam kombinasi cara
ini. bahkan pasien tanpa gejala mungkin mengalami konsekuensi logpanjang, seperti sindrom postthrombotic dan VTE berulang.
C. Klinis
Banyak pasien dengan VTE pernah mengembangkan gejala-gejala dari
kejadian akut.
Gejala DVT meliputi pembengkakan unilateral kaki, nyeri, nyeri,
eritema, dan kehangatan. Tanda-tanda fisik mungkin termasuk kabel
jangka
panjang
DVT
D.
Diagnosa
4) D-dimer adalah produk degradasi bekuan darah fibrin dan tingkat darah
secara substansial meningkat pada pasien dengan trombosis akut.
Meskipun uji D-dimer adalah penanda yang sangat sensitif dari
pembentukan bekuan, peningkatan kadar dapat hasil dari berbagai
kondisi lain (misalnya, operasi baru atau trauma, kehamilan dan
kanker). Oleh karena itu, tes negatif dapat membantu menyingkirkan
diagnosis VTE, tetapi tes positif bukan bukti konklusif dari diagnosis.
7. GAGAL JANTUNG
A. PENGERTIAN
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi
untuk metabolisme jaringan tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam
jantung masih cukup tinggi.
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadp oksigen dan nutrien. (Diane C.Baughman dan Jo Ann C.
Hockley, 2000)
Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat
jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwal)
Kelainan primer pada gagal jantung adalah berkurang atau hilangnya
sebagian fungsi miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung.
Ada beberapa definsi gagak jantung, namun tidak ada satupun yang benarbenar memuaskan semua pakar atau klinisi yang menangani masalah gagal
jantung. Gagal jantung adalah suatu keadaan ketik jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebtuhan tubuh, meskipun
tekanan pengisian vena normal. Namun, definisi-definisi lain menyatakan
bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang tebatas pada satu system
organ, malainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang di
tandai dengan respon hemodinamik, renal, neural dan hormonal, serta suatu
keadaan patologis dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan
jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya
data memenuhinya dengan meningkatkan tekanan pengisian.
Gagal jantung di kenal dengan beberapa istilah, yaitu:
1. Gagal jantung kiri: terdapat bendungan paru,hipotensi,
dan
2.
3.
2.
3.
kebutuhan
yang
Gejala :
dan asites.
Berat badan bertambah
Penambahan cairan badan
Kaki bengkak (edema tungkai)
Perut membuncit
Perasaan tidak enak pada epigastrium.
Edema kaki
Asites
Vena jugularis yang terbendung
Hepatomegali
anak
merupakan
curah
kebutuhan
jantung
(cardiac
metabolisme
output=CO)
tubuh.
dalam
Penurunan
CO
2.
3.
korpulmonal
Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung,
yaitu :
a. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa
terjadi secara tunggal atau bersamaan yaitu:
Beban tekanan
Beban volume
Tamponade jantung atau konstriski perikard, jantung tidak
dapat diastole
Obstruksi pengisian ventrikel
Aneurisma ventrikel
Disinergi ventrikel
Restriksi endokardial atu miokardial
jantung
tidak
mampu
memompa
memenuhi
kebutuhan
beberapa
mekanisme
ruang jantung, tahanan pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung.
Kondisi ini juga menyebabkan aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh
yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh ginjal dan aktivasi system
saraf adrenergik. Kemampuan jantung untuk memompa darah guna
memenuhi kebutuhan tubuh ditentukan oleh curah jantung yang dipengaruhi
oleh empar faktor yaitu: preload; yang setara dengan isi diastolik akhir,
afterload; yaitu jumlah tahanan total yang harus melawan ejeksi ventrikel,
kontraktilitas miokardium; yaitu kemampuan intrinsik otot jantung untuk
menghasilkan tenaga dan berkontraksi tanpa tergantung kepada preload
maupun afterload serta frekuensi denyut jantung.
Dalam hubungan ini, penting dibedakan antara kemampuan jantung
untuk memompa (pump function) dengan kontraktilias otot jantung
(myocardial function). Pada beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan
sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada
otot jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung
intrinsik tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena
beban jantung yang ringan. Pada awal gagal jantung, akibat CO yang
rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan
sistem renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin
yang
kesemuanya
merupakan
mekanisme
kompensasi
untuk
akan
gangguan