Disusun oleh:
1. Alfi Nur Baeti
2. Susanti Lestari
3. Juhrotun Solekha
4. Yoga Reynastu
NIM. 6411414030
NIM. 6411414036
NIM. 6411414038
NIM. 6411414040
PRAKATA
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Gizi Kesehatan
Masyarakat. Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca mengetahui
tentang masalah gizi berupa gangguan akibat kekurangan yodium atau sering
dikenal dengan GAKY.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
membantu, memberi semangat, dan motivasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun untuk
perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi penulis
dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
PRAKATA........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1 Epidemiologi GAKY......................................................................................4
2.2 Penyebab GAKY............................................................................................7
2.3 Faktor Resiko..................................................................................................9
2.4 Perjalanan Penyakit.......................................................................................11
2.5 Klasisfikasi GAKY........................................................................................12
2.6 Dampak GAKY.............................................................................................13
2.7 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan......................................................14
BAB III PENUTUP.............................................................................................16
3.1 Simpulan........................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang
timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terusmenerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama tumbuh kembang
anak. Pada tahun 2003 lebih dari 1,9 miliar individu di seluruh dunia
diperkirakan mengalami kekurangan yodium, dengan 285 juta di antaranya
merupakan anak usia sekolah. World Health Organization (WHO)
melaporkan sejumlah 54 negara memiliki populasi dengan kekurangan
yodium. Salah satunya adalah Indonesia, yang dikategorikan sebagai daerah
kekurangan yodium ringan.
Survey nasional GAKY pada tahun yang sama menunjukkan 11,1% anak usia
sekolah mengalami kekurangan yodium berdasarkan nilai Total Goitre Rate
(TGR). Pemetaan GAKY di Jawa tengah pada tahun 2004 menunjukkan
sekitar 15,6 juta penduduk Jawa Tengah tinggal di daerah kekurangan
yodium. Berdasarkan pemetaan tersebut, Kabupaten Wonosobo termasuk
daerah endemis sedang dengan TGR mencapai 25,49%. GAKY dapat
diidentifikasikan dengan adanya gondok/goiter, kretin, tingginya angka
kematian bayi dan menurunnya tingkat kecerdasan (IQ).
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian GAKY adalah asupan yodium,
tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, cara perlakuan garam yodium
seperti penyimpanan dan pengolahan serta faktor lingkungan yaitu daerah
dataran tinggi. Pengetahuan tentang gizi dapat menentukan dalam pemilihan
makanan, apabila pengetahuan seseorang rendah maka akan menyebabkan
pemilihan makanan yang salah. Bertambahnya pengetahuan mengenai gizi,
maka seseorang akan berkemampuan untuk menerapkan informasi yang telah
didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari (Wardani, 2009).
Cara penambahan garam pada saat memasak juga akan mempengaruhi jumlah
yodium pada suatu masakan. Kehilangan yodium pada saat proses pemasakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi GAKY
Garam beryodium adalah garam yang telah diIodisasi sesuai dengan SNI dan
mengandung yodium sebanyak 30ppm untuk konsumsi manusia atau ternak
dan industri pangan. Di Indonesia, upaya penanggulangan GAKY difokuskan
pada peningkatan konsumsi garam beryodium. Target yang harus dicapai
dalam program penanggulangan GAKY ini yaitu:
1. 90% rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup (>30 ppm)
secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota.
2. Median EYU secara rata-rata nasional propinsi dan kabupaten/kota adalah
100-299 g/L.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, menunjukkan bahwa cakupan konsumsi
garam mengandung yodium cukup (30ppm) masih jauh dari target USI
(Universal salt Iodization) 90%. Yaitu baru tercapai 62,3% rumah tangga di
Indonesia yang mengonsumsi garam beriodium. Bahkan, dari sampel di 30
Kabupaten/Kota, hanya 24,5% rumah tangga yang menggunakan garam
beriodium sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni 30-80 ppm KIO3.
Demikian pernyataan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. Trihono, MSc, pada
pembukaan Seminar Nasional Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
di Yogyakarta, Kamis pagi (29/11). Kabalitbangkes menyebutkan, terdapat
enam provinsi yang sudah mencapai target konsumsi garam beryodium,
diantaranya Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Gorontalo, dan Papua Barat.
Angka kejadian GAKY lebih sering ditemukan di daerah pegunungan, hal ini
dikarenakan komponen tanahnya yang sedikit mengandung yodium.
Kandungan yodium yang rendah di pegunungan disebabkan terjadinya
pengikisan yodium oleh salju atau air hujan, sehingga hal tersebut
menyebabkan pula kandungan yodium dalam makanan juga sangat rendah.
Air tanah, air dari sumber mata air, atau air dari sungai di daerah pegunungan
tidak mengandung yodium yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh
manusia, demikian pula halnya dengan ternak serta tanaman yang tumbuh di
pegunungan hampir tidak mengandung yodium sama sekali. Karena sebab
itulah, maka angka kejadian GAKY lebih sering ditemukan di daerah
pegunungan dibandingkan dengan daerah pantai.
Namun saat ini, terjadi perubahan pola daerah endemik GAKY. Berdasarkan
hasil
studi
epidemiologi
GAKY
menunjukkan
bahwa telah
terjadi
Hydrargyrum=Hg
dan
Cadmium=Cd),
polychlorinated
penafsiran
efek
defesiensi
selenium
pada
gondok.
Suatu
disebabkan oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energi akan
diambil dari asupan protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin)
merupakan alat transport hormon tiroid. Protein transport berfungsi
mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dan sebagai cadangan
hormon.
Dengan adanya defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai
tahap dalam sintesis
(Djokomoelyanto, 1994).
4. Pangan Goitrogenik
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan
fungsi hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
zat goitrogenik menghambat uptake yodida anorganik oleh kelenjar tiroid.
Seperti tiosianat dan isotiosianat menghambat proses tersebut karena
berkompetisi dengan yodium.
Ada dua jenis zat goitrogenik yang berasal dari bahan pangan yaitu:
a) Tiosianat terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung,
ketela rambat dan jewawut, singkong
b) Isotiosianat terdapat pada kobis.
hormon
dan
halogenasi
misalnya
pegunungan biasanya miskin akan yodium karena lapisan paling atas dari
tanah yang mengandung yodium terkikis dari waktu ke waktu. Sebaliknya
tanah di dataran rendah kemungkinan terkikis lebih kecil sehingga diduga
kandungan yodium masih normal. Di daerah rawa diharapkan tidak terjadi
pengikisan tanah sehingga kadar yodium tanah dan air cukup tinggi.
2. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Faktor lingkungan yang terpenting adalah agen agen goitrogen. Goitrogen
adalah zat atau bahan yang dapat mengganggu pembentukan hormon
tiroid, sehingga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid (gondok)
(Djokomoelyanto, 1998 a). Terdapat 2 jenis goitrogen yaitu; goitrogen
alami dan sintetis. Goitrogen alami yang paling penting adalah singkong
dan kubis. Sedangkan goitrogen sintetis adalah insektisida, organoklor
(DDT, ODD, dan Dieldrin), fungisida dan antibiotik (tetrasiklin)
(Matovinovic, 1998).
Pengaruh Goitrogen Alami
Goitrogen alami dapat kelompokkan menjadi 3:
a) Kelompok tiosianat atau senyawa mirip tiosianat yang secara primer
menghambat mekanisme transport aktif iodium ke dalam kelenjar tiroid.
Makanan-makanan tinggi tiosianat adalah singkong, jagung, rebung, ubi
jalar dan buncis besar.
b) Kelompok tiourea, tionamide, tioglicoside, bioflavonoid dan disulfide
alifatik. Kelompok ini bekerja menghambat organifikasi yodium dan
penggabungan yodotirosin dalampembentukan hormone tiroid aktif.
Kelompok ini ditemukan dengan konsentrasi tinggi dalam bahan makanan
seperti: sorgum, kacang-kacangan, bawang merah dan garlic.
c) Kelompok yodida. Senyawa ini bekerja pada proses proteolisis dan rilis
hormone tiroid.
Pengaruh Faktor Goitrogen Sintetis.
Goitrogen sintetis adalah goitrogen yang berasal dari produk obat-obatan
seperti obat anti tiroid (thiourasil dan thiourea) atau bahan kimia seperti
insektisida atau pestisida yang sering digunakan petani untuk membunuh
hama. Penelitian yang dilakukan didaerah pantai Karawang (Sukati, 2001),
mengamati bahwa petani tambak bandeng dalam mematikan ikan predator
agar tidak mengganggu pertumbuhan bandeng sering menggunakan obat.
Ada 2 macam obat yang biasa digunakan yakni: thioda dan obat biru.
Keduanya banyak mengandung chlor. Ikan kecil yang mati akibat obat
tersebut dikonsumsi oleh masyarakat di sekitar tambak tersebut.
3. Faktor Zat Gizi Lain
Faktor Unsur Kelumit (Trace Elemen)
Timbulnya gondok endemik tidak hanya disebabkan oleh faktor geografis
dan lingkungan dapat juga disebabkan oleh faktor unsur kelumit seperti
timah hitam (Pb), air raksa (Hg), tembaga (Cu) dan selenium (Se). Faktor
unsur kelumit yang penting adalah unsur selenium (Se). Defisiensi Se
dapat menyebabkan tubuh rentan terhadap masuknya unsur Pb, Hg dan
Cu. Asupan yang berlebih dari Pb dapat menghambat pembentukan
hormon tiroid karena Pb akan membentuk ikatan yang kuat dengan
yodium (Wardoyo).
Faktor Kurang Energi Protein (KEP) dan Kurang Vitamin A
(KVA).
Untoro mengungkapkan
bahwa
terdapat
kemungkinan
gangguan
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6meter atau lebih.
2.6 Dampak GAKY
GAKY tidak hanya menyebabkan pembesaran kelenjar gondok tetapi juga
berbagai macam gangguan lain. Kekurangan yodium pada ibu yang sedang
hamil dapat menyebabkan abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi,
meningkatkan angka kematian prenatal, melahirkan bayi keratin. Kekurangan
11
berupa
retardasi,
gangguan
pendengaran
sampai
bisu
tuli,
12
Dampak sosial lain yang lebih besar yaitu sulitnya penderita untuk dididik san
dimotivasi karena rendahnya perkembangan mentalsehingga apabila berada
dalam lingkungan yang buruk akan lebih cepat terpengaruh atau terlibat
kriminalitas.
2.7 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Mengingat masalah Gaky terutama disebabkan karena lingkungan yang
miskin sumber yodium, maka upaya penanggulangan ditekankan pada
suplementasi yodium baik secara oral, melalui garam beryodium maupun
secara parentral melalui preparat yodium dosis tinggi (Kresnawan, 1993).
Kegiatan Gaky yang dilaksanakan antara lain meliputi :
a. Upaya Jangka Pendek
Pemberian kapsul minyak beryodium kepada penduduk wanita umur 0
35 tahun, pria 0 20 tahun sesuai dengan dosis yang telah ditentukan,
pemberian ini terutama kepada penduduk di daerah endemik berat dan
sedang.
b. Upaya Jangka Panjang
Iodisasi garam merupakan kegiatan penanggulangan Gaky jangka panjang.
Program untuk meyodisasi garam konsumsi dimulai tahun 1975, dan
pelaksanaan program mulai tahun 1980 dikelola oleh perindustrian. Tujuan
dari program ini adalah semua garam yang dikonsumsi oleh masyarakat
baik yang menderita maupun yang tidak dan garam beryodium tersedia
diseluruh wilayah Indonesia. (Departemen Perindustrian, 1983).
Selain dengan upaya pencegahan yang telah dijelaskan diatas, pencegahan
masalah GAKY juga dapat dilakukan dengan makan makanan yang kaya
akan kandungan yodium alami seperti ikan, makanan laut dan ganggang
laut serta tanaman yang tumbuh di daerah dengan tanah yang mengandung
yodium, garam beryodium dan suplemen yang mengandung yodium.
Pemerintah Indonesia merekomendasikan agar semua wanita usia subur
(WUS) didaerah yang kekurangan iodium harus menerima suplemen
iodium setiap 6 bulan dari puskesmas. Anak-anak dan wanita hamil
harus
datang
kepuskesmas
secara
rutin
untuk
memantau
13
menyampaikan
unsur
iodium
ini
pada
pil,
penduduk
dimasukkan
yang
dalam
dan
dalam
garam
beryodium
mengandung iodium.
Di Indonesia digunakan garam beryodium dengan kadar yodium 50 ppm.
Dengan demikian jumlah ini sudah mencukupi untuk pengobatan maupun
pencegahan. Cara ini merupakan cara terpilih dan menjadi cara pencegahan
jangka panjang bagi Indonesia. Meskipun secara teoritis cara ini sangat baik,
tetapi dalam pelaksaannya ternyata banyak hambatan,antara lain harga yang
agak lebih tinggi, penyebaran yang harus kontinu, letak
yang
sulit
dijangkau,
yang
mengandung
pengetahuan
iodium
dan
geografis
masyarakat tentang
daerah
jenis
garam
iodium yang dibutuhkan dan kandungan iodium dalam garam dapur seharihari. Ada beberapa
pendapat
yang salah
kenyataannya
mengkonsumsi
yodium,
melalui
garam
tidak
cukup
serta
rumput
untuk
makanan
14
berisiko,
walaupun
mudah
multidisiplin,
epidemiologi,
untuk
baik
menemukan
klinis,
cara
dengan
eksperimental maupun
yang
terjamin
dan
mudah
pada
tahun
1924,
hampir
semua
industri
garam
nasional
beryodium
didemonstrasikan
pada
tahun
1950
pada
studi
garam
Internasional
beryodium
seperti
mulai
UNICEF
diterima
mulai
pada tahun
1980
menekankan pemakaian
daerah
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh walaupun dalam jumlah yang relative kecil. Namun apabila
diabaikan dapat menimbulkan efek atau dampak yang cukup berpengaruh
dalam kehidupan semua orang.
2. GAKY merupakan masalah gizi yang sangat serius, karena dapat
menyebabkan berbagai penyakit gangguan seperti gondok, kreatinisme dan
keterlambatan pertumbuhan dan kecerdasan.
3. Dampak GAKY terhadap permasalahan di lingkungan masyarakat :
a. Pengaruh GAKY terhadap Kelangsungan Hidup.
b. Pengaruh GAKY terhadap Perkembangan Intelegensia.
c. Pengaruh GAKY terhadap Perkembangan Sosial.
d. Pengaruh GAKY terhadap Perkembangan Ekonomi
4. Garam beryodium adalah garam yang telah diIodisasi sesuai dengan SNI dan
mengandung yodium sebanyak 30 ppm untuk konsumsi manusia atau ternak
dan industri pangan.
5. Di Indonesia, upaya penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatan
konsumsi garam beryodium.
3.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah sebaiknya lebih gencar lagi melakukan sosialisasi
penggunaan program garam beryodium dan pembagian kapsul minyak
beryodium agar menurunkan angkat GAKY di Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat harus mulai sadar penggunaan garam beryodium untuk
memenuhi kebutuhan yodium bagi tubuh dengan program pemerintah
yang sudah di rencanakan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17