Anda di halaman 1dari 38

Lakon

Governoor Djenderal Von Batavia

(Inspektur Jenderal)
Karya Nikolai Gogol

DRAMATIC PERSONAE
Toean Residen
Ny. Residen (Istri Toean Residen)
Siti Djoebaidah (Anak Residen)
H. Agoes Salim (Pengawas sekolah)
Mr. Roeslan (Hakim)
Toean Dahlan (Pengawas lembaga sosial)
Abdoer Rozak (Kepala Pos)
Mat Awal (Toean Tanah)
Mat Akhir (Toeam Tanah)
Tengkoe Noerzaim Manaf (is like Governoor Djenderal)
Oedin (Osip)
Dokter
Pratav Sigh (Saoedagar)
Rebo (Pelayan Residen)
Minche (Pelayan hotel)
Sersan Hasan (Polisi 1)
Sersan Hoesein (Polisi 2)
Para Saoedagar, dan pejabat lainnya.

2 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

BABAK PERTAMA
ADEGAN 1
SEBUAH RUANGAN DI RUMAH TUAN RESIDEN PENGAWAS LEMBAGALEMBAGA SOSIAL, PENGAWAS SEKOLAH, HAKIM, KAPTEN POLISI, DOKTER
DAERAH, DAN DUA ORANG POLISI RESIDEN : TUAN-TUAN SAYA UNDANG KE
MARI UNTUK MENDENGARKAN SEBUAH BERITA YANG SANGAT TIDAK
MENYENANGKAN; SEORANG GOVERNOR DJENDERAL AKAN DATANG
BERKUNJUNG KEMARI.
MR. RUSLAN :
Apa, seorang governoor?
TN. DAHLAN :
Apa, seorang governoor?
RESIDEN :
Seorang governoor von Batavia incognito. Dengan tugas
Rahasia.
MR. RUSLAN :
Ini baru namanya celaka.
TN. DAHLAN :
Seolah-olah beban kita belum cukup berat.
H. A. SALIM :
Ya, Tuhan. Dengan tugas rahasia lagi?
Residen :
Saya punya firasat. Semalam-malaman aku bermimpi dua ekor tikus yang besar sekali. Betul,
belum pernah saya melihat tikus seperti itu; hitam dan besar bukan alang kepalang. Mereka
datang mencium-cium di sana-sini lalu pergi lagi. Dan kini saya akan membacakan sepucuk
surat yang ku terima dari Mr. Swandono, yang juga kau kenal, Tuan Dahlan. Begini
bunyinya: Sahabat baik, Bapak angkat dan pelindung,
(ia menggumam beberapa kalimat dengan cepat, lalu)
. Dan untuk memberi tahu anda . Ah, ini dia. sambil lalu, saya buru-buru memberi tahu
anda, bahwa seorang governoor sudah dating dari Batavia dengan tugas menyelidiki seluruh
wilayah, terutama karisidenan kita.
(mengangkat jarinya)
Saya mendapat kabar ini dari orang-orang yang paling dapat dipercaya, biarpun ia datang
sebagai orang biasa. Karena saya tahu, bahwa seperti orang lain, anda juga punya kelemahankelemahan, karena anda adalah seorang yang cerdik dan tidak mau kelepasan segala sesuatu
yang berenang ke dalam tangan anda.
3 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

(setelah diam sebentar)


ini pihak yang bersimpati Saya nasehatkan supaya anda mengadakan persiapan-persiapan,
karena ia bisa datang dan menginap dimana sajaKemarin saya Selanjutnya hanya soalsoal keluarga: Misan Fatimah telah datang mengunjungi kami bersama suaminya; Ahmad
sudah besar sekali dan ia tak henti-hentinya main bola. Dan sebagainya dan sebagainya.
Keadaan ini genting.
MR. RUSLAN :
Ya, kegentingan yang luar biasa. Betul-betul luar biasa. Ada udang di balik batu.
H. A. SALIM :
Tapi, Tuan Residen, buat apa? Buat apa seorang Governoor Djenderal dikirim kemari?
Residen : Untuk apa? Jelas ini nasib.
(menarik nafas panjang)
sampai saat ini berkat pertolongan Tuhan, mereka Cuma mencampuri urusan daerah lain.
Tapi kini giliran daerah kita.
MR. RUSLAN :
Kukira, Tuan Residen, dalam hal ini ada latar belakang yang halus dan bersifat politik.
Artinya begini: BataviaYa Batavia akan perang. Dan kementerian telah mengirimkan
pejabat ini untuk meneliti apa ada penghianatan yang direncanakan.
RESIDEN :
Dari mana kau dapat cerita itu? Kau betul-betul pintar. Penghianatan di sebuah kota
pedalaman. Apa ini kota perbatasan? Kita bisa berpacu selama tiga tahun dari sini, masih juga
akan sampai ke luar negeri ini.
MR. RUSLAN :
Tidak, kalian tidak mengerti. . . tidak . . . Batavia punya fikiran cerdik, biarpun jarak itu jauh,
mereka tidak mau nasib-nasiban.
RESIDEN :
Betul atau tidak pokoknya tuan-tuan sudah saya peringatkan. Begini: saya sudah membuat
persiapan. Dan kalian saya nasihatkan supaya melakukan hal yang sama. Terlebih kau Tuan
Dahlan. Tidak sangsi lagi pejabat yang lewat itu pasti terlebih dulu memeriksa lembagalembaga sosial yang berada dibawah pemerintahan kita. Jadi lebih baik kau usahakan
supaya semuanya dalam keadaan baik: kopiah-kopiah tidur harus bersih, dan pasien-pasien
yang ada jangan seperti tukang besi, seperti biasanya berada antara sesama mereka.
TN. DAHLAN :
Baik, mereka boleh memakai kopiah tidur yang bersih kalau kau inginkan.
RESIDEN :
Ya. Dan di atas setiap tempat tidur tulisan dalam bahasa Belanda, atau bahasa apa yang mirip
dengan bahasa ituitu tugasmu. Syarir nama dari masing-masing penyakit kalau orang
yang menempati kamar itu sakit, beserta tanggal, hari, minggu dan bulan. . . pasien-pasienmu
4 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

punya kebiasaan buruk untuk menghisap tembakau yang begitu keras hingga kita bersin kalau
kita masuk. Ya, dan akan lebih baik kalau jumlah mereka tidak begitu banyak. Orang akan
menyalahkan pengawasan yang kurang baik atau dokternya yang kurang cakap. Tn. Dahlan :
Sebegitu jauh, yang menyangkut soal kedokteran, Syahrir dan aku sudah melakukan
tindakan-tindakan makin dekat kita pada alam, makin baik. Kita tidak menggunakan obatobatan yang mahal. Manusia adalah mahluk yang bersahaja: jika dia harus mati, maka dia
akan mati. Jika harus sembuh maka ia akan sembuh dengan sendirinya. Lagi pula buat
Syahrir sulit sekali untuk bicara dengan mereka: ia tidak mengerti bahasa Belanda sama
sekali.
SYAHRIR MENGELUARKAN SUARA YANG MIRIP DENGAN BUNYI I DAN E
RESIDEN :
Saya juga ingin menasihatkan padamu Mr. Ruslan, supaya lebih memberikan perhatian pada
gedung pengadilan. Di ruang dimana orang-orang yang mengadu biasanya datang, pegawai
penjaga sudah menternakan angsa, dan angsa ini selalu menyeruduk di bawah kaki kita kalau
kita lewat. Memang terpuji kalau setiap orang menjaga usaha rumah tangganya dan mengapa
seorang penjaga tidak boleh berbuat begitu. Cuma di tempat seperti itu kurang cocok. . .
sebetulnya saya sudah lama mau minta perhatian mu untuk itu, tapi saya selalulupa.
MR. RUSLAN :
Baik, nanti saya perintahkan supaya angsa itu dikirim ke Dapur saya hari ini juga. Kau boleh
makan di rumah kalau anda mau.
RESIDEN :
Di samping itu, tidak enak dilihat mata, kalau ada segala macam kotoran berkeringan di
ruang sidang. Dan sebuah cambuk perburu tergantung di dekat lemari tempat menyimpan
dokumen-dokumen. Saya tahu kau senang berburu, tapi sungguhpun begitu untuk sementara
waktu cambuk itu lebih baik anda pindahkan. Kalau Governoor Djenderal itu sudah pergi
boleh kau pasang lagi di sana. Dan Panitera mu juga begitu. . . . memang ia orang yang
banyak pengetahuan, tapi baunya persis bau orang yang baru datang dari pabrik minuman
itu tidak baik. Sebetulnya saya sudah lama mau menyampaikannya pada mu, tapi entah apa
sebabnya, selalu teralih pada soal-soal lain. Ada obat untuk mengatasi bau ini, kalau seperti
katanya, bau itu memang bau badan yang asli. Anjurkan ia makan bawang putih atau apa saja.
Dalam hal ini Syahrir bisa membantu
dengan obat-obatnya.
SYAHRIR MENGELUARKAN SUARA YANG SAMA
MR. RUSLAN :
Tidak, tidak bisa dihilangkan. Katanya, waktu ia masihkecil inang pengasuhnya telah
membenturkan kepalanya dan semenjak itu, ia sedikit berbau vodka.
RESIDEN :
Saya hanya minta perhatianmu. Mengenai persiapanpersiapan intern dan apa yang dikatakan
Jafar kelemahan-kelemahan kecil, saya tidak bias mengatakan apa-apa, dan kukira juga edan
untuk membicarakan itu, karena tidak ada manusia yang tidak punya kelemahan atau
kekurangan. Tuhan sendiri sudah menentukan begitu, dan pengikut Voltair telah membuat
kesalahan besar dengan mengatakan sebaliknya.

5 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

MR. RUSLAN :
Menurut anda apa yang dimaksud dengan kelemahankelemahan, Tuan residen? Dosa dan
dosa ada bermacam-macam. saya ceritakan pada semua orang dengan terus terang saya
menerima sogokantapi sogokan macam apa? Anak-anak serigala, itu kan lain
RESIDEN :
Baik anak serigala atau apapunpendeknya itu untuk sogokan.
MR. RUSLAN :
Tidak, Tuan Residen kalau sekiranya seorang pejabat menerima sebuah mantel buru seharga
500 golden atau selendang untuk istrinya. . .
RESIDEN :
Dan bagaimana kalau anda menerima kereta kuda sebagai sogokan. Untuk mengimbanginya
anda tidak percaya pada Tuhan. Anda tidak pernah beribadah, tapi anda. . . .Oh, saya kenal
anda: kalau anda sudah mulai berbicara tentang penciptaan dunia, bulu tengkukku langsung
berdiri.
MR. RUSLAN :
Saya memikirkannya sendiri dengan pengetahuan yang saya miliki.
RESIDEN :
Kadang-kadang lebih celaka kalau kita punya
pengetahuan terlalu banyak dari pada orang bodoh sama sekali. Tapi saya hanya mau
menyebut pengadilan distrik. Terus terang saya ragu apa ada orang yang mau
mengunjunginya. Tempat itu
begitu tidak menyenangkan hingga Tuhan sendiri yang akan menjaganya. Dan anda Tuan
Dahlan sebagai pengawas semua lembaga pendidikan, lebih baik memberikan perhatian
khusus pada guruguru. Memang mereka orang terpelajar. Tapi tingkah laku mereka anehaneh, dan tentu itu akibat dari bakat terpelajar mereka. Salah seorang dari mereka misalnya,
yang bermuka tembam itusaya tidak ingat lagi namanyakalau ia naik mimbar ia selalu
mengernyit-ngernyit, seperti ini.
(lalu mengernyit-ngernyikan mukanya)
lalu mengurut-ngurut janggutnya dengan tangannya, mulai dari bawah dasinya. Tentu saja
kalau ia berbuat begitu depan murid-muridnya tidak akan apa-apa, dan bahkan barangkali
memang diperlukan. Tapi coba bayangkan kalau hal itu ia lakukan dengan seorang
tamu---itu akan keterlaluan; Governoor General atau tidak perduli siapa akan
menganggapnya sebagai penghinaan pribadi. Siapa tahu akibat apa yang akan timbul dari
padanya.
H.A. SALIM :
Ya memang, tapi apa yang harus saya perbuat dengan dia? Telah berkali-kali soal itu
kubicarakan dengan dia. Baru beberapa hari yang lalu waktu ketua kaum bangsawan mampir
ke kelasnya ia memperlihatkan muka yang belum pernah kulihat tandingannya. Tentu saja hal
itu ia lakukan dengan segala maksud baik, tapi aku dipanggil dan ditanya : Kenapa, kata
mereka, anakanak muda kita dibiarkan dihinggapi penyakit punya fikiran semaunya.
RESIDEN :
6 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Saya juga merasa perlu untuk menyebut guru sejarahmu. Kepalanya penuh dengan berbagai
macam pengetahuan. Itu jelas. Dan dia mengumpulkan ilmu berton-ton. Cuma kalau ia
menjelaskan sesuatu ia begitu bersemangat hingga kita tidak bias mengerti sama sekali. Aku
pernah mendengar dia sekali : waktu dia masih bicara tentang orang Assiria dan Babilonia
masih baik. Tapi kala dia sampai pada Iskandar Zulkarnain aku tidak tahu lagi apa yang
terjadi dengan dia. Saya mengira ada kebakaran. Ia berlari dari mimbar lalu membanting
kursi ke pintu dengan sekuat tenaga. Memang Iskandar Zulkarnain, seorang pahlawan. Tapi
buat apa dia sampai membanting kursi? Ini merupakan kerugian buat bendahara.
MR. RUSLAN :
Ya, ia memang pemanas. saya sudah beberapa kali mengatakan padanyakatanya,
Terserah : untuk ilmu, nyawa pun akan saya korbankan.
RESIDEN :
Ya, demikianlah hukum nasib yang tidak bisa dijelaskan. Seorang pintar, atau dia pemabuk
atau ia menyeringai-nyeringai begitu rupa, hingga kita terpaksa mengeluarkan ikon-ikon
keramat.
MR. RUSLAN :
Untunglah kita tidak kerja di bidang pendidikan.
Seseorang takut pada semua orang : semua orang ikut dan semuanya mau memperlihatkan
bahwa mereka juga orang terpelajar.
RESIDEN :
Tapi ini belum berarti apa-apa---yang sulit soal incognito terkutuk itu. Ia bisa tiba-tiba
muncul dan berkata : Oh, di sini kalian rupanya, sayang. Siapa hakim disini? Mr. Ruslan.
Baik serahkan Mr. Ruslan. Dan siapa yang jadi pengawas lembaga-lembaga sosial? Tuan
Dahlan. Bagus, serahkan tuan Dahlan. Itu tidak bagus!

Adegan 2
SAMA TAMBAH KEPALA POS
ABD. ROJAK :
Tolong jelaskan tuan-tuan, pejabat apa yang akan datang dan kenapa?
RESIDEN :
Apa anda belum tahu?
ABD. ROJAK :
Saya mendengar sedikit dari Mat Akhir. Ia baru saja mampir ke kantor Pos.
RESIDEN :
Lalu, bagaimana pendapatmu?
ABD. ROJAK :
Bagaimana pendapat saya? Saya kira kita akan perang melawan Turki.
MR. RUSLAN :
Betul. Seperti yang saya kira.
7 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

RESIDEN :
Ya, tapi kalia kedua-duanya omong kosong
A. ROJAK :
Bakal ada perang melawan Turki, orang-orang Belanda mengacau.
RESIDEN :
Anda bagaimana Abdoer Rojak?
ABD. ROJAK :
Saya? Anda sendiri bagaimana, Tuan residen?
RESIDEN :
Kenapa saya? Saya tidak takut; artinya cuma . . .Saudagar-saudagar dan warga kota membuat
saya gelisah. Menurut mereka saya agak kaku, tapi sekiranya saya pernah menerima dari
mereka sesuatu dari siapa saja, itu saya lakukan tanpa maksud jahat. saya bahkan merasa
(lalu memegang lengannya)
saya bahkan merasa ada seseorang mengadukan saya secara pribadi. Kalau bukan begitu
kenapa mereka sampai mengirimkan Governoor Djenderal ke mari?Sekarang begini Rojak,
untuk kepentingan kita bersama, apa tidak lebih baik kalau anda membuka dan membaca
semua surat yang dikirimkan lewat jasa Pos, baik yang keluar maupun yang masuk? Siapa
tahu, ada semacam pengaduan. Atau sekedar surat menyurat. Kalau tidak ada surat-surat itu
boleh anda lem kembali. Atau, untuk kepentingan itu, tidak ada surat yang kau sampaikan
sudah terbuka.
ABD. ROJAK :
saya tahu, saya tahu. . Saya tak usah diajari. Saya sudah melakukannya, bukan sebagai
pencegahan tetapi hanya karena aku ingin tahu. Saya senang sekali mengetahui apa yang
terjadi di dunia ini. Ketahuilah, surat-surat itu bacaan yang menarik sekali. Banyak suratsurat yang pasti akan kau nikmati, ada bagian-bagian begitu jelas. . . . dan mendidik. . . .jauh
lebih baik dari Berita Soeara Merdeka
RESIDEN :
Apa anda tidak menemui sesuatu tentang Governoor yang datang dari Batavia?
ABD. ROJAK :
Tidak. Tentang orang yang datang dari Teluk Betung tidak ada sama sekali, tetapi banyak
tentang orang-orang dari Semarang, Banten dan Soerabaya. Sayang sekali bukan kamu yang
membaca surat itu. Banyak yang lucu di dalamnya. Belum selang berapa lama seorang letnan
menulis surat kepada kawannya dan ia melukiskan sebuah pesta dengan cara yang ringan
sekali. . . . betulbetul bagus; Hidupku, sahabat baik, berlalu dengan besar-besaran,
katanya ; banyak sekali gadis muda; musik main . . . . Ia melukiskan semua dengan perasaan
yang halus. Surat itu saya simpan dengan sengaja. anda mau dengar?
RESIDEN :
Sekarang bukan waktu yang tepat untuk itu. Jadi saya minta bantuan anda, Rojak. Kalau
secara kebetulan anda menemukan keluhan atau pengaduan, tolong tahan surat itu.
8 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

ROJAK :
Dengan senang hati.
MR. RUSLAN :
Hati-hati anda bisa dibuang ke Digul gara-gara itu.
K. BURHAN :
Ya, Tuhan.
RESIDEN :
Tidak apa-apa, kalau isi surat itu disiarkan itu lain perkara; ini Cuma buat kepentingan
keluarga.
MR. RUSLAN :
Ya, sekarang kekekacuan besar lagi dipersiapkan. Terus terang Tuan Residen saya bermaksud
menemui anda untuk memberikan seekor anjing betina Anjing ini adik anjing yang kau
kenal. Saya tentu sudah mendengar bahwa Pratav Sigh, Syarifudin, dan lainlainnya sedang
mempersiapkan sebuah perkara. Hingga saya kini hidup dalam kemewahan; saya berburu
menjangan sekali di tanah si anu sekali di tanah milik si fulan.
RESIDEN :
Sekarang saya tidak perduli menjangan anda, saya tidak bisa melupakan incognito terkutuk
itu. Tunggu saja sampai pintu terbuka dan tiba-tiba.

ADEGAN III
SAMA, TAMBAH MAT AWAL DAN MAT AKHIR YANG DATANG TERENGAHENGAH
MAT AKHIR :
Kejadian luar biasa.
MAT AWAL :
Berita yang tidak disangka-sangka Semua : Apa? Kenapa?
MAT AKHIR :
Kejadian yang betul-betul tidak dikira-kira. Kami masuk kesebuah losmen. . . .
MAT AWAL : (menyela)
Mat Awal tunggu dulu, biar saya yang menceritakan.
MAT AKHIR :
Hei saya sendiri, biar saya . . .biar saya. . . . cara kamu cerita tidak bagus . . . .
MAT AWAL :
Tapi kamu akan mengacaukan semua dan lupa semua.
MAT AKHIR :
9 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Saya tidak lupa, saya akan ingat. Cuma jangan diselasela, biar saya yang bercerita , jangan
mengacau. Tuan-tuan, tolong larang Mat Awal supaya jangan menganggu saya.
RESIDEN :
Ya, ceritakanlah apa yang terjadi. Jantung saya berdebar-debar. Silahkan duduk tuan-tuan,
silahkan. Mat Akhir ini kursi untuk kamu.
(semua mereka duduk sekeliling Mat bersaudara)
nah sekarang, bagaimana?
MAT AKHIR :
Izinkan saya; saya akan ceritakan semua, satu persatu. Tidak lama setelah saya meninggalkan
kalian, setelah kalian gelisah karena menerima surat betul aku mampir di . . . Mat Awal
jangan mengacau. Saya sekarang sudah tahu semuanya tuan-tuan, Tuan harus tahu, aku
mampir ke rumah Sulaiman, tapi karena Sulaiman tidak ada di rumah saya pergi ke rumah
Mustafa, dan krena Mustafa tidak ada, saya langsung ke rumah Abdoer Rojak untuk
menyampaikan padanya berita yang baru kalian terima. Lalu waktu saya pergi dari sana saya
bertemu dengan Mat Awal . . .
MAT AWAL : (menyela)
Dekat kios tempat orang menjual kueh daging.
MAT AKHIR :
Dekat kios orang menjual kueh daging. Ya, saya bertemu Mat Awal, lalu saya berkata
kepadanya; Apa kau sudah terima kabar yang diterima oleh Tuan Residen kita dalam
sepucuk surat yang dipercaya? Tapi Mat Awal sudah mendengarnya dari pengurus rumah
tangga anda, Azizah, yang disuruh entah untuk apa ke rumah Barusman.
MAT AWAL : (menyela)
Untuk minta kendi buat brandy perancis.
MAT AKHIR : (munguakkkan tangannya)
Untuk minta kendi buat Brandy Perancis. Lalu saya dan Mat Awal pergi ke rumah Barusman .
. . kami pergi ke Barusman dan di jalan Mat Awal berkata padaku; mari kita mampir di
losmen, katanya . sedari tadi pagi saya makan apaapa, rasanya perut saya berbunyibunyi. . . . Betul, perut Mat Awal waktu itu. . . . Orang baru mengantarkan salmon segar ke
losmen itu, katanya, kita bisa makan sedikit. Begitu kami masuk ke losmen itu maka tibatiba seoarang anak muda yang tampan
MAT AWAL :
Tampan dan berpakaian sipil. . . .
MAT AKHIR :
Tampan dan berpakiana sipil, berjalan mondar-mandir diruangan itu. Di wajahnya kelihatan
ia berpikir dan (memegang kening) di sini rupanya penuh macam-macam hal. Saya semacam
ada firasat lalu saya berkata pada Mat Awal; Mesti ada apaapanya. Ya, betul. Tapi Mat Awal
memberi isyarat padaku dengan jarinya lalu kami memanggil pemilik losmen itu, Rahman.
Istrinya dipenjarakan tiga minggu yang lalu. Dia pintar sekali, dia akan menjalankan losmen
itu seperti ayahnya. Setelah Rahman kami panggil Mat Awal bertanya padanya bisik-bisik;
10 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Orang itu. . . . Hei jangan sela, Mat Awal jangan mengacau; kau tidak bias
menceritakannya kau teloh. Aku tahu kau mempunyai gigi di kepalamu yang selalu bersuit. . .
orang muda itu, katanya, adalah seorang petinggi. Betul ia datang dari Batavia, kata
rowena dan namanya Tengku Nurzaim Manaf; dan ia mau menuju, kata Rahman.
karisidenan palembang; dan katanya lagi ia sangat aneh: dia sudah dua minggu di sini, dia
tidak pernah keluar losmen; dia memesan semuanya dengan berhutang; dan dia tidak mau
membayar sepeserpun. Begitu ia selesai bicara saya maklum Aha! kata saya pada Mat
Awal
MAT AWAL :
Bukan Mat Akhir, saya yang berkata aha!
MAT AKHIR :
Kamu yang lebih dahulu mengatakannya tapi sesudah itu saya. Aha! kata Mata Awal dan
saya. Tapi mengapa dia kemari kalau tujuannya ke Medan? -- Ya, ya. Dia pasti pejabat itu.
RESIDEN :
Siapa? Pejabat apa?
MAT AKHIR :
Pejabat yang kedatangannya diberitahukan padamu dalam surat; Governoor Djenderal Voon
Batavia.
RESIDEN : (ketakutan)
Kamu bicara apa? Tidak mungkin.
MAT AWAL :
Ya, dialah orangnya. Ia tidak mau bayar dan tidak mau keluar. Tidak mungkin orang lain. Dan
surat-surat jalannya ditunjukkan untuk Palembang. .
MAT AKHIR :
Dialah orangnya, pasti. . . .pasti dia teliti sekali; ia memeriksa segala-galanya. Dia bahkan
melihat bahwa Mat Awal dan aku makan ikan salmon, terutama karena Mat Awal, karena
perutnya . . . ya, dia sampai-sampai memperhatikan piring kami. Saya betul-betul gemetar
karena takut.
RESIDEN :
Ya, Tuhan ampunilah dosa kami, dimana dia menginap?
MAT AWAL :
Di kamar nomor lima, di bawah tangga .
MAT AKHIR :
Dalam kamar yang sama di mana perwira yang lagi bepergian itu berkelahi tahun yang lalu.
RESIDEN :
Apa ia sudah lama di sana?
MAT AWAL :
Baru dua minggu. Ia datang pada hari raya haji dari Mesir
11 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

RESIDEN : (dua minggu) (ke samping)


Demi orang-orang suci, selamatkan kami. Dalam waktu dua minggu ini isteri sersan sudah
dipukuli. Tahanan tak diberi makan. Jalan-jalan kotor. Oh, celaka. Malu, malu.
(memegangi kepalanya)
TN DAHLAN :
Bagaimana Tuan Residen, kita pergi bersama-sama ke sana?
MR. RUSLAN :
Jangan, jangan. Biar Tuan Residen ini dulu yang pergi ke sana, lalu tokoh-tokoh masyarakat,
tokoh agama, sudah itu saudagar-saudagarbegitu perurutannya menurut buku.
RESIDEN :
Tidak, tidak. Serahkan pada saya. Saya pernah menghadapi keadaan sulit dalam hidupku, tapi
semuanya berakhir dengan baik. Orang bahkan sampai berterima kasih padaku. Siapa tahu
Tuhan akan menyelematkan kita kali ini.
(Balik pada Mat Akhir)
katamu ia orang muda?
MAT AKHIR :
Ya, tidak lebih dari dua puluh lima tahun atau dua puluh enam tahun.
RESIDEN :
Itu lebih baik lagi. Orang muda lebih mudah diselami. Kalau tua itu susah; tapi pada orang
muda semuanya bisa kelihatan. Persiapkan urusan masingmasing, tuan-tuan. Saya akan pergi
sendiri, mungkin dengan Mat Awal, secara pribadi, untuk jalanjalan. saya akan tanyakan
apakah orang asing yang lagi mampir itu menderita kesusahan. Hey, Hasan, Husein.
HASAN :
Ya, Tuan.
RESIDEN :
Panggil Kapten Burhan sekarang juga--tidak usah, saya perlu kamu. Suruh orang di luar
menjemput dia secepat mungkin. Lalu kembali lagi kemari.
(Sersan polisi keluar)
TN. DAHLAN :
Mari kita pergi. Mr. Ruslan siapa tahu ada kesulitan.
MR. RUSLAN :
Ah, apa yang anda takutkan? Pakaikan kopiah tidur yang bersih pada pasien-pasienmu, lalu
hilangkan jejakmu.
TN. DAHLAN :

12 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Persetan kopiah tidurmu. saya sudah memerintahkan supaya pada pasien-pasien diberikan
bubur jelai, tapi gang-gang di gedung itu busuk bau kubis hingga kita harus menutup hidung.
MR. RUSLAN :
Kalau saya, masalahnya mudah siapa yang mau Meninjau sebuah pengadilan daerah? Tapi
kalau kebetulan ia membaca salah satu koran, ia akan kehilangan kegembiraan hidup.
Saya sudah lima belas tahun jadi hakim di sini. Sekiranya saya membaca sebuah laporan,
saya hanya dapat mengibaskan tangan. Sulaeman sendiri tidak bisa memisahkan mana yang
benar mana yang tidak.
HAKIM, PENGAWAS LSM, PENGAWAS SEKOLAH, K. POS KE LUAR. DI PINTU
MEREKA BERTEMU SERSAN POLISI YANG BARU KEMBALI

ADEGAN IV
RESIDEN, MAT AWAL, MAT AKHIR, DAN SERSAN POLISI
RESIDEN :
Apa kereta sudah menunggu?
SRS. HASAN :
Ya, tuan.
RESIDEN :
Pergi ke jalan. . .jangan, tunggu dulu. Bawa masuk . . . Yang lain-lain mana? Cuma kamu
sendiri? saya sudah memerintahkan supaya Husein ada di sini. Mana Husein?
SRS.
Hasan : Husein sekarang lagi berada di suatu rumah dan tidak mungkin ditugaskan pada saat
ini.
RESIDEN :
Kenapa tidak?
SRS. HASAN :
Karena tadi pagi ia terpaksa digotong karena mabuk. Mereka sudah menyiramnya dengan dua
ember air, tapi di belum lagi waras kembali.
RESIDEN : (memegang kepalanya)
Ya, Tuhan, ya Tuhan. Cepat pergi ke jalan. Tunggu, pergi dulu ke kamar saya kamu dengar?
bawa pedang dan topi baruku kemari. Mat Awal mari kita pergi.
MAT AKHIR :
Saya juga, saya juga. Biar saya ikut Tuan Residen.
RESIDEN :
Tidak, tidak bisa. Kau tidak bisa ikut. Pertama tidak sopan, ke dua dalam kereta tidak tempat
lagi.
MAT AKHIR :
13 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Tidak apa, saya akan usahakan sendiri. saya akan mengintip melalui lobang pintu bagaimana
tingkah lakunya. . . . .
RESIDEN : (pada polisi yang memberikan pedanganya)
Pergi panggil polisi pengawal dan suruh masing-masing mereka membawa . . . Oh, tokat saya
sudah tergores-gores. Pratav Sign, saudagar penipu terkutuk itu: dia tahu Residen cuma
punya pedang tua, tapi dia tidak mau mengirimi yang baru. Betul-betul licik semua. Kukira
bajingan-bajingan itu sudah siap-siap dengan pengaduannya. Suruh setiap polisi memegang
jalan persetan maksudku memegang sapu. Suruh mereka membersihkan jalan ke losmen
itu. Sapu sampai bersih. . . Mengerti? Hati-hati. Saya kenal kalian. Kalian baik pada semua
orang, tapi diam-diam kalian mencuri sendok dan garpu. Awas telinga saya tajam. . . Kamu
apakan juragan Mukhtar, ha? Kan sudah dia beri kain 2 yard untuk seragamu, tapi kau ambil
semua. Awas. Kau terlalu banyak minta persen. Tidak sesuai dengan jabatanmu. Sekarang
kamu pergi.

ADEGAN V
SAMA TAMBAH KAPTEN BURHAN
RESIDEN :
Ah, Kapten Burhan, demi Tuhan dari aman saja kamu
KPT BURHAN :
Saya ada di luar.
RESIDEN :
Begini. Kapten Burhan. Ada seorang Governoor Djenderal dari Batavia. Apa sudah kamu
persiapkan?
KPT BURHAN :
Seperti kamu perintahkan. Aku sudah mengirimkan sersan Jono bersama anak buahnya untuk
membersihkan jalan.
RESIDEN :
Tapi Hasan mana?
KPT BURHAN :
Sersan Husein sudah naik kereta pemadam pembakaran.
Residen : Dan Husein sedang mabuk?
KPT BURHAN :
Ya.
RESIDEN :
Kenapa sampai kamu biarkan?
KPT BURHAN :
Saya tidak tahu. Kemarin ada perkelahian dipinggir kota. Ia ke sana. Kembalinya dari sana ia
sudah mabuk. Residen : Sudahlah dengarkan tugasmu ini; Sersan Husein orangnya tinggi jadi
boleh kau tempatkan di jembatan untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Lalu buang pagar
14 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

tua yang ada di dekat toko sepatu lalu taruh penunjuk jalan dari jerami seolah-olah
pengukuran tanah lagi bekerja. Makin banyak pembongkaran dilakukan di sana makin baik.
Ini membuktikan bahwa ada kegiatan di gubernuran. Ya Tuhan. Saya lupa. Dekat barangkali
empat puluh gerobak sampah. Kota busuk. Kita tidak boleh sama sekali mendirikan
monumen atau pagar. Begitu kita dirikan, setan entah darimana datangnya membawa segala
macam sampah.
(ia menarik nafas)
Dan kalau pejabat dalam perjalanan itu bertanya pada orang-orang yang bekerja itu apa
mereka puas sekali, suruh mereka mengatakan; kami puas sekali yang mulia. Kalau ada
yang mengatakan tidak puas, nanti aku akan membuat dia betul-betul tidak puas . . . .Oh, oh,
saya ini orang berdosa. Berdosa dalam segala hal,
(ia mengambil sebuah kotak topimestinya topinya)
Ya Tuhan, kabulkanlah supaya semua ini dapat kuselesaikan secepat mungkin. saya berjanji
akan menyalakan lilin sebanyak-banyaknya. Aku akan perintahkan setiap saudagar
menyumbang sukarela, masingmasing seratus pon lilin. Ya Tuhan, Ya Tuhan.
KPT BURHAN :
Tuan Residen, itu kotak topi, bukan topimu.
RESIDEN : (melemparkan kotak topi)
Kotak, heh? Persetan. Dan kalau mereka bertanya kenapa gereja depan rumah miskin yang
keuangannya sudah dikeluarkan lima tahun yang lalu belum selesai katakan pembangunannya
sudah dimulai tapi gedung itu kemudian terbakar. saya bahkan sudah mengirimkan laporan
tentang itu. Sungguhpun begitu pasti ada saja orang bebal yang akan lupa dan mengatakan,
bahwa gedung itu tidak jadi di bangun. Ya sampai pada Sersan Husein, supaya ia jangan
terlalu gampang main tinju. Ia selalu membuat orang pingsan atas nama hukum dan
keamanan. Salah atu tidak baginya sama aja. Mari, Ayo Mat Awal.

ADEGAN VI
NYONYA RESIDEN DAN SITI JUBAIDAH, MASUK BERLARI.
NY. RESIDEN :
Ke mana mereka? Ya Tuhan. . . .
(membuka pintu)
Suami! Residen ku!
(pada putrinya, bicara cepat)
ini semua gara-gara kamu, semuanya salah kamu. Kamu asyik mencari-cari peniti dan ikat
leher.
(ia berlari ke jendela lalu berteriak)
15 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Suamiku, mau kemana kau? Siapa yang datang? Governoor Djenderal? Pakai kumis. Kumis
macam apa.
SUARA RESIDEN :
nanti ku ceritakan sayang.
NY. RESIDEN :
Nanti? Apa yang kau tahu tentang itu. Nanti. Saya tidak mau menunggu sampai nanti. . .
katakan dengan satu kata apa pangkatnya? Kolonel? Ha?
(tidak peduli)
Dia sudah pergi. Saya tidak akan melupakan perbuatanmu ini. Gadis itu tidak habis-habisnya
berkata ; Ibu, ibu tunggu, saya lagi menyematkan ikat leherku. Saya segera datang. Ini
namanya segera. Kini kita tidak tahu apa-apa. Kau selalu ada-ada saja. Begitu kau dengar
Abdur Rojak kemari, langsung kamu mau berkaca dan melagak di depan cermin, meliuk ke
sini, meliuk ke sana. Dia mengira Abdoer Rojak itu lagi jatuh cinta padanya. Tapi begitu dia
memunggung, kepala pos itu segera mencibir.
S. JUBAIDAH :
Apa boleh buat, ibu. Kan sama aja. Dalam waktu dua jam kita akan tahu semua.
NY. RESIDEN :
Dua jam. Terima kasih banyak dengan segala kerendahan hati. Itu jawab yang betul-betul
menyenangkan. Kenapa tidak kau katakan saja dalam waktu sebulan kita akan lebih tahu lagi.
(bersandar ke jendela)
Hey, Avdotya ! Ha? Apa? apa kau dengar ada seorang yang datang?. . . Tidak? Bodoh. Dia
menguakan tangannya. Biar kamu tidak bias tahu. Kepalamu penuh dengan omong kosong -- yang kau pikirkan cuma pacar-pacarmu. Ha? Mereka pergi tergesa. Kau kan bisa lari di
belakang kereta. Pergi cepat. Begini tanyakan ke mana mereka. Cari tahu semuanya. Siapa
pendatang baru itu dan bagaiamana pangkatnya, rupanya. Intip, usahakan supaya kamu tahu.
Bagaimana matanya; hitam atau tidak. Lalu kembali cepat. Cepat, cepat.
IA MASIH BERTERIAK-TERIAK WAKTU LAYAR TURUN. KEDUA MEREKA
BERDIRI DI JENDELA

Layar Turun
BABAK KEDUA
ADEGAN 1
SEBUAH RUANG KECIL DI LOSMEN. SEBUAH TEMPAT TIDUR, SEBUAH PETI.
SEBUAH BOTOL KOSONG, SEPATU TINGGI, IKAT BAJU DAN BARANG-BARANG
LAIN. UDIN (OSIP) SENDIRI.
16 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

UDIN : (sambil berbaring di tempat tidur majikannya)


Persetan; saya begitu lapar hingga perut saya menggerutu terus menerus, seolah-olah sebuah
resimen serempak mulai meniup terompet mereka. Barangkali kami tidak akan pernah sampai
ke rumah. Terima sajalah. Apa yang harus saya lakukan? Kamu datang kemari dua bulan
yang lalu, dari Batavia. Uangmu kau habiskan di jalan, bung, dan kini kau merumuk dan
diam. Sebetulnya cukup uang untuk ongkos perjalanan. Tapi tidak, kau merasa perlu untuk
berfoya-foya di setiap kota. Hey, Udin, pergi cari kamar terbaik untukku dan pesan makanan
paling enak. Saya tidak bisa makan masakan tidak enak. Saya harus makan masakan yang
terbaik. Sebetulnya tidak apa-apa, kalau dia orang berpangkat. Tapi dia Cuma kerani kecil.
Dia ketemu musyafir lain. Lalu main kartu. Sebelum dia sadar dia sudah disapu bersih. Bah!
Saya betul-betul muak dengan hidup seperti itu. Di pedalaman jauh lebih enak; memang tidak
banyak hiburan tapi juga tidak banyak yang harus ditakutkan. Cari istri lalu habiskan umur
dengan tidur-tidur di tempat berbaring dekat perdiangan dan makan kue daging. Tentu saja
kalau ada yang mau menyangkal dan ingin mendengar yang sebenarnya, hidup di Batavia
memang menyenangkan. Kalau kita punya uang hidup bisa enak dan mulus, di sana ada teater
yang menunjukkan anjing menari. Pokoknya apa saja. Semua percakapan tinggi dan enak.
Tandingannya cuma kaum bangsawan. Kita jalan ke pasar lalu pegawai di situ berteriak,
Yang Mulia pada kita. Kalau kita menyeberang naik kapal tambang, kita duduk bersama
pejabat. Kalau ingin kawan, masuk saja ke dalam sebuah toko : di sana seorang tentara akan
bercerita tentang peperangan, dan menerangkan apa arti setiap bintang sampai sejelas telapak
tangan kita. Istri seorang meliter tua akan masuk. Dan pelayan-pelayanperempuan yang
cantik-cantik asyik mengintiptra, la, la. (ia tertawa lalu menggeleng-gelengkan kepalanya)
Sikap yang sopan sekali, persetan. Kita tidak akan pernah mendengar kata-kata kasar. Setiap
orang menegur kita sebagai orang yang sederajat. Kalau kita lelah berjalan, kita naik kereta
lalu duduk bersandar seperti tuan besar. Nah, kalau kita tidak mau membayar sewa kereta,
tidak apa. Setiap rumah punya pintu depan dan pintu belakang. Kita bisa menyelinap begitu
cepat, hingga iblis pun tidak bisa mengejar kita. Cuma satu hal yang tidak enak : satu hari
kita makan enak, tapi besoknya kita merintih karena lapar, seperti sekarang ini, misalnya.
Tapi yang salah selalu dia. Mau diapakan dia? Ayahnya akan mengirimkan uang. Tapi
aturannya dia hematkan, oh, tidak. Dia berfoya-foya. Ia naik kereta, menonton setiap hari dan
pada akhir minggu ia menyuruh aku ke toko pakaian bekas untuk menjual baju barunya.
Kadang-kadang ia sampai menjual kemejanya hingga ia cuma punya manteldemi Tuhan,
begitulah yang sebenarnya. Bahan Nederland yang begitu baik. Untuk satu baju saja dia harus
bayar seratus lima puluh rupiah, tapi pedagang pakaian bekas itu bias membelinya dari dia
dengan harga dua puluh rupiah. Kalau celana tidak usah kita sebut : sama saja dengan
dihadiahkan. Kenapa? Karena dia tidak mau banyak urusan. Aturannya ia pergi kerja, ia
malah main kartu. Sekiranya ayahnya sampai tahu---wo, wo, wo, dia tidak akan perduli apa
kau pejabat atau tidak, tapi dia akan memegang pinggang jasmu dan kau akan dipukul begitu
rupa hingga kau memerlukan empat hari untuk menghilangkan rasa sakitnya. Kalau bekerja,
lakukan tugasmu. Itu datang pemilik losmen yang mau mengatakan dia tidak mau lagi
memberi kita makan sebelum makanan sebelumnya dibayar. Kalau kita tidak bisa membayar
bagaimana? (menarik nafas) Ya Tuhan, sekiranya, aku bisa dapat sepiring sup kubis, enak
atau tidak. Kukira aku bisa menelan dunia ini. Ada yang mengetuk pintu; pasti dia yang
datang. (ia bangkit cepatcepat).

ADEGAN 2
UDIN DAN TEUNGKU NURZAIM MANAF
17 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

T.N. MANAF :
Ambil ini
(ia memberikan topi dan tongkatnya pada Udin)
Kamu tidur lagi di tempat tidurku.
UDIN :
Buat apa? Saya belum pernah melihat tempat tidur seumur hidup.
T.N. MANAF :
Kamu bohong, kamu baru tidur. Lihat semuanya kusut.
UDIN :
Buat apa saya jadikan kusut. Apa tuan kira saya tidaktahu apa tempat tidur? Saya punya kaki.
Saya tahu bagaimana berdiri. Buat apa tempat tidurmu bagiku.
T.N. MANAF : (jalan bolak balik)
Coba lihat, apa ada tembakau di bawah situ.
UDIN :
Tidak mungkin ada. Yang terakhir sudah anda isap empat
T.N. MANAF : (jalan bolak balik lalu mengerutkan bibirnya dengan segala macam cara.
Akhirnya dia bicara dengan lantang dan suara yang pasti)
Beginihai, Udin.
UDIN :
Apa yang kamu inginkan?
T.N. MANAF : (lantang tapi tak begitu pasti)
Turun ke sana.
UDIN :
Ke mana?
T.N. MANAF : (lebih lunak dan tanpa kepastian)
Ke bawah, suruh mereka mengirimkan makanan.
UDIN :
Hasilnya akan sama saja. Biarpun saya ke sana kita tidak juga akan dapat makan. Pemilik
losmen ini sudah mengatakan, ia tidak akan memberi kita makan lagi.
T.N. MANAF :
Dia berani tidak beri kita makan? Omong kosong.
UDIN :
Saya akan pergi ke Tuan Residen, katanya, Tuan itu sudah tiga minggu tidak membayar
apa-apa . kau dan majikanmu adalah penipu, katanya, dan majikanmu bajingan. Kami di
sini cukup kenal benalu dan bajingan seperti kalian.
18 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

T.N. MANAF :
Dan kamu tentu senang sekali dapat menceritakannya padaku sekarang ini, buaya.
UDIN :
Ia berkata : Orang seperti itu, kalau dia datang, dia menumpuk hutang, dan sudah itu kita
tidak bias mengusirnya dia lagi. Saya tidak main-main, katanya; Saya akan langsung
mengadu. Dan dia akan dibawa ke pos polisi dan sudah itu ke penjara.
T.N. MANAF :
Cukup, dungu. Pergi katakan padanya. Kamu benarbenar binatang busuk.
UDIN :
Saya kira lebih baik pemiliknya kupanggil kemari.
T.N. MANAF :
Buat apa pemiliknya kamu panggil? Kamu pergi ke sana lalu katakan padanya.
UDIN :
Tapi
T.N. MANAF :
Persetan. Panggil pemilik itu.
UDIN KELUAR

ADEGAN III
TENGKU NURZAIM MANAF SENDIRI.
T.N. MANAF :
Aduh, saya lapar sekali. Kukira dengan jalan-jalan sebentar selera makanku akan hilang. Tapi
tidak sama sekali. Kalau aku tidak berfoya-foya, aku masih punya ongkos pulang. Kapten
Infantri itu betul-betul sudah mengait saya. Ia pintar sekali main kartu. Kami main selama
seperempat jam dan saya habis dia sapu. Biarpun begitu saya masih ingin melawan dia, tapi
kesempatan tidak ada lagi. Kota ini kota busuk. Mereka tidak mau jual barang dengan
hutang. Itu betul-betul jahat namanya.
(ia mulai bersiul. Mula-mula lagunya masih jelas, makin lama makin kacau)
Tidak ada orang yang akan datang.

ADEGAN IV
TEUNGKU NURZAIM MANAF, UDIN, DAN PELAYAN LOSMEN (MINCHE)
MINCHE :
Pemilik losmen menyuruh saya menanyakan apa tuan ingin memesan sesuatu.

19 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

T.N. Manaf :
Selamat siang, Oh, ya, Bagaimana? Sehat-sehat saja?
MINCHE :
Baik, berkat Tuhan.
T.N. MANAF :
Bagaimana keadaan losmen? Semuanya beres?
MINCHE :
Ya, berkat Tuhan semuanya beres.
T.N. MANAF :
Banyak tamu?
MINCHE :
Cukup;
T.N. MANAF :
Begini, aku belum lagi dapat makanan. Jadi tolong suruh mereka mengirimkan makanan
secepat mungkin kemari. Soalnya sehabis makan ada yang harus kuurus dengan segera.
MINCHE :
Tapi majikanku mengatakan ia tidak akan mengirimkan makanan lagi. Dia sudah bermaksud
mengadu ke Tuan Residen.
T.N. MANAF :
Mengapa dia harus mengadu? Coba pertimbangkan, apa gunanya? Soalnya, aku hatus makan.
Kalau tidak aku bisa kurus. Aku lapar sekali. Aku tidak main-main.
MINCHE :
Betul, tuan. Dia berkata; aku tidak akan memberi ia makan sampai yang ia makan ia bayar.
Begitu katanya.
T.N. MANAF :
Bicara dengan dia. Yakinkan dengan dia.
MICHE :
Apa yang harus ku katakan padanya?
T.N. MANAF :
Katakan dengan sungguh-sungguh padanya bahwa aku butuh makan. Soal uang lain . . . . Dia
mengira kalau seorang petani bisa tidak makan satu hari maka orang lain juga harus bisa.
Ada-ada saja.
MINCHE :
Baik. Akan aku sampaikan.

ADEGAN V
20 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

TENGKU NURZAIM MANAF SENDIRI


T.N. MANAF :
Kalau dia tidak beri aku makan, celaka sekali. Belum pernah aku selapar ini seumur hidupku.
Barangkali aku bisa makan dengan pakaianku. Apa celanaku bisa dijual? Tidak, aku lebih
baik lapar daripada kembali ke Batavia tanpa pakaianku. Sayang sekali Tuan itu tidak mau
menyewakan keretanya padaku. Enak sekali, dasar jahanam semua, kalu aku bisa naik kereta
sebagai orang besar ke pintu pemilik-pemilik tanah yang menjadi tetangga, dengan membawa
lentera, dan udin di belakang pakai pakaian kebesaran. Mereka semua akan ribut: siapa itu?
Mau apa dia? Dan seoarang pesuruh masuk
(lalu ia mengambil lagak pesuruh yang gagah)
tengku Nurzaim Manaf dari Batavia; apa tuan sudi menerimanya? dan mereka orang-orang
dungu, bahkan tidak tahu apa arti sudi menerima. Kalau ada pemilik tanah yang bodoh
yang datang berkunjung biasanya ia langsung masuk ke dalam bagai seekor beruang. Aku
akan menghampiri seorang puteri yang cantik lalu berkata. Madam aku gembira sekali. . . .
(ia menggosokgosokkan tangganya)
bah.
(meludah)
perutku sakit. Aku lapar sekali.

ADEGAN VI
T.N. MANAF, UDIN, LALU MINCHE
T.N. MANAF :
apa lagi?
UDIN :
mereka mengirimkan makanan.
T.N. MANAF : (bertepuk tangan lalu melompat dari kursinya)
ha, mengirimkan makanan.
MINCHE : (membawa piring dan serbet)
majikanku mengirimkan makanan ini untuk terakhir kali.
T.N. MANAF :
Majikan, majikan . . . . .perduli apa dengan majikanmu. Apa yang kau bawa?
MINCHE :
Sup dan daging panggang.
T.N. MANAF :
Apa, Cuma dua macam?
21 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

MINCHE :
Hanya ini tuan.
T.N. MANAF :
Barang rongsokan apa ini? Aku tidak mau menerima. Katakan padanya dia sudah melampaui
batas. . . .ini tidak cukup.
MINCHE :
Menurut majikanku ini sudah banyak.
T.N. MANAF :
Kuahnya mana?
MINCHE :
tidak ada kuah.
T.N. MANAF :
kenapa tidak ada? Waktu aku tadi lewat dapur kulihat mereka lagi memasaknya. Banyak
sekali. Dan tadi pagi aku melihat dua laki-laki makan ikan salmon dan makanan lain.
MINCHE :
Ada yang ada, tapi ada juga yang tak ada.
T.N. MANAF :
Apa maksudmu, tidak ada?
MINCHE :
Ya, tidak ada.
T.N. MANAF :
Dan belida, ikan, dan tulang?
MINCHE :
Itu untuk orang laki-laki.
T.N. MANAF :
Keledai.
MINCHE :
Ya, tuan.
T.N. MANAF :
Babi kecil terkutuk, kenapa mereka harus makan sedangkan aku tidak? Kenapa, kenapa aku
tidak bias berbuat seperti mereka? Apa mereka bukan tamu seperti aku?
MINCHE :
Semua orang tahu; bukan.
T.N. MANAF :
22 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

kalau begitu apa mereka?


MINCHE :
orang biasa. Semua orang tahu; mereka membayar hutang mereka.
T.N. MANAF :
Aku tidak perlu berdebat dengan kamu, dungu.
(ia mulai makan)
Sup apa ini? Ini air selokan; rasanya tidak ada sama sekali. Baunya busuk. Aku tidak mau sup
ini. Ambilkan yang lain.
MINCHE :
Baik, biar kubawa kembali tuan. Kata majikanku ; kalau dia tidak suka dia tidak perlu
memakannya.
T.N. MANAF : (Melindungi makanannya dengan tangannya)
Sudahlah, sudahlah. . . . biarkan di sini dungu. Rupanya kau biasa memperlakukan tamu
seperti ini. Aku bukan seperti orang lain. . . . kunasehatkan, supaya kamu jangan bersikap
begitu padaku . . .
(ia makan)
Oh, ini bukan sup
(ia terus makan).
Kukira sampai saat ini belum ada orang yang makan sup seperti ini di dunia ini; bukannya
gemuk yang ada di dalam tapi bulu ayam.
(ia memotong ayam yang ada di sup itu)
Oh, oh, ayam apa ini? Berikan daging panggang itu kemari. Udin itu ada sisa sup sediki.
Ambillah.
(ia mulai makan daging)
daging panggang apa ini? Ini bukan daging panggang.
MINCHE :
kalau begitu apa?
T.N. MANAF :
Cuma iblis yang tahu apa, tapi pasti bukan daging panggang. Ini bukan daging panggang tapi
besi panggang.
ia makan)
penipu, bajingan. Bukan main. Begitu aku makan. Rahangku jadi sakit.
23 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

(ia mengorek giginya dengan jari)


Laknat. Tak ubahnya kulit kayu tidak bisa dikupas. Gigi bisa hitam habis makan ini.
Penipu.
(menyeka mulautnya dengan sapu tangan)
Tidak ada apa-apa lagi?
MINCHE :
Tidak.
T.N. MANAF :
Bajingan , jembel. Juga tidak ada kuah atau puding? Tamak mereka betul-betul menguliti
tamu disini.
PELAYAN DAN UDIN MENGUMPULKAN PIRING-PIRING LALU MEMBAWANYA
KELUAR

ADEGAN VII
T.N. MANAF, KEMUDIAN UDIN
T.N.
Manaf : Betul, aku rasanya seperti tidak makan apa-apa. Seleraku baru saja timbul. Kalau aku
punya uang kecil aku akan membeli kueh.
UDIN : (masuk)
Residen datang untuk sesuatu kepentingan. Ia menanya-nanyakan kau.
T.N. MANAF : (ketakutan)
Nah, ini baru. Ada pemilik losmen kasar itu sudah mengadu? Bagaimana kalau aku diseret ke
penjara. Bagaimana kalau dia lakukan dengan cara yang ramah aku bisa . . . . Tidak, tidak aku
tidak mau. Di kota banyak perwira-perwira dan banyak orang melancung. Aku dengan
sengaja berlagak kaya dan main mata dengan anak gadis salah seorang saudagar. . . . Tidak,
tidak aku tidak mau. . . tapi kenapa dia begitu berani? Dia kira aku apa, saudagar atau
pekerja?
(ia mengambil sikap yang gagah dan berani)
aku akan menemuinya dan berkata, Berani betul kau? Berani betul. .
KUNCI PINTU DI PUTAR T.N. MANAF JADI PUCAT

ADEGAN VIII

24 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

T.N. MANAF, RESIDEN DAN MAT AWAL. SETELAH MASUK KE DALAM RESIDEN
ITU BERDIRI TEGAK. RESIDEN DAN TENGKU NURZAIM MANAF SALING
BERPANDANGAN DENGAN PENUH KETAKUTAN.
RESIDEN : (berddiri tegak)
Selamat datang
T.N. MANAF :
Terimakasih
RESIDEN :
Maaf. . . . .
T.N. MANAF :
Oh tentu. . . .
RESIDEN :
Sebagai pejabat tertinggi di propinsi ini aku berkewajiban untuk menjaga jangan sampai ada
musyafir atau orang-orang bangsawan yang kesulitan.
T.N. MANAF : (mula-mula agak ragu-ragu kemudian dengan lantang)
Apa boleh buat. . .bukan salah saya. Saya akan bayar. . . .mereka akan kirimkan uang.
(Mat Akhir mengintip di balik pintu)
Dia yang harus disalahkan; ia memberi saya daging sekeras kayu. Dan sup saya tidak tahu
apa yang dimasukkan ke dalamnya. Mestinya kubuang keluar jendela. Dan dia membeiarkan
saya lapar berhari-hari . . . . dan the yang di berikan; bukan bau the. Kenapa aku harus?. . .
.ada-ada saja.
RESIDEN : (Kehilangan keberanian)
Maaf, saya betul-betul tidak bias disalahkan. Di pasar kami selalu ada daging baik.
Disediakan oleh pedagangpedagang India. Mereka orang-orang baik dan tidak mabuk. Saya
tidak tahu dari mana ia dapat barang seperti yang tuan ceritakan itu. Tapi kalau ada yang tidak
menyenangkan. . . .Izinkan saya mengusulkan supaya tuan pindah ke penginapan lain.
T.N. MANAF :
Tidak, saya tidak mau. Aku tahu apa maksud tuan dengan penginapan lain penjara. Tuan
dapat hak darimana? Berani betul tuan. . . .Begini, saya . . . . saya pejabat pemerintah dari
Batavia, saya. . . .
RESIDEN : (ke samping)
Ya, Tuhan, dia marah sekali. Dia sudah tahu segalagalanya. Saudagara-saudagar keparat itu
sudah bercerita kepadanya.
T.N. MANAF : (lebih berani)
Biarpun tuan datang denga seratus resimen saya tidak mau ikut. . . Saya akan langsung
menghadap menteri.
(memukul meja dengan tangannya)
25 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Tuan kira apa?


RESIDEN : (menggigil)
Ampunilah, jangan hancurkan saya. Saya punya anak dan isteri. . . jangan celakakan saya.
T.N. MANAF :
Tidak, aku tidak mau pergi. Macam-macam saja. Perduli apa aku?
Karena tuan punya anak dan isteri. Jadi saya harus masuk penjara hebat sekali.
RESIDEN : (menggigil)
Ini semua karena kekurangan pengalaman, betul, karena kurang pengalaman. Pendapatku
yang tidak cukup. . .tolong pertimbangkan tuan; gaji resmiku untuk membeli the dan gula
tidak cukup.

ADEGAN IX
SAMA TAMBAH PELAYAN LOSMEN DI BAWA OLEH UDIN. MAT AKHIR MASIH
MENGINTIP DI BELAKANG PINTU.
PELAYAN :
Tuan memanggil saya
T.N. MANAF :
Ya, bawa rekening
PELAYAN :
Sudah lama saya berikan pada tuan untuk kedua kalinya
T.N. MANAF :
Aku tak ingat rekening bebalmu itu. Katakan saja; berapa?
PELAYAN :
Pertama tuan memesan makanan lengkap. Hari kedua cuma makan sedikit ikan belida. Sudah
itu tuan mulai memesan dengan hutang.
T.N. MANAF :
Dungu. Ia muali menghitungnya dari awal. Berapa jumlah semuanya?
RESIDEN :
Tak perlyu susah-susah. Dia bisa menunggu.
(pada pelayan)
Pergilah; nanti uangnya dikirimkan ke bawah.
T.N. MANAF :
Ya, betul.

26 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

IA MENYIMPAN UANG. PELAYAN PERGI. MAT AKHIR MENGINTIP DARI BALIK


PINTU

ADEGAN X
RESIDEN, TENGKU NURZAIM MANAF, MAT AWAL.
RESIDEN :
Barangkali tuan ingin memeriksa beberapa lembaga yang ada di kresidenan kami. Lembagalembaga sosial atau yang lain-lain.
T.N. MANAF :
Apa saja yang bisa dikunjungi di sini?
RESIDEN :
Jadi tua dapat melihat bagaimana keadaan kami di sini. . .ketertiban yang bagaimana.. . .
T.N. MANAF :
Dengan segala senang hati. Saya akan siap.
(Mat Akhir menjulurkan kepalanya)
RESIDEN :
Kalau tuan mau, sesudah itu kita bisa mengunjungi sekolah untuk melihat-lihat bagaimana
ilmu pengetahuan diajarkan.
T.N. MANAF :
Ya, ya,
RESIDEN :
Lalu, kalau tuanmau mengunjungi penjara, tuan bias melihat bagaiaman kami
memperlakukan penjahat-penjahat.
T.N. MANAF :
Kenapa penjara? Kita lebih baik memeriksa lembagalembaga sosial.
RESIDEN :
Terserah. Tuan ingin naik apa? Naik kereta tuan sendiri atau naik keretaku?
T.N. MANAF :
Lebih baik naik keretamu saja.
RESIDEN : (pada Mat Awal)
Kalau begitu untukmu tuidak ada tempat Mat Awal?
MAT AWAL :
Tak masalah saya bisa berusaha sendiri.
RESIDEN : (berbisik pada Mat Awal)
27 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Kau pergi cepat. Antarkan dua surat; satu buat Tuan Dahlan di rumah sakit dan satu buat
isteriku.
(pada Tengku Nurzaim Manaf).
Apa boleh saya menulis surat sedikit kepada isteriku mengenai kehadiran tuan. Saya mau
menyuruh dia bersiap-siap untuk menerima tamu terhormat.
T.N. MANAF :
Tentu, tentu. . .ini tinta; kalu kertas, aku tidak tahu. .bagaimana kalau punggung rekeneng ini
bisa dipakai?
RESIDEN :
Aku akan menulis di situ.
(iam menulis sambi bicara)
Sekarang kita bisa lihat apa yang akan terjadi sehabis makan siang. Kami punya medeira
hasil daerah kelihatannya tidak begitu menarik, tapi ia sanggup merebahkan gajah besar.
Sekiranya aku bisa tahu siapa dia sebenarnya dan berapa jauh dia harus ditakuti. . ..
(Setelah selesai ia menyerahkan surat itu kepada Mat Awal yang mendekati pintu. Tapi
waktu itu pintu lepas dari engselnya dan Mat Akhir yang mengintip di luar jatuh
kedalam kamar. Mat Akhir berdiri.)
RESIDEN (pada TN Manaf, setelah membuat gerakan yang menandakan ia tidak senang
pada Mat Akhir)
Tidak apa-apa, tuan bagaimana? Kita pergi sekarang. Natyi pelayan tuan ku suruh
mengantarkan peti tuan. (Pada Udin) teman pindahkan semua ke rumahku, rumah Residen
semua orang tahu. Silahkan. (ia membiarkan TN Manaf ke luar dulu lalu ia mengikuti dari
belakang. Lalu ia berbalim dan memarahi Mat Akhir). Lagi-lagi kau. Apa kau tak bisa jatuh
ke tempat lain? Bagus betul kau terkangkang di sana bagai setan. (ia pergi. Mat Akhir ikut).

Layar Turun
BABAK KETIGA
ADEGAN I
SAMA; SEPERTI BABAK I.
NYONYA RESIDEN DAN JUBAEDAH BERDIRI DI DEPAN JENDELA DENGAN
POSISI YANG SAMA.
NY. RESIDEN :
Kita sudah sejam menunggu. Semua ini karena kamu terlalu cerewet dengan bajumu. Kau
sudah berpakaian baik, tapi tidak, kau masih saja periksa sini periksa sana. . . . Mestinya dia
tidak saya perdulikan, menjengkelkan sekali. Tidak ada satu manusia pun, seolah-olah
disengaja. Seolah-olah semuanya sudah mati.
28 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

JUBAEDAH :
Ibu, dua menit lagi kita akan tahu semua. Rusli segera kembali.
(Ia menjulurkan kepalanya ke luar jendela lalu berseru)
Ibu, ibu. Itu ada orang datang. Di ujung jalan.
NY. RESIDEN :
Mana dia? Kau selalu pikiran yang aneh-aneh. Betul juga, siapa itu? Tingginya sedang. .
.pakai jas. . .siapa ya?! Hah. Ini betul-betul menjengkelkan. Siapa itu?
JUBAEDAH :
Mat Awa, Ibu.
NY. RESIDEN :
Kakakku Mat Awa yang kau lihat macam-macam saja. . . tidak mungkin Mat Awal.
(ia melambai-lambaikan sapu tangannya)
Hei, kau cepat kemari. Cepat.
JUBAEDAH :
Betul, ibu, itu Mat Awal.
NY. RESIDEN :
Kau selalu ingin bertengkar denganku. Kataku itu bukan Mat Awal.
JUBAEDAH :
Aha, apa kataku. Betul. Itu Mat Awal.
NY. RESIDEN :
Ya, itu Mat Awal. Aku bisa lihat kiniapa yang kau ributkan?
(berteriak)
Cepat, cepat. Jalan kau terlalu lambat. Kemana mereka? Ha? Bicara dari sana saja. Apa?
Terlalu jauh? Ha? Suamiku ke mana? (bersandar ke luar jendela) Sialan betul; dia
tidak mau menceritakan apa-apa sebelum ia sampai ke mari.

ADEGAN II
NY. RESIDEN :
Sekarang ceritakan. Apa kamu tidak malu? Aku percaya padamu sebagai seseorang yang
sopan. Sejak kamu pergi tergesagesa, lalu kamu menyusul mereka. Sejak itu aku tidak dapat
berita dari siapa pun juga. Apa kau tidak amlu? Aku berikan nama Hamid dan Haliza pada
anak mu. Tapi perbuatannmu pada ku seperti ini. Mat Awal : Saya lari begitu cepat untuk
membuktikan kesetiaanku pada anda. Sampai saya kehabisan nafas. Salam Jubaedah.
JUBAEDAH :
29 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Apa kabar, Mat Awal.


NY. RESIDEN :
Apa berita yang kau bawa? Ceritakan apa yang terjad dan bagaimana kejadiaanya.
MAT AWAL :
Tuan Residen mengirimi kamu surat.
NY. RESIDEN :
Seperti apa orang itu? Apa dia jenderal?
MAT AWAL :
Bukan, dia bukan jenderal. Tapi dalam soal pendidikan dan tatacara dia tidak kurang dari
jenderal manapun.
NY. RESIDEN :
Kalau begitu dia orang yang diceritakan dalam surat pada suamiku.
MAT AWAL :
Memang. Saya yang pertama kali tahu, bersama Mat
Akhir.
NY. RESIDEN :
Sekarang ceritakan apa yang terjadi dan bagaimana kejadiannya.
MAT AWAL :
Syukurlah semuanya sudah beress. Mula-mula ia mau memperlakukan Residen dengan cara
yang agak kasar. Ya, betul. Ia marah dan emngatakan semuanya buruk di losmen itu. Bahwa
dia tidak sudi datang keruamhnya, dijuga tidak mau pergi ke penjara. Tapi kemudian setelah
ia tahu bahwa Residen tidak bersalah dan bicara lebvih tegas dengannya, ia segera merubah
sikapnya, hingga syukur-syukur semuanya berjalan dengan baik. Kini mereka lagi melihatlihat lembaga sosial. . .Residen yakin bahwa di sana ada orang yang mengadu secara diamdiam. Saya sendiri agak takut.
NY. RESIDEN :
Apa yang perlu kau takutkan? Kau kan bukan pegawai pemerintah.
MAT AWAL :
Ah, biasakan, kalau orang besar bicara, kita jadi takut.
NY. RESIDEN :
Oh, ada-ada saja. .. . Omong kosong. Sekarang ceritakan; bagaimana rupanya. Apa dia muda
atau tua?
MAT AWAL :
Mudaanak muda berumur 31 32 tahun mungkin. Tapi dia bicara bagai orang tua.
Silahkan, katanya, Aku akan ke sana, juga ke sana,. . . . (mengibaskan tangannya) Dan ia
bicara dengan cara yang agung sekali. Aku senang menulis dan membaca, katanya, tapi aku
tida senang dengan kegelapan kamar ini.

30 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

NY. RESIDEN :
Bagaimana rupanya. Hitam atau putih?
MAT AWAL :
Lebih mirip buah berangan. Dan matanya cepat bagai binatang-binatang kecil. Betul-betul
menggelisahkan.
NY. RESIDEN :
Apa yang dia tulis dalam surat ini?
(ia membaca)
Dengan ini saya buru-buru memberi tau kau sayang, bahwa keadaanku menyedihkan; tapi
berkat tuhan, barang, dua ketimun asin, dan setengah piring kaviar, dua pulu lima kopek
(diam)
Aku tidak mengerti. Apa maksudnya ketimun dan kaviar ini?
MAT AWAL :
Oh, Residen menulis pesannya di atas secarik kertas untuk menghemat waktu. rupanya
semacam rekening makanan.
NY. RESIDEN :
Oh, begitu
(melanjutkan pembacaan)
Tapi berkat Tuhan,kelihatannya akan baik semuanya. Cepat sediakan kamar buat
seorang tamu penting. Kamar yang diberi kertas kuning. Kau tidakusah bersusah payah
menyiapkan makanan karena kami akan makan di rumah sakit bersama Tuan Dahlan, tapi
pesan anggur sebanyak mungkin. Suruh Pratav Sign mengirimi anggurnya yang
terbaik. Kalau tidak dia lakukan gudang anggurnya akan ku bongkar. Teriring salam sayang
untukmu, Salam Residen.. . . . Kita harus buru-buru. Hei siapa itu? Muslim?
MAT AWAL : (berlari ke pintu lalu berseru)
Muslim, Muslim, Muslim!!
NY. RESIDEN :
Begini; cepat pergi ke pedagang Pratv Sign . .. tunggu, akan berikan surat.
(ia duduk di meja lalu menulis surat sambil bicara terus)
Berikan surat ini pada kusir, Sidor dan katakan padanya supaya ia berlari ke rumah Pratav
Sign untuk mengambil anggur. Kau sendiri siapkan kamar untuk tamu. Sediakan sediakan
tempat tidur, tempat cuci tangan dan sebagainya.
MAT AWAL :
Kini saya pergi dulu untuk melihat bagaimana jalannya pemeriksaan itu.

31 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

NY. RESIDEN :
Pergilah saya tidak menahan kau.

ADEGAN III
NY. RESIDEN DAN SITI JUBAEDAH
NY. RESIDEN :
Nah, kita harus fikirkan bagaimana kita harus berpakaian. Dia orang kenes Boitenzorg
bogor. Jangan sampai ada yang ia tertawakan. Yang paling baik untuk kau pakai adalah gaun
birumu dengan bacak-bacak kecil itu.
JUBAEDAH :
Masa, yang biru itu ibu? Aku tidak suka. Anak Mr. Ruslan mengenakan gau biru, juga anak
Tuan Dahlan. Tidak aku suka memakai bajuku yang berkembang-kembang.
NY. RESIDEN :
yang berkembang-kembang . . . . itu cuma kau lakukan untuk membuat aku jengkel. Bajumu
yang lain jauh lebih baik, karena aku mau memakai bajuku yang berwarna jerami. Aku
senang sekali warna jerami.
JUBAEDAH :
tidak bagus buat ibu.
NY. RESIDEN :
Tidak bagus buat aku?
JUBAEDAH :
Tidak. Aku bersedia bertaruh apa saja, pokoknya tidak cocok. Mata ibu mestinya hitam biru
cocok dengan warna jerami.
NY. RESIDEN :
ini sudah tidak keruan lagi. Apa mataku tidak hitam? Hitam sekali.
Dia bicara seenaknya. Tidak bisa lain, kalau saban kali memeriksa nasibku dengan
ratu ruit?
JUBAEDAH :
ibu, biasanya dengan Ratu hart.
NY. RESIDEN :
Omong kosong, betul-betul omong kosong. Aku tidak pernah ratu hart.
(ia bergegas keluar bersama jubaedah dan terus berbicara sampai di luar panggung)
Ada-ada saja yang ia bayangkan. Ratu hart. Apa pula maksudnya.
SETELAH MEREKA KELUAR PINTU TERBUKA LALU KELIHATAN RUSLI
MELEMPARKAN KOTORAN. LEWAT PINTU LAIN MASUK UDIN MENJUNJUNG
PETI
32 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

ADEGAN IV
RUSLI DAN UDIN
UDIN :
Kemana?
RUSLI :
Ke sini, paman ke sini.
UDIN :
Tunggu, aku bernafas dulu. Nasibku sama dengan anjing. Setiap beban rasanya lebih berat
kalau kita kosong.
RUSLI :
Apa katamu paman? Apa jenderal itu segera akan ke mari?
UDIN :
Jenderal mana?
RUSLI :
Majikanmu
UDIN :
Makjikanku? Dia jenderal
RUSLI :
apa bukan begitu?
UDIN :
memang dia semacam jenderal.
RUSLI :
Apa itu lebih tinggi atau lebih rendah dari jenderal sebenarnya.
UDIN :
Oh, lebih tinggi, lebih.
RUSLI :
Tidak, kukira. Itu makanya mereka begitu sibuk.
UDIN :
Begini, bung kau kulihat orang pintar. Coba carikan makanan
untukku.
RUSLI :
sekarang belum ada, lagi disiapkan untuk kau. Kau kan tidak boleh makan makanan biasa.
Tapi nanti kalau majikanmu makan, kau juga akan dapat makanan yang sama.
33 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

UDIN :
makanan biasa apa yang ada sekarang.
RUSLI :
Sup, kubis, bubur, kue-kue.
UDIN :
Beri aku sup kubis, bubur dan kue-kue itu. Tidak apa, aku mau makan apa saja. Mari kita
bawa peti ini. Apa ada jalan lai ke luar?
RUSLI :
Ada.
MEREKA MEMBAWA PETI ITU KE DALAM KAMAR DI SEBELAH

ADEGAN IV
POLISI MEMBUKA KEDUA PINTU. TENGKU NURZAIM MANAF MASUK, DIIKUTI
RESIDEN, PENGAWAS LEMBAGA SOSIAL, PENGAWAS SEKOLAH, MAT AWAL
DAN MAT AKHIR. YANG TERAKHIR MEMAKAI PLESTER DI HIDUNGNYA.
RESIDEN MENUNJUK KE SECARIK KERTAS DI LANTAI; MEREKA BURU-BURU
MEMUNGUTNYA HINGGA MEREKA MELANGGAR.
T.N. MANAF :
Lembaga yang bagus sekali. Aku senang kalian mau memperlihatkan semua pada pengunjung
kota ini. Di kota-kota lain mereka tidak mau memperlihatkan apa-apa.
RESIDEN :
Di kota-kota lain, kalau aku boleh memberikan penjelasan, residen dan pejabat lainnya hanya
memikirkan keuntungan mereka saja. Tapi di sini, aku boleh katakan, tidak ada fikiran lain
dari pada menarik perhatian penguasa dengan jalan menjaga ketertiban dan kewaspadaan.
T.N. MANAF :
Makanan tadi enak sekali. Aku makan terlalu banyak. Apa setiap hari kalian makan seperti
itu?
RESIDEN :
hanya khusus buat tamu yang kami sambut.
T.N. MANAF :
Aku senang makan. Untuk itu kita hidup; untuk mengecap kesenangan. Apa nama ikan itu?
TN. DAHLAN :
Ikan kod Aberdeen, tuan.
T.N. MANAF :
Enak sekali. Di mana kita makan tadidi rumah sakit?
TN. DAHLAN :
Ya, tuan, di rumah sakit amal.
34 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

T.N. MANAF :
Aku ingat. Ada beberapa tempat tidur di sana. Apa semua pasien sudah sembuh? Saya tidak
melihat banyak orang sakit.
TN. DAHLAN :
Ada sepuluh yang tinggal, tidak lebih. Yang selebihnya sudah sembuh . begitu kami atur.
Semenjak kami mengambil alim pimpinan lembaga itu - - barangkali tuan tidak percaya
tapi semua mereka sembuh seperti lalar. Begitu seorang pasien masuk, begitu ia sembuh.
Bukan karena obat-obatnya, tetapi karena pimpinannya dapat diandalkan.
RESIDEN :
Kewajiban-kewajiban seorang residen, kalau boleh kujelaskan, betulbetul memusingkan
kepala. Segala macam hal harus dia hadapi, soal kesehatan, perbaikan, rekonstruksi,. . .
.pendeknya orang yang paling pintar sekalipun bisa sakit kepala. Tapi berkat bantuan Tuhan
semuanya berjalan dengan baik. Residen-residen di daerah lain tentu saja hanya memikirkan
keuntungan pribadi. Tapi akutuan boleh percayabahkan waktu aku sudah merebahkan
diri untuk tidur aku masih berpikir: . . . .Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan supaya
penguasa menghargai usahaku dan puas dengan hasilnya?. . . Apa mereka mau memberi aku
hadiah atau tidak, itu tentu terserah pada mereka. Tapi setidak-tidaknya aku bisa berdamai
dengan hati sanubariku. Kalau dis eluruh kota sudah aman, kalau jalan-jalan sudah disapu
bersih, orang-orang tangkapan dirawat dengan baik, dan beberapa pemabuk. apa bisa lebih
dari itu yang bisa kukerjakan? Secara terus terang, aku tidak mengharapkan pujian. Tentu
saja, pujian sangat menyenangkan, tapi kalau dibandingkan dengan kebaikan semuanya itu
tidak lebih baik dari debu dan kesombongan.
TN. DAHLAN : (ke samping)
Oho, si tamak, bukan main permainannya. Memang dia punya bakat.
T.N. MANAF :
Itu betul. Aku sendiri harus akui, aku sekali-kali juga senang berfilsafat: aku mengemukakan
hal-hal kadang dalam bentuk prosa kadang-kadang dalam bentuk puisi.
MAT AKHIR : (pada Mat Awal)
Cocok, semuanya cocok. Mat.
T.N. MANAF :
Apa di sini tuan-tuan tidak pernah mengadakan hiburan atau berkumpul bersama-sama
dimana kita misalnya bisa main kartu?
RESIDEN : (ke samping)
Oho, bung, kami tahu apa yang kamu cari-cari.
(lantang)
tidak sama sekali. Bahkan kabar angin tentang adanya perkumpulan bersama tida ada. Dan
aku belum pernah memegang kartu di tanganku. Bahkan aku tidak tahu bagaimana caranya
main kartu. Aku tidak pernah bisa memperhatikannya
dengan tenang. Dan kalau secara kebetulan aku sampai melihat barang seperti raja

35 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

ret dan sebagainya, aku begitu muak hingga aku terpaksa meludah. Pernah sekali aku
menghibur anak-anakku membuat rumah-rumahan dari kartu. Tapi sesudah itu semalammalaman aku dapat mimpi paling jahat. Terkutuk. Aku tidak mengerti bagaimana orang bisa
membuang waktu dengan pekerjaan seperti begitu.
H. AGUS SALIM : (ke samping)
Tapi kemarin aku kau sapu habis seratus rubel, bajingan.
RESIDEN :
Waktu itu lebih baik kumanfaatkan untuk kepentingan negara.
T.N. MANAF :
Tuan Menilainya terlalu keras. . . . tergantung bagaimana kita memandangnya. Jika sekiranya
kita menyatakan pas padahal kita harus menaikan tawaran kita. . .tentu saja. . . tidak, aku
tidak sependapat: kadang-kadang main kartu bisa mengasyikan sekali.

ADEGAN VI
SAMA TAMBAH NY. RESIDEN DAN SITI JUBAEDAH
RESIDEN :
Izinkan aku memperkenalkan keluargaku: istriku dan anakku.
T.N. MANAF (membungkuk)
Aku beruntung sekali, nyonya, dapat berkenalan dengan dengan nyonya.
NY. RESIDEN :
Bagi kami lebih menyenangkan lagi dapat ketemu tokoh seperti tuan.
T.N. MANAF :
Maaf, nyonya, sebaliknya: aku yang lebih senang
NY. RESIDEN :
Bagaimana mungkin, tuan. Tuan berkata begitu untuk memuji. Silahkan duduk.
T.N. MANAF :
berdiri di samping anda saja sudah merupakan kebahagiaan tersendiri: tapi kalau itu yang
anda inginkan aku akan duduk. Akhirnya aku berbahagia duduk disamping anda.
NY. RESIDEN :
Ah, tuan pujian itu terlalu banyak untukku. . . Kukira, kalau kita datang dari ibu kota, maka
perjalanan di pedalaman tidak akan begitu menyenangkan.
T.N. MANAF :
sangat tidak menyenangkan. Kalau kita terbiasa dengan, comprenezvous, dengan pergaulan
yang luas, tiba-tiba kita berada di jalan seorang diri: rumah makan yang kotor, kegelapan dari
kebodohan . . . . Betul, kalau sekiranya bukan karena kesempatan ini
(ia mengerlin pada Ny. Residen)
36 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

yang telah memberikan imbalan untuk semua kesusahan. . .


NY. RESIDEN :
Memang, buat tuan tentu sangat tidak menyenangkan.
T.N. MANAF :
Tapi sekarang ini Nyonya, sangat menyenangkan sekali.
NY. RESIDEN :
Betul begitu, tuan. Kehormatan yang tuan berikan itu terlalu besar.
Aku tidak pantas menerimanya.
T.N. MANAF :
Kenapa tidak pantas? Anda pantas menerimanya Nyonya.
NY. RESIDEN :
Aku tinggal di pedalaman . . .
T.N. MANAF :
Tapi pedalaman juga punya bukit-bukit dan sungai-sungi kecil . . .tentu saja kalau di
bandingkan dengan Boitenzorg, ya, . . . . Oh, Boitenzorg. Hidup disana bukan main. Anda
barangkali mengira aku ini kerani biasa. Tapi tidak. Hubunganku erat sekali dengan kepala
departemenku. Ia suka menepuk bahuku dan berkata: Mari kita makan sama-sama, kawan!
Aku hanya mampir dua menit ke kantor, cukup untuk emninggalkan pesan bagaimana
semuanya harus dikerjakan. Lalu kerani kecil, kasihan dia, mulai menulis dengan penanya. . .
Mereka mau mengangkat aku jadi pegawai tingkat delapan, tapi aku pikir-pikir, buat apa?
Dan pesuruh-pesuruh berlarian naik tangga membawa sikat: Tuan Manaf, katanya,
Izinkan aku menyikat sepatu tuan.
(pada Residen)
Kenapa tuan berdiri? Silahkan duduk. Residen, Dahlan,
AGUS SALIM :
Pangkat kami masih rendah, hingga kami biasa berdiri. Biarlah, jangan hiraukan kami.
T.N. MANAF :
Mari kita lupakan pangkat. Silahkan duduk
(Residen dan yang lain-lain duduk)
Aku tidak suka yang resmi-resmian. Sebaliknya aku selalu berusaha menyelinap tanpa
dilihat orang. Tapi adalah suatu hal yang mustahil untuk menyembunyikan diri kita. Mustahil.
Begitu aku keluar ada saja yang berkata: Itu tuan Nurzaim Manaf malah, sekali, pernah aku
mereka kira panglima mereka; serdadu-serdadu berlompatan dari gardu lalu
langsung memberi hormat senjata. Sesudah itu seorang perwiran yang ku kenal berkata:
Kawa, kami betul-betul emngira anda panglima kami.
NY. RESIDEN :
Oh, betul?
37 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

T.N. MANAF :
Aku kenal artis-artis canting sebab aku suka menulis skets-skets teater . . . aku sering ketemu
pengarang-pengarang. Aku bersahabat dengan Pusykin. Aku sering berkata padanya, Apa
kabar Pusykin? Ah begitulah, begitu dia menjawab, sedang-sedang saja . . . dia memang
orang besar.
NY. RESIDEN :
Jadi tuan juga pengarang? Alangkah enaknya jadi pengarang. Dan tuan menulis untuk
majalah-majalah?
T.N. MANAF :
Ya, aku menulis untuk majalah-majalah. Buah karyaku banyak sekali: Pernikahan Figaro,
Robert Iblis, Norma. Aku tidak ingat lagi judul-judulnya. Dan semuanya secara kebetulan.
Aku tidak ingin menulis, tapi pemimpin-pemimpin teater berkata: Tolonglah, tuliskan
sesuatu untuk kami, Ya, sudahlah, fikirku, Jalan terus. Lalu tibatiba, kalau tidak salah pada
suatu malam, aku menyelesaikan semuanya hingga semua orang heran. Aku mudah sekali
berfikir. Semua yang diterbitkan atas nama Baron Brambues Kapal harapan
dan Telegram Moskow semuanya aku yang tulis.
NY. RESIDEN :
Oh, kalau begitu, Jadi tuanlah Brambues.
T.N. MANAF :
Tentu. Aku memperbaiki semua karangan mereka. Smirdin telah membayar aku sebanyak
empat ribu rubel untuk pekerjaan itu.
NY. RESIDEN :
Yuri Miloslavsky kukira karya tuan juga.
T.N. MANAF :
Ya, itu karya ku.
NY. RESIDEN :
Aku sudah kira.
JUBAEDAH :
Tapi, dikulitny dituliskan, buku itu dikarang tuan Zagoskin.
NY. RESIDEN :
Kau begitu. Aku tahu di sinipun kau akan berdebat.
T.N. MANAF :
Ah, betul, betul. Itu buku Zagoskin. Tapi ada Yuri Miroslavsky yang lain. Itu karyaku.
NY. RESIDEN :
Kukira aku sudah membaca karangan tuan. Bagus sekali. T.N. Manaf :

SELESAI
38 | Lakon Inspektur jenderal karya Nikolai Gogol

Anda mungkin juga menyukai