Anda di halaman 1dari 18

252

BAB X
SOFTWARE PIPESIM
(DESAIN ESP)
10.1.DASAR TEORI
Software Pipesim merupakan simulator produksi yang digunakan untuk
mempermudah dalam proses analisa pemipaan produksi dari dalam reservoir
sampai ke permukaan, baik dalam mendesain maupun optimasi dari sumur
Natural Flowing atau Artificial Lift (Gas Lift, ESP,dan Rod Pump).
Perintah-perintah pada Pipesim terbagi menjadi beberapa macam
tergantung kegunaannya, berikut pembagian perintah-perintah pada Pipesim:
a) Well Performance
Tubing, digunakan untuk:
Konfigurasi tubing
Peralatan bawah permukaan
Pemasangan artificial lift (Gas Lift & ESP)
Detail tubing, MD/TVD dari tubing
Vertical Completion, memodelkan aliran fluida dari reservoir ke dasar
sumur menggunakan IPR pada sumur vertical.
Data yang dimasukkan:
Temperatur reservoir
Tekanan reservoir
IPR
Sifat-sifat fluida
Horizontal Completion, memodelkan aliran fluida dari reservoir ke dasar
sumur menggunakan IPR pada sumur horosontal.
Nodal Analysis Point, membagi sistem menjadi dua untuk dilakukan
analisa nodal. NA point diletakkan di antara dua obyek.
b) Pipeline and Facilities
Select Arrow, untuk memilih dan meletakkan obyek pada area kerja.
Text, memberi keterangan pada model.

253

Junction, tempat dimana dua atau lebih cabang bertemu. Fluida yang
berasal dari cabang-cabang yang ada akan bercampur di junction. Di
junction tidak terjadi penurunan tekanan atau perubahan temperatur.
Branch, menghubungkan antara junction dengan junction atau source/sink
denga junction.
Source, titik dimana fluida mulai memasuki jaringan (network).
Stream re-injection, satu titik di dalam jaringan dimana aliran fluida
dialihkan dari separator dan dapat dinjeksikan ke cabang yang lain.
Sink, satu titik dimana fluida keluar dari sistem jaringan.
Production Well, titik dimana fluida mulai memasuki jaringan (network).
Hampir sama dengan Source.
Injection Well, sumur injeksi.
Fold, membagi jaringan menjadi sub-model jaringan dari model jaringan
utama. Digunakan untuk membagi model jaringan yang besar menjadi subsub model.
c) Network Analysis
Select Arrow, untuk memilih dan meletakkan obyek pada area kerja.
Text, memberi keterangan pada model.
Connector, digunakan untuk menghubungkan dua objek dimana tidak
terjadi perubahan tekanan atau temperatur yang signifikan.
Node, digunakan untuk menghubungkan obyek dimana tidak ada peralatan
(equipment) diantara obyek tersebut.
Flowline , untuk memodelkan pipa yang akan digunakan.
Riser , digunakan untuk memodelkan Riser yang digunakan.
Boundary Node, hampir sama dengan Node tapi hanya satu obyek saja
yang bias dihubungkan.
Source , titik dimana fluida mulai memasuki jaringan (network).
Separator , memodelkan separator yang digunakan.
Compressor , memodelkan compressor yang digunakan.
Expander , memodelkan expander yang digunakan dalam model.

254

Heat Exchanger , memodelkan Heat Exchanger yang digunakan. Data yang


dimasukkan yaitu perubahan tekanan atau temperatur.
Choke , memodelkan Choke yang digunakan. Data yang dimasukkan
diameter choke, critical pressure ratio, batas toleransi laju alir kritis
Multiplier/Adder , untuk memvariasikan laju alir fluida.
Report, untuk menampilkan hasil perhitungan di titik yang telah ditentukan.
Engine keyword tool , digunakan untuk memasukkan dan menyimpan
dalam expert mode.
Injection point, digunakan untuk menambahkan komposisi pada sistem
utama.
Multiphase Booster , untuk memodelkan booster yang digunakan.
Pump, untuk memodelkan pipa yang digunakan. Data yang dimasukkan,
perbedaan tekanan, tenaga yang diperlukan, dll.

255

10.2.PROSEDUR PENGERJAAN
10.2.1. Input Data
1. Aktifkan program Pipesim2003 maka akan tampil page dibawah ini.

Gambar 10.1. Tampilan Awal Software Pipesim


2. Klik New Single Branch Model maka akan tampil page dibawah ini.

Gambar 10.2. Tampilan Page New Single Branch Model

256

3. Klik Setup, lalu pilih Black Oil maka akan tampil page dibawah ini.

Gambar 10.3. Tampilan Page Black Oil Properties


4. Input Data Reservoir ke dalam Stock Tank Properties maka akan
tampil page dibawah ini.

Gambar 10.4. Tampilan Page Black Oil Properties

257

5. Double klik pada Vertical Well maka akan tampil page dibawah ini.

Gambar 10.5. Tampilan Page Vertical Completion Properties


6. Input Data Reservoir ke dalam Vertical Completion Properties maka
akan tampil page dibawah ini. Lalu masukkan data Ps, Temperature,
Model Type, Q, Pwf, Pws, setelah itu klik Calculate AOFP

Gambar 10.6. Tampilan Page Vertical Completion Properties

258

7. Klik Tubing, pilih Properties lalu pilih Deviation Survey maka akan
tampil page dibawah ini. Kemudian masukkan data MD dan TVD.

Gambar 10.7. Tampilan Page Tubing Properties


8. Pilih Geothermal Survey maka akan tampil page dibawah ini. Lalu
masukkan data MD, Ambient Temp, dan Temp Bottom Hole.

Gambar 10.8. Tampilan Page Tubing Properties

259

9. Pilih Tubing Configuration, kemudian masukkan data Bottom MD,


ID Tubing, dan ID casing kemudian klik OK, maka akan tampil page
dibawah ini.

Gambar 10.9. Tampilan Page Tubing Properties

260

10.2.2. Analisa Nodal untuk Natural Flow


1. Klik Nodal Analysis Point, lalu drag tubing ke nodal point. Setelah itu
klik Connector dari nodal point ke sumur, maka akan tampil page
dibawah ini.

Gambar 10.10. Tampilan Page Nodal Analysis Point


2. Klik Operations, lalu pilih Nodal Analyse. Kemudian Input Outlet
Pressure dan Tubing Pressure setelah itu klik Run, sehingga akan
tampil page dibawah ini.

Gambar 10.11. Tampilan Page Kurva Analisa Nodal Natural Flow

261

10.2.3. Desain ESP


1. Klik Artificial Lift, pilih ESP Design, lalu klik Pump Selection
Setelah itu input data Pump Design, maka akan tampil page dibawah
ini.

Gambar 10.12. Tampilan Page ESP Design


2.

Klik Select Pump , lalu pada kolom Manufacturer pilih Reda, pilih
seri pompa dengan efisiensi paling besar dan klik dua kali, maka akan
tampil page dibawah ini.

Gambar 10.13. Tampilan Page ESP Design Select Pump

262

3.

Kembali pada tampilan page ESP Design, klik Calculate dan Install
Pump, maka akan tampil page dibawah ini.

Gambar 10.14. Tampilan Page ESP Design Install Pump


4.

Pada tampilan page ESP Design, klik Pump Curve maka akan tampil
page dibawah ini.

Gambar 10.15. Tampilan Page ESP Design Pump Curve

263

5.

Lalu klik Pump Performance Plot, maka akan tampil page dibawah
ini.

Gambar 10.16. Tampilan Page ESP Design Pump Performance Plot


6.

Klik Operations, lalu pilih Nodal Analysis, Kemudian Input Outlet


Pressure dan Tubing Pressure setelah itu klik Run Model, maka akan
tampil page dibawah ini.

Gambar 10.17. Tampilan Page Kurva Analisa Nodal ESP Design

264

10.2.4. Pressure/Temperature Profile


1. Klik Operations pada toolbar, kemudian pilih Pressure/Temperature
Profile. Input data Liquid Rate dan Outlet Pressure, Maka akan tampil
page di bawah ini.

Gambar 10.18. Tampilan Page Pressure/Temperature Profile


2. Klik Run Model, maka akan tampil page dibawah ini

Gambar 10.19. Tampilan Page Grafik Elevation vs Pressure

265

10.2.5. Analisa Nodal dan Outflow Sensitivity untuk ESP


1. Klik Operations pada toolbar, kemudian pilih Nodal Analysis. Input
data pada kolom Outflow Sensitivity memilih Tubing_1 pada Object
dan ESP Stages (#1_Tubing_1) pada Variable setelah itu isikan harga
asumsi jumlah stage pompa ESP pada kolom Values. Tampilan page
seperti di bawah ini.

Gambar 10.20. Tampilan Pilihan Operation Nodal Analysis


2.

Setelah itu pada layar Nodal Analysis klik Run Model. Kemudian
didapatkan kurva IPR dengan Stage Pump dengan titik-titik
perpotongan.

Gambar 10.21. Kurva Analisa Nodal ESP dengan Berbagai Stage

266

10.3.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita telah melakukan simulasi produksi pada suatu
sumur vertikal dengan menggunakan software Pipesim. Simulasi dilakukan
dengan tujuan mengetahui production performance dari suatu sumur, sehingga
dapat dilakukan penanganan lebih lanjut untuk tetap menjaga nilai keekonomisan
sumur tersebut.
Data lapangan yang diperoleh dari sumur horizontal PP-B2 mempunyai
harga watercut sebesar 95%. Minyak yang terproduksi memiliki oAPI sebesar
36.154. Besarnya gas liquid ratio pada sumur PP-B2 adalah 28.7356 scf/stb. Dari
hasil analisa nodal pada kurva natural flow terlihat bahwa sumur PP-B2 tidak
dapat diproduksikan secara natural flow lagi. Hal ini terlihat dari kurva IPR dan
tubing intake yang tidak berpotongan sehingga diperlukan metode artificial lift
untuk memprodukiskan fluida kepermukaan. Dari kurva IPR natural flow
tersebut, laju produksi maksimum (Qmax) yang diperoleh adalah 3853.947
STB/day.
Pada sumur ini, dilakukan simulasi metode produksi buatan untuk desain
Electrical Submersible Pump (ESP). Pada awal simulasi, parameter yang
digunakan untuk desain ESP, antara lain: Pump Depth, Casing ID, Design
Production Rate, Design Outlet Pressure, dll. Pump Depth diperoleh dari
perhitungan yaitu nilai rata-rata dari pump depth minimum (WFL + 100) dan
pump depth maksimum (MD), yang mengartikan bahwa pompa tersebut berada
pada kedalaman antara (WFL + 100) dan MD. Dari hasil perhitungan, Pump
Depth yang didapat adalah 6900.893 ft. Sedangkan untuk Design Production Rate
diperoleh dari harga design production rate 60% - 80% dari laju produksi
maksimum yang diperoleh dari kurva IPR natural flow. Design Production Rate
tidak boleh kurang dari 60% dan tidak boleh melebihi 80% dari laju produksi
maksimum. Laju produksi maksimum diperoleh dari kurva IPR natural flow yaitu
sebesar 2327.114 STB/day. Pada praktikum kali ini kita mengambil asumsi design
production rate 70% dari laju produksi maksimum(Q max), sehingga berdasarkan
perhitungan, diperoleh harga design production rate sebesar 696 STB/day.
Jenis pompa yang digunakan pada sumur ini adalah Reda. Dari banyaknya
jenis pompa reda yang ada, dipilih jenis yang memiliki efisiensi yang paling besar.

267

Berdasarkan pump design data yang telah kita input, jenis pompa reda dengan
efisiensi yang paling besar adalah DN1800 dengan efisiensi sebesar 73.96 %.
Setelah itu mengkalkulasikan data desain pompa yang ada, sehingga diperoleh
hasil simulasi berupa data-data antara lain: jumlah stage pompa 356, efisiensi
pompa 73.96 %, besarnya daya pompa 110.89459 hp, PIP (Pump Intake Pressure)
517.44952 psia, pump discharge pressure sebesar 2947.774 psia, head =
5928.2879 ft, Densitas liquid = 58.83983 lb/ft3.
Setelah mengkalkulasi data, kemudian diinstal kedalam profil sumur.
Selanjutnya kita dapat melihat grafik pompa reda yang telah didesain (Gambar
10.15). Grafik tersebut menunjukan bahwa Qoperating berada di antara Qmax dan Qmin.
Hal ini mengartikan bahwa Qoperating sudah benar, tidak melebihi Qmax dan tidak
kurang dari Qmin pada pompa, karena apabila Qoperating melebihi Qmax akan terjadi
Uptrust yang menyebabkan laju produksi terlalu tinggi sehingga impeller terlalu
menempel ke atas mendekati diffusher. Akibatnya akan menimbulkan liquid
blocking dan efisiensi pompa menjadi turun. Sedangkan apabila Q operating kurang
dari Qmin akan terjadi Downtrust yaitu laju produksi terlalu rendah yang
menyebabkan fluida tidak terangkat karena impeller terlalu ke bawah sehingga
bertubrukan dengan diffusher di bawahnya.
Jumlah stage optimum dan laju produksi optimum (Q optimum) dapat
diketahui dari kurva analisa nodal ESP design (laju produksi (q) vs Tekanan)
dengan berbagai jumlah stage yang telah kita asumsikan yaitu 100, 150, 200, 250,
300 dan 356 (Gambar 10.21). Dari grafik tersebut, jumlah stage optimum dan
Qoptimum diperoleh dari perpotongan kurva IPR dengan stage yang mana stage
tersebut tidak boleh memiliki laju produksi yang melebihi 80 % dari laju produksi
maksimum (Qmax) sebesar 2327.114 STB/day. Berdasarkan grafik tersebut,
diperoleh jumlah stage optimum adalah 356 stages dengan laju produksi
optimumnya (Qoptimum) sebesar 1839.83 STB/day.
Gambar 10.19 merupakan grafik pressure/temperature profile pada ESP
design, dimana pada grafik tersebut menggambarkan performance suatu sumur
sebelum dan sesudah menggunakan ESP. Pada awalnya, sumur minyak dengan
kedalaman 7387.905 ft memiliki tenaga dorong alamiah dengan tekanan reservoir

268

sebesar 1869 psi dan tekanan dasar sumur sebesar 749.378 psi. Akibat adanya
perbedaan tekanan menyebabkan minyak mengalir, tetapi karena tekanan
reservoir tidak mampu lagi mendorong minyak sampai ke permukaan, minyak
hanya dapat mengalir sampai kedalaman 5300 ft saja. Oleh karena itu, dilakukan
pemasangan ESP pada sumur tersebut di kedalaman 5300 ft sehingga tekanan naik
menjadi 2915.754 psi. Perbedaan tekanan yang lebih besar itulah dapat
mengangkat minyak sampai ke permukaan.

269

10.4. KESIMPULAN
1. Dari hasil simulasi menggunakan software Pipesim diperoleh hasil

akhir

analisa sebagai berikut:

API Minyak
= 36,154

Q design
= 696 STB/day

Pump depth
= 6900.893 ft

Efisiensi pompa
= 73.96 %

Besarnya daya pompa


= 110.89459 hp

Jumlah stage yang disarankan


= 100 stages

PIP (Pump Intake Pressure)


= 517.44952 psia

Pump Discharge Pressure


= 2947.774 psia

Head
= 5928.2879 ft

Densitas liquid
= 58.83983 lb/ft3

Jumlah pompa optimum


= 356 stages

Qoptimum
= 1839.83 STB/day
2. Simulasi metode produksi dilakukan dengan menggunakan metode ESP.
3. Qoperating tidak boleh melebihi Qmax dan Qmin dari jenis pompa reda yang
disimulasikan dalam praktikum kali ini.
4. Apabila Qoperating melebihi Qmax akan terjadi Uptrust yang menyebabkan laju
produksi terlalu tinggi karena impeller terlalu menempel ke atas mendekati
diffusher
5. Apabila Qoperating kurang dari Qmin akan terjadi Downtrust yaitu laju produksi
terlalu rendah yang menyebabkan fluida tidak terangkat karena impeller
terlalu ke bawah sehingga bertubrukan dengan diffusher di bawahnya.

Anda mungkin juga menyukai