Anda di halaman 1dari 27

I.

Identitas Penelitian
1.

Judul Penelitian

2.

Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap
b. Jenis Kelamin
c. NIP
d. Jabatan Struktural
e. Jabatan fungsional
f. Fakultas/Jurusan
g. Pusat Penelitian
h. Alamat
i. Telpon/Faks
j. Alamat Rumah
k. Telpon/Faks/E-mail

: Ida Ayu Anom Arsani, S.Si., M.Pd.


: Perempuan
:
:
: Tenaga Pengajar
: Teknik Mesin
:
:
:
:
:

Anggota Peneliti

: M. Yusuf, S.Si., M.Erg.

3.

: Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia


Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan
Pemahaman Dan Prestasi Belajar Mahasiswa
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali

Tim Peneliti
Bidang
Keahlian
Ida Ayu Anom Arsani, Sain dan
S.Si., M.Pd.
Pendidikan
M. Yusuf, S.Si., M.Erg.
Sain dan
Ergonomik

No Nama dan Gelar Akademik


1
2

Instansi
Politeknik
Negeri Bali
Politeknik
Negeri Bali

4.

Objek Penelitian

: Teknologi Pembelajaran

5.

Masa Pelaksanaan Penelitian


- Mulai
- Berakhir

: 1 Juli 2008
: 30 Juni 2009

Anggaran Yang Diusulkan


- Tahun Pertama
- Anggaran Keseluruhan

: Rp. 50.000.000
: Rp. 100.000.000

6.

7.

Lokasi Penelitian

8.

Hasil Yang Ditargetkan

9.

Institusi Lain Yang Terlibat

Alokasi Waktu
(jam/minggu)
12
8

: Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali,


Denpasar, Bali
: Tersedianya modul pembelajaran Kimia yang
berbasis multi media sebagai media pembelajaran
mata kuliah kimia sehingga mampu meningkatka
pemahaman dan prestasi akademik mahasiswa.
:-

II. SUBSTANSI PENELITIAN


ABSTRAK
Kesulitan dalam penguasaan materi mata kuliah Kimia merupakan kasus tipikal
yang sering terjadi dan meliputi sebagian besar populasi mahasiswa dari berbagai
institusi kependidikan. Bagi mahasiswa dengan disiplin ilmu yang tidak berfokus
kepada ilmu kimia, kasus ini seringkali lebih menonjol. Sebagai contoh konkrit, pada
tahun Ajaran 2006/2007 perolehan nilai C untuk mata kuliah Kimia Terapan mahasiswa
jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali sebesar 45% dari 56 mahasiswa. Nilai A
hanya diraih 11% mahasiswa. Nilai A tersebut diraih oleh mahasiswa lulusan SMU
sedangkan yang nilai rendah banyak diraih oleh lulusan SMK. Angka tersebut secara
umum menyiratkan kurangnya kemampuan penyerapan mahasiswa terhadap materi
kuliah Kimia Terapan. Selama ini pembelajaran kimia menggunakan metode
konvensional, sehingga dipandang perlu melakukan penelitian sebagai solusi dari
permasalahan tersebut. Solusi yang tepat adalah dengan perbaikan metode pembelajaran
berupa pengembangan media pembelajaran yang menggunakan multimedia. Penelitian
ini akan dilakukan pada mahasiswa semester I Jurusan Teknik Mesin tahun pelajaran
2008/2009 dengan populasi 52 dan seluruhnya menjadi sampel penelitian (sampling
jenuh). Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul mata kuliah
Kimia Terapan menggunaka Model Dick & Carey. Teknik analisis yang digunakan
adalah secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif menggunakan statistik
deskriptif dan uji t, sedangkan secara kualitatif adalah dengan mengolah data hasil
wawancara dari ahli isi, ahli media, dan mahasiswa yang berupa tanggapan, saran, serta
kritik. Diharapkan dengan penggunaan modul multimedia ini, ada perbaikan
pemahaman mahasiswa dan peningkatan prestasi akademiknya.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Kesulitan dalam penguasaan materi mata kuliah Kimia merupakan kasus tipikal

yang sering terjadi dan meliputi sebagian besar populasi mahasiswa dari berbagai
institusi kependidikan. Bagi mahasiswa dengan disiplin ilmu yang tidak berfokus
kepada ilmu kimia, kasus ini seringkali lebih menonjol. Sebagai contoh konkrit, pada
tahun Ajaran 2006/2007 perolehan nilai C untuk mata kuliah Kimia Terapan mahasiswa
jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali sebesar 45% dari 56 mahasiswa. Nilai A
hanya diraih 11% mahasiswa (dokumen evaluasi diri Jurusan Teknik Mesin PNB 2007).
Nilai A tersebut diraih oleh mahasiswa-mahasiswa dengan latar belakang pendidikan
SMU. Angka-angka tersebut secara umum menyiratkan kurangnya kemampuan
penyerapan (pemahaman) mahasiswa terhadap materi kuliah Kimia Terapan. Salah satu
penyebabnya adalah metode pembelajaran masih konvensional.
Arsyad (2005) mengemukakan, dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang
amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling
berkaitan. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Media pembelajaran juga membantu siswa meningkatkan pemahaman
materi yang disampaikan. Pemanfaatan teknologi multimedia dalam strategi
pembelajaran menjadikan proses belajar mengajar lebih menarik. Berdasarkan hasil
investigasi, banyak siswa yang memiliki kesulitan dalam mempelajari simbol dan
gambaran molekul dalam kimia, tetapi dengan menggunakan bantuan alat visualisasi
menunjukan adanya peningkatan pemahaman setelah mereka diinterview (Kai Wu,
Krajcik dan Soloway, 1998:1). Multimedia adalah media yang mengkombinasikan
antara teks, grafik, animasi, suara, dan video. Aplikasi multimedia dalam pembuatan
modul akan menjadi lebih menarik, karena materi yang disajikan lebih mudah dipahami
karena dilengkapi dengan visualisasi baik statik maupun dinamik.
Berdasarkan paparan di atas, salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi
mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah Kimia Terapan dan meningkatkan
prestasinya adalah dengan mengembangkan modul Kimia berbasis multimedia sebagai
media pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, media yang digunakan dalam
penyajian suatu materi dapat mempengaruhi motivasi mahasiswa untuk belajar.
Pemanfaatan modul Kimia Terapan yang terintegrasi dalam bentuk multimedia sangat
perlu untuk dikembangkan khususnya materi Elektrokima. Selama ini modul dalam
bentuk multimedia belum tersedia di jurusan Teknik Mesin. Jadi salah satu hal penting
yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah memproduksi
modul dalam bentuk multimedia yang sesuai dengan karakteristikmateri elektrokimia
dan kebutuhan mahasiswa.
C. Tujuan Pengembangan
Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menghasilkan modul dalam bentuk
multimedia yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mahasiswa. Produk ini
diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman mahasiswa terhadap materi
yang disampaikan.
E.

Pentingnya Pengembangan
Manfaat yang diharapkan dari hasil pengembangan modul dalam bentuk

multimedia adalah :
1.

Pembaharuan strategi

pengajaran mata kuliah Kimia Terapan, sehingga

memberikan nuansa baru bagi penulis maupun mahasiswa.


2.

Membangkitkan motivasi mahasiswa untuk mau belajar dan mengetahui


keterkaitan ilmu kimia dengan bidangnya.

3.

Produk yang diharapkan adalah modul dalam bentuk multimedia yang


dikemas dalam CD yang didalamnya memuat teori-teori dan konsep-konsep ,
gambar dan animasi yang menarik, soal-soal, serta dapat digunakan secara
berkelompok ataupun mandiri oleh mahasiswa untuk mempelajari materi yang
disajikan, sehingga mahasiswa akan mudah mempelajari dan sempurna dalam
mehahami pelajaran kimia yang bersangkutan dengan jurusan Teknik Mesin

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.

Peranan Media dalam Pembelajaran


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya

pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam bidang pendidikan.


Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikukum adalah dalam dua
bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
Penerapan teknologi dalam perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi
alat (tool technology), teknologi ini lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat
teknologis untuk menunjang efesiensi dan efektivitas pendidikan khususnya dalam
proses belajar mengajar, seperti penggunaan media. Pada mulanya media hanya
dianggap sebagai alat bantu mengajar, akan tetapi saat ini telah banyak dikembangkan
program pengajaran yang memadukan bahan ajar dengan media yang digunakan dalam
bentuk kaset audio. Media memiliki kemampuan merangsang terjadinya proses belajar
yang efektif dan efesien. Kemampuan tersebut adalah (1) menghadirkan obyek
lingkungan sekitar ke dalam lingkungan belajar, (2) membuat konsep abstrak menjadi
konkrit, (3) mampu menyamakan persepsi, (4) mengatasi hambatan waktu, tempat,
jumlah dan jarak, dan (5) memvisualisasikan aplikasi pemecahan masalah suatu perlatan
dan prosedur kerja serta cara penggunaan alat. Menurut Kemp & Dayton ( dalam
Arsyad, 2005), media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama, yaitu (1)
memotivasi minat dan tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran banyak tergantung pada persepsi
pendidik. Hardjito (dalam Sutrisno, dkk., 2006), pendidik yang mempunyai persepsi
positif terhadap peran media, akan memanfaatkan media dalam pembelajaran. Degeng
(2000) berpendapat bahwa media merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar dan apapun media yang digunakan sasarannya akhirnya adalah untuk
memudahkan belajar. Media akan bermakna bila dalam pembuatannya diselaraskan
dengan perubahan tingkah laku pebelajar sebagai pengguna media dan disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Media dalam pemanfaatannya
diharapkan dapat membantu pebelajar untuk belajar secara aktif karena adanya interaksi
fisis dan kognitif.

Dengan pembelajaran yang aktif dari pebelajar akan

mempertahankan perhatian, meningkatkan prsetasi, dan membentuk pengetahuan baru.

Media dapat berperan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi instruksional
atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut media
pembelajaran

(Sadiman,dkk.,2002). Martin dan Brigs (dalam Degeng, 1989)

menyatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan


untuk melakukan komunikasi dengan pebelajar. Media pembelajaran adalah komponen
strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada
pebelajar.

Rohani (1997) mengemukakan beberapa pengertian media instruksional

edukatif (media pembelajaran) sebagai berikut.


a.

Segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam


proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian
tujuan instruksional. Mencakup media grafis, media yang menggunakan alat
penampil, peta, model, globe, dan sebagainya.

b.

Peralatan fisik untuk menyampaikan isi instruksional, termasuk buku, film,


video, tape, sajian slide, guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media
instruksional edukatif mencakup perangkat lunak (software) dan/atau perangkat
keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar/alat bantu belajar.

c.

Media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan isi


instruksional yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis Besar Pedoman
Instruksional (GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar
mengajar.

d.

Sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara, dengan, menggunakan


alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan instruksional, meliputi kaset, audio, slide, film-strip,
OHP, film, radio, televisi dan sebagainya.
Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2005),

penggunaan media pembelajaran

dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi.

Pemilihan media dalam proses belajar mengajar sangat perlu

mempertimbangkan

beberapa

faktor,

yaitu
6

tujuan

pembelajaran,

keefektifan,

karakteristik pebelajar, ketersediaan biaya, dan kualitas teknis. Lebih jauh Hamalik
(2005) merumuskan dasar pertimbangan yang mempengaruhi pemilihan media
pengajaran (gambar 1).

Tujuan
Isi/materi
pelajaran

Siswa

Guru

si
ka tif
i
un fek
om g e
K an
y

Biaya yang
reasonable

Seleksi
media

Faktor
manusiawi

Fasilitas

nbata
Ham batan
ham aktis
pr

Pasaran

Keadaan

Waktu

Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media


Pengajaran
Media pembelajaran yang memasukkan pengalaman-pengalaman konkrit,
membantu pebelajar

mengintegrasikan pengalaman sebelumnya dan merupakan

fasilitas belajar untuk konsep-konsep abstrak. Bruner (dalam Arsyad, 2005),


menyebutkan ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung
(enactive), pengalaman gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Ketiga
tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperolah pengalaman
( pengetahuan, ketrampilan, dan sikap) yang baru. Tingkatan pengalaman pemerolehan
hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Edgar Dale sebagai suatu proses komunikasi
berupa kerucut yang dikenal dengan nama kerucut pengalaman Dale (Dales cone of
experience). Kerucut ini (gambar 2) merupakan elaborasi yang rinci dari konsep yang
dikemukakan oleh Bruner.

Symbolic

Verbal
symbols
Visual symbols
Recording, radio
still picture

Iconic

Motion picture
Television
Exhibits

Enactive

Field trips

Demonstration
Dramatized Experiences
Contrived Experiences
Direct, purposeful experiences

Gambar 2. Konsep Bruner pada Kerucut Pengalaman Dale


(Diadaptasi dari Smaldino, 2005:12)
Berdasarkan kerucut pengalaman di atas, hasil belajar seseorang diperoleh mulai
dari pengalaman langsung (konkrit), sampai kepada lambang verbal (abstrak).
Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna
mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu.
Penyajian program multimedia dengan komputer merupakan pengembangan
teknologi informasi sebagai media pembelajaran dalam dunia pendidikan untuk
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. Teknologi baru ini mempunyai peranan
semakin penting dalarn pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat
membawa kita kepada situasi belajar dimana "learning with effort" akan dapat digantikan
dengan " learning with .fun" (Nurtjahjawilasa ,2004). Komputer

juga memungkinkan

pebelajar untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya dalam memahami
pengetahuan dan informasi yang ditayangkan. Media ini mampu menampilkan gambar
statis dan dinamis, video, dan suara. Menurut Arsyad (2002:32), ciri media yang
dihasilkan dari teknologi berbasis komputer (baik perangkat keras maupun lunak)
adalah: (1) dapat digunakan secara acak, non sekuensil, atau secara linear, (2) dapat
digunakan

berdasarkan

keinginan

siswa
8

atau

berdasarkan

keinginan

perancang/pengembang sebagaimana direncanakannya, (3) biasanya gagasan-gagasan


yang disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol dan grafik, (4) prinsip-prinsip
ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini, dan (5) pembelajaran dapat berorientasi
pada siswa dan melibatkan interaktifitas siswa yang tinggi.
Teknologi

instruktional

ini

disebut

dengan

multimedia.

Multimedia

mengkombinasikan suara, animasi dan gambar video secara bersamaan.

dapat
Istilah

multimedia mengacu pada penggunaan berbagai format media di dalam memberikan


presentasi atau belajar mandiri. Beberapa contoh multimedia dalam pendidikan adalah
dalam format videotapes, CD-ROMs, DVD, Web, dan virtual reality. Tujuan dari
penggunaan multimedia dalam pendidikan dan pelatihan adalah untuk menggiring
pebelajar ke dalam pengalaman multisensori untuk promosi belajar (Smaldino, 2005).
Secara keseluruhan, multimedia terdiri dari tiga level (Mayer, 2001) yaitu :
1. Level teknis, yaitu multimedia berkaitan dengan alat-alat teknis ; alat-alat ini dapat
diartikan sebagai wahana yang meliputi tanda-tanda (signs).
2. Level semiotik, yaitu representasi hasil multimedia seperti teks, gambar, grafik,
tabel, dll.
3. Level sensorik, yaitu yang berkaitan dengan saluran sensorik yang berfungsi untuk
menerima tanda (signs).
Beberapa ahli megemukakan keuntungan dari penggunaan multimedia dalam
pembelajaran:
1. Pembelajaran aktif
Pembelajaran multimedia melibatkan pebelajar secara aktif, belajar melalui interaksi
fisis

dan

kognitif.

Pembelajaran

aktif

dapat

mempertahankan

perhatian,

meningkatkan prestasi, dan membentuk pengetahuan baru (Oblinger, 1993).


2. Mendorong eksplorasi
Program multimedia dapat membantu pebelajar mengembangkan model mental
sebagai dasar untuk pembelajaran selanjutnya, membentuk lingkungan yang
memungkinkan bagi pengajar dan pebelajar untuk melakukan eksplorasi, membantu
pebelajar mengembangkan domain perspektifnya dan mengembangkan susunan
pengetahuan terintegrasi yang membantu pebelajar mentransfer pengetahuan ke
dalam bentuk yang komplit (Fryer, 1994).
3. Motivasi
Teknologi dapat menginspirasikan pebelajar dengan membuat pembelajaran lebih
interaktif dan relevan, sehingga pebelajar dapat menimati bekerja bersama teknologi
9

dan karenanya dapat bekerja lebih lama dan ini merupakan keuntungan jangka
panjang (Summer, 1990-91).
4. Pelibatan multisensori
Beberapa pebelajar mempunyai gaya belajar yang berbeda. Dengan pembelajaran
multimedia, pebelajar dapat melibatkan semua panca indranya dan mengembangkan
gaya bel;ajar yang disukainya ( gaya belajar visual, audio, dan audio visual).
B. Aplikasi Multimedia dalam Pembelajaran Kimia
Isu sentral dalam pendidikan kimia adalah hubungan antara makroskopik atau
dunia nyata dan molekular . Pebelajar akan dapat memahami lebih baik ilmu kimia dan
mengaplikasikan ilmu yang mereka pahami untuk memecahkan masalah jika mereka
dapat mendalami hubungan antara ke dua isu sentral tersebut (Vermat, 2003)). Tujuan
utama dari pendidikan kimia adalah pebelajar mendapatkan konsep-konsep kunci dan
prinsip-prinsip, seperti: ikatan, struktur, reaktifitas, kesetimbangan, keasaman, dan lainlain. Middlecamp dan Kean (1985) mengungkapkan bahwa ilmu kimia memiliki
karakteristik tersendiri dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya, terutama dalam
penyampaian pada proses belajar-mengajarnya. Karakteristik ilmu kimia tersebut adalah
sifatnya yang abstrak dan banyak yang merupakan penyederhanaan dari fakta yang ada.
Kendala yang sering dihadapi pengajar kimia adalah banyak pebelajar yang kesulitan
mengembangkan pengalamannya di dalam mengertikan dan memahami proses kimia.
Pebelajar juga sering mempunyai kesulitan memvisualisasikan dunia submikroskopik
dan komponen-komponennya. Menurut Piaget (dalam Sastarwijaya, 1998), ilmu kimia
banyak membahas masalah obyek konkrit dalam skala makroskopis dan mikroskopis
sehingga memerlukan model. Oleh karena itu dalam penagajaran ilmu kimia diperlukan
adanya media pembelajaran. Untuk membantu pebelajar memahami kimia, banyak
peneliti mengembangkan pendekatan baru untuk mengajar kimia, seperti: penggunaan
multimedia yang dapat mengintegrasikan animasi dari model-model molekul,
kesetimbangan kimia dan visualisasi proses kimia pada tingkat molekul. Penggunaan
animasi untuk menjelaskan proses kimia pada tingkat molekul adalah diusulkan sebagai
cara untuk meningkatkan pemahaman pebelajar.

Rieber (dalam Garnet, dkk.)

menyarankan suatu kerangka kerja sebagai panduan yang sesuai digunakan untuk
animasi dan penyajian visual dinamik dalam mempelajari materi pelajaran.
Multimedia juga dapat membantu menjelaskan beberapa proses yang nyata
dengan konsep-konsep abstrak dari atom-atom, molekul, dan ion-ion. Aplikasi
10

multimedia

dalam

pembelajaran

kimia

sangatlah

penting

untuk

membantu

meningkatkan pemahaman dan minat pebelajar dalam mempelajari ilmu kimia, karena
multimedia berisi kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video. Kombinasi
ini merupakan kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, dan
isi pelajaran. Penggunaan teknologi multimedia untuk mengajar kimia mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar, prestasi pebelajar dan sikap
(Loretta and Stanley, 1993).
Mayer (2003) menemukan implikasi dari penggunaan multimedia dalam
pembelajaran kimia yaitu mendorong pebelajar aktif, terorganisaasi, dan dapat
mengintegrasikan informasi yang diperoleh untuk memahami konsep-konsep dan
prinsip yang sulit serta dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Program
multimedia kimia didesign untuk memperlihatkan ilustrasi dan konsep-konsep kunci
ilmu kimia melalui animasi, grafik model-model molekul, dan persamaan-persamaan,
sehingga dapat memotivasi pebelajar untuk mempelajari konsep-konsep sulit dalam
ilmu kimia.
Program multimedia dengan bantuan komputer adalah metode baru dalam
mengajar kimia.

Salah satu pengembangan aplikasi software ini adalah animasi

komputer. Ini merupakan aplikasi dinamik yang sangat potensial digunakan untuk
menstimulasi pebelajar mencapai tujuan belajar. Hasil-hasil penelitian dari animasi
komputer dalam pembelajaran kimia dapat meeningkatan pemahaman konseptual.
Stimulasi adalah sangat esensial untuk menghasilkan pengajaran yang konstrutivis dan
belajar lingkungan. Penelitian intensif dengan pendekatan konstrutivistik dan instruksi
media komputer, mendorong digunakannya komputer sebagai inovasi dalam mengajar
dan pembelajaran sain (Talib,dkk., 2005). Catrambone dan Stasco (Talib,dkk., 2005)
mendefinisikan animasi adalah suatu proses gerakan dan perubahan beberapa objek
pada layar komputer

sebagai suatu simulasi dari teori dinamis, abstrak, dan

perkembangan proses

dari suatu kejadian atau penomena. Yang terpenting dari

penggunaan teknologi ini adalah dapat mengintegrasikan semua jenis pengalaman


belajar, prinsip-prinsip dapat dipresentasikan dan
bersamaan (Loretta and Stanley, 1993).

diilustrasikan dalam waktu yang

Multimedia didesign untuk memberikan

kesempatan mengeksplorasi tiga tingkatan dari penyajian kimia, yaitu:

(1)

makroskopis, (2) submikroskopis, dan (3) simbolis. Beberapa keuntungan penggunaan


multimedia dalam pembelajaran kimia yakni:

Multimedia mempermudah mempelajari konsep-konsep dan prinsip


11

Multimedia adalah suatu proyek yang mempunyai target mempelajari


konsep-konsep kimia yang sulit (Stieff & Wilensky, 2003).

Multimedia untuk investigasi di laboratorium

Multimedia dapat membantu pebelajar memanipulasi dan mengamati


berbagai sajian sebelum eksperimen kimia dilakukan. Mereka dapat
membuat dan menganalisis penyajian eksperimen mereka ( Schank &
Kozma, 2002).

Butys & Smith (dalam Lin, dkk., 2002) menemukan beberapa siswa mengalami
kesulitan dalam memahami sel elektrokimia dan sel elektrolisis, termasuk konsepkonsep tentang listrik dan oksidasi reduksi. Sanger & Greenbowe (dalam
Lin,dkk.,2002) mendiagnosis miskonsepsi siswa untuk memahami elektrokimia.
Mereka melaporkan siswa mengalami miskonsepsi tentang mekanisme aliran listrik
elektrolit danjembatan garam. Lin, dkk (2002) menemukan ada dua miskonsepsi yang
utama yang dialami oleh siswa di Taiwan: (1) Jembatan garam adalah sangat esensial
dalam sel Galvani, dan (2) Elektrolit harus mengandung kation yang sesuai dengan
elektroda dalam sel Galvani (seperti Cu2+ untuk katoda Cu). Konsep-konsep dalam
materi ini dapat dijelaskan dengan dua gambaran, yaitu makroskopis dan mikroskopis.
Gambaran makroskopis dapat ditunjukkan dengan gejala-gejala fisis yang dapat
diamati, misalnya, korosi pada logam besi dapat diamati dengan terbentuknya karat
pada permukaan logam, akan tetapi bagaimana proses terbentuknya karat tersebut tidak
dapat diamati.

Untuk dapat memahami bagaimana proses tersebut terjadi, dapat

menggunakan gambaran mikroskopis. Komputer dengan berbagai karakteristiknya


dapat

digunakan

untuk

mengembangkan

media

pembelajaran

yang

dapat

memvisualisasikan gambaran makroskopis dan mikroskopis dari konsep-konsep yang


ada dalam materi elektrokimia.
Animasi komputer dapat digunakan untuk menolong pebelajar yang mengalami
miskonsepsi dengan konsep elektrokimia khususnya aliran elektron dalam sel pada
tingkat molekul (elektron mengalir dalam kawat penghantar dan ion-ion mengalir dalam
larutan). Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Sanger dan Greenbowe (dalam
Sanger, tanpa tahun) menggunakan gambar khusus untuk memvisualisasikan proses
yang terjadi pada elektroda dalam sel galvani untuk menghindari miskonsepsi pebelajar
tentang aliran elektron dalam sel. Aplikasi animasi komputer adalah sangat potensial
12

digunakan sebagai strategi yang efektif dalam mengajar elektrokimia ( Talib, 2005).
Efektivitas pembelajaran dengan animasi komputer dijelaskan dengan menggunakan
teori Paivios dual-coding, teori ini mengasumsikan bahwa pebelajar menyimpan
informasi yang diterima dalam memori kerja baik yang verbal atau visual dalam jangka
waktu yang lama. Meskipun teori ini yang mendasari penelitian yang menggunakan
visual statis, akan tetapi teori ini diterapkan dan diadaptasi untuk menjelaskan
efektivitas dari pembelajaran dengan animasi komputer. Animasi komputer dapat
mengurangi miskonsepsi siswa terthadap suatu konsep (Sanger and Greenbowe, 2000).
Setiap jenis media yang digunakan sebagai media pembelajaran tidak ada yang
sempurna, artinya media itu memiliki kelebihan dan kekurangan atau kelemahan
tertentu sesuai dengan karakteristiknya. Demikian juga halnya dnegan penggunaan
komputer sebagai media pembelajaran. Dari beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan, menujukkan banyak kelebihan dari penggunaan multimedia dalam
menjelaskan konsep-konsep kimia.
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara
energi listrik dan reaksi kimia. Reaksi yang terjadi adalah reaksi oksidasi-reduksi
(redoks). Energi Listrik timbul akibat aliran (gerakan) partikel bermuatan dalam
mediumnya yang disebut konduktor.

13

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

Model Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul mata kuliah

Kimia Terapan untuk pokok bahasan adalah Model Dick & Carey (1990). Penggunaan
model ini dipergunakan, karena model ini disusun secara terprogram dengan urutanurutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yag berkaitan
dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar. Model
pengembangan ini terdiri dari atas sembilan langkah (Dick, Carey : 2001 : 6), yaitu: (1)
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, (2) melakukan analisis pembelajaran, (3)
mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik pebelajar,

(4) menulis tujuan

pembelajaran khusus, (5) mengembangkan butir tes acuan patokan, (6) mengembangkan
strategi pembelajaran, (7) mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, (8)
Mendesain dan melakukan evaluasi formatif, (9) merevisi pembelajaran.
B.

Prosedur Pengembangan
Dalam pengembangan modul ini, prosedur pengembangan yang dilakukan adalah

terdiri dari beberapa tahap, yaitu:


1.

Menentukan mata kuliah yang akan dikembangkan


Mata kuliah yang akan dikembangkan adalah mata kuliah Kimia Terapan

2.

Mengidentifikasi tujuan pembelajaran, melakukan analisis


pembelajaran, mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik pebelajar, menulis
tujuan pembelajaran khusus, dan mengembangkan butir-butir tes acuan patokan.

3.

Mengembangkan stategi pembelajaran


Kegiatan ini meliputi aktivitas prapembelajaran, penyajian informasi dan umpan
balik, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut.

4.

Penyusunan dan penulisan modul dan memproduksi media pembelajaran


Modul yang disusun mempunyai komponen pembelajaran yang meliputi: (1) judul
bab dan konsep-konsep

kunci, (2) petunjuk, (3) kerangka isi, (4) tujuan

pembelajaran umum, (5) tujuan pembelajaran khusus, (6) meteri, (7) tugas dan
latihan, (8) rangkuman, (9) tes akhir materi, dan (10) sumber pendukung. Kegiatan

14

produksi modul ke dalam bentuk multimedia meliputi: praproduksi, produksi dan


pasca produksi.
5.

Mendesain dan melakukan evaluasi formatif dan merevisi


produk pengembanga. Evaluasi formatif meliputi: uji ahli isi, ahli desain, ahli
media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba
lapangan. Data yang diperoleh dari masing-masing kegiatan uji coba tersebut
dianalisis dan hasil analisis digunakan untuk merevisi produk pengembangan.

15

Tahap pertama
Menetapkan materi yang akan dikembangkan

Tahap kedua
Mengidentifikasi kompetensi dasar, melakukan analisis pembelajaran,
mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik pebelajar, menulis
indikator ketercapaian, dan mengembangkan butir tes acuan patokan

Tahap ketiga
Penyusunan dan penulisan materi pembelajaran

Tahap keempat
Memproduksi materi pembelajaran dalam bentuk multimedia

Tahap kelima
Uji ahli isi, ahli media pembelajaran, dan uji coba produk

Evaluasi tahap I
Uji ahli isi
dan media
Analisis data
Revisi I

Evaluasi tahap II

Evaluasi tahap III

Uji coba perorangan

Uji coba
lapangan

Analisis data
Revisi II

Analisis data
Revisi IV

Uji coba
kelompok kecil
Analisis data
Revisi III

Gambar 6. Tahap-Tahap Pengembangan Modul Pembelajaran

16

C.

Uji Coba Produk


Uji coba produk dalam penelitian pengembangan ini terdiri atas: (1) rancangan

uji coba, (2) subyek uji coba, (3) jenis data, (4) instrument pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
1.

Rancangan uji coba


Produk berupa modul dalam bentuk multimedia

yang dihasilkan dari

pengembangan ini diuji tingkat validitas dan keefektifannya. Tingkat validitas


ditentukan dari hasil kegiatan uji coba yang dilakukan, yaitu: (1) uji ahli isi, (2) uji ahli
desain , (3) uju ahli media pembelajaran, (3) uji coba perorangan, (4) uji coba kelompok
kecil, dan (5) uji coba lapangan. Tingkat keefektifan bahan ajar ditentukan dari hasil
pre-tes dan pos-tes, yang selanjutnya data ini dianalisis melalui uji-t.
2.

Subyek uji coba


Subyek uji coba produk hasil pengembangan adalah melalui beberapa tahap, yaitu:

a.

Uji Ahli
Subyek uji coba pada tahap ini adalah dua orang ahli isi mata kuliah untuk pokok
bahasan elektrokimia dan satu ahli desain dan media pembelajaran. Tinjauan dari
ahli isi dimaksudkan untuk memperoleh penilaian, saran, dan pendapat terhadap
validasi isi dari modul, sedangkan tinjauan dari ahli desain dan media, dimaksudkan
untuk memperoleh penilaiaan , saran, dan pendapat berkenaan dengan kesesuaian
media yang dibuat untuk pokok bahasan elektrokimia.

b.

Uji coba perorangan


Subyek uji coba pada tahap ini adalah enam orang mahasiswa semester II jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali. Keenam mahasiswa tersebut mewakili
mahasiswa berprestasi sedang dan rendah. Prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat
dari Indek Prestasi Komulatif (IPK) yang dicapai oleh mahasiswa. Dalam uji coba
ini produk pengembangan yang diuji cobakan adalah modul dalam bentuk
multimedia. Para mahasiswa diminta memberikan komentar dan saran sesuai
dengan form yang disediakan sebagai dasar dalam melakukan revisi terhadap
produk yang dikembangkan.

c.

Uji coba kelompok kecil


Subyek uji coba pada tahap ini adalah kelanjutan dari uji coba perorangan, dimana
subyeknya bertambah menjadi duabelas orang, yang terdiri atas empat orang
mahasiswa dengan prestasi tinggi, empat orang berprestasi sedang, dan empat orang
17

lagi mewakili mahasiswa dengan prestasi rendah. Dalam uji coba ini produk
pengembangan yang diuji cobakan modul dalam bentuk multimedia. Para
mahasiswa diminta memberikan komentar dan saran sesuai dengan form yang
disediakan sebagai dasar dalam melakukan revisi terhadap produk yang
dikembangkan.
d.

Uji coba lapangan


Subyek uji coba pada tahap ini terdiri dari 28 mahasiswa semester II jurusan Teknik
Mesin program studi Referigerasi dan Tata Udara. Dalam uji coba ini produk
pengembangan yang diuji cobakan adalah modul dalam bentuk multimedia.

3.

Jenis Data
Data-data yang telah dikumpulkan melalui pelaksanaan evaluasi formatif

dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: (1) data evaluasi tahap pertama berupa ada
hasil uji ahli isi, ahli desain dan media pembelajaran, (2) data hasil uji coba perorangan,
(3) data hasil uji coba kelompok kecil, dan (4) data hasil uji coba lapangan berupa data
pretes dan postes mahasiswa, dan data hasil review mahasiswa. Data yang diperoleh
dikelompokkan berdasarkan sifatnya, yaitu data kualitatif yang diperoleh dari hasil
review dengan mengisi form yang telah disediakan dan data kuantitatif yang diperoleh
dari hasi pretes dan postes pada uji coba lapangan.
4.

Instrumen pengumpulan data


Dalam

penelitian

pengembangan

ini,

instrumen

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan data adalah berupa kuisioner dan tes. Kuisioner digunakan untuk
mengumpulkan data hasil review dari ahli isi, ahli media, dan mahasiswa dalam uji
perorangan dan uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Tes digunakan untuk mengetahui
hasil belajar mahasiswa sebelum menggunakan produk (pretes) dan sesudah
menggunakan produk yang dikembangkan (postes).
5.

Teknik analisa data


Dalam penelitian pengembangan ini, digunakan dua teknik analisis data, yaitu

teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis statistik deskriptif.


a.

Teknik analisis deskriptif kualitatif


Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data hasil kuisioner dari ahli isi,

ahli media, dan mahasiswa dalam uji perorangan, uji kelompok kecil, dan mahasiswa
uji lapangan, yang berupa tanggapan, saran, serta kritik. Hasil ini dipergunakan sebagai
dasar dalam melakukan revisi terhadap produk yang dikembangkan.
18

b.

Teknik Analisis Statistik Deskriptif


Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket

dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung


persentase dari masing-masing subyek adalah:
Persentase

( jawaban x bobot tiap pilihan)


x 100%
n x bobot tertinggi

Keterangan:
= jumlah
N = jumlah seluruh iten angket
Selanjutnya untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus:
Prosentase = (F : N) x 100%, dengan F adalah jumlah persentase keseluruhan
subyek dan N adalah banyaknya subyek. Untuk dapat memberikan makna dan
pengambilan keputusan digunakan ketetapan skala Likert sebagai berikut:
Tabel 3.1 Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5
Tingkat pencapaian
90% -100%
75% - 89%
65% - 74%
55% - 64%
0% - 54%

Kualifikasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang

Keterangan
Tidak perlu direvisi
Tidak perlu direvisi
Direvisi
Direvisi
Direvisi

Tahap I
Menetapkan mata kuliah dan pokok bahasan yang akan
Teknik
analisis ini juga digunakan untuk mengolah
dikembangkan

data berupa hasil pretes dan

postes, sehingga diketahui keefektifan produk pengembangan yang dihasilkan dengan


uji t dua sampel berpasangan (paired) dengan bantuan program komputer SPSS.

Tahap II
c. Teknik

Mengidentifikasi tujuan pembelajaran, melakukan analisis pembelajaran,


Analisis
Statistik
Inferensial
mengidentifikasi
perilaku
awal dan karakteristik pebelajar, menulis tujuan
pembelajaran khusus, dan mengembangkan butir-butir tes acuan patokan

Teknik analisis Statistik Inferensial yang digunakan adalah uji perbedaan dalam
hal ini yang digunakan adalah uji t. uji ini digunakan untuk membuktikan apakah ada
perbedaan yang signifikan sebelum digunakan pembelajaran Multimedia dengan seteleh

IIIJurusan teknik mesin Politeknik Negeri


digunakan pembelajaran multimedia Tahap
pada siswa
Mengembangkan stategi pembelajaran

Bali. Setelah dibuktikan kemudian dilihat rerata nilai mana yang memberikan hasil
lebih baik antara sebelum dan sesudah pembelajaran kimia menggunakan multimedia.

TahapIV
Penyusunan dan penulisan modul serta memproduksi ke dalam
bentuk multimedia

19

Tahap V
Uji Coba Produk

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan

DAFTAR PUSTAKA
20

Panduan Pengembangan Modul Multimedia Interaktif. (2004). Direktorat Pendidikan


Menengah Kejuruan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Amthor, Geoffre R.,1992. Interactive Multimedia In Education.T H E Journal, (online),
Vol.19. No. 10, ( Questia Media America, www.questia.com, diakses 17 Maret
2006)
Arief S. Sadiman, R. Raharjo, Anung Haryono, dan Rahardjito. 2005. Media
Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Arsyard. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Trethewey dan Camberlin.1991. Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Dick, W.& Carey, L. 1990. The Systematic Design of Instruction. Illinois: Scott,
Foresman and Company
Fark, Carison. 1992 . Learning to Teach with Multimedia. T H E Journal, (online),
Vol.20. No. 2, ( Questia Media America, www.questia.com, diakses 17 Maret
2006
Germet, Oliver, dan Hacking. Designing Interactive Multimedia Materials to Support
Development in Beginning Chemistry Class. (online), (http://www.chemie.unikiel.de/pages/kielchem/Demuth., diakses 17 Juli 2006)
Gora, S. Winastwan. Pelatihan Pembuatan Modul Ajar Multimedia.(online),
(www.msnsearch.com diakses 13 Maret 2006)
Jones dan Smith. 1993. Multimedia Technology: A catalyst for Change in Chemical
Education. Pure & Appl.(online), Vol. 65, No.2
21

(http://www.rsc.org/images/Issue6-3_tcm18-33086.pdf diakses 12 Agustus


2006
Kozma, Russell,dan Meyer. Multimedia Learning of Chemistry. In Cambridge
Handbook of Multimedia Learning. (online),
(http://chemsense.org/about/papers/KozmaRussellMultimedia2004.pdf diakses
20 Agustus 2006)

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002. Bandung : PT Remaja


Sodakarya
Mohler. 2001. Using Interactive Multimedia Technologies to Improve Student
Understanding of Spatially-Dependent Engineering Concepts. Departement of
Computer Graphics (online), (http://www.rsc.org/images/Issue6-3_tcm1833086.pdf diakses 16 Agustus 2006)
Sanger,J., Greenbowe, J..Addresing Students Misconceptions ConcerningElectron Flow
in Aqueous SolutionWith Instrruction Including Computer Animation and
Conceptual Change Stratigies. International Journal of Science Education.
(online), Vol.22, No.5,(http://taylorandfrancis.metapress.com diakses 13
Agustus 2006)
Savage dan Vogel. 1996. Multimedia A Revalution in Higher Education?. College
Teaching Journal. (online). ), Vol.44. No. 4, ( Questia Media America,
www.questia.com, diakses 17 Maret 2006)
Shoron E. Smaldino, James D. Russel, Robert Henich, dan Mi

Instrutional

Technology and Media for Learning. 2005. New Jersey : Person Merrill
Prentice
Shyang Lin, Yang, Lin Chiu, dan Yang Chou. 2002. Students Difficulties in Learning
Elektrochemistry.(online),
(http://nr.stic.gov.tw/ejournal/proceedingD/v12n2/73-78.pdf diakses 20 Juli
2006)
22

Sunderest S.Heragu. 2003. Applying Cognition an Learning Principles in multimedia


Tools Development: Materials Handling System. International Conference on
Engineering Education.(online),
(http://www.rsc.org/pdf/uchemed/papers/2003/Ozkaya.pdf diakses 20 Agustus
2006)
Vermat, Pals. Tanpa Tahun. The Use Animation In Chemical Education. Stanford
Research Institute. (online), (http://www.rsc.org/images/Issue6-3_tcm1833086.pdf diakses 12 Agustus 2006)
Wittnell, Fernandes, Dugan, Sawrey dan Wilson. 1994. Multimedia Chemistry Letures.
Journal of Chemical Education. 71(9): 721-725

23

LAMPIRAN 1. ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

No

Uraian

Biaya

24

LAMPIRAN 2. BIODATA PENELITI


1.

Ketua Peneliti

25

2.

Anggota Peneliti

1. Nama
a. Pangkat/Gol./NIP
b. Jabatan

: M. Yusuf, S.Si., M.Erg.


: Penata/IIIc/132 232 496
: Lektor

4. Tempat/Tgl. Lahir
5. Jenis Kelamin
6. Pendidikan Terakhir
a. S1
b. S2

: Probolinggo, 20 Nopember 1975


: Laki-Laki
:
: Fisika-FMIPA Universitas Udayana, Th. 1998
: Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Th. 2004

7. Pengalaman Penelitian
:
a.
Sistem Pengindera Data Cuaca Dengan Memanfaatkan Perangkat CassyE, tahun 1998
b.
The Utilization Of Music To Increase The Work Motivation And
Productivity Of The Art Carpenter In Sukowati Gianyar. Dimuat dalam prosiding
seminar International Ergonomi di Kucing Malaysia Tahun 2003.
c.
Tekanan Suhu Panas Dan Alat Kerja Yang Menimbulkan Getaran Serta
Bunyi Bising Meningkatkan Beban Kerja Pada Pekerja Pembajak Sawah Di
Kabupaten Tabanan Bali. Disampaikan pada acara Kongres dan Seminar
Nasional Ergonomi di gedung pertemuan FTP UGM jogjakarta tanggal 13
September 2003.
d.
Penggunaan Gerinda Modifikasi Dapat Menurunkan Beban Kerja Dan
Meningkatkan Produktivitas Kerja Perajin Permata Bagian Proses Penghalusan Di
Desa Subagan Karang Asem. Disajikan Pada Acara Seminar Nasional Aplikasi
Ergonomi Dalam Industri di Gedung Fakultas Teknologi Mineral Upn Jogjakarta
Tanggal 27 Maret 2004.
e.
Penerapan Istirahat Pendek Dan Pemberian Snack Mengurangi Beban
Kerja Dan Gangguan Otot Skeletal Serta Meningkatkan Produktivitas Kerja
Pada Pekerja Goreng Kerupuk Di Bukit Sanggulan Kediri Kabupaten Tabanan.
Disajikan pada acara Seminar Nasional Ergonomi di Gedung Teknologi Pertanian
Universitas Gajah Mada Jogjakarta Tanggal 9 Oktober 2004.
f.
Improvement Of Working Room Ventilation Can Decrease Work Load
And Increase Work Productivity Of Roasted Fishes Workers In Cafe " X"
Jimbaran Badung Regency. Disampaikan pada acara Seminar Internasional
Ergonomi, Konferensi ke-8 SEAES (South East Asia Ergonomics Society), dan
Kongres ke-12 IPS (Indonesian Physiological Society) di Hotel Inna Grand Bali
Beach Sanur Bali Tanggal 23-25 Mei 2005.
g.
Hubungan Antara Motivasi, Pengalaman Pelatihan, Dan Upah Dengan
Performansi Kerja Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Alqudwah (STAIQ)
Denpasar.
h.
Perancangan Alat Pengasah Batu Permata Untuk Meningkatkan
Produktivitas Kerja Perajin Batu Permata di Kelurahan Subagan Karangasem
Bali. Tahun 2006. Penelitian jenis dosen muda dengan dana dari Direktorat
Pendidikan Tinggi (DIKTI) Indonesia.
Denpasar, 1 Maret 2008

26

M. Yusuf, S.Si., M.Erg.

27

Anda mungkin juga menyukai