PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia dipengaruhi oleh kebudayaan setempat, tempatnya bertempat
tinggal. Misalnya, seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga kelas
menengah akan di
diharapkan, yang umum terjadi pada keluarga dalam kelas tersebut.Demikian juga
yang terjadi dalam sejarah pertumbuhan suatu organisasi.Ide yang menganggap
organisasi-organisasi itu sebagai satuan-satuan budaya, yang di dalamnya terdapat
sebuah sistem yang dapat diartikan sama oleh setiap anggota organisasi, adalah
suatu feneomena yang masih relative baru.
Budaya adalah salah satu dasar dari asumsi untuk mempelajari dan
memecahkan suatu masalah yang ada didalam sebuah kelompok baik itu masalah
internal maupun eksternal yang sudah cukup baik dijadikan bahan pertimbangan
dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada anggota baru sebagai jalan yang
terbaik untuk berpikir dan merasakan didalam suatu hubungan permasalahan
tersebut.
Organisasi itu adalah sekumpulan orang yang terstruktur secara sistematis
yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Robbins dan Judge (2007)
mendefinisikan Budaya organisasi sebagai sebuah system makna bersama yang
dianut oleh para anggota organisasi yang membedakan organisasi tersebut dengan
organisasi yang lain.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal
dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat
menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai
dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri dengan
lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan
budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan kerja.
Memang banyak faktor lain yang menyebabkan anggota tidak memperoleh
kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan faktor yang utama.
budaya organisasi.
Menjelaskan proses terbentuknya budaya organisasi.
Menyebutkan dan menjelaskan fungsi budaya organisasi.
Menjelaskan budaya organisasi yang kuat dan yang lemah.
Menyebutkan dan menjelaskan tiga tipe budaya organisasi.
Menyebutkan dan menjelaskan berbagai cara untuk menanamkan
budaya organisasi.
7. Menjelaskan model tiga tahap sosialisasi.
8. Menjelaskan tentang artefak, uniformitas budaya dll
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Budaya dan Organisasi
a.
Budaya
Budaya adalah salah satu dasar dari asumsi untuk mempelajari dan
memecahkan suatu masalah yang ada didalam sebuah kelompok baik itu masalah
internal maupun eksternal yang sudah cukup baik dijadikan bahan pertimbangan
dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada anggota baru sebagai jalan yang
terbaik untuk berpikir dan merasakan didalam suatu hubungan permasalahan
tersebut.
b.
Organisasi
Menurut dimock Organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada
bagian-bagian yang saling berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat
mengenai kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Menurut Herbert G Hicks Organisasi adalah proses yang terstruktur
dimana orang-orang berinteraksi untuk mencapai tujuan
Menurut Mc Farland Organisasi adalah suatu kelompok manusia yang
dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya terhadap tercapainya suatu tujuan.
Jadi, organisasi itu adalah sekumpulan orang yang terstruktur secara
sistematis yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan
2.2 Pengertian Budaya Organisasi
Dalam beberapa literatur istilah budaya perusahaan/corporate culture
sering diganti dengan budaya organisasi/organization culture. Kedua istilah
tersebut dianggap memiliki pengertian yang sama (soedjono,2005). Robbins dan
Judge (2007) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sebuah system makna
bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang membedakan organisasi
tersebut dengan organisasi yang lain.
Karakteristik budaya organisasi terdiri dari.
1) Invovasi dan keberanian mengambil resiko. Sejauh mana karyawan didodrong
agar bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
2) Perhatian pada hal-hal rinci/detail. Sejauh mana karyawan diharapkan
menjalankan kecermatan/precision, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
3) Orientasi hasil. Sejauh mana pihak manajemen lebih focus pada hasil daripada
focus pada teknik atau proses yangdigunakan mencapai hasil tersebut.
4) Orientasi
orang.
Sejauh
mana
keputusan-keputusan
manajemen
kegiatan-kegiatan
organisasi
menekankan
membantu
memahami
lingkungan
dan
menentukan
bagaimana
dan
beradaptasi
dengan
perubahan
lingkungan.
Proses
dan
General
Motors
(Jak
Smith)
melukiskan
upaya
untuk
b) Perspektif Diferensiasi
Dari perspektif diferensiasi, budaya organisasi tidak dicirikandengan
keharmonisan dan kesatuan tetapi oleh perbedaan, bahkan inkonsistensi
(Meyerson & Martin, 1987). Perspektif diferensiasi mengakui adanya perbedaanperbedaan kultural dan sebagai bagian dari hal ini mengakui juga kemungkinan
terjadinya konflik diantara subkultur-subkultur.
Kultur dari sebuah organisasi dapat lebih tepat digambarkan sebagai
sebuah subkultur yang dominan. Martin & Shiel (1983) menunjukkan adanya tiga
jenis lain dari subkultur:
a) Peningkatan/perbaikan: mereka yang memperlihatkan sebuah kepatuhan
ekstrim terhadap nilai-nilai inti dari subkultur yang dominan.
b) Ortogonal: mereka yang menerima secara simultan, baik nilai-nilai initi dari
kultur yang dominan maupun set nilai-nilai lain yang tidak menimbulkan
konflik, seperti orang-orang dari sebuah profesi.
c) Kultur yang bertentangan: mereka yang memperlihatkan tantangan
langsung terhadap nilai-nilai inti dari subkultur yang dominan.
c) Perspekif Fragmentasi
Perspektif fragmentasi, status khusus adalah satu keadaan di mana
pengertian-pengertian berbeda di antara orang-orang dan dalam diri seseorang
sepanjang waktu. Pengertian-pengertian tidak bersesuai terhadap beberapa corak
yang konsisten. Perspektif fragmentasi menolak keberadaan pulau-pulau serupa
itu sebagai bentuk-bentuk permanen dari lanskap.
Perspektif fragmentasi menempatkan keraguan pada pusat kultur daripada sebagai
efek residual dari batas-batas yang telah terpola.
Nilai dari Ketiga Perspektif
Meyerson & Martin (1987) dan Martin (1992) mempunyai argumen bahwa
merupakan sesuatu yang krusial dan penting untuk mengerti sepenuhnya tentang
budaya-budaya organisasi agar bias menganalisis sebuah situasi dari sebuah
perspektif. Merupakan seuatu yang penting pulauntuk waspada terhadap hal-hal
berikut:
a) Adanya proses-proses yang memproduksi dan memperlihatkan keharmonisan
dan konsensus
b) Factor-faktor kultural yang berdasar pada perbedaan dan inkonsistensi
10
organisasi
secara
keseluruhan.
Perspektif
diferensiasi
menyelaraskan kita kepada vaiarasi dan perbedaan. Jadi, kita melihat kultur
organisasi yang pervasive sebagai salah satu pilihan yang dapat muncul. Akhirnya
perspektif fragmentasi membuat kita waspada tentang pentingnya untuk tidak
mengasumsi bahwa atribusi pengertian dapat jatuh ke dalam kategori-kategori
berdasar pada organisasi tertentu atau kelompo-kelompok/subkultur-subkultur
tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya adalah salah satu dasar dari asumsi untuk mempelajari dan
memecahkan suatu masalah yang ada didalam sebuah kelompok baik itu masalah
internal maupun eksternal yang sudah cukup baik dijadikan bahan pertimbangan
dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada anggota baru sebagai jalan yang
terbaik untuk berpikir dan merasakan didalam suatu hubungan permasalahan
tersebut.
Organisasi itu adalah sekumpulan orang yang terstruktur secara sistematis
yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Robbins dan Judge (2007)
mendefinisikan Budaya organisasi sebagai sebuah system makna bersama yang
dianut oleh para anggota organisasi yang membedakan organisasi tersebut dengan
organisasi yang lain.
Budaya yang kuat mencerminkan kesepakatan yang tinggi antar-anggota
organisasi mengenai apa yang diyakini organisasi. Sosialisasi adalah proses yang
11
dan
menentukan
bagaimana
meresponsnya,
sehingga
dapat
12
13
DAFTAR PUSTAKA
14