Anda di halaman 1dari 8

Jump 1

Memahami skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario.


1. Kejadian Luar Biasa (KLB): timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
2. Insidensi : Frekuensi penyakit yang baru di masyarakat dalam kurun waktu tertentu
Jump 3
Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan (tersebut
dalam langkah 2).
1. Contoh penyakit yang memungkinkan terjadinya KLB atau wabah
a. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.
b. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai mortalitas
tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

DHF
Campak
Rabies
Tetanus neonatorum
Diare
Pertusis
Poliomyelitis.

c. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting :


1) Malaria
2) Frambosia
3) Influenza
4) Anthrax
5) Hepatitis
6) Typhus abdominalis
7) Meningitis
8) Keracunan
9) Encephalitis
10) Tetanus.
d. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi masuk program :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Kecacingan
Kusta,
Tuberkulosa
Syphilis
Gonorrhoe
Filariasis, dll.

e. Contoh-contoh penyakit Berdasarkan kriteria KLB


1) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah, contoh: Flu burung,MERS
2) Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya, contoh dalam hitungan jam :
Diare,keracunan.dalam hitungan hari :DBD.dalam hitungan minggu : flu burung

3) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya,contoh :
Malaria, DBD
2. Penanganan KLB Malaria
Bila dari hasil konfirmasi telah terjadi KLB malaria, maka kegiatan penanggulangan dini perlu
segera dilaksanakan untuk menekan peningkatan jumlah penderita dan kematian. Kegiatan ini
dilakukan untuk menekan peningkatan jumlah penderita dari kematian. Kegiatan ini dilakukan unit
pelayanan kesehatan (UPK) tingkat :
a. Puskesmas
Kegiatan penanggulangan dilakukan puskesmas bila tersedia obat, bahan, dan peralatan yang
dibutuhkan. Kegiatan yang harus dilakukan adalah :
1) Pengobatan
a) Pada penderita malaria tanpa komplikasi : P. Falciparum postif fiobati dengan ACT 3
hari dan Primakuin 1 hari. Sedangkan P. vivax positif diobati dengan Klorokuin 3 hari
dan Primakuin 14 hari.
b) Pada penderita malaria berat, di Puskesmas bukan rawat inap harus segera dirujuk di
puskesmas rawat inap atau di rumah sakit. Dengan menekankan pada perbaikan
keadaanumum, pengobatan komplikasi, serta pengobatan malaria yaitu dengan Artmeter
injeksi atau Artesunat injeksi atau Kina perinfus. Bila penderita sudah bisa makanminum, pengobatan segera diganti peroral dengan ACT dan Primakuin.
c) Pada masyarakat di lokasi KLB dilakukan Mass Blood Survey (MBS). Bila ditemukan
penderita positif malaria, segera diobati dengan pengobatan standar sesuai jenis
plasmodiumnya.
d) Pengobatan lanjutan : Mass fever Treatment (MFT) dilakukan setiap dua minggu pada
semua penderita demam yang ditemukan di lokasi KLB.
e) Bila ditemukan penderita kambuh atau belum sembuh, segera diberikan pengobatan lini
2)
3)
4)
5)
6)

berikutnya.
Melaksanakan penyelidikan epidemiologi (orang, tempat, dan waktu)
Menentukan batas wilayah penanggulangan.
Menentukan dan menyiapakan sarana yang dibutuhkan.
Membuat jadwal kegiatan.
Membuat laporan kejadian dan tindakan penanggulangan yang telah dilaksanakan ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kodya, dalam tempo 24 jam.


b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotakan
Berdasarkan laporan dari puskesmas, petuugas Kabupaten segera melakukan kunjungan
lapangan untuk mengkonfirmasi kejadian dengan membawa kebutuhan dan memberikan
bimbingan serta melakukan kegiatan bersama-sama petugas puskesmas, sebagai berikut :
1) MBS atau MFT bila belum terlaksana oleh puskesmas.
2) Penyemprotan rumah dengan insektisida, dengan cakupan bangunan disemprot > 90%,
cakupan permukaan disemprot > 90%
3) Larvaciding bila telah diketahui tempat perindukan.
4) Penyuluhan kesehatan masyarakat.

5) Membuat laporan kejadian dan tindakan penanggulangan yang telah dilaksanakan ke Dinas
Kesehatan Provinsi, dengan form W1 Ka dalam tempo 24 jam.
c. Dinas Kesehatan Provinsi
1) Menganalisa laporan yang diterima dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kodya.
2) Memproses laporan form W1 disertai rincian kegiatan dan biaya operasional
penanggulangan yang telah disusun oleh Kabupaten/Kodya.
3) Melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi kejadian.
4) Mengajukan permintaan kebutuhan biaya operasional dan rincian kegiatan ke Bagian
Anggaran Provinsi, sebagaimana ketentuan yang berlaku di Provinsi yang bersangkutan.
5) Mengirimkan biaya operasional yang sudah disetujui ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kodya.
6) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan bimbingan teknis di dalam penanggulangan KLB
yang dilaksanakan oleh Kabupaten/Kodya dan Puskesmas.
7) Melaporkan kejadian KLB pada Departemen Kesehatan cq. Direktorat Jendral PP dan PL.
8) Khusus untuk daerah transmigrasi supaya dilaporkan juga ke Departemen Transmigrasi.
d. Tingkat Pusat
1) Direktorat Jenderal PP dan PL cq. Direktorat PP-BB menganalisa kejadian KLB dan
melaporkan kejadian KLB pada Menteri Kesehatan.
2) Melaksanakan kegiatan supervisi dan bimbingan teknis.
1. Faktor faktor yang menyebabkan insidensi dan prevalensi meningkat
a.
Makin mudahnya sarana tranportasi dan peningkatan migrasi
b.
Peningkatan resistensi terhadap obat antimalaria dan insektisida
c.
Perhatian dan kewaspadaan masyarakat terhadap malaria menuun
d.
Petugas pelayanan kesehatan
e.
Faktor geografis

3. Faktor faktor yang menyebabkan insidensi dan prevalensi meningkat


a. Insidensi meningkat pada :
1) Makin mudahnya sarana tranportasi dan peningkatan migrasi
2) Peningkatan resistensi terhadap obat antimalaria dan insektisida
3) Perhatian dan kewaspadaan masyarakat terhadap malaria menuun
4) Petugas pelayanan kesehatan
5) Faktor geografis
b. Prevalensi meningkat seiring meningkatnya :
1) Point prevalensi meningkat pada :
2) Imigrasi penderita
3) Emigrasi orang sehat
4) Meningkatnya masa sakit
5) Meningkatnya jumlah penderita baru

4. Mekanisme dan manfaat dibentuk Pos Malaria Desa dan Pemberantasan Sarang Nyamuk serta
upaya pemberdayaan masyarakat lain
Posmaldes adalah suatu wadah pemberdayaan masyarakat dalam penangulangan malaria yang
dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Kegiatan operasional
dilakukan oleh Kader Malaria Desa berupa penemuan dan pengobatan penderita, penyuluhan ke
masyarakat, pemberdayaan misalnya iuran, arisan kelambu, kerja bakti, PSN, dll.

Menurut PP Menkes RI No 949/MENKES/SK/VII/2004, wabah adlah berjangkitnya suatu penyakit


menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
kejadian yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri
kesehatan berkewenangan untuk menetapkan dan mencabut daerah tertentu terkena wabah.
Menurut Depkes, masih tingginya prevalensi malaria di Indonesia dikarenakan Indonesia beriklim
tropis yang merupakan habitat yang nyaman bagi vektor malaria (nyamuk Anopheles betina), belum
ditemukannya vaksin yang tepat, perbedaan geografis antar pulau menyebabkan tumbuhnya spesies
nyamuk yang bervariasi sehinga menghasilkan antigen malaria yang beragam.
Tujuan Posmaldes antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan penemuan kasus malaria melalui peran aktif masyarakat dan dirujuk
ke fasilitas kesehatan terdekat
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan malaria
Posmaldes diperlukan karena:
a. Sekitar 45% dari desa endemis malaria merupakan daerah terpencil (transportasi dan
komunikasi sulit, akses pelayanan kesehatan rendah, sosial ekonomi masyarakat rendah,
cakupan penemuan kasus malaria oleh Puskesmas rendah, pengobatan tidak sempurna karena
banyak obat malaria dijual bebas)
b. Posmaldes merupakan embrio berbagai bentuk UKBM lainnya
Tugas Kader malaria:
a. Menemukan kasus malaria klinis
b. Merujuk penderita
c. Melakukan penyuluhan dan upaya pencegahan bersama masyarakat
d. Membuat catatan hasil kegiatan
e. Kader mendapat pelatihan dan dilengkapi dengan posmaldes kit dan media penyuluhan
malaria.
Pokok-pokok kegiatan posmaldes
Penemuan dini dan pengobatan penderita.
a. Meningkatkan akses pelayanan yang berkualitas (konfirmasi dengan mikroskop atau RDT).
b. Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat
c. Meningkatkan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
d. Menggalang kemitraan
e. Meningkatkan sistem surveilans
f. Meningkatkan sistem monitoring dan evaluasi
g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

5. Surveilans

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga
penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan
lebih efektif. Tujuan khusus surveilans:
a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak;
c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease
d.
e.
f.
g.

burden)

pada populasi;
Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,
Monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
Mengidentifikasi kebutuhan riset

Langkah-langkah kegiatan surveilans


a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data
selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologis yang dilaksanakan secara
teratur dan terus menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang
bersumber dari rumah sakit, puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan
survey. Untuk mengumpulkan data diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Secara
umum pencatatan di puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan luar gedung
(Budioro, 2007).
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang-orang
yang dianggap penderita campak atau population at risk melalui kunjungan rumah (active
surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan kesehatan yaitu dari
laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan puskesmas desa dan puskesmas pembantu,
laporan petugas surveilans di lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat
serta petugas kesehatan lain (pasive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari unit
kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah, misalnya laporan dari pustu, posyandu,
barkesra, poskesdes. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik wawancara dan atau
pemeriksaan (Arias, 2010).
Sumber data surveilans epidemiologi meliputi : (1).Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan dan masyarakat. (2).Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan serta laporan dari kantor pemerintah dan masyarakat. (3).Data demografi yang dapat
diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat. (4).Data geografi yang dapat diperoleh
dari Unit Meteorologi dan Geofisika. (5).Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan dan masyarakat. (6).Data Kondisi lingkungan. (7).Laporan wabah. (8).Laporan
Penyelidikan wabah/KLB. (9).Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan. (10).Studi epidemiologi
dan hasil penelitian lainnya. (11).Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat
diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat. (11).Laporan kondisi pangan. (12).Data dan
informasi penting lainnya (Budioro, 2007).

b. Pengolahan dan penyajian data


Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik
(histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan komputer sangat
diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan
program (software) seperti epid info, SPSS, lotus, exceldan lain-lain (Budioro, 2007).
c. Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan dipergunakan
untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan dan penanggulangan
penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan
lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksipenyakit (Noor, 2000).
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan atau tahuntahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan dan mencari hubungan
penyebab penyakit campak dengan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian campak (Arias,
2010).
d. Penyebarluasan informasi
Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun ke bawah. Dalam rangka kerja
sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan
ini. Untuk diperlukan informasi yang informatif agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar
bidang kesehatan (Budioro, 2007).
Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans epidemiologi penyakit
campak disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit
atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta
pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi agar diketahui terjadinya peningkatan atau
penurunan kasus penyakit (Arias, 2010).
Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang mudah dimengerti
dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian serta evaluasi
program yang dilakukan. Cara penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu
laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan
pertemuan, membuat suatu tulisan di majalah rutin, memanfaatkan media internet yang setiap saat
dapat di akses dengan mudah (Depkes RI, 2003).
e. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima laporan setelah
diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan
tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus
mengoreksi dan memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan
balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik

dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan
pembinaan/suvervisi (Arias, 2010).
f. Investigasi penyakit berpotensi KLB
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu dilakukan
investigasi/penyelidikan

epidemiologi

penyakit

campak.

Dengan

investigator

membawa

ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit dan
bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan
kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi KLB yang perlu mengambil tindakan atau
sebaliknya (Arias, 2010).
g. Tindakan penanggulangan
Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka segera dilakukan
tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu: (1) Pengobatan segera pada penderita yang sakit, (2)
Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, (3) Melakukan penyuluhan mengenai penyakit
kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari
penyakit tersebut, (4) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai
penularan (Arias, 2010).
h. Evaluasi
Setiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk mengevaluasi manfaatnya .
sistem dapat berguna apabila secara memuaskan memenuhi paling tidak salah satu dari pernyataan
berikut : apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan yang mengidentifikasi
perubahan dalam kejadian kasus penyakit, apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemik
kejadian penyakit di wilayah tersebut, apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi
tentang besarnya morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah
tersebut, apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan
dengan kejadian penyakit dan apakah program surveilans tersebut dapat menilai efek tindakan
pengendalian (Arias, 2010)
Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: (1) Surveilans pasif; (2) Surveilans aktif.
a. Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus
dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans
pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif
dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena
tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal.Selain itu,tingkat pelaporan dan
kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggung jawab utama
memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing.
b. Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala kelapangan, desadesa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit,
dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case

finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada
surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan
tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan
surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.

6. Interaksi Agen Penyakit, Host Dan Environment


Dalam usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap penyakit perlu di pelajari
mekanisme yang terjadi antara agen, host dan environment yaitu:
Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara langsung oleh lingkungan yang
menguntungkan agen penyakit. Terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya
viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung dalam sayuran di
dalam ruang pendingin dan penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan bumi

global.
Interaksi antara manusia dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungan dan terjadi pada saat
prapatogenesis suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat dan

menyediakan makanan.
Interaksi antara host dengan agen penyakit
Suatu keadaan agen penyakit yang menetap, berkembangbiak dan dapat merangsang manusia
untuk menimbulkan respon berupa tanda-tanda dan gejala penyakit berupa demam, perubahan
fisiologi jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan atau mekanisme pertahanan tubuh
lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, kecacatan atau kematian.

Anda mungkin juga menyukai