DHF
Campak
Rabies
Tetanus neonatorum
Diare
Pertusis
Poliomyelitis.
Kecacingan
Kusta,
Tuberkulosa
Syphilis
Gonorrhoe
Filariasis, dll.
3) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya,contoh :
Malaria, DBD
2. Penanganan KLB Malaria
Bila dari hasil konfirmasi telah terjadi KLB malaria, maka kegiatan penanggulangan dini perlu
segera dilaksanakan untuk menekan peningkatan jumlah penderita dan kematian. Kegiatan ini
dilakukan untuk menekan peningkatan jumlah penderita dari kematian. Kegiatan ini dilakukan unit
pelayanan kesehatan (UPK) tingkat :
a. Puskesmas
Kegiatan penanggulangan dilakukan puskesmas bila tersedia obat, bahan, dan peralatan yang
dibutuhkan. Kegiatan yang harus dilakukan adalah :
1) Pengobatan
a) Pada penderita malaria tanpa komplikasi : P. Falciparum postif fiobati dengan ACT 3
hari dan Primakuin 1 hari. Sedangkan P. vivax positif diobati dengan Klorokuin 3 hari
dan Primakuin 14 hari.
b) Pada penderita malaria berat, di Puskesmas bukan rawat inap harus segera dirujuk di
puskesmas rawat inap atau di rumah sakit. Dengan menekankan pada perbaikan
keadaanumum, pengobatan komplikasi, serta pengobatan malaria yaitu dengan Artmeter
injeksi atau Artesunat injeksi atau Kina perinfus. Bila penderita sudah bisa makanminum, pengobatan segera diganti peroral dengan ACT dan Primakuin.
c) Pada masyarakat di lokasi KLB dilakukan Mass Blood Survey (MBS). Bila ditemukan
penderita positif malaria, segera diobati dengan pengobatan standar sesuai jenis
plasmodiumnya.
d) Pengobatan lanjutan : Mass fever Treatment (MFT) dilakukan setiap dua minggu pada
semua penderita demam yang ditemukan di lokasi KLB.
e) Bila ditemukan penderita kambuh atau belum sembuh, segera diberikan pengobatan lini
2)
3)
4)
5)
6)
berikutnya.
Melaksanakan penyelidikan epidemiologi (orang, tempat, dan waktu)
Menentukan batas wilayah penanggulangan.
Menentukan dan menyiapakan sarana yang dibutuhkan.
Membuat jadwal kegiatan.
Membuat laporan kejadian dan tindakan penanggulangan yang telah dilaksanakan ke Dinas
5) Membuat laporan kejadian dan tindakan penanggulangan yang telah dilaksanakan ke Dinas
Kesehatan Provinsi, dengan form W1 Ka dalam tempo 24 jam.
c. Dinas Kesehatan Provinsi
1) Menganalisa laporan yang diterima dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kodya.
2) Memproses laporan form W1 disertai rincian kegiatan dan biaya operasional
penanggulangan yang telah disusun oleh Kabupaten/Kodya.
3) Melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi kejadian.
4) Mengajukan permintaan kebutuhan biaya operasional dan rincian kegiatan ke Bagian
Anggaran Provinsi, sebagaimana ketentuan yang berlaku di Provinsi yang bersangkutan.
5) Mengirimkan biaya operasional yang sudah disetujui ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kodya.
6) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan bimbingan teknis di dalam penanggulangan KLB
yang dilaksanakan oleh Kabupaten/Kodya dan Puskesmas.
7) Melaporkan kejadian KLB pada Departemen Kesehatan cq. Direktorat Jendral PP dan PL.
8) Khusus untuk daerah transmigrasi supaya dilaporkan juga ke Departemen Transmigrasi.
d. Tingkat Pusat
1) Direktorat Jenderal PP dan PL cq. Direktorat PP-BB menganalisa kejadian KLB dan
melaporkan kejadian KLB pada Menteri Kesehatan.
2) Melaksanakan kegiatan supervisi dan bimbingan teknis.
1. Faktor faktor yang menyebabkan insidensi dan prevalensi meningkat
a.
Makin mudahnya sarana tranportasi dan peningkatan migrasi
b.
Peningkatan resistensi terhadap obat antimalaria dan insektisida
c.
Perhatian dan kewaspadaan masyarakat terhadap malaria menuun
d.
Petugas pelayanan kesehatan
e.
Faktor geografis
4. Mekanisme dan manfaat dibentuk Pos Malaria Desa dan Pemberantasan Sarang Nyamuk serta
upaya pemberdayaan masyarakat lain
Posmaldes adalah suatu wadah pemberdayaan masyarakat dalam penangulangan malaria yang
dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Kegiatan operasional
dilakukan oleh Kader Malaria Desa berupa penemuan dan pengobatan penderita, penyuluhan ke
masyarakat, pemberdayaan misalnya iuran, arisan kelambu, kerja bakti, PSN, dll.
5. Surveilans
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga
penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan
lebih efektif. Tujuan khusus surveilans:
a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak;
c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease
d.
e.
f.
g.
burden)
pada populasi;
Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,
Monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
Mengidentifikasi kebutuhan riset
dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan
pembinaan/suvervisi (Arias, 2010).
f. Investigasi penyakit berpotensi KLB
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu dilakukan
investigasi/penyelidikan
epidemiologi
penyakit
campak.
Dengan
investigator
membawa
ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit dan
bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan
kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi KLB yang perlu mengambil tindakan atau
sebaliknya (Arias, 2010).
g. Tindakan penanggulangan
Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka segera dilakukan
tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu: (1) Pengobatan segera pada penderita yang sakit, (2)
Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, (3) Melakukan penyuluhan mengenai penyakit
kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari
penyakit tersebut, (4) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai
penularan (Arias, 2010).
h. Evaluasi
Setiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk mengevaluasi manfaatnya .
sistem dapat berguna apabila secara memuaskan memenuhi paling tidak salah satu dari pernyataan
berikut : apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan yang mengidentifikasi
perubahan dalam kejadian kasus penyakit, apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemik
kejadian penyakit di wilayah tersebut, apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi
tentang besarnya morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah
tersebut, apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan
dengan kejadian penyakit dan apakah program surveilans tersebut dapat menilai efek tindakan
pengendalian (Arias, 2010)
Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: (1) Surveilans pasif; (2) Surveilans aktif.
a. Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus
dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans
pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif
dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena
tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal.Selain itu,tingkat pelaporan dan
kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggung jawab utama
memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing.
b. Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala kelapangan, desadesa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit,
dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case
finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada
surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan
tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan
surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
global.
Interaksi antara manusia dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungan dan terjadi pada saat
prapatogenesis suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat dan
menyediakan makanan.
Interaksi antara host dengan agen penyakit
Suatu keadaan agen penyakit yang menetap, berkembangbiak dan dapat merangsang manusia
untuk menimbulkan respon berupa tanda-tanda dan gejala penyakit berupa demam, perubahan
fisiologi jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan atau mekanisme pertahanan tubuh
lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, kecacatan atau kematian.