Presus Tinea Korporis - MCD
Presus Tinea Korporis - MCD
TINEA KORPORIS
Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK
Disusun oleh :
Mutiara Chandra Dewi
GI4A014114
FAKULTAS KEDOKTERAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
TINEA KORPORIS
April 2016
Disusun oleh :
Mutiara Chandra Dewi
G4A014114
Purwokerto,
April 2016
Dokter Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas berkat
rahmat dan anugerah-Nya sehingga presentasi kasus dengan judul Miliari Rubra
ini dapat diselesaikan.
Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK selaku dosen pembimbing.
2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin di RS. Margono Soekarjo.
3. Orangtua serta keluarga penulis atas doa dan support yang tidak pernah henti
diberikan kepada penulis
4. Rekan-rekan Co-Assisten Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin atas
semangat dan dorongan serta bantuannya.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di
dalam maupun di luar lingkungan RS. Margono Soekarjo.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. 2
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 3
DAFTAR ISI........................................................................................................ 4
BAB I LAPORAN KASUS............................................................................... 5
A. Identitas Pasien...................................................................................
B. Anamnesis..........................................................................................
C. status generalis ...................................................................................
D. status lokalis.......................................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang .....................................................................
F. Resume................................................................................................
G. Diagnosis Banding..............................................................................
H. Diagnosis Kerja..................................................................................
I. Terapi..................................................................................................
J. Prognosis............................................................................................
5
5
6
7
7
7
7
7
7
8
I.
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 36 tahun
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
: SD
Status Pernikahan
: Menikah
Alamat
Agama
: Islam
B. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 13 April 2016, pukul 10.00 WIB
1. Keluhan Utama
: Gatal pada punggung
2. Keluhan Tambahan : bercak kemerahan pada punggung kanan
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke puskesmas Cilongok dengan keluhan gatal pada
punggung kanan sejak 3 bulan yang lalu. Pada awalnya gatal bermula dari
bercak kemerahan yang berukuran kecil di punggung, akan tetapi bercak
kemerahan tersebut semakin meluas. Pasien merasa gatal semakin hebat
saat pasien beraktivitas, udara panas dan berkeringat banyak. Keluhan
dirasakan semakin memberat. Untuk mengurangi rasa gatal, pasien
menggunakan obat daktarin yang dibeli di warung.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat hipertensi
disangkal. Riwayat dm disngkal. Riwayat alergi obat disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit dengan keluhan yang sama dengan
pasien.Tidak ada yang menderita Alergi. Tidak ada yang menderita
Penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi, Ginjal
C. STATUS GENERALIS
Keadaaan umum : Baik
6
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan gizi
Vital Sign
: Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36.7
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Thorax
Abdomen
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
E. STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi
: punggung kanan
), sianosis (
Effloresensi
healing)
F. RESUME
Pasien seorang perempuan, 36 tahun datang datang ke Puskesmas
Cilongok dengan keluhan gatal pada punggung kanan sejak 3 bulan yang lalu.
Pada awalnya gatal bermula dari bercak kemerahan yang berukuran kecil di
punggung, akan tetapi bercak kemerahan tersebut semakin meluas. Pasien
merasa gatal semakin hebat saat pasien beraktivitas, udara panas dan
berkeringat banyak. Keluhan dirasakan semakin memberat. Untuk mengurangi
rasa gatal, pasien menggunakan obat daktarin yang dibeli di warung.
Hasil pemeriksaan vital sign dan status generalis dalam batas normal.
Pemeriksaan dermatologis mendapatkan tampak plakat polimorfik berbatas
tegas dengan tepi aktif (central healing) pada punggung kanan
G. DIAGNOSA KERJA
Tinea corporis
H. DIAGNOSIS BANDING
Tinea cruris
I. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH
Pemeriksaan lampu wood
J. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologis
a. Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat
yang berlebihan
b. Menggunakan baju dari bahan yang menyerap keringat (misal:
katun), dan menghindari mengenaan baju dari bahan yang tidak
menyerap keringat (misal: karet, nylon)
c. Tidak bertukar handuk dan dengan orang lain
d. Menjemur handuk dan pakaian di luar, tidak di dalam rumah agar
tidak lembab
e. Memberitahukan untuk tidak menggaruk luka atau daerah kulit
yang gatal karena akan memperparah luka dan menimbulkan
tempat infeksi baru.
2. Farmakologis
a. R/ Loratadine tablet 10 mg
2 dd 1 pc
b. R/ Ketokonazol tablet 200mg
2 dd 1 pc
c. R/ Mikonazol cream III
K. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad kosmeticum
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit yang tidak berambut
(glabrous skin) kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan lipat paha (El-Gohary
et al, 2014). Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton. Terdapat
lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit dan
salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea
korporis (Djuanda, 2007).
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan
menyerang 20-25% populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi
kulit tersering. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang
semua ras dan kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini relatif
sering terkena pada negara tropis (iklim panas dan kelembaban yang tinggi)
dan sering terjadi eksaserbasi (Sharquie et al, 2013).
Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti di
Amerika
Serikat
penyebab
terseringnya
adalah
Tricophyton
rubrum,
10
radang
merupakan
mekanisme
pertahanan
nonspesifik
11
12
atau lonjong dengan tepi yang aktif dengan perkembangan kearah luar, bercakbercak bisa melebar dan akhirnya memberi gambaran yang polisiklik, arsinar,
dan sirsinar. Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif yang ditandai
dengan eritema, adanya papul atau vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi
relatif lebih tenang (Siregar, 2014).
Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur,
pemeriksaan lampu wood, biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi, dan
pemeriksaan dengan menggunakan PCR (Hay dan Moore,2004). Pemeriksaan
mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat langsung dari kerokan kulit,
kemudian sediaan dituangi larutan KOH 10%. Sesudah 15 menit atau sesudah
dipanaskan dengan api kecil, dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini
memberikan hasil positif hifa ditemukan hifa (benang-benang) yang bersepta
atau bercabang, selain itu tampak juga spora berupa bola kecil sebesar 13.Kultur dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (2530C),kemudian satu minggu dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan
jamur. Spesies jamur dapat ditentukan melalui bentuk koloni, bentuk hifa dan
bentuk spora (Djuanda, 2007).
Pemeriksaan lampu wood adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang 365 nm. Sinar ini tidak dapat dilihat.
Bila sinar ini diarahkan ke kulit yang mengalami infeksi oleh jamur
dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dilihat dengan
memberi warna kuning kehijauan (fluoresensi). Beberapa jamur yang
memberikan fluoresensi yaitu M.canis, M.audouini, M.ferrugineum dan
T.schoenleini (Djuanda, 2007).
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Kontak Alergi
2. Kandidiasis
3. Psoriasis
Penyakit
Dermatitis Kontak Alergi
Psoriasis
yang berkelompokdandis
Gatal, bersisik, kumat-ku
Gatal
keringat
UKK: Makula
13
Pitiriasis rosea
4. Ptiriasis rosea
14
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan
infeksi
jamur
dibedakan
menjadi
pengobatan
non
Non Medikamentosa
a. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena
infeksi atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk
b.
15
Lesi luas
Higienitias personal buruk
Bertahan pada lingkungan dan kebiasaan berpakian yang lembab
Terapi tidak adekuat
17
II. PEMBAHASAN
A. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Penyakit kulit yang terdapat pada pasien dalam kasus adalah tinea korporis.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik status dermatologis yang mendukung
ke arah diagnosis kerja tinea korporis adalah sebagai berikut :
Hasil anamnesis :
1. Keluhan utama gatal pada area yang tertutup pakaian dan area lipatan
kulit.
2. Keluhan gatal memberata apabila pasien berkeringat maupun saat
beraktivitas.
3. Pasien tinggal di tepat bercuaca panas dan beraktivitas menggunakan baju
tebal dengan bahan yang tidak menyerap keringat.
Hasil pemeriksaan fisik status dermatologis :
1. Lokasi : regio axilaris, thoraks dan gluteal
2. Efloresensi : makula eritematosa berbatas tegas dengan tepi aktif dan
central healing
B. DIAGNOSIS BANDING
Berdasarakan tempat lesinya, diagnosis banding untuk penyakit
dermatitis atopik pada kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Dermatitis kontak alergika
Dermatitis kontak alergi selalu disertai dengan keluhan gatal. Hal
ini sesuai dengan keluhan yang ada pada pasien ini. Penyakit dermatitis
kontak alergika biasanya didahului dengan adanya kontak terhadap
alergen, sementara pada kasus ini, pasien menyangkal adanya riwayat
kontak dengan bahan atau benda sebelumnya. Adapun efloresensi pada
dermatitis kontak alergika yaitu eritema numular-plakat, papul dan vesikel
yang berkelompok dan disertai dengan erosi numular-plakat (Siregar,
2014).
2. Kandidiasis
Kandidiasis selalu ditandai dengan rasa gatal yang terutama seakin
berat bila berkeringat. Rasa gatal dirasakan pada lesi kulit yang muncul
18
pada area-area yang berkeringat, seperrti lipatan, atau area yang lembap..
Efloresensi pada kandidiasis adalah makula dan papul eritem numular
hingga plakat dengan papul eritem disekitarnya sebagai lesi satelit yang
tidak diteukan padda lesi kulit pasien (Siregar, 2014).
3. Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit kronik residif yang memiliki ujud
kelainan kulit serupa dermatofitosis. Pasien umumnya mengeluhkan
muncul bercak yang bersisik disertai rasa gatal. Efloresensi kulit yang
muncul berupa maukla eritem anular multipel dengan sisik putih tebal
seperti mika. Terkadang lesi tampak sebagai maula hipopigmentasi dengan
tepi eritematosa sehingga sangat mirip dengan dermatofitosis (Siregar,
2014).
4. Pitiriasis Rosea
Pitiriasis rosea biasanya ditandai oleh bercak-bercak merah pada
badan dan tangan yang tidak sakit dan tidak gatal. Lesi yang muncul
sangat khas, yaitu diawali oleh lesi induk (mother patch/herald patch)
yang kemudian diikuti oleh lesi lainnya meengikuti garis lipat kulit seoerti
gambaran pohon cemara (Siregar, 2014).
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur,
pemeriksaan lampu wood, biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi,
dan pemeriksaan dengan menggunakan PCR (Djuanda, 2007).
Pemeriksaan
mikroskopis
dilakukan
dengan
membuat
preparat
langsung dari kerokan kulit, kemudian sediaan dituangi larutan KOH 10%.
Sesudah 15 menit atau sesudah dipanaskan dengan api kecil, dilihat di bawah
mikroskop. Pemeriksaan ini memberikan hasil positif hifa ditemukan hifa
(benang-benang) yang bersepta atau bercabang, selain itu tampak juga spora
berupa bola kecil (Czaika, 2013).
Pemeriksaan lampu wood adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar
ultraviolet. Bila sinar ini diarahkan ke kulit yang mengalami infeksi oleh
19
jamur dermatofita tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dilihat
dengan memberi warna kuning kehijauan (El-Gohary et al, 2014).
D. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologis
a. Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat yang
berlebihan
b. Menggunakan baju dari bahan yang menyerap keringat (misal: katun),
dan menghindari mengenaan baju dari bahan yang tidak menyerap
keringat (misal: karet, nylon)
c. Tidak bertukar handuk dan dengan orang lain
d. Menjemur handuk dan pakaian di luar, tidak di dalam rumah agar
tidak lebab
e. Memberitahukan untuk tidak menggaruk luka atau daerah kulit yang
gatal karena akan memperparah luka dan menimbulkan tempat infeksi
baru.
2. Farmakologis
a. Loratadine tablet; 2 x 10 mg/ hari
Loratadine adalah antihistamin kerja panjang yang mempunyai
selektivitas tinggi terhadap reseptor histamin-H1 perifer dan afinitas
yang rendah terhadap reseptor-H1 di susunan saraf pusat, sehingga
tidak menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik gatal dan terbakar
pada mata. Selain itu loratadine juga mengobati gejala-gejala seperti
urtikaria kronik dan gangguan alergi pada kulit lainnya.Pada kasus ini
digunakan untuk mengatasi keluhan gatal yang dirasakan oleh pasien
(Katzung, 2004).
b. Ketokonazol tablet; 2 x 200 mg/ hari.
Ketokonazol merupakan fungistatik yang bekerja melalui inhibisi
sintesis ergosterol dependen-sitokrom p450 yang berperang dalam
pembentukan membran sel. Ketokonazol memiliki hepatotksik sehigga
tidak dianjurkan sebagai terapi lini pertama (El-Gohary et al, 2014).
c. Krim racikan (Mikonazol + Hidrokortison 1% + Asam salisilat 2% +
LCD 5% ); 2 x 1
Obat topikal dala sediaan krim diberikan pada pasien untuk dioleskan
tipis pada area yang gatal secara teratur sebanyak 2 kali sehari.
20
II.
KESIMPULAN
1. Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial
golongan dermatofita, menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah,
badan, lengan, dan tungkai.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Czaika AV. 2013. Effective Treatment of Tinea Corporis due to Trichophyton
mentagrophytes with Combined Isoconazole Nitrate and Diflucortolone
Valerate Therapy. Mycoses Special Issues. Blackwell Verlag GmbH.
56(1):30-32.
Djuanda A. 2007. IlmuPenyakitKulitdanKelamin. Edisi 5. Jakarta : FKUI.
El-Gohary M. Van Zuuren EJ, Fedorowics Z, Burgess H, Doney L. 2014. Topical
Antifungal Treatment for Tinea Cruris anda Tinea Corporis. Cochrane
Databse System Review.
Hube B. Hay R, Brasch J, Veraldi S, Schaller M. 2015. Dermatomycoses and
Inflammation: The adaptive balance between growth, damage, and survival.
Journal of Medical Mycology. 25(1).
Katzung BG. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mansjoer A. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jilid II. Edisi 3. Jakarta : FKUI.
Sharquie KE. Noaimi AA, Al-Hashimy SA, Al-Tereihi IG. 2013. Treatment of
Tinea Corporis by Topical 10% Zinc Sulfate Solution. The Iraqi Post
Graduate Medical Journal. 12(2):247-250.
Siregar RS. 2014. Atlas BerwarnaSaripatiPenyakitKulit. Edisi 4. Jakarta : EGC.
23