Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan WSD (Water Seal Drainage) atau yang disebut juga dengan ChestTube (pipa dada) adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam
rongga pleura dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di
dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empisema atau untuk
mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura, misalnya
pneumotoraks. Bedanya dengan tindakan pungsi atau torakosentesis adalah
kateter dipasang pada dinding toraks dalam waktu yang lama dan dihubungkan
dengan suatu botol penampung
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah kami ini , yaitu :
1. Apa itu pemasangan WSD ?
2. Apa saja indikasi pemasangan WSD ?
3. Apa tujuan pemasangan WSD tersebut ?
4. Dimana saja letak pemasangan WSD ?
5. Apa saja jenis sistem WSD ?
6. Bagaimana penatalaksanaan WSD ?
7. Bagaimana prosedur pemasangan WSD ?
8. Bagaiamana cara pelepasan WSD ?
9. Bagaimana cara mengganti botol WSD ?
10. Bagaimana penerapan pemasangan WSD dalam asuhan keperawatan
beserta dokumentasiannya ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah kami ini, yaitu :
1. Memahami pemasangan WSD
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan indikasi pada pemasangan WSD
3. Mengetahui dan menjelaskan tujuan pemasangan WSD
4. Mengetahui dan menjelaskan prosedur pemasangan WSD
5. Mengetahui dan menjelaskan prosedur pelepasan WSD
6. Mengetahui dan menjelaskan prosedur penggantian botol WSD
7. Mengetahui jenis-jenis sistem WSD
8. Menjelaskan penatalaksanaan WSD
9. Mengetahui letak pemasangan WSD
10. Memahami serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada kasus
pemasangan WSD.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


Water Seal Drainage (WSD), adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain
untuk mengeluarkan cairan dan udara melalui selang dada dan mencegah aliran
balik. Untuk memahami tentang prinsip kerja sistem Water Seal Drainage,
prosedur pemasangan dan pencabutan sistem Water Seal Drainage, seorang
perawat sebelumnya perlu memahami tentang anatomy rongga dada dan
fisiologi ventilasi. Hal ini penting untuk dipahami sehingga perawat dapat
memberikan perawatan yang profesional pada pasien yang terpasang sistem
Water Seal Drainage (WSD).
2.2 Indikasi
Indikasi dari pemasangan Water Seal Drainage (WSD) , yaitu :
1. Pneumothorax, adanya udara dalam rongga pleura
2. Hemothorax, adanya darah dalam rongga pleura
3. Effusi Pleura, adanya penimbunan cairan dalam rongga pleura
4. Emfisema, adanya effusi pleura yang mengandung pus
2.3 Tujuan Pemasangan WSD
Tujuan dari pemasangan Water Seal Drainage (WSD), yaitu :
1. Memungkinkan cairan (darah,cairan,pus) keluar dari ruang pleura
2. Memungkinkan udara keluar dari ruang pleura
3. Mencegah udara masuk kembali ke ruang pleura
4. Mempertahankan

agar

udara

tetap

mengembang

mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.


2.4 Letak Pemasangan WSD
Letak pemasangan WSD terletak pada beberapa tempat, yaitu :
1. Apikal
a.

Letak selang pada ICS 3 mid-klavikula

b.

Dimasukkan secara antero lateral

c.

Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura


3

dengan

jalan

2. Basal
a.

Letak selang pada ICS 5-6 atau ICS 8-9 mid-axilaris

b.

Fungsi : Untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

2.5 Jenis Sistem Water Seal Drainage (WSD)


Ada beberapa jenis sistem Water Seal Drainage, yaitu :
1. Sistem grafitasi satu dan dua botol
Pada sistem satu botol, cairan atau udara masuk melalui cairan pengumpul,
yang berakhir di dalam air steril (penyegel). Udara keluar dari air menuju
ventilasin udara , cairan tetap di dalam botol. Sistem satu botol bergantung
pada grafitasi dan tekanan ekspirasi positif untuk drainage

Keuntungan :
a.

Penyusunan sederhana

b.

Mudah untuk pasien untuk yang dapat jalan

Kerugian :
a. Saat drainage dada mengisi botol, lebih banyak kekuatan diperlukan
untuk memungkinkan udara dan cairan pleura untuk keluar dari rongga
dada masuk ke dalam botol.

b. Campuran darah drainage dan udara menimbulkan cairan busa dalam


botol yang membatasi garis pengukuran drainage.
c. Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan
botol .
2. Sistem pengisapan dua dan tiga botol
Sistem dua botol menggunakan satu botol untuk menerima cairan dan udara
dari klien dan botol dua untuk membuat segel air. Udara atau cairan dari
rongga pleura diterima oleh botol. Udara dari botol satu disalurkan ke botol
dua ,udara keluar dari air, menuju ventilasi udara. Cairan dari rongga pleura
tetap di dalam botol satu. Sistem ini menggunakan grafitasi dan tekanan
ekspirasi positif untuk drainage.

\
Keuntungan dua botol:
a.

Mempertahankan water seal pada tingkat konstan

b.

Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik.


Kerugian dua botol :
Untuk terkadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan
botol.
Sistem tiga botol mempunyai sebuah botol pengumpul, yaitu sebuah botol
water seal, sebuah botol kontrol pengisapan , dan fungsi botol 1 dan 2 sama
dengan sistem 2 botol kecuali bahwa botol 2 disambungkan ke botol 3.
Botol 3 mempunyai sebuah selang kontrol manometer dibawah permukaan
air steril. Kedalaman selang di bawah permukaan air ini menentukan
besarnya pengisapan pada rongga pleura. Botol kontrol pengisapan
mempunyai saluran lain yang digunakan untuk pengisapan. Sistem ini
menggunakan tekanan ekspirasi positif, grafitas, dan pengisapan untuk
drainage.
5

Keuntungan tiga botol :


a. Memungkinkan akumulasi drainage dan keakuratan pencatatan jumlah
drainage.
b. Tingkat water seal stabil
c. Suction terkontrol
Kerugian tiga botol :
a. Lebih kompleks ,lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan
dalam pemeliharaan dan perakitan.
b. Ambulasi dan transfer pasien sulit dan beresiko
3. Sistem Unit Disposabel
Sistem unit disposabel terdiri atas tiga ruangan yaitu :
a.

Ruang pengumpul dengan sub ruangan

b.

Ruang water seal, dan

c.

Ruang Pengisapan
Ketinggian cairan di ruang pengisapan menentukan besarnya tekanan
pengisapan yang diberikan pada klien.Konfigurasi yang tepat dari ruangan
ini berbeda-beda sesuai pabriknya. Pada beberapa alat bila ruang pengumpul
ini terisi oleh drainage, rruang ini dapat diganti atau dipasang kembali tanpa
mengganggu keseluruhan sistem.

Keuntungan :
a. Bahan dari plastik sehingga tidak mudah pecah seperti botol
b. Bersifat disposible, bentuk ringan, tunggal, dan mudah dibawa kemana
mana
Kerugian :
a. Harga mahal
b. Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit
terbalik
2.6 Penatalaksanaan WSD
Penatalaksanaan dalam Water Seal Drainage, diantaranya :
1.

Memberi posisi
Posisi yang ideal adalah Semi Fowler. Untuk meningkatkan evakuasi
udara dan cairan,posisi pasien diubah setiap dua jam. Pasien diperlihatkan
bagaimana menyokong dinding dada dekat sisi pemasangan selang dada. Di
dorong untuk batuk,napas dalam, dan ambulasi. Pemberian obat nyeri
sebelum latihan akan menurunkan rasa nyeri dan meningkatkan ekspansi
paru-paru.

2.

Mempertahankan kepatenan sistem


Komplikasi paling serius dari selang dada adalah tension pneumothorax.
Bila tidak segera diatasi akan mengancam kehidupan.Tension Pneumothrax
terjadi bila udara masuk ke ruang pleura selama inspirasi, tetapi tidak dapat
keluar selama ekspirasi. Proses ini terjadi bila ada obstruksi pada selang
sistem drainage dada. Semakin banyak udara terjebak dalam ruang pleura ,
tekanan meningkat sampai paru-paru kolaps, dan jaringan lunak dalam dada
7

tertekan.

Tanda

dan

gejala

Tension

Pneumothorax

adalah

Takikardia,Takipnea, Agitasi, berkeringat, pergeseran garis tengah trakhea ,


bunyi napas pada paru-paru cedera tidak ada , perkusi hiperesonan pada
perkusi diatas paru-paru yang cedera, hipotensi, henti jantung . Asuhan
keperawatan ditunjukkan untuk mempertahankan kepatenan dan fungsi
yang tepat dari sistem drainase

selang dada. Angkat selang sesering

mungkin untuk mendrainase cairan ke dalam wadah. Selang dibelitkan pada


tempat tidur untuk mencegah terlipat dan terkumpulnya darah pada selang
yang tergantung di lantai. Jangan naikkan sistem drainase selang dada diatas
selang dada karena drainage akan kembali ke dalam dada.
3.

Memantau Drainase
Perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah drainase. Gunakan bulpen untuk
menandai tingkat sistem drainase pada akhir tugas jaga. Waspada terhadap
tiba-tiba perubahan drainase,peningkatan tiba-tiba menunjukkan perdarahan
atau adanya pembukaan kembali obstruksi selang. Sedangkan penurunan
tiba-tiba menunjukkan obstruksi selang dada atau kegagalan selang
dada.Untuk mengembalikan kepatenan selang dada, tindakan keperawatan
yang dianjurkan adalah :
a. Upayakan untuk mengurangi obstruksi dengan pengubahan posisi pasien
b. Bila bekuan terlihat, renggangkan selang antara dada dan unit drainase ,
dan tinggikan selang untuk meningkatkan efek grafitasi.
c. Lakukan sedikit pelepasan selang dan arahkan bekuan menuju wadah
drainase untuk melepaskan secara perlahan bekuan ke arah wadah
drainase.
d. Bila selang dada tetap tersumbat ,pembongkaran selang dada
dianjurkan. Pembongkaran selang dada tanpa mengevaluasi situasi
pasien sangat beresiko.

Potensial pembongkaran selang dada :


1. Terbentuknya tekanan negatif berlebihan menyebabkan aspirasi
jaringan paru-paru ke dalam lubang selang dada.

4.

2.

Kebocoran pleura menetap

3.

Kerusakan garis jahitan

4.

Peningkatan tekanan paru-paru

5.

Peningkatan aliran balik vena ke jantung kanan

6.
7.

Pergeseran septum ventrikular ke kiri


Ancaman pada pengisian ventrikel darah kiri
Memantau Water Seal (Segel Air)
Melakukan pemeriksaan visual untuk meyakinkan ruang water seal terisi
sampai garis. Bila pengisapan diberikan, yakinkan garis air pada tabung
penghisapan sesuai dengan jumlah yang diindikasikan. Bila pompa
penghisapan cairan pleura darurat digunakan, periksa ukuran penghisap.
Jangan menutup lubang ventilasi udara.
Observasi segel di bawah air terhadap fluktuasi pernafasan. Tidak ada
fluktuasi dapat menunjukkan ahwa paru-paru terlalu mengembang atau ada
obstruksi pada sistem. Gelembung terus menerus pada water seal tanpa
penghisap dapat menunjukkan bahwa selang berubah tempat atau terlepas.
Oleh karena itu, perlu untuk memeriksa seluruh sistem terhadap adanya alat
yang terlepas dan melihat selang dada untuk melihat penempatannya di luar
dada . Gelembung yang terjadi selama 24 jam setelah pemasangan selang
sehubungan dengan perbaikan pneumothorax dapat menyebabkan adanya
fistula bronkopleura . Ini biasanya terjadi pada pengesetan ventilasi mekanis
pada tidal volume dan tekanan tinggi.

2.7 Prosedur Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)


Pemasangan Water Seal Drainage (WSD) dapat dilakukan diruang
operasi,ruang kegawatdaruratan, atau di tempat tidur pasien .
1.

Lokasi pemasangan water seal drainage


Lokasi pemasangan selang WSD berdasarkan indikasi :
a. Jika mengeluarkan udara, selang ditempatkan dekat apex paru di daerah
ICS II
b. Jika mengeluarkan cairan selang ditempatkan dekat basal paru di daerah
ICS V-VI
c. Setelah bedah jantung, selang ditempatkan pada daerah mediastinum

2.

Peralatan untuk pemasangan water seal drainage


a. Trolly dressing
b. Cairan Antiseptik
c. Sarung tangan steril, topi,masker, gaun, duk steril
d. Anestesi lokal : Lidokain 1%
e. Drain set steril
10

f. Drain penampung atau meddap


g. Trocar sesuai kebutuhan
h. Tubing 1/6 , 1/4
i. Blade no.11
j. Jarum dan benang
k. Y konektor atau konektor cabe
l. Tromol kasa
m. Spuit 5cc,spuit 2cc,spuit 10cc
n. WFI
o. Sumber suction
p. Klem
q. Gunting
r. Plester
s. Bengkok
3.

Persiapan pasien
a. Kaji status pasien dan tanda-tanda vital
b. Cek kelengkapan alat dan inform concent pasien atau keluarga
c. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk memberikan rasa aman
dan nyaman
d. Mengatur posisi pasien fowler atau semi fowler

4.

Prosedur pemasangan WSD (dilakukan oleh dokter)


Untuk prosedur pemasangan WSD adalah sebagai berikut :
a. Kulit dibersihkan dan dianestesi
b. Dibuat insisi kecil pada kulit
c. Penetrasi ruang pleura dengan menggunakan forcep
d. Pelebaran dibuat dengan forcep kemudian direnggangkan dengan jari
e. Akhir proksimal selang di klem dengan forcep kemudian dimasukkan di
ruang pleura
f. Bila pemasangan sulit, trokar metal untuk penetrasi dada, membiarkan
selang pada tempatnya.
g. Bagian ujung selang dihubungkan ke unit drainase
h. Untuk mencegah selang terlepas , kulit sekitar selang dijahit
i. Akhir dari jahitan diikatkan melingkari selang dan diikat
11

j. Pada sisi insisi diberi betadine dan ditutup kasa


k. Kasa ukuran 3x4 berlubang diletakkan pada selang dan diplester kuat
pada dada. Selang diplester pada dada untuk menghindari penarikan
selang dan jahitan bila pasien bergerak
l. Foto thorax pasca pemasangan selalu dilakukan untuk menjamin
ketetapan posisi.
2.8 Prosedur pelepasan water seal drainage
1.

Indikasi pencabutan didasarkan pada alasan insersi dan meliputi


dibawah ini :
a. Drainase telah berkurang 50-100 mldalam 24 jam bila selang dipasang
hemathorax,emfisema, dan effusi pleura.
b. Drainase menjadi berubah dari merah menjadi serosa , tidak terdapat
kebocoran udara dan jumlah kurang dari 100 ml setelah 8 jam ( jika
selang dipasang setelah operasi jantung )
c. Paru-paru telah mengembang kembali (dibuktikan dengan chest x-ray)
d. Status respirasi telah membaik ( tidak terdapat kesulitan bernafas,
suara nafas bilateral sama, penurunan penggunaan otot aksesori
pernafasan, pengembangan dada simetris, dan RR kurang dari
24x/menit.
e. Kebocoran udara telah pulih (dikaji dengan tidak adanya bubbling
kontinyu pada ruang water seal).

2.

Persiapan alat
a. Trolly dressing
b. Dressing set
c. Betadine solution
d. Klem
e. Sarung tangan steril dan non steril
f. Spuit 2,5cc
g. Analgesik
h. Bengkok
i. Plester
j. Gunting
12

3.

Persiapan pasien
a. Yakinkan pasien mengerti pengajaran pre prosedur
b. Premedikasi pasien dengan anlgesik adekuat setidaknya 15 menit
sebelum prosedur dilakukan
c. Tempatkan pasien pada posisi semifowler

4.

Prosedur pelepasan
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan steril
c. Buka set angkat jahitan steril dan siapkan betadine dan kasa
d. Lepaskan suction dari chest drainage system dan cek terhadap
kebocoran udara pada ruang water seal.
e. Lepas sarung tangan
f. Angkat plester yang menempel dan tentukan tipe jahitan yang terdapat
pada selang dada
g. Konfirmasi pada pasien bahwa selang terbebas dari plester dan jahitan
h. Gunakan sarung tangan biasa
i. Klem setiap selang yang akan dicabut
j. Instruksikan pada pasien untuk tarik nafas dalam dan tahan pada setiap
selang yang akan diangkat
k. Cabut selang dada secara cepat
l. Tutup sisi insersi dengan kapas steril dan rekatkan dengan plester
m. Kaji pasien setelah prosedur dan bandingkan hasil nya dengan
pengkajian sebelumnya
n. Lakukan chest x-ray sesuai protokol
o. Cuci tangan
2.9 Penggantian botol water seal drainage
Adapun beberapa langkah dalam penggantian botol WSD, yaitu :
a. Siapkan set yang baru. Botol berisi aquades ditambah desinfektan
b. Selang WSD diklem dulu
c. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
d. Amati undulasi dalam dalam selang WSD
13

BAB III
TINJAUAN TEORITIS ASKEP

3.1 Pengkajian
1. Sirkulasi
a. Takikardi,irama jantung tidak teratur (disaritmia)
b. Suara jantung III,IV,galop atau gagal jantung sekunder
c. Hipertensi atau hipotensi
2. Nyeri
a. Subjektif
- Nyeri dada sebelah
- Serangan tiba-tiba
- Nyeri bertambah saat bernafas
b. Objektif
- Wajah meringis
- Perubahan perilaku
3. Respirasi
a. Subjektif
-Riwayat setelah pembedahan dada,trauma
- Riwayat penyakit kronik, infeksi paru, tumor, biopsi paru
-Kesulitan bernafas
-Batuk
b. Objektif
- Takipnea
- Peningkatan kerja napas
- Fremitus fokal
- Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
- Kulit sianosis, pucat, krepitasi
4. Rasa Aman
a. Riwayat fraktur atau trauma dada
b. kankaer paru, riwayat radiasi
5. Pengetahuan
a. Riwayat keluarga mempunyai resiko tinggi TB,CA
14

b. Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan , dan perawatan


3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa aman nyeri b/d pemasangan selang dada.
Ditandai dengan :
a.

Pasien mengatakan tidak nyaman

b.

Postur tubuh kaku

c.

Mengerang kesakitan

d.

Menangis

e.

Raut muka tegang

2. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d kemungkinan terjadi tension


pneumothoraks sekunder terhadap sumbatan pada selang dada.
Ditandai dengan :
a. Perdarahan yang banyak dari selang dada
b. Terlihat banyaknya bekuan darah pada drainase selang dada
c. Pernafasan dangkal dan cepat
d. Perubahan TTV
e. Warna kulit dan membran mukosa
3. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan infasif pemasangan selang dada.
4. Injuri , potensial terjadinya trauma atau hipoksia b/d pemasangan alat WSD,
kurangnya pengetahuan tentang WSD
5. Rencana Tindakan
1.

Gangguan rasa nyaman dan nyeri b/d pemasangan


selang dada .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam
diharapkan nyeri klien dapat berkurang .
Kriteria hasil :

a. Otot wajah rileks


b. Nyeri berkurang
c. Sedikit menggunakan analgesik
d. Peningkatan volume inspirasi pada spirometer intensif
6. Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, penumpukan sekret ,
kecemasan, proses peradangan.
15

a. Pola nafas efektif , kriteria :


- Frekuensi nafas dalam rentang normal
- Suara paru jelas dan bersih
b. Berpartisipasi dalam aktivitas
- Monitor frekuensi, irama , dan kedalaman pernafasan
- Posisikan kliae pada posisi semi fowler
- Kaji pernafasan selama tidur
- Auskultasi bunyi nafas , dan catat adanya bunyi nafas
- Observasi pola batuk dan karakter sekret
- Dorong nafas dalam dan latighan batuk efektif
c. Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan
- Berikan humidifikasi tambahan
- Cek ruang kontrol suction untuk mencatat jumlah cairan yang keluar
dengan tepat ( untuk batas air dinding regulator terpasang dengan
benar ).
- Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan pada batas
yang telah ditetapkan.
- Observasi gelembung udara pada botol WSD
- Evaluasi gelembung udara yang terjadi
- Tentukan lokasi kebocoran pada pasien atau WSD (dengan memasang
klem pada kateter toraks distal ) dengan sedikit ditarik keluar .
- Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD
- Monitor untuk undulasi abnormal dan catat apabila ada perubahan yang
menetap atau sementara
- Evaluasi apakah perlu tube tersebut dilakukan pengurutan .
- Atur posisi sistem drainase , agar berfungsi seoptimal mungkin, misalnya
sisakan panjang selang pada tempat tidur, yakinkan bahwa selang itu
tidak kaku dan menggantung diatas WSD , keluarkan akumulasi cairan
bila perlu.
2. Resiko terjadi injury b/d pemasangan selang WSD
a. Mengenal tanda-tanda komplikasi
b. Pencegahan lingkungan atau bahaya fisik lingkungan
c. Review dengan pasien akan tujuan atau fungsi drainase
16

d. Fiksasi kateter thoraks pada dinding dada dan sisakan panjang kateter
agar pasien dapat bergerak atau tidak mengganggu pergerakannya.
e. Usahakan WSD berfungsi dengan baik dan aman dengan meletakannya
lebih tinggi dari bed pasien di lantai atau troli.
f. Observasi adanya tanda-tanda respirasi distress bila kateter thoraks
tercabut.
g. Anjurkan pasien untuk tidak menekan atau membebaskan selang dari
tekanan . misalnya : tertindih tubuh.
h. Kaji tindakan perubahan, catat dan beri tindakan perawatan bila :
- Perubahan suara bubbling
- Kebutuhan 02 yang tiba-tiba
- Nyeri dada
- Lepasnya selang
3. Nyeri akut b/d prosedur pembedahan, trauma jaringan.
Nyeri berkurang kriteria evaluasi :
Mengungkapkan tidak ada nyeri
Tidak merintih
Tidak menangis
Ekspresi wajah rileks
Klien menyatakan nyeri berkurang
Klien dapat beristirahat dengan cukup
Skala nyeri sedang
3.3 Rasional
a. Ubah posisi dari baring terlentang menjadi posisi miring ke posisi yang
tidak sakit secara bergantian setiap 2 jam.
b. Berbaring pada sisi yang terkena menimbulkan rasa yang sangat sakit, dan
hal tersebut mempengaruhi perkembangan paru
c. Bantu pasien melakukan AKS dan ambulasi sesuai kebutuhannya
d. Untuk menjaga agar tidak terjadi cedera , pantau :
-

Tekanan darah , nadi, dan pernafasan setiap 4 jam

Intensitas nyeri

Tingkat kesadaran

17

BAB IV
PEMBAHASAN

FORMAT PENGKAJIAN UMUM


1. BIODATA
a. NAMA

: Tn. T

b. UMUR

: 36 tahun

c. JENIS KELAMIN

: Laki-laki

d. AGAMA

: Islam

e. ALAMAT

: Jalan Arjuno, Surabaya

f. PENDIDIKAN

: SMA

g. PEKERJAAN

: Supir Angkutan

h.

DIAGNOSA

: Pneumothoraks

i.

NO. REGISTER

: 25XXXX

1. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sesak napas, nyeri pada daerah thoraks dekstra serta wajah pucat
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 01 Maret 2013 dan
mengalami benturan di daerah thoraks.
3. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
Klien pernah mengalami sakit demam.
4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Didalam keluarga pasien, tidak ada riwayat penyakit menular maupun menurun
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SOSIAL
Klien mudah bergaul dengan teman sebayanya
6. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI
-Sebelum MRS: a. Pola makan : Nasi,ikan, sayur 3x1/ hari
b. Pola minum : air putih kurang lebih 7 gelas
c. Pola tidur

: -Tidur malam : 22.00-06.00


- Tidur siang : sekitar 1 jam
18

d. BAK
-

Warna kuning

Bau khas
e. BAB

-Setelah MRS:

: - kurang lebih 3-5x /hari

: - 1-2x/hari
-

lembek

kuning

baunya khas

a. Pola makan : - porsi


b. Pola minum : - 5-6 gelas
c. Pola tidur

: - hanya 2 jam
- ada gangguan sesak nafas jadi sulit tidur

d. BAK

: -5000cc/hari
- warna putih kekuning-kuningan
- amis dan bau obat

e. BAB

: - 1x sehari
- Kuning
- Bau khas

7. KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN


-k/u pasien lemas
-Penampilan bersih dan rapi
- Dipasang WSD
8. TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah

: 110/70

Nadi

: 82 x/menit

Suhu

: 37,8 oC

RR

: 28 x/menit

10.PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Kepala Leher
Rambut

: Hitam, tidak rontok, distribusi baik

Kepala

: Bentuk bulat lonjong, simetris, ukuran normal

Mata

: Bulat, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, simetris.

Hidung

: Bersih, tidak ada perdarahan, tidak ada perdarahan.


19

Mulut

: Bibir simetris atas dan bawah.

Gigi

: Bersih , normal

Telinga

: Simetris kiri dan kanan , tidak ada peradangan, pendengaran baik

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening

Lidah

: Lidah tidak kotor

b. Pemeriksaan Integumen / Kulit


-Turgor kulit <2 detik baik, ditandai dengan adanya tegangan kulit
-Warna kulit sawo matang, bersih, dan tidak ada lesi
c. Pemeriksaan Payudara dan ketiak
Bersih, normal, tidak ada kelainan
d. Pemeriksaan Thorak/dada
Inspeksi thorak: -Simetris bentuk dadanya, tidak ada kelainan
Auskultasi

: - Bunyi napas vesikuler, terdapat bunyi tambahan ronchi basah.

e. Pemeriksaan Paru
- Inspeksi

: Bentuk paru Simetris

- Palpasi

: Fremitus traktil di daerah lapang paru

- Perkusi

: Hiperesonan

f. Pemeriksaan Jantung
-Perkusi:

: - batas jantung atas ICR-2 , batas kanan =linea sternum dekstra ICR-2,
batas kiri linea midklavikularis anterior bawah ICR-5 parasternalis
sinistra.

-Auskultasi

: - irama denyut jantung irreguler


- bunyi jantung 1= terdengar LUP di triscupidalis (ICR-5 linea
parastenalis) dan bicuspidalis (ICR-5 Midklavikularis)
- bunyi jantung 2= terdengar DUP di aorta (ICR-2 sinistra ) dan pulmo
(ICR-2 dekstra)

g. Pemeriksaan Abdomen
-Inspeksi

: Simetris

-Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan , tidak ada benjolan, tidak ada ascites

-Perkusi

: Suara kembung

-Auskultasi : Tidak ada bising usus


h. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genetalia

20

Bersih, tidak ada kelainan pada genetalia, personal hygiene baik, setelah buang air kecil
ibu selalu membersihkan genetalia anaknya
Anus
Anus pasien bersih, dan tidak ada bercakbercak di sekitarnya, tetapi ada rasa keluh
pada daerah rektum terasa penuh
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Bentuk normal, kekuatan otot (2), rentang bergerak terbatas, reflek patologis Babinski
(-).
i. Pemeriksaan Neurologi
Pasien sadar, GCS ( 4, 5, 6)
Membuka mata spontan: 4
Orientasi baik : 5
Menggerakkan otot sesuai perintah: 6
j.

Pemeriksaan Status mental


Pasien menerima keadaan dengan ikhlas, cerna dan bisa menyesuaikan keadaannya.
11.

PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS


Terlampir

12.

TERAPI
Cefotaxime 1 gr/12 jam Antibiotik
Frogesic/ Tromadol 1 gr/ 8 jam / drips Analgesik
Ranitidine 1 amp/12 jam Antihistamin / tukak lambung
Novalgin 1 amp / 8 jam Antipiretik analgetik
Ketorolac 1 amp / 12 jam Analgetik / iritasi lambung
Ambroxol syrup 3x1 sdt Obat batuk
Paracetamol 3x1 sdt Antipiretik
Asam Mefenamat 3x1 sdt Analgetik
Metronidazole 500 mg/ hari Antibiotik dan anti inflamasi
13.HARAPAN PASIEN/KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN PENYAKITNYA
Keluarga pasien berharap anaknya cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit

21

ANALISA DATA
Nama Pasien

: Tn. T

Umur

: 36 Tahun

NO
1.

DATA
( DS/DO)
Ds: klien merasakan nyeri pada
pemasangan WSD
Do:

MASALAH

ETIOLOGI

Resiko tinggi

Ditandai dengan

terjadinya infeksi

adanya luka pada

pada pemasangan

pemasangan WSD

WSD

-Adanya luka pada pemasangan


WSD
-Adanya tanda infeksi seperti :
rubor, nyeri (+), dolor
(kemerahan),
-S/N: 36,7 oC /120 x/menit
-RR: 28 x/menit

22

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO
1.

DIAGNOSA
Resiko tinggi terjadinya infeksi pada pemasangan WSD ditandai dengan :
-Adanya luka
- Adanya nyeri
- Kulit kemerahan
- Adanya infeksi pada lokasi pemasangan WSD.
-S/N: 36,7 oC/120 x/menit
-RR: 28 x/menit

23

No.

Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Rencana Tindakan
1. Berikan pengertian dan pengetahuan pemasangan WSD

kurang lebih 3 jam, diharapkan bisa

2. Berikan perawatan luka dengan tekhnik septic dan

defekasi dengan kriteria hasil:

antiseptic

Rasional
1. Perawatan mandiri seperti menjaga luka
dari hal yang septic tercipta bila klien
memiliki pengertian yang optimal

- Bebas dari tanda-tanda infeksi

3. Dorong untuk nutrisi yang optimal

- Tidak ada lagi kemerahan

4. Kaji tanda-tanda vital infeksi

menimbulkan pertumbuhan

- Tidak terasa nyeri

5. Berikan antibiotik

mikroorganisme

- Pasien sudah merasa nyaman dan tidak

2. Perawatan luka yang tidak benar akan

3. Untuk mempertahankan status nutrisi

merintih kesakitan .

serta mendukung sistem immun


4. Nyeri dan kemerahan menunjukkan
indikasi infeksi
5. Mencegah atau membunuh
mikroorganisme

24

TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien

: Tn. T

Umur

: 36 tahun

Tanggal/Jam
01/3/2013
Jam 09.00

No. Dx. Per


Dx.1

Tindakan
1. Memberikan

pengertian

dan

pengetahuan

perawatan WSD.
R/ Pasien merasa jauh lebih hati-hati

dan

waspada terhadap pemasangan WSD ditubuhnya.


Jam 10.00

2. Memberikan perawatan luka dengan tekhnik septic


dan antiseptic.
R/ Pasien merasa senang dan cenderung lebih
nyaman .

Jam 12.00

3. Mendorong untuk pemberian nutrisi yang optimal.


R/ Pasien merasa nyaman karena pola nutrisi nya
terkontrol dengan baik.

Jam 12.30

4. Mengkaji tanda-tanda infeksi


R/ pasien menerima dengan senang hati dan tidak
risih.

Jam 13.00

5. Memberikan inj.antibiotik seperti :


Cefotaxime 3 amp/8 jam

Jam 16.00

Metrodinazole 500 mg
R/ Pasien sedikit tidak merasa nyeri setelah
dimasukkan obat antibiotik.

25

02/3/2013

Dx.1

1. Memberikan pengertian dan pengetahuan perawatan

Jam 11.00

WSD.
R/ Pasien merasa jauh lebih hati-hati dan waspada
terhadap pemasangan WSD ditubuhnya.

Jam 12.00

2.

Memberikan

perawatan

luka

pada

daerah

pemasangan WSD dengan cara membersihkan luka


bekas operasi dengan gas steril dan pinset steril
R/ Pasien merasa senang dan cenderung lebih bersih
lukanya .
Jam 13.00

3. Memberikan nutrisi yang optimal seperti diet BBR


TKTP.
R/ Pasien merasa nyaman karena pola nutrisi nya
terkontrol dengan baik.

Jam 13.30

4. Mengobservasi tanda-tanda infeksi di sekitar


pemasangan

WSD

seperti

tubor,dolor,kalor,tumor,atau perubahan fungsi.


R/ pasien menerima dengan senang hati dan tidak
risih.
Jam 17.30

5.Memberikan inj.antibiotik seperti :


a.Cefotaxime 3 amp/8 jam
b.Metrodinazole 500 mg/hari
R/ Pasien sedikit tidak merasa nyeri setelah
dimasukkan obat antibiotik.

26

03/3/2013

Dx.1

1.

Jam 10.00

Memberikan perawatan luka pada daerah


pemasangan WSD, dengan cara :
a. Bersihkan luka operasi dengan larutan Nacl
0,9%
b. Bersihkan luka dengan memakai pinset dan
bersihkan area pemasangan WSD
c. Keringkan dengan kasa steril yang kering
d. Oleskan isodine/betadine di area luka
e. Perban atau tutup luka dengan gas steril dan
pasang plester gunanya agar kuman tidak
masuk ke daerah luka.
R/ Pasien kesakitan dan merasa perih pada luka
saat dibersihkan .

Jam 12.30

2.

Memberikan nutrisi yang optimal seperti diet


BBR TKTP.
R/ Pasien merasa nyaman karena tercukupi pola
nutrisinya.

Jam 13.30

3.

Mengobservasi tanda-tanda infeksi di sekitar


pemasangan WSD .
R/ pasien menerima dengan senang hati dan tidak
risih.

Jam 14.00

4.

Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam


memberikan terapi seperti :

Cefotaxime 1 gr/12jam
Metrodinazole 500 mg/hari
R/ Pasien sedikit tidak merasa nyeri setelah
dimasukkan obat antibiotik.

27

04/03/2013
Jam 16.00

1. Memberikan perawatan luka

pada daerah

pemasangan WSD
R/ Pasien merasa lebih nyaman

Jam 18.00

2. Memberikan

nutrisi

yang

optimal

dengan

pemberian diet BBR TKTP


R/ Pasien merasa senang karena nutrisi pola
makannya terkontrol dengan baik.
Jam 18.30

3. Mengobservasi tanda-tanda infeksi di sekitar


pemasangan WSD .
R/ Pasien merasa lebih nyaman

Jam 19.30

4. Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan


terapi seperti :
a. Injeksi Cefotaxime 1gr/12jam
b.Metronidazole 500 mg

28

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien

: Tn.T

Umur

: 36 tahun

Tanggal/Jam
02/3/2013
Jam 10.00

No. Dx. Per


Dx.1

Perkembangan
S: Klien mengatakan nyeri (+)
O: - k/u lemas, cemas,
- TD : 110/70 mmHg
- S/N: 37,8 oC/80 x/menit
- RR: 24 x/menit
-Tampak adanyanya infeksi seperti kemerahan
dan nyeri
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan

03/3/2013

S: Klien mengatakan nyeri pada lokasi insersi

Jam 10.00

pemasangan WSD
O: - k/u pasien tidak rewel
- TD : 110/70 mmHg
- S/n: 37,4 oC/ 82x/mnt
- RR: 24 x/menit
-Tampak kemerahan pada lokasi insersi pemasangan
WSD
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi Keperawatan dilanjutkan

29

04/3/2013

S: Klien mengatakan nyeri berkurang

Jam 16.00

O: - k/u tidak lemas


- TD : 110/70 mmHg
- S/N: 37,8 oC/82 x/menit
- RR: 22 x/menit
-Kemerahan berkurang pada lokasi insersi
pemasangan WSD
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan

05/3/2013

S: Klien mengatakan nyeri berkurang

Jam 15.30

O: - k/u tidak lemas


- TD : 110/70 mmHg
- S/n: 37,6 oC/ 82x/mnt
- RR: 20 x/menit
-Tidak tampak adanya infeksi seperti : kemerahan di
daerah pemasangan WSD
A: Masalah teratasi
P: Intervensi Keperawatan dihentikan

E VALU AS I
30

Nama Pasien

: Tn. T

Umur

: 36 tahun

Tanggal/Jam
05/3/2013

No. Dx. Per


Dx.1

Evaluasi
S: Klien mengatakan nyeri berkurang
O: - k/u tidak lemas
- TD : 110/70 mmHg
- S/n: 37,6 oC/ 82x/mnt
- RR: 20 x/menit
-Tidak tampak adanya infeksi seperti : kemerahan di
daerah pemasangan WSD
A: Masalah teratasi
P: Intervensi Keperawatan dihentikan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
31

Kesimpulan
Tindakan WSD (Water Seal Drainage) atau yang disebut juga dengan
Chest-Tube (pipa dada) adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke
dalam rongga pleura dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat
di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empisema atau untuk
mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura, misalnya pada
kasus pneumotoraks.
Terdapat berbagai macam masalah pada pemasangan WSD jika memasangnya
tidak sesuai prosedur, misalnya infeksi pada saat pemasangan, seperti timbul
rasa nyeri dan kemerahan.
Dalam menghadapi kasus pada pasien yang dilakukan pemasangan
WSD, seorang perawat perlu memerlukan proses perawatan dari pengkajian,
diagnosis, intervensi, implementasi dan eliminasi. Segala proses tersebut harus
didokumentasikan agar tindakan yang kita lakukan dapat ditanggungjawabkan.
Saran
1. Jika akan menghadapi pasien yang harus dipasang WSD , seorang perawat
harus lebih berhati-hati dalam penanganan serta pemasangannya. Karena
jika prosedur dan penatalaksanaan nya tidak tepat maka akan
menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bagi pasien seperti infeksi di
daerah pemasangan WSD.
2. Diharapkan perawat dapat mempertahankan asuhan keperawatan yang
berkualitas di semua aspek dalam memberkan perawatan pada pasien
secara komprehensif untuk mencapai tujuan yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

32

Carpenito, Lynda Juall dan Moyet. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC
Dongoes,Marlyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :EGC
Smelizer , Suzanne C.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.
Jakarta : EGC

33

Anda mungkin juga menyukai