Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha esa.
Berkat rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat kami susun hingga
selesai.
Harapan kami, semoga makalah dengan judul SISTEM PENCEGAHAN
DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN,

JARINGAN KOMUNIKASI,

DAN INSTALASI LISTRIKPADA LINGKUNGAN PERUMAHAN ini dapat


menambah wawasan serta bermanfaat bagi mahasiswa jurusan Arsitektur pada
khususnya, dan para pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
olenhya kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan
dan penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

Penyusun

Kelompok

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebuah bangunan idealnya harus memenuhi seluruh komponen utilitas yang
seharusnya ada pada bangunan tersebut. Utilitas Bangunan adalah suatu
kelengkapan fasilitas bangunan yang berfungsi untuk menunjang tercapainya
unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, serta komunikasi dan mobilitas
dalam suatu bangunan.
Komponen utilitas pada bangunan dalam hal ini rumah tinggal, sangat
berkaitan erat dengan komponen utilitas pada suatu lingkungan perumahan.
Mengingat perumahan merupakan kumpulan rumah yang merupakan bagian
dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni. Utilitas umum sendiri adalah kelengkapan penunjang untuk
pelayanan lingkungan hunian.
Komponen utilitas pada suatu perumahan meliputi sistem penyediaan air
bersih, sistem pembuangan air kotor (limbah bangunan), sistem kelistrikan,
sistem komunikasi, serta sistem pencegahan dan penangulangan kebakaran.
Pada pembahasan kali ini akan membahas sistem kelistrikan, sistem
komunikasi, serta sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
B. TUJUAN
1. Mengetahui sistem kelistrikan pada lingkungan perumahan
2. Mengetahui sistem komunikasi pada lingkungan perumahan
3. Mengetahui sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada
lingkungan perumahan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kebakaran
Menurut ILO (1991) Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak di
inginkan dan kadang kala tidak dapat di kendalikan . Sebagai hasil pembakaran
suatu bahan dalam udara dan mengeluarkan energy panas dan nyala api.
Proses pembakaran merupakan suatu reaksi eksotermis, yaitu suatu reaksi
yang mengeluarkan panas karena reaksinya adalah pada suhu tinggi maka
reaksi fase gas. Jadi kebakaran adalah reaksi yang terjadi antara dua gas, satu
diantaranya adalah oksigen. Akan tetapi definisi ini tidak berlaku pada
pembakaran logam ( Milos Nedved dan soemanto Imamkhasani, 1991 dalam
Estria 2008).
Kebakaran merupakan suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung
dengan cepat dari suatu bahan bakar yang di sertai dengan timbulnya api atu
penyalaan. Bahan bakar sendiri dapat berupa bahan padat, cair, gas, dan uap.
Akan tetapi bahan bakar yang berbentuk uap dan cairan biasanya akan lebih
mudah mengelami penyalaan ( Depanker, 1999). Kebakaran adalah Api yang
tidak terkendali di luar kemampuan dan Keinginan manusia ( Ramli, 2010).
Penyebab terjadinya kebakaran .
Faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia, faktor teknis
dan faktor alam ( Depanker, 1987 dalam Estria, 2008 )
1

Faktor manusia sebagai faktor penyebab kebakaran, yaitu :


a Faktor pekerja
Tidak mau atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan
kebakaran.
Menempatkan barang atau menyesun barang yang mudah terbakar
tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran.
Pemekaian tenaga listrik yang berlebihan
Kurang memiliki rasa tanggung jawab atau adanya unsur

kesengajaan
Faktor teknis

Melalui proses fisik atau mekanis seperti timbulnya panas akibat


kenaikan suhu atau timbulnya bunga api terbuka
Melalui proses kimia yang terjadinya suatu pengangutan,
penyimpanan, penanganan barang atau bahan kimia bahaya tanpa
memperhatikan petunjuk yang ada.
Melalui tenaga listrik atau hubungan arus pendek

sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat membakar


3

komponen lain.
Faktor alam
Petir merupakan salah satu penyebab terjadinya kebakaran
Letusan gunung merapi dapat menyebabkan kebakaran hutan dan
perumahan yang di lalui oleh lahar panas.

Klasifikasi Kebakaran
Berdasar Permenaker Nomor : 04/MEN/1980 penggolongan atau
pengelompokan jenis kebakaran menurut jenis bahan yang terbakar,
dimaksudkan untuk pemilihan media pemadam kebakaran yang sesuai.
Pengelompokan itu adalah :
1

Kebakaran kelas (tipe) A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam,


seperti : kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dll. yang sejenis
dengan itu.

Kebakaran kelas (tipe) B, yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang
mudah terbakar, seperti : bensin, aspal,gemuk, minyak, alkohol, LPG
dll. yang sejenis dengan itu.

Kebakaran kelas (tipe) C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan

Kebakaran kelas (tipe) D, yaitu kebakaran bahan logam, seperti :


aluminium, magnesium, kalium, dll. yang sejenis dengan itu.

Proses Penjalaran api


Kebakaran biasanya di mulai dari kecil, kemudian membesar sdan menjalar
ke daerah sekitarnya .penjalaran api ini melalui beberapa cara yaitu ( Ramli,
2010) :

Konveksi
Konveksi adalah penjalaran api melalui besi, beton , kayu atau
dinding. Jika terjadi kebakaran di suatu ruangan , misalnya kamar
hotel atau kantor , maka panas dapt merambat melalui dinding
sehingga ruangan di sebelah akan mengalami pemanasan sehingga api
dapat merambat dengan mudah.

Konduksi
Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara atau bahan
cair lainnya. Suatu ruangan yang terbakar dapat menyebarkan panas
melalui hembusan angina yang membawa udara panas di sekitarnya.

Radiasi
Penjalaran panas lainnya adalah melalui proses radiasi yaitu pancaran
cahaya atau gelombang elektromagnetik yang di keluarkan oleh nyala
api. Dalam proses radiasi ini terjadi proses perpindahan panas ( heat
transfer ) dari sumber panas ke objek penerimanya atau target . Faktor

inilah yang sering terjadi penjalaran api dari gedung ke gedung lain.
Pencegahan dan Penangulangan kebakaran
Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan
yang berhubungan dengan pencegahan , pengamatan, dan pemadaman
kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta
perlindungan harta kekayaan . Dengan meningkatnya penggunaan bahanbahan

yang

mudah

terbakar

pengintensifan

pencegahan

dan

penanggulangan terhadap kebakaran harus di tingkatkann, agar kerugiankerugian menjadi sekecil mungkin.Pencegahan lebih di tekankan kepada
usaha-usaha

yang

memindahkan

atau

mengurangi

terjadinya

kebakaran.Penanggulangan lebih di tekankan kepada tindakan-tindakan


terhadap terjadinya kebakaran, agar menjadi sesedikit mungkin.
Pencegahan kebakaran dan pengurangan korban kebakaran
tergantung dari lima prinsip pokok sebagai berikut :
1. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik.
2. Pembuatan bangunan tahan api
3. Pengawasan yang teratur dan kerkala.
4. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya.

5. Pengendalian kerusakan sebagai akibat kebakaran dari tindakan


pemadamannya.
Teknik pemadaman kebakaran
Memadamkan kebakaran adalah upaya yang di lakukan untuk
mengendalikan atau mematikan api dengan cara merusak keseimbangan
api dengan cara merusak keseimbangan panas. Prinsip dari pemadaman
kebakaran adalah memutus mata rantai segitiga api. Seperti dengan
menghilankan bahan bakar, membuang panas atau oksigen . Memadamkan
kebakaran dapat di lakukan dengan beberapa teknik seperti menurunkan
temperature atau pendinginan ( cooling), menghilangkan oksigen
( smothering), menghilangkan bahan bakar ( starvation), dan memutus
rantai api ( Ramli, 2010).
Pemadaman dengan pendinginan ( Cooling)
Salah satu cara yang biasa di gunakan untuk memedamkan api
adalah dengan cara pendinginan/ penurunan temperature uap atau gas yang
terbakar sampai kebawah temperature nyalanya. Jika panas tidak memadai
maka suatu bahan tidak akan mudah terbakar . Air merupakan salah satu
bahan opemadam yang paling baik untuk menyerap panas. Semprotan air
yang di siram ke tengah api akan mengakibatkan udara sekitar api
mendingin . Sebagian besar panas akan di serap oleh air yang kemudian
berunbah bentuk menjadi uap air yang alkan mendinginkan api ( Ramli,
2010).
Pembatasan oksigen ( Smotering)
Pengurangan

kandungan

oksigen

pada

area

juga

dapat

memadamkan api. Dengan Membatasi jumlah oksigen dalam proses


pembakaran, api dapat padam. Pembatasan ini biasanya adalah salah satu
cara yang paling mudah untuk memadamkan api. Untuk proses
pembakaran , suatu bahan bakar membutuhkan oksigen yang cukup ,
misalnya kayu akan mulai menyala pada permukaan bila kadar oksigen di

bawah 5 % sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya akan terbakar


bila kadar oksigen di bawah 15% teknik ini di sebut smothering ( Ramli,
2010).
Pengurang oksigen dapat di lakukan dengan membanjiri area tersebut
dengan gas lembam seperti karbondioksida yang menggantikan oksigen
atau dapat juga di kurangi dengan memisahkan bahan bakar dari udara
seperti dengan menyelimutinya dengan busa. Namun cara ini tidak berlaku
pada bahan bakar yang dapar teroksidasi sendiri ( Pusdiklatkar, 2006)
Penghilang bahan bakar ( starvation)
Secara ilmiah api akan mati dengan sendirinya jika bahan bahan
yang dapat terbakar dengan (fuel) sudah habis. Atas dasar ini, api dapat di
kurangi dengan menghilangkan atau mengurangi jumlah bahan yang
terbakar. Teknik ini di sebut dengan starvation. Penghilan bahan bakar
untuk memadamkan api lebih efektif, akan tetapi tidak selalu dapat
dilakukan karena dalam prakteknya akan sulit seperti memindahkan
bahan-bahan yang mudah terbakar. Teknik ini juga dapat di lakukan
dengan cara penyemprotan bahan yang terbakar dengan busa sehingga
suplai bahan bakar untuk kelangsungan pembakaran akan berhenti atau
berkurang sehingga api perlahan akan mati. Selain itu, api juga dapat
dipadamkan dengan menjauhkan bahan yang terbakar ke tempat yang
lebih aman. (Ramli, 2010).
Memutus reaksi berantai
Cara yang terakhir untuk memadamkan api adalah dengan
mencegah terjadinya reaksi di dalam proses pembakaran . Pada beberapa
zak kimia mempunyai sifat mencegah sehingga terjadi reaksi rantai oleh
atom-atom yang di butuhkan oleh nyala untuk tetap terbakar. Dengan
terjadinya reaksi atom-atom ini, maka nyala api akan padam ( Ramli,
2010).

Peralatan Pemadaman Kebakaran


Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan
peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang
mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan.
1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan
(side effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan
kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar
dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau
slang/pipa karet/plastik.
Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara
tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan
pada benda yang terbakar menggunakan sekop atau ember

Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk
menutup kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah
tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi api.

Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu


penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang
untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR
harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR
meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas
halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari
oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat
keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan. Konstruksi APAR
sebagai berikut :

B. Jaringan Telekomunikasi
Perkiraan kebutuhan telepon didasarkan pada standar yang dikeluarkan
oleh Peraturan Menteri Perindustrian dan analogi terhadap beberapa
kawasan/zona industri yang telah ada, yaitu :
1
2
3

Kebutuhan Industri adalah 20 40 SST/Ha


Telepon Umum Kawasan adalah 1 SST/10 Ha
Fasililtas pendukung lainnya adalah 1 SST/10 Ha.
Untuk telepon umum dan fasilitas kebutuhannya diperhitungkan

sebesar 1% dari total kebutuhan sehingga diperoleh 18 SST. Sistem jaringan


telepon diawali oleh sentral telepon, dalam hal ini penyediaan kebutuhan
telepon untuk menggunakan sentral telepon yang dibangun, dengan
pertimbangan jarak lokasi STO tersebut lebih dekat dengan lokasi daripada
sentral telepon lainnya sehingga dapat menghemat dalam pembangunan
jaringannya. Dari sentral telepon tersebut, kemudian diteruskan ke rumah
kabel (feeder point), kemudian ke jaringan transmisi kabel primer atau
sekunder, ke distribution point (DP) yang merupakan unit terminal kabel
untuk menyambung antar kabel distribusi yang kemudian disalurkan oleh
kabel yang menghubungkan DP dengan pelanggan.
Nama lain dari rumah kabel (RK) adalah feeder point, cross connect
point, atau SAI (serving areainterface) dengan karakteristik sebagai berikut :
Bangunankecil atau rumah jaga yang merupakan tempatdistribusikabel.
1. Digunakan untuk mendistribusikan atau mengkoneksikan antara
kabel primer dari sentral dengan kabel sekunder.

2. Kapasitas dari semua rumah kabel yang dikeluarkan oleh PT Telkom


sama. Untuk RK 1 pintmemiliki kapasitas 1.200 pair dan RK dengan
2 pintu memiliki kapasitas 2.400 pair.
Jaringan telekomunikasi pada dasarnya mengikuti pola jaringan jalan
utama yang ditempatkan dibawah tanah. Jika ada kebutuhan pembangunan
menara telekomunikasi, maka dapat ditempatkandan dikelola sesuai dengan
peraturan yang berlaku.Di masa mendatang pengembangan jaringan kabel
akan semakin berkurang, digantikan oleh menaramenaraBTS untuk jaringan
nirkabel

sesuai

dengan

kebijakan

pemerintah

daerah

dalampengembangannya. Provinsi Sumatera Selatan dalam meningkatkan


pelayanan administrasi public pada sarana perkantoran pemerintahan dan
pelayanan umum akan dilengkapi dengan jaringan kabel telepon kabel/PSTN
(Public Switched Telephone Network ) yang didukung oleh jaringan Fixed
Wireless

Access

(FWA)

yang

merupakan

akses

nirkabel

yang

menghubungkan pengguna telepon dengan jaringantelepon tanpa kabel. FWA


dikenal dengan Radio in the Local Loop (RLL) atau Wireless Local Loop
(WLL). Sedangkan untuk jaringan nirkabel lainnya akan didukung oleh pihak
swasta melalui pengembangan pelayanan jaringan GSM (Global System for
Mobile) dan CDMA (Code Division MultipleAccess) yag dapat dimanfaatkan
dalam pengembangan kawasan TAA.
Adapun untuk pola penyediaanya, dapat menggunakan kerjasama dengan
pihak PT Telkom, yaitu :
1. Pola hibah, yaitu suatu paket kerjasama dimana konsumen
(pengusaha industri) mengadakan jaringan sendiri secara lokal
sampai kurun waktu tertentu konsumen tidak ditarik biaya
pemakaian.
2. Pola bagi hibah, yaitu kerjasama dimana ongkos pasang ditanggung
bersama oleh pihak PT Telkom
dan pengusaha industri dan biaya pemakaian telepon ditanggung
bersama untuk suatu kurun waktu tertentu.

1. SISTEM KELISTRIKAN
Listrik merupakan salah satu perangkat atau komponen utilitas yang
sangat penting bagi suatu lingkungan perumahan yang pemenuhannya perlu
mendapat perhatian dalam proses perancangan suatu sistem utilitas umum pada
lingkungan

perumahan.

Keberadaannya

yang

sangat

sentral

sangat

mempengaruhi kenyamanan pada suatu lingkungan tempat tinggal. Hal ini


disebabkan oleh perkembangan teknologi khususnya perangkat elektronik yang
semua penggunaannya memerlukan listrik.
Instalasi listrik sendiri merupakan

jaringan yang tersusun secara

terkoordinasi mulai dari sumber pembangkit atau titik sambungan suplai daya
listrik sampai titik beban akhir sesuai maksud dan tujuan penggunaanya.

Pembangkit Daya Listrik


1. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Fotovoltaik (biasanya disebut juga sel surya) adalah piranti
semikonduktor yang dapat merubah cahaya secara langsung menjadi arus
listrik searah (DC) dengan menggunakan kristal silicon (Si) yang tipis.
Sebuah kristal silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan Si itu
dengan tekanan yang diatur sehingga Si itu berubah menjadi penghantar.
Bila kristal silindris itu dipotong stebal 0,3 mm, akan terbentuklah sel-sel
silikon yang tipis atau yang disebut juga dengan sel surya (fotovoltaik).
Sel-sel silikon itu dipasang dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel
yang terbuat dari alumunium atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca
atau plastik. Kemudian pada tiap-tiap sambungan sel itu diberi sambungan
listrik. Bila sel-sel itu terkena sinar matahari maka pada sambungan itu
akan mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga listrik itu tergantung pada
jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas permukaan sel
itu.

Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda semikonduktor


yang berkerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek
fotovoltaik. Dalam proses itu sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt
tergantung intensitas cahaya dan jenis zat semikonduktor yang dipakai.
Sementara itu intensitas energi yang terkandung dalam sinar matahari yang
sampai ke permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya
guna konversi energi radiasi menja-di energi listrik berdasarkan efek
fotovol-taik baru mencapai 25%, maka produksi listrik maksimal yang
dihasilkan sel surya baru mencapai 250 Watt per m2.
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang
meru-pakan unit rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Modul fotovoltaik
tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan
paralel. Teknologi ini cukup canggih dan keun-tungannya adalah harganya
murah, bersih, mudah dipasang dan dioperasi-kan dan mudah dirawat.
Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi
surya fotovoltaik adalah investasi awal yang besar dan harga per kWh
listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan subsistem yang
terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan kebutuhannya.
Cara kerja photovoltaic diperlihatkan pada gambar 1. Pada gambar 2
diperlihatkan sistem PLTS.

Gambar 1. cara kerja Fotovoltaik

Gambar 2. Sistem PLTS


PLTS dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam sistem catudaya yang
antara lain :
1. Sistem listrik penerangan rumah seperti : sistem sentralisasi, sistem
semisentrali-sasi, sistem desentralisasi dan sistem hibrid.
2. Sistem Pompa Air seperti : pompa air minum, pompa irigasi.
3. Sistem Kesehatan seperti: penyimpan vaksin, penyimpan darah,
komunikasi SSB di puskesmas, dan penerangan puskesmas terpencil.
4. Sistem Komunikasi seperti : televisi repeater, radio repeater,
komunikasi stasiun kereta api.
5. Sistem Pemanadu Transportasi seperti: radio sinyal bandara, penunjuk
jalan, persimpangan jalan kereta api, penerangan terowongan, lampu
suar untuk navigasi, lampu-lampu rambu.
6. Sistem proteksi karat seperti: proteksi katodik untuk jembatan, pipa,
proteksi struktur baja.
7. Lain-lain seperti: lampu penerangan jalan, sistem pencatat gempa,
lampu taman, air mancur, kalkulator, arloji dan mobil surya.
Ada 5 keuntungan pembangkit dengan surya fotovoltaik:
1. Energi yang digunakan adalah energi yang tersedia secara cuma-cuma.

2. Perawatannya mudah dan sederhana.


3. Tidak terdapat peralatan yang bergerak, sehingga tidak perlu
penggantian suku cadang dan penyetelan pada pelumasan.
4. Peralatan bekerja tanpa suara dan tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan.
5. Dapat bekerja secara otomatis.
Solar Home System
Sistem PLTS yang cukup besar penerapannya di Indonesia adalah
Sistem P juga sebagai sistem penerangan rumah secara individual (Solar
Home System) dan disingkat SHS. Pemilihan sistem ini dalam
penerapannya di pedesaan didasarkanatas kajian pertimbangan faktorfaktor berikut:
1

Pola pemukiman antara rumah di desa cukup menyebar

Sulit untuk mendapatkan transportasi darat atau laut

Belum memerlukan integrasi dengan pembangkit lain.

Modular, dan mudah dikembangkan

Kapasitas kecil sehingga mudah untuk di instalasi

Harga terjangkau

Radiasi matahari sebagai sumber energi mencukupi

Tidak tergantung terhadap BBM


SHS adalah salah satu aplikasi sistem PLTS untuk pelistrikan desa

sebagai sistem penerangan rumah secara individual atau desentralisasi


dengan daya terpasang relatif kecil yaitu sekitar 48-55 Wp. Jumlah daya
sebesar 50 Wp per rumah tangga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
penerangan, informasi (TV dan Radio) dan komunikasi (Radio
komunikasi).
Komponen-komponen utama SHS terdiri dari :
a. Modul fotovoltaic sebagai catudaya yang menghasilkan energi
listrik dari masukan sejumlah energi matahari,

b. Baterai sebagai penyimpan dan pengkondisi energi,


c. Alat pengatur energi baterai (BCR) sebagai alat pengatur
oomatis, penjaga kehandalan sistem, dan
d. Beban listrik seperti lampu TL (DC), saklar, radio, televisi dan
lain-lain.
Secara garis besar rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Komponen-komponen SHS

Sistem Satuan
Pada awal perkembangan teknik pengukuran, dikenal dua sistem
satuan yaitu sistem metrik (dipelopori Perancis sejak 1795) dan sistem
CGS (centimeter-gram-second) yang dipelopori oleh Amerika Serikat dan
Inggris (kedua Negara ini juga menggunakan sistem metrik untuk
kepentingan internasional). Dan sejak tahun 1960 dikenalkan Sistem
Internasional (SI Unit) sebagai kesepakatan internasional.

Ada

enam

besaran

yang

dinyatakan

dalam

sistem

SI,

yaitu:

Tabel 1. besaran dalam sistem SI.


Secara praktis besaran listrik yang sering digunakan adalah volt, amper,
ohm, henry dsb. Kini sistem SI sudah membuat daftar besaran, satuan dan
simbol dibidang kelistrikan dan kemagnetan yang berlaku internasional.

Tabel 2. Besaran dan simbol kelistrikan dalam sistem SI.

Ukuran Standar Kelistrikan


Ukuran standar dalam pengukuran sangat penting, karena sebagai
acuan dalam penerapan alat ukur yang diakui oleh komunitas
internasional. Ada enam besaran yang berhubungan dengan kelistrikan
yang dibuat sebagai standart, yaitu standar amper, resistansi, tegangan,
kapasitansi, induktansi, kemagnetan dan temperatur.
1. Standar ampere

menurut ketentuan Standar Internasional (SI) adalah arus konstan


yang dialirkan pada dua konduktor didalam ruang hampa udara dengan
jarak 1 meter, diantara kedua penghantar menimbulkan gaya = 2 x 10-7
newton/m

panjang.

2. Standar resistansi
menurut ketentuan SI adalah kawat alloy manganin resistansi 1 yang
memiliki tahanan listrik tinggi dan koefisien temperature rendah,
ditempatkan dalam tabung terisolasi yang menjaga dari perubahan
temperatur

atmospher.

3. Standar tegangan
ketentuan SI adalah tabung gelas Weston mirip huruf H memiliki dua
elektrode, tabung elektrode positip berisi elektrolit mercury dan tabung
electrode negatip diisi elektrolit cadmium, ditempatkan dalam suhu
ruangan. Tegangan electrode Weston pada suhu 20C sebesar 1.01858 V.

4. Standar Kapasitansi
Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standart resistansi SI dan
standar tegangan SI, dengan menggunakan sistem jembatan Maxwell,
dengan diketahui resistansi dan frekuensi secara teliti akan diperoleh
standar

kapasitansi

(Farad).

5. Standar Induktansi
Menurut ketentuan SI, diturunkan dari standar resistansi dan standar
kapasitansi, dengan metode geometris, standar induktor akan diperoleh.
6. Standart temperature
menurut ketentuan SI, diukur dengan derajat Kelvin besaran derajat
kelvin didasarkan pada tiga titik acuan air saat kondisi menjadi es, menjadi

air dan saat air mendidih. Air menjadi es sama dengan 0Celsius =
273,16Kelvin,

air

mendidih

100C.

7. Standar luminasi cahaya


menurut ketentuan SI adalah Kandela yaitu yang diukur berdasarkan
benda hitam seluas 1 m2 yang bersuhu hk lebur platina ( 1773 oC ) akan
memancarkan cahaya dalam arah tegak lurus dengan kuat cahaya sebesar 6
x

105

kandela.

Peraturan dan persyaratan tekniskelistrikan


1. Persyaratan ini berlaku untuk semua instalasi arus kuat, baik mengenai
perencanaan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pelayanan,
pemeliharaan maupun pengawasannya. Persyaratan umum instalasi listrik
ini tidak berlaku untuk :
Bagian dari instalasi listrik dengan tegangan rendah yang hanya
digunakan untuk menyalurkan berita dan isyarat.
Bagian dari instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan
telekomunikasi dan pelayanan kereta rel listrik.
Instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan
kendaraan lain yang digerakkan secara mekanik.
Instalasi listrik dibawah tanah dalam tambang.\
Instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25 volt
dan dayanya tidak melebihi 100 watt.

2. Ketentuan yang Terkait Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik


ini, harus pula diperhatikan ketentuan yang terkait dengan dokumen
berikut :
Undang undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan.

Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup.
Peraturan Pemerintah RI No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik.
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1995 tentang Usaha Penunjang
Tenaga Listrik.
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/40/M.PE/1990
tentang Instalasi Ketenagalistrikan.
Peraturan

Menteri

Pertambangan

dan

Energi

No.

02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, Sertifikasi dan Akreditasi


dalam Lingkungan pertambangan dan energi

3. Syarat-Syarat Instalasi Listrik Di samping Persyaratan Umum Instalasi


Listrik dan peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku, harus
diperhatikan pula syarat-syarat dalam pemasangan instalasi listrik, antara
lain :
Syarat ekonomis Instalasi listik harus dibuat sedemikian rupa sehingga
harga keseluruhan dari instalasi itu mulai dari perencanaan,
pemasangan dan pemeliharaannya semurah mungkin, kerugian daya
listrik harus sekecil mungkin.
Syarat keamanan Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga kemungkinan timbul kecelakaan sangat kecil. Aman dalam
hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya

peralatan dan benda benda disekitarnya dari kerusakan akibat dari


adanya gangguan seperti: gangguan hubung singkat, tegangan lebih,
beban lebih dan sebagainya.

Syarat keandalan (kelangsungan kerja) Kelangsungan pengaliran arus


listrik kepada konsumen harus terjamin secara baik. Jadi instalasi
listrik harus direncana sedemikian rupa sehingga kemungkinan
terputusnya atau terhentinya aliran listrik adalah sangat kecil.

BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan
yang berhubungan dengan pencegahan , pengamatan, dan pemadaman
kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta
perlindungan harta kekayaan . Dengan meningkatnya penggunaan bahanbahan

yang

mudah

terbakar

pengintensifan

pencegahan

dan

penanggulangan terhadap kebakaran harus di tingkatkann, agar kerugiankerugian menjadi sekecil mungkin.Pencegahan lebih di tekankan kepada
usaha-usaha

yang

memindahkan

atau

mengurangi

terjadinya

kebakaran.Penanggulangan lebih di tekankan kepada tindakan-tindakan


terhadap terjadinya kebakaran, agar menjadi sesedikit mungkin.
Lingkungan perumahan harus dilengkapi perencanaan penyediaan
jaringan listrik sesuai ketentuan dan persyaratan teknis Pemasangan
seluruh instalasi di dalam lingkungan perumahan ataupun dalam bangunan
hunian juga harus direncanakan secara terintegrasi dengan berdasarkan
peraturanperaturan dan persyaratan tambahan yang berlaku, seperti:
a

Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL);

peraturan yang berlaku di PLN wilayah setempat; dan

peraturan-peraturan lain yang masih juga dipakai seperti antara lain


AVE.
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan telepon sesuai

ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan /


perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan
umum jaringan telepon lingkungan perumahan di perkotaan.
B Saran
Saran yang dapat penulis berikan yaitu baiknya system pencegahan dan
penanggulangan kebakaran perlu di perhatikan demi keselamatan .Begitu
pula mengenai jariangan telepon dan listrik sangat perlu bagi orang orang
yang berada di wilayah perumahan.

Anda mungkin juga menyukai