Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosialisasi dari tiap anggota (Duval &
Logan, dalam Muwarni, 2009).
Kemudian keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sebenarnya suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang
mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Bila keadaan tersebut berlangsung lama dan menetap, timbulah gejala yang disebut
sebagai penyakit tekanan darah tinggi (Vitahealth, 2005 dalam Situmorang, 2015).
Keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal atau optimal
yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik dikenal sebagai Hipertensi
atau penyakit darah tinggi. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena
penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
darahnya. Hipertensi yang terjadi dengan jangka waktu lama dan terus-menerus bisa
memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal
ginjal kronik (Purnomo, 2009).
Kondisi Hipertensi menurut Tekanan Darah yaitu dibedakan menjadi tiga yaitu
Hipertensi stadium 3 dengan sistolik >180 dan diastolik >110, Hipertensi stadium 2
dengan sistolik 160-180 dan diastolik 100-110, Hipertensi stadium 1 dengan sistolik 140160 dan diastolik 90-100, Normal tinggi dengan sistolik 130-140 dan diastolik 85-90,
Normal dengan sistolik 120-130 dan diastolik 80-85 (Vitahealth, 2005 dalam
Situmorang, 2015).
Hipertensi mengakibatkan kerugian yang berlebihan, mengakibatkan otot jantung
membengkak, lalu melemah, dan mengalami kegagalan untuk memompa secara efektif,
bila naiknya tekanan darah berlangsung secara mendadak, maka dinding pembuluh darah
bisa pecah (Sitorus, 2005 dalam Palendeng, Mulyadi, dan Tawang, 2013).

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan


kenaikan darah diatas normal sehingga memiliki resiko penyakit jantung, stroke, dan
gagal ginjal. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri
memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi
yang memicu peningkatan penyakit tidak menular. Perubahan gaya hidup secara global
berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi (Bustam, 2007 dalam
Jemadi, Hiswani, Siringoringo, 2013).
Pada setiap denyutan jantung dibutuhkan tekanan yang cukup untuk mendorong
57gram darah segar dan beroksigen untuk melalui pembuluh-pembuluh darah kita yang
panjangnya sekitar 96.000 km. Setiap kali jantung Anda berkontraksi (kira-kira satu kali
setiap detik), tekanan darah (TD) dalam pembuluh nadi Anda meningkat. Setiap kali
jantung Anda mengendur di antara kontraksi, tekanan itu menurun. Dengan demikian
Anda mendapatkan dua ukuran tekanan darah : yang tinggi (TD sistolik) saat
kontraksi; dan yang bawah (TD diastolik) diantara kontraksi (Diehl, 2014).
Pada malam hari, tekanan darah cenderung menurun secara drastis, dan umumnya
akan mencapai titik terendah pada sekitar jam empat pagi. Pada pagi hari, tekanan darah
itu akan cenderung meningkat lagi sewaktu Anda bangun tidur. Jantung kita berdenyut
lebih cepat, dan tekanan darah kita meningkat sewaktu kita mulai menjalani kegiatan
pada pagi hari (Vitahealth, 2005 dalam Frishman, 2015).
Pada tahun 2013, WHO mencatat penduduk umum lebih dari 18 tahun yang
menderita hipertensi mencapai 1 Miliar orang. Hipertensi penyebab kematian hampir 8
juta orang setiap tahun di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Asia
Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara memiliki
tekanan darah tinggi. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan prevalensi
hipertensi di Indonesia sekitar 17-21% (Sinar Harapan, 2009 dalam Prasetyo, Kristanto,
dan Diyono, 2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur
18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan
Selatan

(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan


sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar
9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai
tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7 persen. Jadi
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %) (Riskesdas,
2013).

Hipertensi seringkali tidak menunjukkan gejala dan tanda-tanda, sehingga


masyarakat tidak mengenali peringatan dini untuk segera berobat. Hipertensi merupakan
masalah kesehatan yang memiliki prevalenssi cukup tinggi. Data yang didapat dari hasil
survei riset kesehatan dasar (Riskesda) pada tahun 2007-2008, kejadian hipertensi di
indonesia mencapai 31,7 % dari total penduduk dewasa. Sedangkan prevalensi kejadian
Hipertensi di Singapura (27,3%), Thailand (22,7%), dan Malaysia (20%), jelas sekali
bahwa prevalensi di Indonesia lebih tinggi dibandingkan ketiga negara tersebut. Dan
masyarakat penderita hipertensi yang melakukan pengobatan hanya sekitar 0,4 % dari
31,7 % kasus (Bustam, 2007 dalam Jemadi, Hiswani, dan Siringoringo, 2013).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011, angka penderita
hipertensi dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut : pada tahun 2007 sebesar
123.990 jiwa, terjadi peningkatan pada tahun 2008 sebesar 130.683 jiwa. Selanjutnya
pada tahun 2009 sebesar 113.537 jiwa dan pada tahun 2010 sebesar 107.839 jiwa.
Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan yaitu sebesar 128.594 jiwa (Profil
Kesehatan Kota Semarang, 2011).
Peran perawat untuk mencegah komplikasi pada klien Hipertensi Stadium 3
menjadi sangat penting dalam proses perubahan perilaku. Perawat dapat memberikan
perannya sebagai agen pembaharu pada klien yang mengalami masalah kesehatan
termasuk klien yang mengalami hipertensi stadium 3. Perawat dapat melakukan
pendidikan kesehatan setelah itu melakukan simulasi dari pendidikan kesehatan tersebut
dan kemudian mendemonstrasikan kepada klien. Sehingga diharapkan keluarga pada
akhirnya mampu melakukan tugas kesehatan secara mandiri menyangkut kemampuan
dalam mengenal masalah kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
mengatasi masalah kesehatan seperti hipertensi stadium 3. Perawat juga melakukan
asuhan keperawatan kepada klien tentang kepatuhan minum obat dan menjelaskan
masing-masing fungsi obat yang akan diminum.
Ada beberapa penelitian untuk mencegah komplikasi dari efek samping obat
yang berdampak negatif pada klien salah satunya penelitian di California, 186 klien
tekanan darah tinggi 85% dari kelompok yang diteliti yang telah menggunakan obatobatan anti-hipertensi selama beberapa tahun, secara bertahap telah berhasil mengurangi
dan akhirnya menghentikan pengobatan hanya dalam waktu empat minggu. Tekanan
darah mereka secara rata-rata telah turun. Pendekatan melalui diet ini bukan saja
menggantikan therapi melalui obat, tetapi menghasilkan tekanan darah yang lebih rendah
daripada yang pernah dicapai dengan obat. Penelitian-penelitian terpadu telah
membuktikan bahwa para klien tidak perlu menggunakan obat seumur hidup untuk

mengendalikan tekanan darah mereka, asalkan klien mengubah perilaku hidup sehat
(Diehl, 2014).
Kenaikan tekanan darah yang isidentil atau bersifat sementara mungkin saja tidak
berarti. Tetapi setiap tekanan darah yang tinggi dan berkelanjutan, harus ditangani
dengan segera sebab jenis tekanan darah semacam ini dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal, empedu dan retina mata, serta dapat menimbulkan pecahnya pembuluh
darah. Hipertensi khususnya bila disertai dengan pengerasan pembuluh-pembuluh nadi,
dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh nadi di otak dan jantung. Hal itu dapat
membuat klien jatuh dan dapat menyebabkan stroke (Diehl, 2014).
Hipertensi sebagai pembunuh yang disalah mengerti oleh kalangan masyarakat,
karena tidak semua masyarakat paham tentang penyakit ini. Menyembuhkan hipertensi
dengan cepat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang disebut deuretics. Obat
diuretics thiazides paling sering digunkan untuk penderita hipertensi dan dianggap paling
aman. Pada umumnya obat-obatan ini yang pertama kali dipakai, pada kenyataannya
obat ini memaksa ginjal untuk membuang garam dan air dalam jumlah tidak normal.
Klien dengan hipertensi berat harus selalu meminum obat ini, apabila tidak meminum
obat ini, dikhawatirkan tekanan darah naik kembali. Obat ini digunakan untuk
memperkecil resiko stroke, tetapi sebenarnya obat-obatan itu tidak memberikan
perlindungan terhadap penyakit hipertensi. Pada klien hipertensi 80% kepatuhan
terhadap regimen obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan darah ke tingkat normal
dan kepatuhan 50% tidak efektif dan adekuat untuk menurunkan tekanan darah. Obat
antihipertensi berperan dalam membantu menurunkan dan menstabilkan tekanan darah,
serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi. Apabila hipertensi
stadium 3 tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi beberapa komplikasi dan
diantaranya yaitu pecahnya pembuluh darah yang menyebabkan klien mengalami stroke
(Diehl, 2014).
Solusi yang dapat dilakukan pada hipertensi stadium 3 yang disertai dengan
faktor resiko dan kerusakan organ, penatalaksanaannya menggunakan terapi farmakologi
(obat). Selain dengan cara pengobatan, penderita hipertensi perlu melakukan diit seperti
diit rendah garam, diit rendah kolestrol dan lemak, diit tinggi serat, diit rendah energi dan
merubah perilaku yang kurang sehat. Manfaat diit dan merubah gaya hidup yang kurang
sehat yaitu untuk menurunkan tekanan darah maupun mempertahankan tekanan darah
menuju normal, menurunkan kolestrol dalam darah, asam urat, mencegah terjadinya
obesitas, setra penyakit degeneratif seperti jantung, ginjal ataupun diabetes. Hipertensi

dapat dicegah apa bila dimbangi dengan gaya hidup yang sehat seperti seperti pola
makan yang sehat dan olahraga yang teratur (Ramadhani Santosa, 2014).
Terdapat masalah pada studi kasus ini, maka penulis membuat laporan kasus
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KOMPLIKASI
PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI STADIUM 3 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SRONDOL SEMARANG. Sebagai acuan dan upaya dalam membenahu
perilaku masyarakat di Desa Srondol.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Hipertensi Stadium
3 untuk upaya pencegahan adanya komplikasi di Puskesmas Srondol?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan komplikasi dan
perawatan pada klien dengan hipertensi Stadium 3?
3. Bagaimana peran keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan Hipertensi Stadium 3?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan tentang cara mencegah komplikasi pada
klien yang mengalami Hipertensi Stadium 3, dan meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang pengelolaan klien hipertensi Stadium 3 : diit hipertensi,
pemantauan kegiatan klien dan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang
Hipertensi Stadium 3 di wilayah kerja puskesmas Srondol, Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
Hipertensi Stadium 3 dengan upaya pencegahan komplikasi di Puskesmas
Srondol.
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami Hipertensi
Stadium 3 dengan upaya pencegahan komplikasi di Puskesmas Srondol.
c. Menyusun perencanaan keperawatan (intervensi) pada klien yan mengalami
Hipertensi Stadium 3 dengan upaya pencegahan komplikasi di Puskesmas
Srondol.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan (implementasi) pada klien yang
mengalami Hipertensi Stadium 3 dengan upaya pencegahan komplikasi di
Puskesmas Srondol.
e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Hipertensi Stadium 3 dengan
upaya pencegahan komplikasi di Puskesmas Srondol.
D. Manfaat
Manfaat penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut :

a) Bagi Praktek Keperawatan


Hasil laporan kasus ini dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada penderita
Hipertensi Stadium 3.
b) Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberikan sumbangan ilmiah kepada pendidik dan mahasiswa, dan
menambah wawasan tentang penanganan terhadap kasus hipertensi Stadium 3.
c) Bagi Klien
Memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga tentang
upaya pencegahan komplikasi pada Hipertensi Stadium 3.

Anda mungkin juga menyukai