KELOMPOK BERMAIN
Disusun Oleh :
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Mencuci tangan
merupakan proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan adalah untuk
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme (Tietjen, 2003 dalam Moestika ). Diare
biasanya kuman ditransmisikan dari tangan yang tidak bersih ke makanan.
Kuman-kuman kemudian memapar ke person yang makanan tersebut. Hal ini
bisa dicegah dengan selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet dan
sebelum menyiapkan makanan (Darmiatun, 2013). Mencuci tangan juga dapat
menghilangkan sejumlah besar virus yang menjadi penyebab berbagai penyakit,
terutama penyakit yang menyerang saluran cerna, seperti diare dan saluran nafas
seperti influenza. Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci tangan
pakai sabun, namun masih banyak yang tidak membiasakan diri untuk
melakukan dengan benar pada saat yang penting (Umar, 2009 dalam Mirzal).
Sebagian masyarakat mengetahui akan pentingya mencuci tangan, namun dalam
kenyataanya masih sangat sedikit hanya 5% yang tahu bagaimana cara
melakukanya dengan benar. Hal ini sangat penting untuk di ajarkan pada
masyarakat agar bias mencegah terjadinya penyakit (Siswanto, 2009 dalam
Zuraidah ).
Mencuci tangan memakai sabun sangat penting sebagai salah satu mencegah
terjadinya diare, kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar,
setelah menceboki bayi dan balita, sebelum makan serta sebelum menyiapkan
makanan. Masyarakat akan mampu meningkatkan pengetahuan hidup sehat
dimanapun mereka berada jika mereka sadar, termotivasi dan di dukungan
dengan adanya informasi serta sarana dan prasarana kesehatan. Masyarakat
hanya mengetahui penyakit menular pada penyakit tertentu saja sedangkan untuk
penyakit dalam atau penyakit infeksilainya masih kurang sehingga kesadaran
untuk masyarakat dalam menjaga hidup sehat, dan menjaga dirinya dari bahaya
penyakit menular terbatas pada apa yang mereka ketahui saja. Mencuci tangan
merupakan metode tertua, sederhana dan paling konsisten untuk pencegahan dan
pengontrolan penularan infeksi (Perry & Potter 2005). Maka dari sebagai ibu
diharus kan untuk mencuci tangan sebelum mengolah atau memasak suatu
makanan untuk keluarga tercintanya agar terhindar dari penyakit. Menurut
penelitian WHO, 100 ribu anak Indonesia meninggalsetiap tahunnya karena
diare. Data yang dirilis oleh Riskedas tahun 2007 menyebutkan diare termasuk
salah satu dari dua penyebab kematian terbanyak pada anak-anak, selain
pneumonia. Kematian pada pada anak umur 4-11 tahun yang disebabkan diare
sebanyak 25,5% dan pneumonia15,5%. Sebanyak 40 hingga 60 % diare pada
anak terjadi akibat rotavirus. Biasanya virus masuk mulut melalui tangan yang
terkontaminasi kotoran akibat tidak mencuci tangan.
Ibu adalah penyedia makanan dalam keluarga bila ibu mencuci tangan kurang
adekuat akan menimbulkan bacteria seperti Staphylococcus, Streptococcus dan
Escheriacolli (Schaffer, 2000 dalam Coniko). Organisme-organisme tersebut
bersifat hidup kurang dari 24 jam pada kulit, dan dapat dengan mudah
disingkirkan dengan mencuci atau menggosok, biasanya organism tersebut
adalah anaerobik. Anaerobik berarti tidak dapat hidup pada jangka waktu yang
lama dalam keadaan adanya oksigen. Mereka menggunakan tangan sebagai cara
penularan yang singkat ketika mencari hospes yang rentan atau “reservoir”
dimana mereka dapat hidup. Organisme transien dengan cepat menyebabkan
infeksi bila masuk kedalam 4 tubuh hospes yang rentan (Shcaffer, 2000 dalam
Coniko). Sekitar 20 jenis penyakit yang bisa hinggap di tubuh akibat tidak
mencuci tangan dengan baik dan benar. Beberapa penyakit yang dapat
disebabkan karena kurang pedulinya terhadap kegiatan cuci tangan pakai sabun,
diantaranya: diare, infeksi saluran pernafasan, infeksi cacingan. Dalam sebuah
keluarga bila kurang adekuat dalam cuci tangan sebelum makan dan sebelum
penyajian makanan bisa terjadi diare dalam keluarga itu salah satunya yang
terserang anak-anak. Tangan merupakan bagian tubuh yang lembab yang paling
sering berkontak dengan kuman yang menyebabkan penyakit dan menyebarnya.
Cara terbaik untuk mencegahnya adalah dengan membiasakan mencuci tangan
dengan memakai sabun (Kamarudin, 2009 dalam Mirzal ). Mencuci tangan
adalah teknik yang sangat mendasar dalam mencegah dan mengendalikan
infeksi, dengan mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme yang ada di kulit (Hidayat, 2005 dalam Mirzal).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi perbedaan pendidikan kesehatan metode demonstrasi
secara langsung dengan metode menggunakan media audio visual tentang
cuci tangan terhadap praktek dan perilaku cuci tangan pada anak usia pra
sekolah.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik anak usia pra sekolah.
b. Untuk mengidentifikasi praktek dan perilaku cuci tangan pada anak usia
pra sekolah sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan metode
audiovisual.
c. Untuk mengidentifikasi praktek dan perilaku cuci tangan pada anak usia
pra sekolah sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan metode
demonstrasi secara langsung. d. Untuk mengidentifikasi perbedaan
pendidikan kesehatan metode demonstrasi secara langsung dengan
metode menggunakan media audio visual tentang cuci tangan terhadap
praktek dan perilaku cuci tangan pada anak usia pra sekolah.
C. SASARAN
1. Ibu
2. Balita umur 3 – 5 tahun
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. KARAKTERISTIK SASARAN
Anak usia pra sekolah berkembang dari perilaku sensorimotor sebagai alat
pembelajaran dan berinteraksi dengan lingkungan menjadi pembentuk pikiran
simbolik. Anak juga belajar untuk berpartisipasi dalam percakapan sosial.
Dalam aktifitas bermain, anak memiliki kehidupan fantasi aktif, menunjukkan
eksperimentasi dengan ketrampilan baru dan permainan, peningkatan aktifitas
bermain, anak dapat menggunakan dan mengendalikan dirinya sendiri. Menurut
Marjorie mengatakan bahwa anak pra sekolah merupakan masa antusiasme,
bertenaga, aktivitas, kreativitas, otonomi, sosial tinggi dan independen.
Karakteristik anak usia pra sekolah antara lain:
1. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik terbagi menjadi dua: yaitu motorik halus dan motorik
kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi dengan adanya
koordinasi otot-otot besar, seperti berjalan, melompat, berlari, melempar, dan
naik. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus
seperti, menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain
sebagainya (Hurlock, 2005).
2. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah menurut Yusuf (2006), adalah
anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya
dan tingkat berfikir anak sudak lebih maju, anak banyak menanyakan soal
waktu melalui pertanyaan-pertanyaan kemana, kapan, mengapa, dan
bagaimana.
3. Perkembangan Psikososial
Pada tahapan perkembangan psikososial Erik Erikson (Perry dan Potter,
2009) yang mengklasifikasikan masa anak usia pra sekolah kedalam tahap
inisiatif vs rasa bersalah, yang ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Pada tahapan ini anak belajar mengendalikan diri dan manipulasi
lingkungan dan timbul rasa inisiatif. Anak mulai menuntut untuk
melakukan tugas tentang anak merasa diikut sertakan sebagai individu.
Anak juga memperluas lingkup pergaulannya dengan menjadi aktif diluar
rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan anak
dengan saudara dan teman sebaya cenderung untuk menang sendiri.
b. Pada fase ini hubungan segitiga antara ibu, ayah dan anak sangat penting
untuk membina kemantapan identitas diri dan orang tua dapat melatih
anak untuk mengidentifikasi peran-peran sosial dan tanggung jawab
sosial.
c. Pada fase ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuannya atau
tidak dapat menyelesaikan kegiatannya karena keterbatasannya, tetapi
bila tuntutan lingkungan (orang tua atau orang lain) terlalu tinggi atau
berlebihan, anak merasa kegiatan atau aktifitasnya buruk, akhirnya timbul
rasa kecewa dan rasa bersalah.
d. Gangguan yang dapat timbul pada fase ini adalah kesulitan belajar,
kesulitan bergaul dengan teman, anak pasif dan takut, kurang berinisiatif.
B. ANALISA KASUS
Berdasarkan pengamatan di Rumah Sakit RSUD Ungaran, didapatkan data
bahwa kebanyakan anak mengalami diare. Penyebab diare salah satunya
menurut agus (2009) adalah tidak mencuci tangan dengan bersih. Banyak faktor
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong
terjadinya diare. Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah
atau mempercepat terjadinya diare seperti : status gizi, pemberian ASI eksklusif,
lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kebiasaan mencuci tangan,
perilaku makan, imunisasi dan sosial ekonomi. Penyebab langsung antara lain
infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia
maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan
sayur-sayuran (Zaitun, 2011). Pencegahan yang paling mudah untuk dilakukan
adalah mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan
yang baik dan benar. Terapi bermain merupakan kegiatan yang akan membuat
cuci tangan menjadi lebih menyenangkan dan mengurangi kecemasan anak
karena hospitalisasi bagi anak-anak usia pra sekolah.
A. Judul Permainan
Demonstrasi cuci tangan dengan audio visual
B. Deskripsi Permainan
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan
dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005).
C. Tujuan Permainan
Untuk mengidentifikasikan praktek dan perilaku cuci tangan pada anak dengan
pra sekolah sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penyakit diare akibat dari
kurangnya hygine pada anak.
E. Jenis Permainan
Jenis Permainan yang dipilih adalah permainan aktif berupa kegiatan mencuci
tangan dengan mendengarkan dan melihat gerakan di vidio.
G. Waktu pelaksanaan
Kamis, 27 September 2018 jam 10.00 – selesai
H. Proses bermain
Mekanisme Pemberian Permainan
1. Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan .yaitu bermain sambil
belajar cara mencuci tangan.
2. Peneliti membagi anak dalam beberapa kelompok.
3. Kemudian peneliti menjelaskan aturan permainannya, sebagai berikut :
a Semua peserta memperhatikan leader
b Peserta memperhatikan arahan dan gerakan leader dan vidio
c Pesera diberikan cairan antiseptik
d Leader dan peserta memulai untuk gerakan mencuci tangan dari step 1
sampai selesai.
e Uji keberanian salah satu peserta untuk melakukan cuci tangan di depan
peserta lain.
f Berikan reawerd bagi peserta yang melakukan cuci tangan didepan
peserta lainnya.
I. Pengorganisasian
1. Leader : Vielga De Princess
Tugas :
a. Membuka acara
b. Membacakan peraturan bermain
c. Memimpin jalannya permainan
d. Memberi semangat kepada peserta
e. Menciptakan suasana menjadi meriah
f. Mengambil keputusan
g. Memberikan reward
2. Fasilitator : Aditiya Pratama, Nurul Dwi, Isni Martiyani, Dian Mayang, Agun
Fauji, Novika Ningrum, Rizki Swastika
Tugas :
a. Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung
b. Mendampingi anak selama bermain
c. Memberikan semangat dan motivasi
3. Observer : Ellen Dwi Astuti
Tugas :
a. Mengamati dan mengevaluasi permainan
b. Mengamati tingkah laku anak
c. Memberikan kritik dan saran
J. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur :
Persiapan sudah tersedia 15 menit sebelum kegiatan dimulai, leader
memimpin jalannya bermain secara sistematis, fasilitator menggugah suasana
observer mengawasi jalannya kegiatan
2. Evaluasi proses :
a. Bermain anak berlangsung selama 30 menit
b. Anak aktif dan melakukan bermain dengan senang dan ceria
c. Tidak ada yang meninggalkan tempat bermain sebelum acara selesai
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat melakukan terapi bermain
b. Anak tidak rewel dan enjoy mengikuti kegiatan permainan.
BAB IV
KEGIATAN BERMAIN
A. PELAKSANAAN
No Waktu Terapy Anak Ket
1 5 menit Pembukaan :
1. Membuka dan mengucapkan Menjawab salam
salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan saling
persatu dan anak saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
4. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain :
1. Menjelaskan cara permainan Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak Menjawab pertanyaan
mau bermain atau tidak
3. Memulai permainan dengan Menerima permainan,
demonstrasi cuci tangan secara Bermain
bersama-sama
4. Fasilitator mengobservasi anak Mengungkapkan perasaan
5. Menanyakan perasaan anak
3 5 menit Penutup :
1. Menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak Senang
yang berani untuk mencoba
mendemonstrasikan cuci tangan
didepan
5. Membagikan souvenir/kenang- Senang
kenangan pada semua anak yang
bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
7. Menutup acara Mendengarkan
8. Mengucapkan salam Menjawab salam
B. EVALUASI KEGIATAN
1. Anak mau datang untuk bermain
2. Ada anak yang telat datang karena tidur, dan masih makan
3. Anak mau bermain dan mendemonstrasikan cuci tangan bersama-sama
4. Anak merasa senang dengan permainan
5. Anak dapat mendemonstrasikan meskipun dibantu orang tuanya
6. Anak merasa senang dengan hadiah yang didapat
A. KESIMPULAN
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan infeksi. Mencuci tangan merupakan proses
pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kedua belah tangan dengan
memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan
kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme. Diare biasanya kuman ditransmisikan dari tangan yang tidak
bersih ke makanan. Untuk mencegahnya, dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan diri salahsatunya yaitu dengan cara mencuci tangan ketika tangan
kita kotor. Untuk menarik kemauan anak-anak dalam mencuci tangan, disini
dilakukan demonstrasi sekaligus bermain secara bersama-sama untuk belajar
mencuci tangan dengan cara yang baik dan tepat.
B. SARAN
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih kebutuhan makanan dan
mengawasi anak untuk menjaga kebersihan diri agar anak tidak terjangkit
penyakit secara berulang.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.