Anda di halaman 1dari 1

Introduction

Tujuan utama dari farmakoepidemiologi yaitu untuk memperkirakan efek dari obat ketika obat
diresepkan setelah pemasaran. Hal ini sulit dilakukan karena beberapa faktor seperti indikasi,
kepatuhan dan penyakit yang dialami. Tantangan besar dalam farmakoepidemiologi yaitu
memperoleh perkiraan yang akurat antara paparan obat dengan status kesehatan. Ada dua tipe
kesalahan, kesalahan acak dan kesalahan sistematis. Akurasi terjadi ketika tidak ada kesalahan
acak maupun sistematis. Dalam farmakoepidemiologi, pengukuran menjadi proses kunci.
Masalah Klinis yang Disikapi melalui Penelitian Farmakoepidemiologi
Dalam penelitian hubungan antara vaksin dipthenatetanus-pertusis (DTP) dan subsekuen
pengembangan gangguan neurologi. Ditemukan bahwa risiko terjadinya neurologi akut
signifikan dalam 7 hari setelah vaksin DTP dan 7 dari 241 kasus mengakibatkan kematian. Hasil
penelitian ini banyak digunakan namun juga banyak diperdebatkan karena adanya kecurigaan
bias. Beberapa potensi bias yang dapat diidentifikasi antara lain biasnya rujukan, informasi dan
protopathic.
Masalah Metodolgi yang Disikapi melalui Penelitian Farmakoepidemiologi
Kebiasan dalam Farmakoepidemiologi
Secara umum, bias dibagi kedalam tiga kelompok antara lain bias seleksi, bias informasi dan
confounding. Bias seleksi terkait dengan perekrutan subyek. Bias informasi terkait dengan
keakuratan informasi yang dikumpulkan dan confounding terkait dengan mekanisme
pengembangan penyakit.
Bias Seleksi
Bias seleksi merupakan distorsi pengukuran perkiraan efek yang terjadi karena terdapat seleksi
kedalam kelompok studi yang berbeda dengan karakter dalam populasi target (disebut juga bias
distorsi sampel). Dalam farmakoepidemiologi ada 4 macam bias seleksi yang penting: referral
bias, self-selection, studi prevalensi dan kasus khusus: protopathic bias. Referral bias terjadi
apabila ketika pasien dirujuk ke suatu rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai