PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
Apa yang dimaksud dengan classical conditioning dan operant
conditioning?
1.2.5
1.3
1.3.1
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian
1)
2)
3)
Impilsif.
4)
Regresi.
b.
1)
Amnesia.
2)
Dimentia.
c.
Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala gejala
yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.
d.
Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi antara
lain :
1)
2)
Memori.
3)
Disorientasi.
2.2
Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium dan
demensia. Tabel berikut menjelaskan karakteristik delirium dan demensia. Depresi
pada lansia seringkali salah didiagnosis sebagai demensia, tabel dibawah dapat
digunakan sebagai acuan.
2.4
2.3
Adaptasi Psikososial
Delirium
Depresi
Demensia
Cepat
(beberapa jam
Cepat (beberapa
minggu sampai
Bertahap
(bertahun-tahun)
sampai
beberapa hari)
beberapa bulan)
Proses
gangguan
Fluktuasi luas;
dapat
berlangsung
terus selama
beberapa
minggu jika
penyebab tidak
diketahui
Mungkin ada
pembatasan diri
atau menjadi
kronik tanpa
pengobatan
Kronik; lambat
namun terus
menurun
Tingkat
kesadaran
Berfluktuasi
dari waspadfa
hingga sulit
untuk
dibangunkan
Normal
Normal
Orientasi
Pasien
disorientasi,
bingung
Pasien mungkin
tampak
disorientasi
Pasien
disorientasi,
bingung
Berfluktuasi
Sedih, depresi,
cemas, rasa
bersalah
Perhatian
Selalu
terganggu
Kesulitan
berkonsentrasi;
menelaah kembali
semua
tindakannya
Mungkin utuh;
pasien dapat
memusatkan
perhatian pada
satu hal untuk
waktu yang lama
Tidur
Selalu
terganggu
Terganggu
Biasanya normal
Perilaku
Pasien agitasi,
gelisah
Pasien mungkin
lelah, apatis,
mungkin agitasi
Pasien mungkin
agitas, apatis,
keluyuran
Pembicara
an
Jarang atau
cepat; pasien
mungkin
inkoheren
Datar, jarang,
mungkin meledakledak; dapat
dimengerti
Terganggu,
terutama untuk
Terganggu,
terutama untuk
Afek
Memori
peristiwa yang
baru saja terjadi
dalam mengingat;
sering defisit
memori jangka
pendek
peristiwa yang
sudah lama terjadi
Kognisi
Gangguan
berfikir
Mungkin tampak
terganggu
Gangguan berfikir
dan menghitung
Isi pikir
Inkoheren,
bingung;
waham;
stereotip
Negatif;
hipokondriasis,
pikiran tentang
kematian;
paranoid
Tidak teratur,
kaya isi pikir,
waham, paranoid
Persepsi
Salah
penafsiran,
ilusi, halusinasi
Terganggu; pasien
mungkin
mengalami
halusinasi
pendengaran;
penafsiran
terhadap orang
lain dan kejadian
Tidak berubah
Penilaian
Buruk
Buruk
Buruk; perilaku
tidak tepat secara
sosial
Daya tilik
Mungkin ada
saat-saat
berfikir jernih
Mungkin
terganggu
Tidak ada
Buruk tetapi
bervariasi;
meningkat saat
berfikir jernih
dan saat
penyembuhan
Kerusakan
memori;
menghitung,
menggambar,
mengikuti perintah
biasanya tidak
terganggu; sering
menjawab Saya
tidak tahu
Secara konsisten
buruk; makin
memburuk; pasien
berupaya
menjawab semua
pertanyaan
Penampila
n pada
penilaian
status
mental
2.4
Diagnosis
2.5
Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan dengan tepat dan tepat serta
terencana terutama keluarga. Menurut Prof. Sasanto dalam Bali Post (2005), salah
satu titik penting untuk memulai pengobatan adalah keberanian keluarga untuk
menerima kenyataan. Mereka juga harus menyadari bahwa gangguan jiwa itu
memerlukan pengobatan sehingga tidak perlu dihubungkan kepercayaan yang
macam-macam. Terapi bagi penderita gangguan jiwa bukan hanya pemberian obat
dan rehabilitasi medik, namun diperlukan peran keluarga dan masyarakat
dibutuhkan guna resosialisasi dan pencegahan kekambuhan.
2.6.1 Classical Conditioning
Classical conditioning merupakan pengkondisian klasik yang melibatkan stimulus
tak terkondisi (UCS) yang secara otomatis dapat membangkitkan respon berkondisi
(CR), yang sama dengan respon tak berkondisi (UCR) bila diasosiasikan dengan
stimulus tak berkondisi (UCS). Hal inilah yang dinamakan proses pembelajaran yang
dikarenakan asosiasi.
2.6.2 Operant Conditioning
Operant conditioning merupakan salah satu dari dua jenis pengondisian dalam
pembelajaran asosiasi (associative learning). Pembelajaran asosiatif adalah
pembelajaran yang muncul ketika sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan
dua peristiwa. Dalam operant conditoning, individu belajar mengenai hubungan
antara sebuah perilaku dan konsekuensinya. Sebagai hasil dari hubungan asosiasi
ini, setiap individu belajar untuk meningkatkan perilaku yang diikuti dengan
pemberian ganjaran dan mengurangi perilaku yang diikuti dengan hukuman.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian operant conditioning adalah
sebuah bentuk dari pembelajaran asosiatif di mana konsekuensi dari sebuah
perilaku mengubah kemungkinan berulangnya perilaku (King, 2010 :356).
a.
1)
Penguatan (reinforcement)
Hukuman (Punishment)
Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman
positif (positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti
dengan rangsangan yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak
mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan memarahinya hasilnya
anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan orangtuanya (akan
kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai jelek). Hukuman
negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang ketika sebuah
rangsangan positif atau menyenagkan diambil.
b.
Permasalahan yang timbul dalam stimulus yang tidak menyenangkan
(Hukuman)
Ada lima permasalahan yang timbul berhubungan dengan penggunaan stimulus
yang tidak menyenangkan berupa hukuman (punishment), yaitu :
1)
Jika seseorang terbiasa menggunakan hukuman yang berat seperti
membentak dengan suara keras, maka seseorang tersebut menjadi contoh orang
yang pemarah dan galak saat menghadapi situasi yang menekan.
2)
Hukuman bisa menimbulkan rasa takut, kemarahan, dan penghindaran.
Hukuman pada dasarnya mengajarkan orang-orang untuk menghindari sesuatu.
Sebagai contoh, pada umumnya murid tidak akan menyukai guru yang suka
menghukum bahkan kemungkinan mereka tidak mau bersekolah lagi.
3)
Seseorang akan mengalami kecemasan dan marah saat mendapat hukuman
sehingga tidak akan berkonsentrasi terhadap tugas mereka selama beberapa
waktu.
4)
Hukuman lebih mengajarkan tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan
dibandingkan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan.
5)
Terkadang hukuman yang dimaksud untuk mengurangi perilaku buruk dapat
berubah menjadi penguat perilaku buruk tersebut. Seseorang berpikir saat
mendapat hukuman dia merasa dirinya lebih diperhatikan atau bahkan
membuatnya menjadi lebih disegani oleh orang-orang disekitarnya.
2.6
f.
Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak
pasien, keluarga dan masyarakat alam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
g.
Kolaborasi dengan tim lain. Perawat dalam membantu pasien mengadakan
kolaborasi dengan petugas lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat
(perawat komunitas), pekerja social, psikolog, dan lain-lain.
h.
Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan jiwa didasarkan pada management keperawatan kesehatan
jiwa. Sebagai pemimpin diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan jiwa an
membantu perawat yang menjadi bawahannya.
i.
Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental.
Hal ini penting untuk diketahui perawat bahwa sumber-sumber di masyarakat perlu
iidentifikasi untuk digunakan sebagai factor penukung dalam mengatasi masalah
kesehatan jiwa yang ada di masyarakat.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN KOGNITIF
3.1
Pengkajian
a.
Identitas Klien : Meliputi nama, Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama, Alamat,
Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal masuk Rumah Sakit, Tanggal Pengkajian, dan
Sumber Data.
b.
Keluhan Utama
c.
1)
2)
3)
d.
e.
Aspek Psikososial
f.
Status Mental
g.
h.
Mekanisme Koping
1)
2)
Regresi.
3)
Rasionalisasi.
4)
Denial.
5)
Intelektualisasi.
i.
3.2
Diagnosa
1.
Resiko perilaku mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
gangguan proses pikir.
2.
3.
3.3
Intervensi
Aa
Tg
l
No.
Diagnosis
PERENCANAAN
Diagno
sis
Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Resiko perilaku
mencederai diri
sendiri dan
orang lain
berhubungan
dengan
gangguan
proses pikir.
1.1.1
nama
1.1.2
Sebutkan nama
perawat sambil jabat tangan
TUK : 1
Klien dapat membina
hubungan saling
percaya
INTERVENSI
Beri salam/panggil
1.1.3
Jelaskan maksud
hubungan interaksi
1.1.4
Jelaskan tentang
kontrak yang akan dibuat
1.1.5
empati
1.1.6
Lakukan kontak
singkat tapi sering
nama perawat
TUK : 2
Gangguan
proses pikir bd
gangguan otak
1.1
1.1.1
Pertahankan nutrisi
yang adekuat; pantau asupan
dan keluaran cairan.
1.1.2
Berikan kesempatan
untuk istirahat dan stimulasi.
1.1.3
Bantu ambulasi jika
diperlukan.
1.1.4
Bantu aktivitas
hygiene sesuai kebutuhan.
TUK : 2
Pasien akan aman dari
cedera
2.1.1
Kaji fungsi sensiori
dan persepsi.
2.1.2
Berikan kemudahan
untuk memperoleh kacamata,
alat bantu pendengaran,
tongkat, alat bantu berjalan, dll,
jika diperlukan.
2.1.3
Amati dan jauhkan
dari keadaan yang
membahayakan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Respon kognitif maladaptif adalah ketidakmampuan untuk membuat keputusan,
kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan rentang
perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Macam gangguan kognitif melitputi
Delirium dan Demensia. Terdapat beberapa perbedaan antara Delirium,
Demensia, dan Depresi, terutama pada tingkat kesadaran pasien dimana pasien
dengan delirium dapat mengalami penurunan tingkat kesadaran. Delirum adalah
suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan: Gangguan
perhatian, memori, pikiran dan orientasi. Sedangkan demensia adalah suatu
keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan hilangnya kemampuan
intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat
bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan klien yang
mengalami gangguan kognitif.
Predisposisi
Respon kognitif pada umumnya merupakan akibat dari gangguan biologis pada
fungsi system saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu mengalami
gangguan kognitif termasuk :
a.
Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lainnya
keotak
1)
2)
3)
Hemoragik cerebral
4)
b.
c.
d.
Penyakit Alzheimer
e.
f.
g.
h.
i.
Malnutrisi
j.
Abnormalitas genetic
III.
Presipitasi
Hipoksia
2.
Gangguan metabolic, termasuk hipotiroidisme, hipertiroidisme,
hipoglikemia, hipopituitarisme, dan penyakit adrenal
3.
4.
5.
6.
IV. Perilaku
Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium dan
demensia. Berikut adalah gambar Rentang Respon Kognitif :
RENTANG RESPON KOGNITIF
Respon Adaptif
Ketidaktegasan periodik
Mudah lupa
Kebingungan sementara yg ringan
Kadang salah persepsi
Distraksibilitas
Kadang berfikir tidak jelas
Respon Maladaptif
Awitan
Proses
gangguan
Tingkat
kesadaran
Delirium
Demensia
Bertahap (bertahuntahun)
Normal
Orientasi
Pasien disorientasi, bingung
Pasien disorientasi,
bingung
Berfluktuasi
Selalu terganggu
Afek
Perhatian
Biasanya normal
Tidur
Selalu terganggu
Perilaku
Terganggu, terutama
untuk peristiwa yang
baru terjadi
Memori
Kognisi
Gangguan berpikir
Tdk berubah
Isi pikir
Persepsi
Penilaian
Daya tilik
Tdk ada
Buruk
Penampilan
pada
pemeriksaan
status mental
V.
Mekanisme Koping
Regresi
2.
Penyangkalan
3.
Kompensasi
Pengkajian
Masalah Utama:
1.
2.
Gangguan Fungsi SSP, akibat disfungsi otak, trauma atau cedera pada
otak, akibat putus zat, dl
3.
b.
Diagnosa
Ansietas
2.
3.
Akut Konfusi
4.
Kronik Konfusi
5.
6.
7.
Resiko jatuh
8.
9.
erapi
a.
Medik
Teknik ini dimulai dengan cara memperluas kesadaran diri dan mengamati
perasaan dan pemikiran yang mungkin muncul.
2.
Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya
alternative pemecahan lagi. Latihan menemukan dan mencari alternativealternatif pemecahan masalah klien bias dilakukan dengan bantuan perawat.
4.
Dekatastropik (decatastrophizing)
Teknik ini dikenal juga dengan teknik bila dan apa (the what-if then). Hal ini
meliputi upaya menolong klien untuk melakukan evaluasi terhadap situasi
Reframing
Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atau
perilaku. Hal ini meliputi memfokuskan terhadap Sesutu atau aspek lain dari
asalah atau mendukung klien untuk melihat masalahnya dari sudut pandang
yang lain.
6.
Thought Stopping
Kesalahan berfikir seringkali menimbulkan dampak seperti bola salju bagi klien.
Awalnya masalh tersebut kecil, tetapi lama kelamaan menjadi sulit dipecahkan.
Teknik berhenti memikirkannya (thought stopping) sangat baik digunakan pada
saat klien memikirkan sesuatu sebagai masalah. Klien dapat menggambarkan
bahwa masalahnya sudah selesai.
7.
Token Economy
3.
4.
Pengertian
Fungsi Otak
1. Lobus Frontalis
Pada bagian lobus ini berfungsi untuk : Proses belajar : Abstraksi, Alasan
2. Lobus Temporal
Diskriminasi bunyi
Perilaku verbal
Berbicara
3. Lobus Parietal
Diskriminasi waktu
Fungsi somatic
Fungsi motorik
4. Lobus Oksipitalis
Diskriminasi visual
5. Sisitim Limbik
Perhatian
Flight of idea
Memori
Daya ingat
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan
mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :
Impilsif
Regres
Amnesia
Dimensia
3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala gejala
yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi
4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi antara
lain :
Memori
Disorientasi
Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
Hipoksia
Anemia hipoksik
Histotoksik hipoksia
Hipoksemia hipopoksik
Iskemia hipoksik
1. Gangguan metabolisme
Hipotiroidisme
Hipertiroidisme
Hipoglikemia
Hipopituitarisme
2. Racun, Infeksi
Gagal ginjal
Syphilis
3. Perubahan Struktur
Tumor
Trauma
4. Stimulasi Sensori
Stimulasi berlebih
c. Perilaku
Delirum adalah : Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan:
Gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi
Demensia : Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan
hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir
abstrak.
Biasanya tiba-tiba
Disorientasi
Gelisah
Agitasi
Biasanya perlahan
Kerusakan penilaian
Perhatian menurun
Ilusi
Halusinasi
Afek labil
Sesuai
Agitasi
d. Mekanisme koping
Regresi
Rasionalisasi
Denial
Intelektualisasi
e. Sumber Koping
Pasien
Keluarga
Teman
Diagnosa Keperawatan
Anxietas
Konfabulasi
Ketakutan
Kerusakan kognitif
Konfabulasi
Intervensi Keperawatan
a. Identifikasi hasil :
b. Prioritas :
Libatkan keluarga
c. Usaha perawatan :
Implementasi Keperawatan
1. Intervensi Delirium :
a. Kebutuhan Fisiologis
b. Disorientasi :
c. Halusinasi
d. Komunikasi
Pesan jelas
Sederhana
e. Pendidikan kesehatan
sebelumnya
2. Intervensi Demensia :
a. Orientasi
Tulis nama petugas pada kamar pasien jelas, besar, sehingga dapat dibaca
pasien
b. Komunikasi
Pertanyaan tertutup
Empati
Summary
Hangat
Perhatian
c. Pengaturan koping
Koping yang selama dipakai ini yang positif positif dimaksimalkan dan
yang negatif diminimalkan
d. Kurangi agitasi
Beri penjelasan
Beri pilihan
f. Farmakologi
g. Wandering
h. Therapeutik Milieu
Stimulasi kognitif
i. Intervensi interpersonal
Psychotherapi
Therapi relaksasi
Mulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pasien
Daftar Pustaka
1. Fortinash, C.M, dan Holloday, P.A. (1991). Psychiatric nursing care plan.
St.Louis : Mosby year book
2. Keltner, N.L, Schueke, L.H dan Bostrom, CE (1991). Psychiatric nursing :a
psycho therapeutic management approach. St. Louis : Mosby year book
3. Stuart, Gw. and Sundeen S.J (1995). Perbandingan Delirium, Depresi dan
Demensia.St.louis : Mosby year book
4. Stuart, Gw. And Sundeen S.J (1995). Pendidikan Kesehtan Keluarga . St.
Louis Mosby Year book
5. Stuart, Gw. And Sundeen S,J (1987). Petunjuk Komunikasi dengan Pasien
Demensia.St. Louis Mosby year Book
Pada keadaan defisit sensorik seperti pada orang buta, tuli, maupun anestesia,
terjadi gangguan persepsi, namun persepsi masih dapat terjadi karena individu
biasanya menerima informasi mengenai suatu objek melalui beberapa modalitas
sensoris secara bersamaan.
ILUSI
Pareidolia adalah sebuah ilusi visual volunter bersifat ambigu dan aneh yang
dapat dilihat ketika seorang melihat suatu gambar atau benda tertentu (awan,
api, dll). Onset dan terminasi dari persepsi ini sepenuhnya bersifat volunter.
Trailing adalah persepsi bahwa suatu objek terus bergerak diikuti sebuah after
image dari benda tersebut. Fenomena ini biasa terjadi pada individu yang
kelelahan atau intoksikasi mariyuana dan mescaline.
Sumber : http://farm2.static.flickr.com/1023/1400347678_5c4d9b14c1.jpg
HALUSINASI
Halusinasi merupakan persepsi yang timbul pada keadaan sadar atau bangun
tanpa adanya stimulus sensorik yang berhubungan. Halusinasi biasa dialami
secara privat dimana orang lain tidak dapat melihat atau mendengar persepsi
yang sama. Halusinasi dapat menyerang sistem sensorik manapun dan
terkadang terjadi bersamaan pada beberapa modalitas sensorik. Saat persepsi
terganggu, kombinasi ilusi dan halusinasi, dan sering bersama dengan delusi,
dialami bersamaan. Pada beberapa studi, 90% pasien dengan halusinasi juga
mengalami delusi dan sekitar 35% pasien delusi juga megalami halusinasi. Anakanak dan dewasa muda lebih sering menderita halusinasi tanpa delusi.
Halusinasi dialami oleh banyak orang normal pada kondisi yang tidak biasa.
Diestimasikan 10-27% populasi pernah mengalami halusinasi yang memorabel,
umumnya halusinasi visual.
Halusinasi Visual
Halusinasi jenis ini merupakan halusinasi yang paling umum dimaksud oleh
orang yang mengalami halusinasi. Termasuk di sini fenomena melihat sesuatu
yang tidak ada atau persepsi visual yang tidak sesuai dengan realitas. Halusinasi
visual terjadi pada banyak kelainan neurologis dan psikiatri termasuk sindrom
putus obat, toksisitas, lesi fokal SSP, migraine, schizophrenia, dan kelainan mood
psikotik.
Halusinasi Auditori
Halusinasi auditori (paracusia) merupakan persepsi mendengar suara-suara
tanpa adanya stimulus eksternal. Komplekstisitasnya bervariasi dari hanya
mendengarkan suara berputar atau bisikan yang tidak jelas sampai
mendengarkan diskusi beberapa orang mengenai pasien tersebut. Halusinasi
auditori simple secara umum berhubungan dengan psikosis organik seperti
delirium, kejang parsial kompleks, dan enselofati metabolik. Secara klasik
halusinasi auditori dihubungkan dengan schizophrenia (terlihat pada 60-90%
pasien) namun juga dapat terlihat pada pasien kelainan mood psikotik. 20% dari
pasien manik dan kurang dari 10% pasien depresi juga mengalami halusinasi
auditori.
Selain itu juga ada halusinasi suara yang bersifat memberi perintah pada pasien.
Biasanya perintah yang diberikan bersifat mengingatkan kegiatan sehari-hari
seperti Bersihkan meja namun suara tersebut juga dapat bersifat menakutkan
dan berbahaya seperti memerintahkan aksi kejahatan dan bunuh diri. Suarasuara ini umumnya bersifat memaksa dan persisten; dan kapabilitas pasien
untuk mengacuhkan suara ini berbeda-beda.
Halusinasi Olfaktori
Halusinasi Taktil
Halusinasi taktil merupakan halusinasi adanya input sensori taktil. Salah satu
jenis halusinasi taktil yang paling sering adalah formikasi dimana pasien
merasakan sensasi serangga merayap pada kulit dan biasanya diasosiasikan
dengan penggunaan kokain dan amphetamine jangka panjang atau withdrawal
dari alkohol. Namun formikasi juga dapat terjadi akibat dari perubahan hormonal
seperti menopause atau kelainan seperti neuropati perifer, demam tinggi, Lyme
disease, dll.
Halusinasi Gustatorik
Halusinasi tipe ini meruapkan persepsi adanya rasa tanpa stimulus. Halusinasi ini
biasanya bersifat tidak nyaman dan umum terjadi pada pasien dengan epilepsi
fokal terutama epilepsi lobus temporal. Regio otak yang bertanggungjawab pada
halusinasi gustatorik adalah daerah insula dan bagian atas dari fisura Sylvian.
Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Dalam interaksi ini, individu menerima rangsang
atau stimulus dari luar dirinya.
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian
individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu
menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu
menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya
maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
PENGERTIAN
a. Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri
individu (Bimo Walgito,2001)
b. Persepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan
antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah
pancaindranya mendapat rangsang (Maramis, 1999).
Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang
melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu
mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang
ada di luar maupun dalam diri individu.
MACAM-MACAM PERSEPSI
Ada dua macam persepsi, yaitu:
External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang datang dari luar diri individu.
Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rang-sang yang
berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya
sendiri.
Penyebab
Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik;
gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosis
yang dapat menimbulkan halusinasi; dan pengaruh lingkungan sosio-budaya,
Jenis-jenis halusinasi:
a. Halusinasi penglihatan (halusinasi optik):
Apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk: sinar, kilatan, atau pola
cahaya.
g. Hal usinasi viseralHalusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah-olah ada
perasaan tertentu yang timbul di tubuh bagian dalam (mis. lambung seperti
ditusuk-tusuk jarum).
h. Halusinasi hipnagogikPersepsi sensorik bekerja yang salah yang terdapat
pada orang normal, terjadi sebelum tidur.
i. Halusinasi hipnopompikPersepsi sensorik bekerja yang salah, pada orang
normal, terjadi tepat sebelum bangun tidur.
j. Halusinasi histerikHalusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena
konflik emosional.
Isi halusinasi adalah terra halusinasi dan interprestasi pasien tentang
halusinasinya, seperti mengancam, menvalahkan. Keagamaan, menghinakan,
kebesaran,seksual, membesarkan hati, membujuk atau hal-hal yang baik.
Hal-hal yang dapat menimbulkan halusinasi adalah skizofrenia, psikosis
fungsional, sindrom otak organik (S00), epilepsi, neurosis histerik, intoksikasi
atropin atau kecubung, dan zat halusinogenik.
b.
Contoh:
a. Anestesia, yaitu kehilangan sebagian atau keseluruhan kepekaan indra
peraba pada kulit.
b. Parestesia, yaitu perubahan pada indra peraba, seperti ditusuktusuk jarum, di
badannya ada semut berjalan, kulitnya terasa tebal
c. Gangguan penglihatan atau pendengaran.
d. Makropsia (megalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan
sebenarnya bahkan kadang-kadang terlalu besar sehingga menakutkan.
e.