Anda di halaman 1dari 3

A.

Gender dalam pembangunan


Pembangunan tidak hanya menjadi isu hak asasi manusia ataupun
keadilan saja, melainkan juga menjadi isu kesejahteraan untuk
memperoleh keadilan. Pembangunan merupakan suatu konstruksi
yang mengarah pada satu kehidupan yang lebih maju. Dalam
menuju proses kemajuan tersebut harus melihat pada satu aspek
yang sangat penting, yaitu keseimbangan.
1) Pengarusutamaan Gender
Usaha-usaha untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender
sesungguhnya sudah lama dilakukan oleh berbagai pihak, namun
masih mengalami hambatan. Kesetaraan dan keadilan gender
masih sulit untuk dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat
khususnya kaum wanita. Dalam buku Susilaningsih dan Agus M.
Najib, Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi Islam, halaman 2425 menyatakan bahwa:
Pengarusutamaan gender adalah suatu strategi untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui
perencanaan dan penerapan kebijakan yang berspektif
gender pada organisasi dan institusi. Pengarusutamaan
gender merupakan strategi alternatif bagi usaha percepatan
tercapainya kesetaraan gender karena nuansa kepekaan
gender menjadi salah satu landasan dalam penyusunan dan
perumusan strategi, struktur, dan sistem dari suatu
organisasi atau institusi, serta menjadi bagian dari nafas
budaya di dalamnya
Berdasarkan

kutipan

diatas,

dapat

dipahami

bahwa

pengarusutamaan gender merupakan suatu langkah kebijakan


yang bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.
Pengarusutamaan gender dalam pembangunan terfokus pada
peningkatan perempuan dalam pembangunan. Berkaitan dengan
hal tersebut, di Indonesia sendiri menurut data dari Komisi
Pemilihan Umum, tingkat partisipasi wanita dalam politik hanya
sebesar 18,4% (dari yang dialokasikan sebesar 30%) pada tahun
2009 sampai 2014. Sedangkan laki-laki sebanyak 82,1%. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi wanita dalam bidang
politik masih rendah.

(http://www.bappenas.go.id/files/4513/5027/3745/19-july-2012prest-yulfita--bagi--eselon-1-dan-2final__20120720144628__0.pdf)
Dalam bidang ketenagakerjaan, pada tahun 2014 angka TPAK
(Tingkat

Partisipasi

Angkatan

Kerja)

antara

laki-laki

dan

perempuan di Indonesia masih terdapat perbedaan yang cukup


jauh dimana TPAK perempuan sebesar 50,22% sedangkan laki-laki
sebesar 83,05%.
(http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/Pages/DataSurvey/Sakern
as/Ekonomi_danKetenagakerjaan/TPAK/Nasional.aspx)
Oleh karena itu pemerintah telah mengambil kebijakan, tentang
perlu adanya strategi yang tepat yang dapat menjangkau ke
seluruh

instansi

pemerintah,

swasta,

masyarakat

kota,

masyarakat desa dan sebagainya. Strategi itu dikenal dengan


istilah pengarusutamaan gender, berasal dari bahasa Inggris
gender mainstreaming. Strategi ini tertuang di dalam Instruksi
Presiden (Inpres) No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional
2) Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan
Dalam mewujudkan pembangunan, kesetaraan gender perlu diciptakan dan gerakangerakan feminisme juga perlu mendapatkan perhatian. Mengupayakan peranan
wanita dalam pembangunan dimaksudkan untuk menyukseskan kesetaraan dan
keadilan gender dalam berbagai bidang pembangunan, terutama di Indonesia. Tapi
perlu diingat bahwa dalam membicarakan kesetaraan gender bukan berarti
kesetaraan hak dan kewajiban yang sama persis tanpa mempertimbangkan aspekaspek lain.
Dalam menyuarakan kesetaraan gender melalui gerakan-gerakan Feminisme tidak
dapat diartikan sebagai penuntutan segala sesuatu yang mutlak sama dengan lakilaki. Karena pada dasarnya, perempuan juga belum siap menanggung beban berat
yang biasa ditanggung laki-laki. Bagaimanapun juga, terdapat perbedaan yang
mutlak antara laki-laki dan perempuan yang tidak bisa diubah. Misalnya, mengenai
kemampuan fisik, perempuan dan laki-laki tentu berbeda . kemampuan fisik laki-laki
lebih bkuat dari perempuan. Begitupun sebaliknya, laki-laki juga belum tentu bisa

menyelesaikan semua tugas rumah tangga yang biasanya rutin dikerjakan oleh
perempuan.
Kesetaraan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah kesetaraan dalam hak
untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Kesetaraan dalam
mendapatkan akses yang diterima, mendapatkan kesetaraan dalam melakukan
kontrol dan keputusan, kedudukan dan kesempatan dalam pembangunan di keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu, untuk menciptakan kesetaraan
gender, perlu didukung dengan perilaku saling menghargai, saling membantu dan
menghormati, saling pengertian dan saling peduli, dan yang terpenting menyadari
bahwa dalam mencapai pembangunan, perempuan dan laki-laki sama pentingnya
dan saling membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian, gerakan-gerakan
feminisme yang dilakukan selama ini akan membuahkan hasil berupa kesetaraan
gender yang nantinya mampu menyukseskan pembangunan bangsa dan negara di
Indonesia. Juga kesetaraan gender yang tidak bertentangan dengan kepercayaan dan
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Sumber :

Susilaningsih dan Agus M. Najib, Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi


Islam. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga dan McGill. 2004 (Hal 24-25)

http://www.bappenas.go.id/files/4513/5027/3745/19-july-2012prest-yulfita--bagi--eselon-1-dan-2-final__20120720144628__0.pdf
(diakses pada 29 Oktober 2016)
http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/Pages/DataSurvey/Sakerna
s/Ekonomi_danKetenagakerjaan/TPAK/Nasional.aspx (diakses pada
29 Oktober 2016)

Anda mungkin juga menyukai