Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengukuran Insitu


4.1.1 Lokasi dan Persiapan
Lokasi pengukuran dilakukan pada desa Cikancra kabupaten
Tasikmalaya. Lahan berada diantara 1020 1025 BT dan 7041 - 7047 LS
dengan bentangan area survei 20 m. Persiapan lokasi yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi pembersihan lokasi dari segala sesuatu yang dapat
menganggu proses pengukuran. Pengukuran dilakukan di areal persawahan
sehingga perlu dilakukan pembersihan terhadap rumput-rumput atau semaksemak. Selanjutnya dibuat bentangan dari tali sepanjang 20m

untuk

mempermudah pengukuran. Pengukuran dilakukan diatas singkapan zeolit


yang terlihat seperti gambar 4.2.

Gambar 4.1 Lokasi Pengukuran

Gambar 4.2 Singkapan zeolit di bawah lokasi pengukuran

4.1.2 Peralatan yang digunakan


Alat yang digunakan dalam pengukuran insitu seperangkat
peralatan Georadar jenis Ramac dengan antena frekuensi 100 MHz dan 50
Mhz (Gambar 4.3). Untuk antenna 100 MHz jarak antara antena transmitter
dan receiver terpisah pada jarak 1 m. Antena tersebut dihubungkan dengan
unit control yang langsung disambungkan dengan notebook komputer, dan
selama pengukuran input data disimpan dalam format RAMAC.

Gambar 4.3 Peralatan RAMAC/GPR dengan antena frekuensi 100MHz.

Pemilihan frekuensi antena sebesar 100 Mhz dan 50 MHz, disesuaikan


dengan anggapan zeolit merupakan target eksplorasi yang bersifat dangkal
sehingga dipilih antena 100 (15 - 25 m) MHz dan 50 MHz (15 60 m).
Prinsip kerja alat pada saat pengukuran, unit control mengirimkan
suatu sinyal ke transmitter dan receiver. Setelah transmitter menerima
sinyal, maka akan menghasilkan pulsa melalui elemen antena. Pulsa tersebut
memantul pada objek medium bawah permukaan dan dipantulkan kembali
menuju receiver. Sekali receiver mendeteksi sinyal control, maka receiver
akan mengumpulkan suatu sample dan meneruskan ke unit control. Dengan
proses yang berulang-ulang pada interval yang dikontrol dengan sangat
baik, maka unit control dapat mengumpulkan semua sampel dalam suatu
jejak (trace). Unit control akan menempatkan sampel yang diterima pada
posisi yang benar menurut jejaknya. Pada saat jejak sudah lengkap, maka
jejak dikirim menuju komputer dan disimpan dalam hard disk serta
ditampilkan pada layar monitor.
Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan dua pola akuisisi
yaitu: pertama, penampangan radar refleksi (radar reflection profiling),
dimana dua antena radar yang terpisah pada jarak 1 m bergerak di atas
permukaan tanah secara simultan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh
struktur bawah permukaan. Kedua, konfigurasi antena CMP, transmitter dan
receriver bergerak satu sama lain sehingga midpoint keduanya berada pada
titik yang pasti. Pengukuran ini bertujuan untuk memperoleh kecepatan
gelombang radar lapisan bawah permukaan.

4.2 Pengukuran Laboratorium


4.2.1 Persiapan Sample
Sample yang digunakan berasal dari desa Cikancra kabupaten
Tasikmalaya. Pertama-tama sample dibentuk terlebih dahulu sehingga
berbentuk silinder dengan diameter 2.5 cm dan tebal 1 cm. Sample yang
dibuat sebanyak empat buah. Pada pengukuran dielektrik bahan, dibuat
holder khusus yang dapat memegang batu sesuai dengan bentuk sample.

Gambar 4.4 Sampel zeolit

Gambar 4.5 Holder sample

4.2.2 Pengukuran Suseptibilitas


Alat yang digunakan untuk mengukur suseptibilitas ini adalah
Bartington MS2 suseptibilitas meter. Prinsip kerja Bartington MS2 adalah

pemanfaatan sirkuit elektromagnet yang mendeteksi perubahan induktansi


ketika sampel ditempatkan didalam kumparan. Bartington MS2 ini
dilengkapi oleh sensor MS2B yang bekerja dengan dua frekuensi yaitu
frekuensi rendah 465 Hz dan frekuensi tinggi 4650 Hz.
Dalam pengukuran sampel ini digunakan frekuensi rendah karena
harga suseptibilitas yang diinginkan adalah keseluruhannya, jika kita
menggunakan frekuensi tinggi maka pada bagian dalam bahan tidak akan
terdeteksi karena daya tembus yang rendah.

Gambar 4.6 Bartington MS2 suseptibilitas meter


Sistem ini merespon langsung suseptibilitas pada arah mana medan
diberikan. Instrumen ini terdiri dari sensor MS2B dengan diameter internal
35 mm dan terhubung dengan MS2 meter yang bekerja berdasarkan
perubahan induktansi coil akibat adanya sampel batuan. Instrumen ini
menggunakan medan magnet lemah 80A/m rms dan frekuensi 465 Hz.
Peralatan ini bekerja kerena adanya tegangan yang diberikan pada
rangkaian osilator sehingga menimbulkan medan magnetik bolak-balik yang

berintensitas rendah pada ruang sampel. Selanjutnya pada ruang ini


diletakkan sampel, yang mengakibatkan perubahan frekuensi osilator. Nilai
suseptibilitas magnetik sampel diperoleh dengan membandingkan frekuensi
osilator sebelum dan sesudah sampel diletakkan. Dimana instrumen ini
dapat mengukur harga suseptibilitas dari 1 x 10-6 sampai 9999 x 10-6 dalam
satuan cgs atau 1,26 x 10-5 sampai 1,26 x 10-1 dalam satuan SI. Seluruh
proses pengukuran dan perhitungan dilakukan melalui perangkat lunak
komputer. Nilai susepbilitas magnetik dapat dihitung persatuan volume atau
persatuan massa. Dalam pengukuran digunakan persatuan massa. Data
suseptibilitas yang diperoleh lalu diolah untuk mendapatkan nilai
permeabilitas relatif bahan. Nilai permeabilitas inilah yang dipakai dalam
perhitungan, r dapat dihitung dengan r

= +1 dimana adalah

suseptibilitas magnetik yang dapat dihitung dengan Bartington MS2


suseptibilitas meter.

4.2.3 Pengukuran Sifat Dielektrik


Pengukuran sifat dielektrik zeolit, dalam hal ini kapasitansi dan
faktor disipasi dilakukan di Laboratorium Telekomunikasi Radio dan
Gelombang Mikro, STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika) ITB.
Pengukuran tersebut menggunakan alat Q meter 4342A dengan frekuensi
30MHz, 50MHz dan 70MHz serta sample holder yang terdiri dari dua pelat
tembaga dengan diameter 2.5 cm dan jarak pisah antara dua plat 1 cm.

Q Meter 4342A ini memiliki kemampuan mengukur nilai Q (faktor


kualitas), kapasitansi, induktansi, dan resistivitas. Pengukuran-pengukuran
tersebut dapat dilakukan dalam range frekuensi 22 KHz 70 MHz. Pada
penelitian ini, Q Meter ini dimanfaatkan untuk mengukur kapasitansi dan
faktor kualitas zeolit. Langkah pertama adalah mengukur kapasitansi (Co)
dan faktor kualitas sampel holder kosong (Do). Setelah itu barulah
kapasitansi (Cm) dan faktor kualitas sample holder yang berisi zeolit (Dm)
diukur. Pengukuran dilakukan pada frekuensi 30 MHz, 50 MHz dan 70
MHz.

Gambar 4.7 HP Q Meter 4342A

Gambar 4.8 Tabung frekuensi 30-50 MHz (kiri) dan 50-70 MHz (kanan)

4.3 Pengolahan Data


4.3.1 Data Laboratorium
Nilai kapasitansi pada sampel holder terisi (Cm) dan kondisi sampel
holder kosong (C0) diperoleh dari hasil pengukuran, selanjutnya dihitung
nilai konstanta dielektrik relatif zeolit berdasarkan persamaan 2.9, yaitu:
r =

I (t ) dengan dielektrik Cm (kapasi tan si dengan dielektrik)


=
I (t ) tan pa dielektrik
C0 (kapasi tan si tan pa dielektrik)

Demikian juga nilai loss factor yang didapat dari nilai kapasitansi dan faktor
kualitas dengan menggunakan persamaan 2.11, yaitu:
tan =
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai konstanta dielektrik, loss factor, dan
permeabilitas magnetik dapat digunakan untuk menghitung nilai kecepatan
gelombang EM pada medium zeolit dengan 2.12, yaitu:
v=

r r
2

( 1 + tan + 1)
2

1/ 2

dengan :
c (cepat rambat gelombang udara) = 3 x 108 m/s
4.3.2 Data Georadar
Data hasil pengukuran georadar diproses dengan software
REFLEX untuk menghasilkan radargram dan image yang lebih baik serta
meningkatkan rasio sinyal-bising. Masing-masing data profiling dan CMP

dilakukan proses pengolahan data. Urutan proses pengolahan data dengan


langkah sebagai berikut :
1. Melakukan import data dari format software yang digunakan dalam
pengukuran (RAMAC) ke format software pengolah data (REFLEX).
2. Melakukan proses filter :
Move

startime,

untuk

menentukan

titik

yang

sebenarnya

dipermukaan.
Time dewow, (dewow dan dc shift) untuk mengeliminasi noise
frekuensi rendah yang terekam oleh system radar yang terjadi akibat
instrument elektronik yang tersaturasi oleh nilai amplitudo besar dari
gelombang langsung dan udara.
Filter, pemfilteran dilakukan untuk memfilter sinyal-sinyal radar
frekuensi rendah dan frekuensi tinggi, agar data georadar memiliki
bising (noise) yang tertekan dengan menggunakan bandpassbutterworth
3. Melakukan proses background removal, untuk menghilangkan noise
dan memunculkan sinyal yang terhalang oleh noise.
4. Setelah radargram hasil processing yang dihasilkan dianggap sudah
bagus dan jelas maka dilakukan proses CMP-semblance analysis yang
dapat memberikan kecepatan Vrms dalam spektrum velocity/spektrum
waktu. Hasil yang diperoleh memberikan nilai kecepatan zeolit.

Untuk pengolahan data profilling dilakukan proses pengolahan data


seperti pada pengolahan data langkah 1 3 sehingga diperoleh radargram
skala waktu Setelah radargram yang dihasilkan dianggap sudah bagus dan
jelas maka dapat dilakukan konversi kedalaman dengan memberikan nilai
konstanta kecepatan zeolit. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
analisa kecepatan dari data CMP. Selanjutnya memplot profil radargram
skala waktu dan kedalaman ke dalam format gambar.

Anda mungkin juga menyukai