Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PERCOBAAN X
PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM PASIR BESI UNTUK MEMBUAT
MAGNETIT (Fe3O4)

OLEH :

NAMA

: WILDAYATI

STAMBUK

: F1C1 15 073

KELOMPOK

: VIII (DELAPAN)

ASISTEN

: RAHMAT SAPUTRA

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Besi merupakan salah satu unsur yang paling banyak melimpah di Bumi,
membentuk 5% daripada kerak Bumi. Kebanyakan besi hadir dalam berbagai jenis
oksida besi, seperti bahan galian hematit, magnetit, dan takonit. Sebahagian besar
teras bumi dipercayai mengandung logam besi-nikel. Sekitar 5% daripada meteorit
turut mengandung besi-nikel. Walaupun jarang, ini merupakan bentuk utama logam
besi semula jadi di permukaan bumi. Di Indonesia impor besi dan baja mengalami
kenaikan drastis dibandingkan negara lainnya disebabkan penggunaan bijih besi yang
sangat konsumtif. Padahal kita ketahui bersama, produksi pasir besi dan bijih besi di
Negara kita sangat besar.
Besi (Fe) termasuk logam transisi yang sangat luas penggunaannya. Dalam
dunia teknik, besi memegang peranan yang sangat penting. Besi dapat diperoleh dari
proses ekstraksi bijih besi, salahsatunya pasir besi. Pasir besi dapat diolah menjadi
besi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan besi baik di Indonesia
maupun di dunia. Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang pemanfaatannya
masih belum optimal. Di Indonesia, pasir besi sampai saat ini masih terbatas hanya
digunakan sebagai bahan tambahan pada pabrik semen.
Pasir besi berwarna hitam, berbeda dengan pasir pantai pada umunya. Hal ini
disebabkan mineral yang terkandung di dalam pasir yang berwarna hitam
tersebut, dan apa yang ada di pasir berwarna putih tersebut. Pada pasir yang
berwarna hitam, mineral yang mendominasi adalah magnetit (Fe 3O4), hematit

(Fe2O3), Limonit (Fe2O3.nH2O), Siderit (FeCO3). Semakin gelap warna daripasir,


menunjukkan konsentrasi unsur Fe yang makin tinggi (ilustrasi pasir besi yang
tertarik magnet).
Pemanfaatan pasir besi di dalam negeri sampai saat ini sebagai bahan baku
pembuatan semen, sedangkan pemanfaatannya diluar negeri untuk bahan baku
pembuatan besi telah dilakukan sejak lama yaitu oleh pabrik besi baja di Selandia
Baru dan RRC. Untuk mengolah pasir besi menjadi besi murni diperlukan proses
yang dinamakan Ekstraksi Metalurgi. Hidrometalurgi dapat juga diartikan sebagai
proses ekstraksi metal dengan larutan reagen encer (< 1 gram/mol) dan pada
suhu < 100 C. Reaksi kimia yang dipilih biasanya yang sangat selektif. Artinya
hanya metal yang diinginkan saja yang akan bereaksi (larut) dan kemudian
dipisahkan dari material yang tak diinginkan. Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka perlu dilakukan percobaan penentuan kadar besi (Fe) dalam pasir besi
untuk pembuatan magnetit (Fe2O4).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dari percobaan penentuan kadar besi (Fe)
dalam pasir besi untuk pembuatan magnetit (Fe 2O4) adalah bagaimana cara
menghitung kadar besi (Fe) dalam pasir besi untuk pembuatan magnetit (Fe2O4)?
C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dari percobaan penentuan kadar besi (Fe) dalam
pasir besi untuk pembuatan magnetit (Fe2O4) adalah untuk menghitung kadar besi
(Fe) dalam pasir besi untuk pembuatan magnetit (Fe2O4).
D. Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari percobaan penentuan kadar besi (Fe) dalam
pasir besi untuk pembuatan magnetit (Fe2O4) adalah untuk menghitung kadar besi
(Fe) dalam pasir besi untuk pembuatan magnetit (Fe2O4).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Zat besi merupakan salah satu dari mineral mikro yang dibutuhkan oleh
tubuh. Mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh minimal 10
mg/hari. Mineral mikro hanya dikonsumsi dalam jumlah kecil karena jika dalam
jumlah besar akan mengakibatkan keracunan bahkan kematian mengingat sebagian
besar mineral mikro adalah ion logam berat. Zat besi sendiri berperan sebagai bahan
baku dalam proses pembentukan darah. Besi yang dikonsumsi ini bukanah besi yang

biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan paku, namun besi dalam bentuk ionionnya, yaitu ferri (Fe2+) dan ferro (Fe3+) (Harisman, 2014).
Rumus kimia magnetit sering ditulis dalam bentuk FeO, Fe 2O3 dimana satu
bagian adalah wustite (FeO) dan bagian lainnya adalah hematit (Fe 2O3). Selain itu
magnetit mempunyai struktur kristal spinel dengan selunit kubik yang terdiri dari 32
ion oksigen, dimana celah-celahnya ditempati oleh ion Fe2+dan ion Fe3+. Delapan ion
Fe3+dalam tiap sel berada pada bagian tetrahedral, karena berlokasi di tengah sebuah
tetrahedron yang keempat sudutnya ditempati ion oksigen. Sisanya delapan ion
Fe3+dan delapan ion Fe2+berada pada bagian oktahedral, karena ion-ion oksigen
sekitarnya menempati sudut-sudut sebuah oktahedron yang sudutsudutnya ditempati
oleh enam atom oksigen. Tiap-tiap unit sel berisi sejumlah ion, satu unit sel terbagi
menjadi delapan oktan (kubus spinel), masing-masing berukuran a/2, empat oktan
yang berasir memiliki ukuran isi yang sama, begitu pula yang tidak diarsir. Ion-ion
oksigen disusun dengan cara yang sama, tetraherdal di oktan dan oktahedral di oktan
(Bhakti dan Mahuri, 2011).
Bahan magnetik dibagi atas material magnetikkeras (magnet permanen) dan
magnet lunak. Magnet permanen tak dapat dipisahkan dari mesin yang menggunakan
motor dan MRI, yang memerlukan medan magnet besar. Jepang yangmemiliki tradisi
kuat dalam pengembangan

magnet, dan telah memiliki material magnet

yangmembuat sejarah untuk penggunaan praktis. Magnet Alnico dengan Fe, Ni dan
Al sebagai penyusun utamanya, magnet ferit yang berkomposisi

larutan padat

CoFe2O4dan Fe3O4, magnet tanah jarang-kobal seperti SmCo 5, dan magnet Nb-FeB

khususnya sangat penting perkembangannya. Baru-baru ini,feromagnet senyawa


organik atau kompleks logam telah ditemukandalam senyawa inispin yang tidak
berpasangan terletak paralel dalam molekul dan dikopling secara feromagnetik (Saito,
1996).
Perbedaan kadar kandungan oksida dalam bijih besi setiap daerah
disebabkan

oleh

tatanan

geologi

dan

proses

mineralisasi disetiap

wilayah.erbedaan kandungan oksida dalam bijih besi ini menyebabkan bijih besi
dapat dimanfaatkan secara langsung sesuai dengan kadar kandungannya, seperti
bijih besi dengankandungan Fe sebesar 57,69-70%

dapat dimanfaatan sebagai

bahan baku semen (Bradja, 2010).


Pemanfaatan pasir besi di dalam negeri sampai saat ini sebagai bahan baku
pembuatan semen, sedangkan pemanfaatannya diluar negeri untuk bahan baku
pembuatan besi telah dilakukan sejak lama yaitu oleh pabrik besi baja di Selandia
Baru dan RRC. Mineralnya berupa titaomagnetite yang bersifat ferromagnet. Karena
kandungan Fe yang rendah, maka harus dilakukan suatu cara untuk meningkatkan
kandungan Fe dari konsentrat pasir besi (Ismail dan Sunggi, 2012).
Metode hidrometalurgi merupakan suatu proses pengolahan

logam dari

batuan mineral dengan menggunakan pelarut cair sebagai pengekstraknya. Pada


umumnya metode hidrometalurgi melibatkan suatu proses yang disebut pelindian
(leaching) (Habashi, 1985).

III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum percobaan penentuan kadar besi (Fe) dalam pasir besi untuk
pembuatan magnetit (Fe2O4) dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Oktober 2016, pukul
07:30 09:55 WITA, di Laboratorium Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan penentuan kadar besi (Fe) dalam
pasir besi untuk pembuatan magnetit (Fe2O4) adalah magnet, gelas kimia 250 mL,
corong, erlenmeyer 500 mL, mortal dan alu.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan penentuan kadar besi (Fe) dalam pasir
besi untuk pembuatan magnetit (Fe2O4) adalah NaOH padat 40%, NaOH 3%, HCl 12
M (37%), pasir besi 2,510 gram dan kertas saring.

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan penentuan kadar besi (Fe) dalam pasir besi
untuk pembuatan magnetit (Fe2O4) adalah

Pasir Besi
-

Ditarik dengan magnet unsur Fe


yang terkandung di dalamnya
- Diulangi hingga tiga kali
- Ditimbang 2,5 gram
- Dilarutkan kedalam 200 mL HCl
12 M
Logam Besi (Fe)
- Diamati perubahan yang terjadi
Larutan Leaching
- Diteteskan dengan NaOH 3 %
- Dihentikan
ketika
terjadi
pengendapan
Larutan -FeCl
3
Diamati
perubahan yang terjadi

Larutan Leaching
- Ditambahkan NaOH 40 %
sebanyak 30 mL
- Dicuci endapan hingga pH netral
- Diamati
Terbentuk Endapan
Fe3O4 perubahan yang terjadi

IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Persamaan Reaksi:
Fe2+(s) + 2 HCl (aq) FeCl2(aq) + H2 (g)
Fe3+(s) + 3 HCl (aq) FeCl3 (aq) + 3/2 H2 (g)
Fe3+(s) + 4 H2O (aq) Fe3O4 (aq) + 4 H2 (g)
B. Pembahasan
Bijih besi merupakan bahan baku pembuatan besi yang dapat berupa senyawa
oksida, karbonat, dan sulfida serta tercampur dengan unsur lain misalnya silikon. Besi
dalam tabel periodik, mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi merupakan
logam dengan kelimpahan terbanyak kedua setelah aluminium pada kulit bumi dan
ditemukan dalam bentuk divalen dan trivalen dan merupakan unsur transisi yang
mempunyai sifat logam. Sifat logam ini dipengaruhi oleh kemudahan unsur tersebut
untuk melepas elektron valensi. Selain itu, keberadaan electron pada blok d yang
belum penuh menyebabkan unsur Fe memiliki banyak elektron tidak berpasangan.
Elektron-elektron tidak berpasangan tersebut akan bergerak bebas pada kisi kristalnya
sehingga membentuk ikatan logam yang lebih kuat dibandingkan dengan unsur
golongan utama. Adanya ikatan logam ini menyebabkan titik leleh dan titik didih
serta densitas unsur Fe cukup besar sehingga bersifat keras dan kuat.
Pasir besi merupakan sumber bijih besi yang yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi komsumsi baja di Indonesia. Besi banyak terkandung dalam pasir besi,
pasir besi yang semakin berwarana hitam maka semakin banyak terkandung besi (Fe).
Bijih besi diolah dalam tanur atau dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar. Besi

kasar adalah bahan baku untuk pembuatan besi cor (cast iron), besi tempa (wrought
iron), dan (baja (steel). Ketigaa macam bahan itu banyak dipakai dalam bidang
teknik.
Pasir besi adalah sejenis pasir dengan konsentrasi besi yang signifikan.
Biasanya berwarna abu-abu gelap atau berwarna kehitaman. Pasir ini terdiri dari
magnetit, Fe3O4, dan juga mengandung sejumlah kecil titanium, silika, mangan,
kalsium dan vanadium. Untuk memisahkan unsur besi (Fe) di dalam pasir besi dapat
menggunakan metode pemisahan secara magnetik. Pemisahan secara magnetik terjadi
karena adanya perbedaan sifat fisik antara mineral magnetik dengan magnet yang
dipengaruhi oleh kuat arus, sehingga mineral yang magnetik dan bersifat
nonmagnetik.
Percobaan ini dimulai dengan pemisahan unsur besi (Fe) menggunakan
magnet yang diulangi sebanyak tiga kali. Hal ini bertujuan agar besi yang diperoleh
bersih dari kandungan pasir, sebab pada hasil penarikan pertama masih terdapat
komponen pasir, begitu pula pada hasil penarikan kedua. Hasil penarikan ketiga telah
diperoleh logam besi (Fe) yang bersih dari pasir, logam besi tersebut kemudian
dihaluskan pada mortal agar diperoleh logam besi (Fe) yang halus dan lebih mudah
untuk proses pelarutan. Serbuk besi (Fe) yang telah dihaluskan kemudian dilarutkan
dalam dalam 200 mL HCl 12 M hingga terbentuk endapan berwarna kuning. Endapan
tersebut merupakan endapan FeCl3.
Perlakukan kedua yaitu

dengan

metode

hidrometalurgi merupakan suatu proses pengolahan

hidrometalurgi.

Metode

logam dari batuan mineral

dengan menggunakan pelarut cair sebagai pengekstraknya. Pada umumnya metode


hidrometalurgi melibatkan suatu proses yang disebut pelindian (leaching).
Dilakukan penghancuran logam terlebih dahulu menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil. Kemudian logam besi dilarutkan dalam larutan NaOH 3%. Hal ini
bertujuan agar terjadi reaksidengan hasil besi (III) klorida dan gas hidrogen. Produk
yang dihasilkan memilki struktur nanometer dengan kemurnian yang tinggi. Pada
prinsipnya hidrometalurgi melewati beberapa proses yang dapat disederhanakan
tergantung pada logam yang ingin dimurnikan.
Kemudian dilakukan pemekatan larutan hasil leaching dan pemurniannya
dengan menggunakan larutan NaOH 40%. %. Hal ini bertujuan agar terbentuk
endapan. Endapan tersebut dicuci hingga pH mencapai netral (7-8). Reaksi yang
terjadi antara logam besi (Fe) dengan NaOH menghasilkan magnetit (Fe 3O4).
Endapan yang terbentuk berupa magnetit (Fe3O4).

V. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan pada percobaan penentuan kadar
besi (Fe) dari pasir besi untuk membuat magnetit (Fe2O3), maka dapat disimpulkan
bahwa penentuan kadar besi (Fe) dari pasir besi dapat dilakukan sebab konsentrasi
besi (Fe) dalam pasir besi yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
metode hidrometalurgi yaitu melibatkan suatu proses yang disebut pelindian
(leaching)dengan menggunakan pelarut cair sebagai pengekstraknya.

DAFTAR PUSTAKA
Baradja, H. 2010. Kursus Eselon III Produksi Teknologi Semen. PT. Semen Padang
Bhakti, Henny Dwi dan Mashur. 2011. Pengaruh Ukuran Partikel Fe3O4Dari Pasir
Besi Sebagai Bahan Penyerap Radar Pada Frekuensi X-Band dan Ku-Band.
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI. 3 (2).
Habashi, F. 1997. Handbook of Extractive Metallurgy. Weinheim: Wiley-VCH.
Ismail, Ika dan Sungging Pintowantoro. 2012. Studi Pengaruh Daya dan Lama
Radiasi dari Gelombang Mikro terhadap Proses Reduksi Pasir Besi dengan
Reduktor Arang. JURNAL TEKNIK POMITS. 1 (1).
Saito, Taro. 1996. Kimia Anorganik. Iwanami Shoten. Tokyo.

Anda mungkin juga menyukai