PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh
dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalensi
BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan sosioekonomi rendah. Secara
statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR di negara berkembang dan angka kematiannya 35
kali lebih tinggi dibanding dengan bayi dengan berat lahir > 2500 gram. Perkiraan WHO,
pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara
berkembang/berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian tersebut terjadi pada
periode neonatal dini dan penyebab terbanyak kematian ini adalah BBLR yaitu berat badan
lahir kurang dari 2500 gram.1 Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dan daerah yang lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Angka kematian bayi di Indonesia
pada tahun 2000 masih tinggi yaitu sebesar 48 per seribu kelahiran hidup.
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur baby dengan low birth weight
baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini disebabkan oleh keadaan yaitu: masa
kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai dan bayi yang beratnya kurang
dari berat semestinya menurut masa kehamilannya, atau keduanya.2
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan, maka makin tinggi
morbiditas dan mortalitasnya. Angka kejadian BBLR di rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24% dan angka kematiannya pada tahun yang sama
adalah 73%. BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran prematur maupun akibat tingkat
kesehatan dan gizi ibu kurang pada saat hamil. Bayi dengan BBLR memiliki resiko yang
tinggi untuk mengalami berbagai komplikasi misalnya hipotermi, gangguan pernapasan
hingga asfiksia maupun infeksi. Jika komplikasi yang terjadi tidak ditangani dengan segera
dan tepat, hal ini dapat mengakibatkan kematian.3
Infeksi parah yang terjadi pada bayi dengan BBLR dapat berkembang menjadi
komplikasi yang mematikan seperti sepsis. Bayi dengan BBLR belum memiliki imunitas
yang berkembang sempurna, sehingga infeksi yang terjadi dalam tubuhnya dapat dengan
mudah berkembang menjadi sepsis dengan tingkat mortalitas maupun morbiditas yang sangat
tinggi.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir atau paling lambat sampai bayi berusia satu hari. Jika penimbangan tidak
memungkinkan, BBLR dapat dideteksi dengan mengukur lingkar lengan atas Selain itu
pengukuran juga dapat dilakukan pada lingkar dada.6
Dahulu BBLR dianggap sebagai bayi prematur, padahal sebenarnya dapat terjadi pada
bayi prematur (kurang bulan), aterm (cukup bulan) atau postmatur (lebih bulan) tergantung
masa kehamilan atau masa gestasinya. Keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan
yang kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai dari
hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur); bayi small for gestational age (SGA): bayi
yang beratnya kurang dari semestinya menurut kehamilannya Kecil untuk masa
kehamilan=KMK); dan kombinasi dari kedua-duanya.4,5
2.2 Epidemiologi BBLR
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di
negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan
berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah
multisenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target
BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010
yakni maksimal 7%.7
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2002-2003, sekitar 57% kematian
bayi terjadi pada bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan
perinatal dan bayi berat lahir rendah. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi
lahir dengan berat rendah.
2.2
Klasifikasi BBLR
Berdasarkan berat badannya BBLR dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu Low Birth
Weight (LBW) yaitu BBLR dengan berat antara 1.500-2499 gram, Very Low Birth Weight
(VLBW) yaitu BBLR dengan berat antara 500-1499 gram, dan Extreme Low Birth Weight
(ELBW) yaitu BBLR dengan berat <500 gram.1,7
BBLR dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1. Prematuritas Murni
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat baan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang
Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).4 Karakteristik bayi prematur adalah berat
lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama
dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, Lingkar kepala kurang dai 33 cm,
umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Lebih dari 60% BBLR terjadi akibat bayi
lahir prematur. Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan
organ-organnya, semakin rendah berat badannya saat lahir dan semakin tinggi
resikonya untuk mengalami berbagai komplikasi berbahaya.
2. Dismaturitas.
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk
masa gestasi itu.
Dismatur ini dapat pula Neonatus Kurang Bulan Kecil untuk Masa Kehamilan (NKBKMK), Neonatus cukup bulan Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), dan Neonatus
Lebih Bulan Kecil Masa kehamilan (NLB-KMK).15 Setiap bayi yang berat lahirnya
sama dengan atau lebih rendah dari 10 th persentil untuk masa kehamilan pada denver
intra uterin growth curves, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
2.3
prematuritas dan IUGR. Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara faktor-faktor
yang berkaitan dengan prematur dan faktor-faktor yang berkaitan dengan IUGR dan
menyebabkan terjadinya BBLR6.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
Tabel 2.1. Etiologi terjadinya kelahiran prematur6
Fetal
Fetal distress
Kehamilan kembar
Erythroblastosis
Hydrops nonimun
Cacat bawaan
Plasenta
Disfungsi plasenta
Plasenta previa
Abruptio placenta
Uterus
Uterus bikornu
Inkompetensi serviks (dilatasi prematur)
Maternal
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Perdarahan antepartum
Malnutrisi
Preeklampsia
Penyakit medis kronis (contoh: penyakit jantung sianosis, hipertensi, penyakit ginjal)
Infeksi (contoh: Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, infeksi traktus urinarius,
vaginosis bakterial, chorioamnionitis)
Penyalahgunaan obat (contoh: kokain)
Sosial ( contoh : umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan yang terlalu dekat, sosial ekonomi rendah dll)
Kebiasaan (contoh : pekerjaan yang melelahkan, merokok, dll)
Lainnya
Ruptur membran plasenta prematur
Polihidramnion
Iatrogenik
Trauma
Tidak diketahui
Kelahiran prematur dari BBLR yang sesuai masa kehamilan dihubungkan dengan
kondisi medis yang berhubungan dengan ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan
janin, tindakan-tindakan selama masa kehamilan, pecah ketuban prematur atau solusio
plasenta prematur, atau rangsangan-rangsangan yang tidak dapat dijelaskan yang dapat
menimbulkan konstraksi uterus sebelum waktunya.
Infeksi bakterial (Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, Ureaplasma
urealyticum,
Mycoplasma
hominis,
Trichomanas
vaginalis,
Gardnerella
vaginalis,
Bacteroides spp.) baik yang menimbulkan gejala klinis atau asimtomatik pada cairan amnion
dan membrannya (chorioamnionitis) dapat menyebabkan kelahiran prematur. Produk bakteri
dapat menstimulasi produksi dari mediator inflamasi lokal (interleukin 6, prostaglandin) yang
dapat menginduksi konstraksi uterus prematur atau respon inflamasi lokal yang dapat
menyebabkan ruptur membran fokal.6
Terjadinya IUGR berkaitan dengan kondisi medis yang mengganggu sirkulasi dan
efisiensi dari plasenta, dengan perkembangan dan pertumbuhan dari fetus, atau dengan
kondisi kesehatan umum dan nutrisi dari ibu.
Tabel 2.2. Etiologi BBLR yang berkaitan dengan IUGR
Fetal
Kelainan kromosom (contoh: Autosomal trisomies)
Infeksi fetus kronis (contoh: Cytomegallovirus, herpes, Rubella kongenital, syphilis)
Anomali kongenital
Radiasi
Kehamilan kembar
Hipoplasia pankreas
Defisiensi insulin
Defisiensi insulin like growth factors
Plasenta dan Uterus
Penurunan berat dan selularitas dari plasenta
Penurunan dari area permukaan
Villous placentitis (bakteri, virus, parasit)
Infark plasenta
Tumor (chorioangioma, molahidatidosa, hemangioma)
Insersi tali pusat yang tidak normal
Uterus bikornus
Sebagian plasenta lepas
5
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
sangat tipis sehingga mudah terserang hipotermi bahkan saat suhu udara tidak terlalu
rendah. Karena sifatnya yang sangat rentan tersebut maka penatalaksanaan bayi
dengan BBLR harus dilakukan dengan hati-hati.
Bayi dibersihkan dengan menggunakan kain lembut yang bersih dan kering
segera setelah BBLR dilahirkan. Agar tidak terjadi hipotermi, bayi tidak boleh
dimandikan tiga sampai tujuh hari atau paling tidak hingga bayi menunjukkan kondisi
yang lebih kuat. Bayi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan diolesi minyak telon
agar tubuhnya hangat. Bayi hendaknya diletakkan di ruangan yang memiliki
penghangat atau bila tidak memungkinkan, suhu badan bayi dapat dijaga dengan
meletakkan botol-botol berisi air hangat yang ditutup rapat dan dibungkus dengan
kain di sekitar tubuh bayi.
Karena BBLR lebih mudah terserang infeksi dibandingkan bayi normal, maka
pemotongan dan perawatan tali pusat harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan
steril. Bayi harus diberikan ASI sesering mungkin untuk meningkatkan berat badan
bayi dengan cepat, tapi tetap tidak boleh berlebihan. Pemberian ASI bisa dilakukan
setiap 2-3 kali pada pagi, siang, sore dan malam hari. Jika bayi dengan BBLR
mengalami komplikasi maka harus diberikan perawatan tambahan untuk mengatasi
komplikasi yang terjadi.7
a. Medikamentosa7
b. Diatetik7
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung
atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet
atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama:
jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
2.
beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu
Pemantuan bayi selama dirawat Pantau berat badan bayi secara periodik. Bayi akan
kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lair
1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>. Bila bayi sudah mendapatkan
ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah
10
2.6 Komplikasi
Imaturitas cenderung untuk meningkatkan derajat keparahan namun menghilangkan
gejala khas dari manifestasi klinis penyakit-penyakit neonatus dengan BBLR pada umumnya.
Diantara neonatus dengan BBLR, angka morbiditas adalah kebalikan jumlahnya dengan berat
badan ketika lahir. Makin tinggi berat badan lahir, makin rendah angka morbiditasnya.
Sindrom distress pernafasan tecatat pada 80 % neonatus dengan berat 501-750 gram. Sebesar
65 % pada yang beratnya 751-1000 gram. 45 % pada berat antara 1.001-1.250 gram. Dan
sebesar 25 % pada berat antara 1.251-1.500 gram. Pendarahan intraventrikuler yang parah
terdapat pada sekitar 25 % BBLR dengan berat 501-750 gram. 12 % pada berat 751-1.000
gam. 8 % pada berat antara 1.001-1.250 gram. Dan 3 % pada berat antara 1.251-1.500 gram.
Secara keseluruhan risiko late sepsis (24%), pendarahan intraventrikuler berat (11%),
nekrotizing enterokolitis (7%). 6
1. Asfiksia
Asfiksia intrapartum sering terjadi pada bayi kecil masa kehamilan, karena bayi ini tidak
mendapatkan nutrisi dari plasenta secara adekuat hingga akhir masa intra uteri. Sehingga
tidak ada makanan glukosa dari ibu, persediaan karbohidrat rendah, dan oksigenasi terbatas.
Asfiksia ini berhubungan dengan gangguan perkembangan lebih lanjut pada bayi kecil masa
kehamilan.
2. Kesukaran pernapasan
Bayi dengan pertumbuhan yang asimetri baik yang aterm maupun yang mendekati aterm
cenderung mengalami aspirasi cairan amnion yang disebabkan oleh asfiksia antenatal dan
gawat janin sekunder. Mekonium sering teraspirasi selama kelahiran dan persalinan sehingga
terjadi distress pernapasan (meconium aspiration Syndrome).
3. Sirkulasi janin yang persisten
11
Sirkulasi janin yang persisten paling sering terjadi pada bayi dengan retardasi pertumbuhan
yang asimetri, terutama yang mengalami asfiksia perinatal, dan aspirasi mekonium yang
berat.
4. Hipoglikemia
Hipoglikemia sering terjadi pada ibu yang menderita Diabetes melitus, bayi Kecil masa
kehamilan, dan bayi prematur kecil yang mengalami distress. Hipoglikemia terjadi pada 12
jam kehidupan pertama, tetapi mungkin terjadi dalam 48 jam. Hipoglikemia terjadi karena
kecepatan metabolisme pada bayi Kecil masa kehamilan tinggi serta persediaan glukosa yang
memang sedikit dan cenderung cepat habis.
5. Termoregulasi
Bayi kecil masa kehamilan sering mengalami gangguan mempertahankan suhu tubuh, oleh
karena persediaan karbohidratnya sedikit, respon terhadap glukoneogenesis dan asam amino
masih kurang, kandungan lemaknya kurang, dan metabolisme terganggu.
6. Polisitemia
Penyebab polisitemia belum jelas tetapi diperkirakan disebabkan oleh hipoksia sebagai akibat
fungsi plasenta yang jelek.
7. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital sering terjadi diantara bayi-bayi yang tumbuh lambat dari pada bayi-bayi
yang tumbuh sesuai dengan umur kehamilan. Bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan
yang simetri mempunyai kejadian kelainan kongenital paling besar. Bayi kecil masa
kehamilan mempunyai frekuensi anomali kongenital 10-20 kali lebih besar dari pada bayi
yang sesuai dengan umur kehamilan.
8. Status Imun
12
Konsentrasi Imunoglobulin serum sebagai mekanisme pertahanan tubuh sangat rendah pada
bayi kecil masa kehamilan aterm dibandingkan dengan neonatus yang sesuai dengan masa
kehamilan aterm. Hal ini disebabkan oleh karena fungsi plasenta buruk pada bayi yang
mengalami retardasi pertumbuhan intra uter
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: By. DE
Umur
: 3 Hari
No. Rekam Medik
: 95 69 94
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Lahir
: 21 September 2016
Tanggal Masuk
: 24 September 2016
Alamat
: Parak Gadang, Padang
Agama
: Islam
Suku
: Minang
ANAMNESIS
Seorang bayi perempuan, usia 3 hari dikonsulkan oleh bagian kebidanan RSUP dr. M. Djamil
Padang ke bangsal anak RSUP dr. M. Djamil Padang pada tanggal 24 September 2016
dengan keluhan utama :
Keluhan Utama
Badan kuning sejak usia 1 hari
Riwayat Penyakit Sekarang
bayi berat badan lahir 2150 gram, panjang badan lahir 43 cm, kurang bulan dengan
usia kehamilan 30-31 minggu, lahir 3 hari yang lalu dengan sc atas indikasi ketuban
pecah dini 82 jam, ketuban jernih, A/S 7/8 langsung menangis.
13
Riwayat ibu menderita keputihan sejak 2 minggu sebelum persalinan ada, keputihan
gatal, bewarna kuning, tidak berbau dan tidak diobati
Riwayat ibu menderita demam dan nyeri berkemih saat hamil dan menjelang
persalinan tidak ada
: Kepala
: Tidak ada
Pemeriksaan kehamilan
: 20 Oktober 2016
: Kurang bulan
14
Anak ketiga dari tiga bersaudara. Anak pertama laki-laki usia 7 tahun, lahir cukup
bulan berat badan cukup secara spontan pervaginam, keadaan sekarang sehat. Anak
kedua laki-laki usia 3 tahun, lahir cukup bulan berat badan cukup secara spontan
rumah tangga
Sanitasi dan higienitas lingkungan tempat tinggal cukup baik
PEMERIKSAAN FISIK
cekung
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 2 mm,
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: tidak dilakukan
: Irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: supel
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
Umbilikus
Punggung
Genitalia
Anus
Anggota Gerak
Refleks moro
: + (minimal)
Refleks rooting
: + (minimal)
Refleks hisap
: + (minimal)
Refleks pegang
: + (minimal)
Ukuran
: ada
Lingkar Kepala
Lingkar Dada
Lingkar Perut
Simpisis Kaki
Panjang Lengan
Panjang Kaki
Kepala Simpisis
: 31 cm
: 29 cm
: 32 cm
: 14 cm
: 15 cm
: 15 cm
: 29 cm
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Bilirubin total
: 15,0 mg/dl
Bilirubin direk
: 0,4 mg/dl
Bilirubin Indirek
: 14,6 mg/dl
DIAGNOSIS KERJA
BBLR 2150 gram
16
O/
KU
aktif
Kesadaran
Sadar
Nd
Nf
136x/menit 48x/menit
T
37 0C
Kulit
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
A/
P/
ASI OD 8 X 40 cc
Ampicilin 2 x 100 (IV)
Gentamisin 1 x 10 (IV)
Fototerapi sesuai grafik AAP
O/
KU
aktif
Kesadaran
Sadar
Nd
Nf
140x/menit 45x/menit
T
36,8 0C
Kulit
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
A/
P/
ASI OD 8 X 40 cc
Ampicilin 2 x 100 (IV)
Gentamisin 1 x 10 (IV)
Fototerapi sesuai grafik AAP
O/
KU
aktif
Kesadaran
Sadar
Nd
Nf
136x/menit 47x/menit
T
37,1 0C
Kulit
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
A/
P/
ASI OD 8 X 40 cc
Ampicilin 2 x 100 (IV)
Gentamisin 1 x 10 (IV)
Fototerapi sesuai grafik AAP
Kesadaran
Sadar
Nd
Nf
140x/menit 49x/menit
T
37 0C
Kulit
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
A/
P/
ASI OD 8 X 40 cc
Ampicilin 2 x 100 (IV)
Gentamisin 1 x 10 (IV)
Fototerapi sesuai grafik AAP
O/
KU
aktif
Kesadaran
Sadar
Nd
Nf
138x/menit 46x/menit
T
37 0C
Kulit
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
A/
P/
ASI OD 8 X 40 cc
Ampicilin 2 x 100 (IV)
Gentamisin 1 x 10 (IV)
Fototerapi sesuai grafik AAP
19
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang bayi perempuan, usia 3 hari dikonsulkan oleh bagian kebidanan RSUP dr. M.
Djamil Padang ke bangsal anak RSUP dr. M. Djamil Padang pada tanggal 24 September 2016
dengan keluhan utama badan kuning sejak usia 3 hari. Neonatus berat badan lahir rendah
2150 gram, panjang badan lahir 43 cm, kurang bulan dengan usia gestasi 30-31 minggu, lahir
3 hari yang lalu dengan sectio caesarian atas indikasi ketuban pecah dini 82 jam dan
oligohidramnion, ketuban jernih, A/S 7/8 langsung menangis. Badan kuning sejak 1 hari yang
lalu, kuning sampai paha. Anak jarang menyusu kepada ibunya sejak lahir.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan, keadaan umum aktif, berat badan 2150 gram,
panjang badan 43 cm, dan terdapat adanya ikterus sampai paha. Ukuran tubuh bayi Lingkar
Kepala: 31 cm, lingkar dada : 31 cm, lingkar perut : 32 cm, simpisis kaki: 14 cm, panjang
lengan: 15 cm, panjang kaki: 15 cm, kepala simpisis : 29 cm.
Melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditarik sebuah diagosis kerja yaitu
BBLR 2150 gram dan ikterus neonatorum grade III. Diagnosis kerja ini ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium dimana didapatkan hasil peningkatan pada bilirubin.
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir4 atau paling lambat sampai bayi berusia satu hari. Hal ini sesuai dengan berat
badan bayi pada kasus ini yaitu 2150 gram. Dahulu BBLR dianggap sebagai bayi prematur,
padahal sebenarnya dapat terjadi pada bayi prematur (kurang bulan), aterm (cukup bulan)
atau postmatur (lebih bulan) tergantung masa kehamilan atau masa gestasinya. 4,5 Hal ini
sesuai dengan usia kehamilan ibu bayi yaitu 30-31 minggu yang tergolong kurang bulan
(aterm).
BBLR bisa dikatergorikan menjadi dua yaitu, Prematuritus murni dan dismaturitas.
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan-Sesuai
20
Masa Kehamilan (NKBSMK).4 Pada kasus ini, bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari
37 minggu yaitu 30-31 minggu, dan memiliki berat sesuai dengan masa kehamilannya yaitu
2150 gram. Bayi ini sesuai dengan teori yang dikemukakan.
Karakteristik bayi prematur adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram,
panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, Lingkar
kepala kurang dai 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Lebih dari 60% BBLR
terjadi akibat bayi lahir prematur. Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna
perkembangan organ-organnya, semakin rendah berat badannya saat lahir dan semakin tinggi
resikonya untuk mengalami berbagai komplikasi berbahaya. 3 Pada kasus ini, panjang badan
bayi 43 cm, lingkar dada 29 cm, lingkar kepala 31 cm. Maka dari pemeriksaan ukuran bayi
prematur sesuai dengan teori.
Kelahiran prematur dari BBLR yang sesuai masa kehamilan dihubungkan dengan
kondisi medis yang berhubungan dengan ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan
janin, tindakan-tindakan selama masa kehamilan, dan pecah ketuban prematur. Infeksi
bakterial (Listeria monocytogenes, Streptococcus grup B, Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis, Trichomanas vaginalis, Gardnerella vaginalis, Bacteroides spp.) baik
yang menimbulkan gejala klinis atau asimtomatik pada cairan amnion dan membrannya
(chorioamnionitis)
dapat
menyebabkan
kelahiran
prematur. Produk
bakteri
dapat
menstimulasi produksi dari mediator inflamasi lokal (interleukin 6, prostaglandin) yang dapat
menginduksi konstraksi uterus prematur atau respon inflamasi lokal yang dapat menyebabkan
ruptur membran fokal.6 Hal ini sesuai dengan riwayat ibu menderita keputihan sejak 2
minggu sebelum persalinan, keputihan gatal, bewarna kuning dan tidak berbau.
Pada bayi dengan BBLR yang lahir prematur, organ-organ dalam tubuhnya belum
berkembang sempurna, termasuk organ hepar yang penting dalam metabolisme bilirubin.
Akibatnya konjugasi dan eliminasi bilirubin menjadi terganggu, sehingga banyak bilirubin
yang beredar dalam darahnya. Akibatnya terjadilah ikterus pada bayi. Jika bilirubin bebas
yang tidak terkonjugasi tersebut menembus sawar darah-otak, dan menyebar ke ganglia
basalis, pons dan cerrebelum, dan terjadilah kernikterus. Bayi dengan kernikterus yang dapat
bertahan hidup akan mengalami kecacatan berupa tuli, retardasi mental atau sereberal palsi. 5
Pada bayi ini terdapat kuning sampai paha di hari ketiga setelah lahir. Namun karena bayi
cepat dikonsulkan ke bagian perinatologi, bayi langsung di tatalaksana dan diharapkan dapat
mencegah komplikasi seperti kern ikterus tersebut.
Penatalaksanaan pada bayi BBLR adalah bayi harus diberikan ASI sesering mungkin
untuk meningkatkan berat badan bayi dengan cepat, tapi tetap tidak boleh berlebihan.
21
Pemberian ASI bisa dilakukan setiap 2-3 kali pada pagi, siang, sore dan malam hari. Jika bayi
dengan BBLR mengalami komplikasi maka harus diberikan perawatan tambahan untuk
mengatasi komplikasi yang terjadi.4 Hal iu sesuai dengan tatalaksana pada kasus ini yaitu
bayi diberika ASI OD sebanyak 8 x 40 cc per hari. Diharapkan berat badan bayi dapat
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pratoom H The Development of the Kangaroo Mother Care (KMC) Global and
National Perspectives. http://www.sehat2010.com. Last update: March 2003.
(Diakses 15 Mei 2009)
2. Setyowati T (1996, Desember 24-last update), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Bayi Lahir Dengan Berat Badan Rendah. http://www.litbang.depkes.go.id. Last
update: Des, 2005. (Diakses 10 Mei 2009)
3. Hyaline Membrane Disease/ Respiratory Distress Syndrome. University of Virginia
Health System. http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtd. (Diakses
15 Mei 2009)
4. Rachma, F.B. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah, dalam: Buku Teks Ilmu
Kebidanan, Edisi ke 3, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2002:
771-784
5. MacDonald, Mhairi G, et al. Averys Neonatology 6th edition. Liipincott Williams and
Willkins. Last update : 2005. (Diakses 10 Mei 2009)
6. University of Pretoria. Chapter 2: The Low Birth Weight Premature Baby, Parent
eotional
Reactin,
Parent-Infant
Interaction
and
Infant
Development.
http://upetd.up.ac.za/thesis/available/etd-06192008-104505/unrestricted/02chapter
2b.pdf. (Diakses 15 Mei 2009)
7. Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I 2004.
Ikatan Dokter Anak Indonesia
22