PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
1.2.
Tujuan Penulisan
Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) bagian Neurologi di
BAB II
MENINGITIS BAKTERIALIS
2.1.
Definisi
Meningitis bakterialis adalah infeksi puruluen akut di dalam subarachnoid.
2.2.1
arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi
oleh cairan serebrospinal.
c. Piamater
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh
darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini
melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang
ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke
sumsum tulang belakang.
pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur
komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai
pumbuluh limfe), dan memberikan beberapa perlindungan terhadap perubahanperubahan tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal).
-
Cairan cerebrospinal jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Nilai normal
rata-ratanya yang lebih penting diperlihatkan pada tabel.
Tekanan
Tekanan rata-rata cairan cerebrospinal yang normal adalah 70-180 mm air;
Sirkulasi LCS
LCS dihasilkan oleh pleksus choroideus dan mengalir dari ventriculus
lateralis ke dalam ventriculus tertius, dan dari sini melalui aquaductus sylvii
sempurna.5
Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di
negara berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di
Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau
sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus influenzae tipe b di Amerika Serikat,
kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun.
Insidens Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000. Setelah 10 tahun
penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000. Di Uganda (20012002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per 100.000.5
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosioekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan
jemaah haji), dan penyakit ISPA.16 Penyakit meningitis banyak terjadi pada
negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju.5
Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African
Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke
Ethiopia meliputi 21 negara.
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasuskasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara
insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi
sedangkan di daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim kering. 5
2.4 .Etiologi
Meningitis dapat bersumber dari sejumlah penyebab, biasanya bakteri atau virus,
tetapi meningitis juga dapat disebabkan oleh cedera fisik,riwayat bedah kepala,
kanker atau obat-obatan tertentu. Tingkat keparahan penyakit dan pengobatan
untuk meningitis berbeda tergantung pada penyebab. Dengan demikian, penting
untuk mengetahui penyebab spesifik dari meningitis.22
Meningitis bakteri biasanya parah. Sementara kebanyakan orang dengan
meningitis bakterial dapat sembuh, tetapi dapat pula menyebabkan komplikasi
serius, seperti kerusakan otak, kehilangan pendengaran atau ketidakmampuan
belajar.
1. Meningitis bakteri:
a. Pneumococcus
b. Meningococcus
c. Haemophilus influenza
d. Staphylococcus
e. Escherichia coli
f. Salmonella
g. Mycobacterium tuberculosis7
Tabel 2.2 Tabel Penyebab Meningitis bakterial berdasarkan Umur7
Usia
Neonatus
Bakteri Penyebab
Group B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria
monocytogenes
Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,
Dewasa
dan
muda
Lansia
yang
berhubungan
dengan
immunosupression
misalnya
2.6.Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau
jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke
selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput
otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus
dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan
fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.23 Invasi kuman-kuman ke dalam
ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
(Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.5
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat.
Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu
kedua selsel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar
mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam
terdapat makrofag.6
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus,
cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri.6
Agen penyebab
Kerusakan neurologist
Suhu Tubuh : 38 C
10
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak
dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan
rotasi kepala.
b. Pemeriksaan Tanda Kernig2
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa
rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut
135 (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)2
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bilapada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)2
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.
2.9.Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal7
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis
bakteri.
11
Tabel
2.3
Perbandingan
CSS
dengan
meningitis
yang
bervariasi 27
b. Pemeriksaan darah7
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu,
pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
c. Pemeriksaan Radiologis7
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
2.10.Diagnosis
Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila menemukan
gejala dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda dari infeksi akut,
peningkatan tekanan intrakranial dan rangsang meningeal perlu diperhatikan.
12
dapat
intramuskuler
secara
dengan
efektif dengan
rekomendasi
satu
WHO.
dosis ceftriaxone
Namun
WHO
13
merekomendasikan
nonepidemik atau jika terjadi koma atau kejang yang bertahan selama lebih dari
24 jam. Autoritas
kesehatan
2.12. Profilaksis
Individu yang mengalami kontak dengan pasien meningitis meningokokal
harus diberi antibiotik profilaksis. Pilihan antibiotik yang biasa diberikan adalah
ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal atau rifampicin 2 x 600 mg selama 2 hari.
Profilaksis
kasus meningitis
14
f. Cerebral palsy
g. Ensefalitis
h.Renjatan septik.8
2.14. Prognosis
Meningitis Bakterialis yang tidak diobati biasanya berakhir fatal.
Meningitis pneumokokal memiliki tingkat
fatalitas
tertinggi,
yaitu
19-
sekuel defisit
yang
me- miliki
buruk
adalah pasien
fungsi kognitif
terjadi pada sekitar 27% pasien yang mampu bertahan dari MB.6
BAB III
15
LAPORAN KASUS
3.1.Identitas Pasien
Nama
: Tn. U
Umur
: 22 tahun
Alamat
: Tanah Garam
Pekerjaan
: Pegawai Bank
Status
: Belum kawin
Agama
: Islam
3.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan kesadaran sejak
Penurunan kesadaran sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit,
demam terus meningkat sehingga pasien tidak dapat beraktifitas dan hanya
terbaring tidur. Sebelumnya pasien sudah demam 18 hari yang lalu,
demam tidak terlalu panas namun menggangu aktifitas pasien lalu pasien
berobat ke dukun, dukun menyebutkan pasien kerasukan dan diobati
secara tradisional. Pasien tidak ada meminum ramuan. Nafas pasien sesak.
Pasien tidak dapat makan sejak 4 hari yang lalu karena pasien mengeluh
nafsu makan menurun dan tidak bisa menggosok gigi serta mulut pasien
kering. Tidak ada muntah dan mual. BAB tidak ada semenjak 1 minggu
ini. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala berdenyut sejak demam
dirasakan. Pasien sebelumnya tidak ada bepergian keluar kota.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
16
Keadaan Umum
: Buruk
Kesadaran
: Somnolen
Tekanan Darah
: 100/60 mmHg
17
Nadi
: 98/i teratur
Nafas
: 26x/i
Suhu
: 38,1oC
Berat Badan
: 60 kg (alloanamnesa)
Tinggi Badan
: 165 cm
Gizi
: Baik
Turgor Kulit
: Baik
Status Lokalisata
-
Mata kanan
Mata kiri
Aksila
Inguinal
Torak
a. Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
sinistra.
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
18
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising usus( + ).
Kaku kuduk
:+
Brudzinki I
:+
Brudzinki II
:+
Tanda kernig
:+
: E3M5V4 = 12
Pupil
: Isokor
Diameter : 3mm/3mm
Kanan
Subjektif
Sukar dinilai
Kiri
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Objektif
bahan
2) N II
: Nervus Optikus
Penglihatan
Tajam penglihatan
Kanan
Sukar dinilai
Kiri
Sukar dinilai
Lapang pandang
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Melihat warna
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Funduskopi
Sukar dinilai
Sukar dinilai
19
3) N III
:Nervus Okulomotorius
Bola mata
Ptosis
Gerakan bulbus
Strabismus
Nistagmus
Ekso-endoftalmus
Pupil
Bentuk
Reflek cahaya
Reflex akomodasi
Reflex Konvergen
4) N IV
Gerakan
mata
Kiri
Normal
Tidak ada
Bebas kesegala arah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Isokor
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Isokor
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
: Nervus Troklearis
Kanan
Kiri
ke
bawah
Sikap bulbus
Diplopia
5) N V
Kanan
Normal
Tidak ada
Bebas kesegala arah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
: Nervus Trigeminus
Kanan
Kiri
Motoric
Membuka mulut
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Menggerakan rahang
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Menggigit
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Mengunyah
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Sensorik
Divisi optalmika
Reflek kornea
Sensibilitas
Divisi maksila
Reflek masseter
+
Baik
+
Baik
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Sensibilitas
Baik
Baik
20
Divisi mandibular
Sensibilitas
Baik
Baik
6) N. VI : Nervus Abdusen
Kanan
Sukar dinilai
Kiri
Sukar dinilai
Sikap bulbus
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Diplopia
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Raut wajah
Sekresi air mata
Fissura palpebral
Menggerakkan dahi
Kanan
Simetris
Normal
Simetris
Sukar dinilai
Kiri
Simetris
Normal
Simetris
Sukar dinilai
Menutup mata
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Mencibir/bersiul
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Memperlihatkan gigi
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Hiperakustik
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Suara berbisik
Kanan
Sukar dinilai
Kiri
Sukar dinilai
Detik arloji
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Rinne test
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Weber test
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Swabach test
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Memanjang
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Memendek
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Nistagmus
Sukar dinilai
Sukar dinilai
21
Pendular
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Vertical
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Siklikal
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Sukar dinilai
lidah
belakang
Reflek muntah
Kiri
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Arkus faring
Uvula
Menelan
Artikulasi
Suara
Nadi
Kanan
Simetris
Ditengah
Normal
Abnormal
Normal
Teratur
Kiri
Simetris
Ditengah
Normal
Abnormal
Normal
Teratur
Menoleh ke kanan
kanan
Sukar dinilai
Kiri
Sukar dinilai
Menoleh ke kiri
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Sukar dinilai
kanan
Mengangkat bahu ke Sukar dinilai
Sukar dinilai
kiri
22
Kedudukan
Kanan
lidah Simetris
Kiri
Simetris
dalam
Kedudukan
lidah Simetris
Simetris
dijulurkan
Tremor
Fasikulasi
Atrofi
+
-
+
-
c. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan
Sukar dinilai
Romberg test
Sukar dinilai
Ataksia
Sukar dinilai
Rebound
Sukar dinilai
phenomen
Tes tumit lutut
Sukar dinilai
Disatria
Sukar dinilai
Disfagia
Sukar dinilai
Supinasi-pronasi
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Respirasi
Normal
Normal
Duduk
Normal
Normal
berjalan
Tremor
Atetosis
Mioklonik
Khorea
Tidak lakukan
Tidak dilakukan
23
c. Ekstremitas
Gerakan
Superior
Inferior
Kanan
Kiri
kanan
Kiri
Pasif
Pasif
Pasif
Pasif
Kekuatan
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Tonus
Eutonus
Eutonus
Eutonus
Eutonus
e. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Sensibilitas termis
Sukar dinilai
Normal
Sukar dinilai
Sensibilitas
Sukar dinilai
Sensibilitas kortikal
Sukar dinilai
Streognosis
Sukar dinilai
Pengenalan 2 titik
Sukar dinilai
Pengenalan rabaan
Sukar dinilai
f. System reflex
1.Fisiologi
Kornea
Berbamgkis
Kanan
+
Sukar dinilai
Kiri
+
Sukar dinilai
Laring
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Maseter
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Dinding perut
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Atas
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Tengah
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Bawah
Sukar dinilai
Sukar dinilai
24
Biseps
Triceps
APR
KPR
Bulboca vernosus
++
++
++
++
Sukar dinilai
+++
+++
+++
+++
Sukar dinilai
Cremater
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Sfingter
Sukar dinilai
Sukar dinilai
2.Patologis
Lengan
Hoffman - Tromner
Tungkai
Babinski
Chaddoks
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Klonus paha
Sukar dinilai
Sukar dinilai
Klonus kaki
Sukar dinilai
Sukar dinilai
ROM
Fleksi
: Normal
Ekstensi
: Normal
Rotasi
: Normal
3. Fungsi Otonom
Miksi
: berwarna kemerahan
Defekasi
Sekresi keringat
: banyak
25
Fungsi luhur
Kesadaran
Reaksi bicara
Tanda dementia
Refleks
Normal
Fungsi
Normal
Glabela
Refleks Snout
Intelektual
Reaksi Emosi
Normal
Refleks
memegang
Refleks
Palmomental
: 12,2 gr/dl
Ht
: 33,7 %
Eritrosit
: 4,23 x 103
Trombosit
: 27 x 103 uL
Leukosit
: 3.03 x 103 uL
Basofil
: 0,3 %
Eusinofil
:0
Netrofil batang
:0
Neutrofil segmen
: 94
Limfosit
:3
Monosit
:1
b. Test widal :
Tipe H : 1/320
Tipe O : 1/80
c. Faal hepar
SGPT
: 310,5mU/L
SGOT
:168,1 U/L
d. Faal ginjal
26
Ureum
: 29,7 mg/dl
Creatinin
: 0,89 mg/dl
Kultur
Lumbal Pungsi
3.6. Diagnosa
a. Diagnosa klinis
: Meningitis bakterialis
b. Diagnosa topik
: Leptomeningens
Beri O2 2-3L/menit
b) Terapi khusus
1. Antibiotik: ceftriaxon 2x2g
2. Anti edem otak : kortikodteroid dexametason 3x10mg
3. Antihistamin: ranitidin 2x1 ampul
4. Antipiretik : PCT 3x 500 mg
3.8. Prognosis
a. Quo at vitam
b. Quo at fungtionam
c. Quo at sanationam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
27
BAB IV
DISKUSI
Telah diperiksa seorang pasien pria usia 22 tahun yang dirawat di bangsal
neurologi RSUD Solok dengan diagnosis klinis meningitis akut.
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesa didapatkan Penurunan kesadaran sejak 4 hari yang lalu, demam
terus meningkat sehingga pasien tidak dapat beraktifitas dan hanya terbaring tidur.
Sebelumnya pasien sudah ada demam 15 hari yang lalu tetapiu tidak terlalu panas
dan menggangu aktifitas pasien. Pasien tidak dapat makan sejak 4 hari yang lalu
karena pasien mengeluh nafsu makan menurun dan tidak bisa menggosok gigi
serta mulut pasien kering. Tidak ada muntah dan mual. BAB tidak ada semenjak 1
minggu ini. Pasen juga mengeluhkan sakit kepala berdenyut. Dari riwayat
penyakit dahulu pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, DM, gangguan
pada telinga, trauma kepala, dan hipertensi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
tingkat kesadaran compos mentis cooperative, tanda rangsangan meningeal (kaku
kuduk +) dan tanda peningkatan tekanan intra kranial tidak ditemukan. Pada
pemeriksaan nervus kranial sukar dinilai.
Penatakalsanaan pasien ini secara umum adalah terapi umum elevasi
kepala 300, beri O2 2-3L/menit, IVFD RL 12 jam/kolf, kateter urin untuk monitor
cairan dan diet MLTKTP 1500 Kkal. Sedangkan terapi khusus adalah antipiretik :
28
BAB V
KESIMPULAN
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Meningitis dapat bersumber dari sejumlah penyebab, biasanya bakteri atau virus,
tetapi meningitis juga dapat disebabkan oleh cedera fisik,riwayat bedah kepala,
kanker atau obat-obatan tertentu. Tingkat keparahan penyakit dan pengobatan
untuk meningitis berbeda tergantung pada penyebab.
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak,
letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal. Pemeriksaan rangsangan meningeal
yang dilakukan adalah pemeriksaan kaku kuduk, pemeriksaan tanda kernig,
pemeriksaan tanda brudzinski I dan pemeriksaan tanda brudzinski II. Sedangkan
pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi,
pemeriksaan darah dan pemeriksaan radiologis.
Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila menemukan
gejala dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda dari infeksi akut,
peningkatan tekanan intrakranial dan rangsang meningeal perlu diperhatikan.
Untuk mengkonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa
tes darah dan cairan sumsum tulang belakang.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewanto, G.dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana
Penyakit Saraf. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
2. Moore,Keith.L.2002.Anatomi klinis dasar.Jakarta : Hipokrates
3. Sherwood.2011.Fisiologi Manusia.Jakarta : EGC
4. Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua. Gadjah Mada
University
Press, Yogyakarta.
5.Markam, S., 1992. Penuntun Neurologi, Cetakan Pertama. Binarupa Aksara,
Jakarta.
6. Mansjoer, A.,dkk., 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga. Media
Aesculapius, Jakarta.
7.Suwono, W., 1996. Diagnosis Topik Neurologi, Edisi Kedua. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
30