Anda di halaman 1dari 2

Prince John Review

Prince John merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Donggala yang
menawarkan wahana diving di laut. Terletak tepat di samping Pantai Tanjung
Karang, menjadikan destinasi wisata ini mudah untuk diakses. Tak hanya diving,
para wisatawan juga dapat menikmati paket liburan dengan menginap di bungalow
yang telah disediakan namun melakukan reservasi terlebih dahulu. Terdapat 15
bungalow yang dapat dihuni oleh 2 orang wisatawan dalam satu bungalow. Tak
hanya itu, Prince John juga menyediakan fasilitas berupa restaurant, dan bar yang
diusung dengan menggunakan konsep gabungan antara Eropa tepatnya Jerman,
dan lokal Indonesia. Konsep Eropa dipilih karena sang pemilik Prince John; Milano,
merupakan orang asli Jerman yang menginginkan suasana hangat (feels like home)
seperti di Jerman tetap ada dalam sentuhan usahanya, sehingga pengunjung
terutamanya wisatawan asing akan merasa seperti berada di rumah sendiri dan
menikmati liburan mereka. Mayoritas pengunjung dari Prince John adalah wisatawan
asing yang berasal dari Jerman; selebihnya adalah wisatawan asing dari Austria,
Belanda, Italia, dan wisatawan lokal dari Indonesia. Wisatawan dari Jerman
merupakan wisatawan terbanyak dikarenakan kemudahan akses informasi yang
mereka dapatkan untuk menuju Prince John. Hal ini dikarenakan pihak pemilik
Prince John memiliki kerja sama dengan pemerintah Jerman dan agen travel tour
Jerman dalam mengakomodir para wisatawan yang ingin berlibur dengan
melakukan diving untuk kemudian diarahkan ke destinasi wisata Prince John. Agen
travel tour lah yang mengatur seluruh mekanisme wisata para wisatawan Jerman,
dari pemilihan paket wisata, keberangkatan, hingga kepulangan para wisatawan.
Prince John memiliki total staff sebanyak 15 orang, yang terdiri dari staff ahli,
kebersihan, resepsionis, keamanan, bar dan restaurant, serta pemandu diving.
Seluruh staff yang bekerja merupakan masyarakat lokal di daerah Donggala,
terkecuali staff ahli yang berasal dari Jerman. Pihak Prince John sendiri sengaja
memperkerjakan masyarakat lokal dengan alasan pemberdayaan masyarakat di
sekitar lingkungan usahanya, dan juga dikarenakan masyarakat lah pihak yang
paling mengetahui kondisi lingkungan daerah Donggala sehingga pihak Prince John
merasa hal tersebut akan memudahkan kelangsungan usaha mereka. Tentu saja,
masyarakat juga merasa untung dengan adanya paham seperti ini dan mereka
menyambut pihak Prince John secara terbuka.
Menurut Maming, salah satu staff lokal di Prince John, keberadaan mereka sebagai
karyawan lokal di Prince John sangat menyenangkan dan menguntungkan. Tak
hanya bekerja untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, tetapi mereka juga
mendapatkan keuntungan lainnya dengan bekerja di Prince John; diantaranya dapat
bertemu dengan orang-orang baru wisatawan- yang memiliki kebudayaan berbeda
dengan Indonesia, dapat mengasah kemampuan bahasa Inggris, dapat
memperkenalkan keindahan daerah melalu diving, serta dapat mempelajari budaya
kerja yang berbeda dari yang mereka alami sebelumnya. Selama bekerja di Prince
John, Maming cenderung merasa lebih manusiawi dalam bekerja, dikarenakan
selama berada di Prince John, mereka selalu diberdayakan dan dihargai sebagai
seorang staff; dimana mereka turut dilibatkan aktif dalam seluruh kegiatan usaha,
baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan, sehingga tak urung Maming beserta

staff lainnya diberikan kepercayaan untuk tetap menjalankan usaha Prince John
walaupun pemilik atau staff ahli sedang tidak berada di lokasi usaha. Hal ini
merupakan suatu hal yang berharga bagi Maming, karena melalui kepercayaan
tersebut, mereka merasa dihargai walaupun status mereka hanyalah sebatas staff.
Sebagai seorang staff, Maming juga menemukan banyak kekurangan yang terjadi di
lingkungan kerja. Kekurangan-kekurangan tersebut lebih ditujukan kepada
Pemerintah Daerah yang dimana sebagai pihak yang memiliki suatu kewenangan
dalam mengatasi kekurangan yang ada. Adapun kekurangan tersebut yaitu;
1. Tidak adanya petugas penjaga pantai yang bertugas untuk menjaga
keamanan lingkungan pantai, baik di bibir pantai maupun di dasar laut. Hal
ini menyebabkan banyaknya sampah yang berserakan di bibir pantai dan
terbawa hingga ke tengah dan dasar laut. Tak hanya itu, banyaknya aktivitasaktivitas melaut yang tidak memerhatikan kelestarian lingkungan juga
menjadi suatu keresahan, dimana banyak oknum tertentu yang beraktivitas
di tengah laut dan dengan sengaja menginjak terumbu-terumbu karang di
dasar laut. Tindakan-tindakan tersebut perlu adanya perlakuan lebih dengan
setidaknya menghadirkan petugas penjaga pantai yang dapat mengontrol
dan menegur jika terjadi tindakan yang tidak diinginkan. Hal ini perlu untuk
dilakukan dikarenakan petugas penjaga pantai memiliki suatu otoritas
tersendiri dibanding masyarakat lainnya sehingga akan terdapat tendensi
yang lebih besar untuk didengar.
2. Kurangnya papan informasi mengenai informasi wisata berupa denah, dan
informasi peringatan keamanan serta kelestarian lokasi wisata.
3. Tidak adanya petugas Dinas Kebersihan yang datang untuk menangani
masalah sampah. Sampah menjadi suatu perhatian tersendiri bagi pihak
Prince John, dimana mereka sangat komitmen dalam menjaga kebersihan
lokasi usahanya. Namun, tidak memadainya infrastruktur berupa jalan
menuju TPS menjadi suatu kesulitan bagi mereka dalam menangani
pembuangan sampah. Upaya lanjutan telah dilakukan dengan menghubungi
Dinas Kebersihan untuk mengambil sampah yang telah dikumpulkan, bahkan
pihak Prince John pun telah mengeluarkan biaya tambahan untuk kerjasama
ini. Namun faktanya di lapangan, pihak Dinas Kebersihan cenderung kurang
berkomitmen dalam waktu yang telah disepakati, bahkan tak jarang tidak
datang untuk mengambil sampah. Hal ini merupakan suatu kekecewaan yang
kemudian akhirnya menyisakan opsi terakhir bagi pihak Prince John dalam
menangani sampah yaitu dengan membakar sampah-sampah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai