Anda di halaman 1dari 6

Alquran, Manusia dan Alam

Senin, 16 Desember 2013, 06:00 WIB


Komentar : 3

AP PHOTO

Seorang bocah belajar membaca Alquran (ilustrasi)


A+ | Reset | AREPUBLIKA.CO.ID, Oleh DR M Masri Muadz MSc (Penulis buku Paradigma
Al-Fatihah)
Konsep sederhana dari suatu sistem kehidupan adalah keutuhan hubungan
(unity), yang untuk itu, sistem meniscayakan berlangsungnya harmoni
hubungan antarkeseluruhan komponen yang membentuknya.
Mobil, sebagai contoh sistem mekanik, yang terbentuk dari hubungan
ratusan komponen, bila salah satu hubungan komponennya terganggu, maka
mobil itu akan mogok. Demikian halnya dengan badan manusia sebagai
sistem biologis, yang terbentuk dari hubungan sekitar 100 triliiun sel, bila di
tempat tertentu hubungan antar sel terputus, maka akan membengkak,
bahkan bisa jadi membusuk.
Karena itu, disimpulkan bahwa formula kehidupan sebagai sistem
(sunnatullah) adalah keniscayaan adanya harmoni hubungan antarsemua
komponen konstitutif dari sistem bersangkutan. Maka begitulah, hukum
kehidupan ini, berlaku dalam keseluruhan sistem kehidupan, baik sistem
kehidupan mikro maupun makro.

Dalam konteks sistem makro, keseluruhan sistem kehidupan ciptaan Allah,


terdiri dari tiga (sub) sistem besar: sistem Alquran, sistem sosial (manusia)
dan sistem semesta (alam). Tiga komponen sistem kehidupan ini, sesuai
desain Allah, telah diciptakan-Nya dengan peranan yang jelas dan harmoni
hubungan antarketiganya.
Peranan manusia adalah sebagai khalifah Allah di bumi: Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" [QS Al-Baqarah (2):30].
Peranan alam semesta adalah sebagai sumber daya untuk mendukung
keberhasilan kekhalifahan manusia: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu... [QS Al-Baqarah (2):29].
Dan peranan Alquran adalah sebagai petunjuk bagi manusia dalam
melaksanakan tugas-tugas kekhalifahannya: Kami turunkan kepadamu Alkitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri [QS Annahl
(16):89].
Maka peranan manusia sebagai khalifah, meniscayakannya untuk selalu
menggunakan (berhubungan dengan) Alquran yang berperan sebagai
petunjuk hidupnya. Sehingga, tatkala manusia mengerjakan kemungkaran,
itu berarti ia sengaja memutuskan harmoni hubungannya dengan Alquran.
Maka hal ini, sesuai formula kehidupan di depan, pasti akan mencelakakan
hidupnya.
Melakukan korupsi misalnya, bila ia tertangkap KPK, kendati ia pejabat tinggi
sekalipun bila terbukti bersalah, maka sisa hidupnya akan berujung di
penjara. Itu berarti kehidupan diri, anak, istri dan keluarga dekat lain akan
terganggu. Persis seperti mobil yang mogok atau tubuh manusia yang luka
dalam contoh di depan.
Bila para koruptor dan semua orang yang telah mengerjakan kemungkaran
tidak tertangkap di dunia, maka pengadilan Allah di akhirat pasti tidak akan
membuat mereka lolos.
Karena Allah berfirman: Luqman berkata, "Hai anakku, sesungguhnya jika
ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus [QS Luqman (31:16].
Begitu pula dengan hubungan manusia dengan alam. Seharusnya bersifat
membangun dan memelihara dengan prinsip harmoni hubungan yang
keberlanjutan. Bila sebaliknya, yaitu hubungan penguasaan dan ekploitasi,
maka itu pasti mencelakakan manusia sendiri. Stunami, banjir bandang,
cuaca ekstrim adalah contoh-contoh yang telah terbukti mencelakakan

banyak orang.
Maka, adalah keniscayaan bagi kita untuk menciptakan harmoni hubungan
dengan Alquran dan alam. Dan ini akan terwujud hanya melalui pemahaman
tentang alam (Iptek) dan Al-Quran (agama), serta integrasi keduanya melalui
amalan (akhlak mulia).
Maka, marilah kita tumbuhkan keluarga kita menjadi keluarga yang di
samping akrab dan ramah dengan alam sekitar, juga dan terutama sekali,
menjadi keluarga yang ramah dan akrab dengan kitab suci kita: Al-Quranul
Al-Karim. Fasih membacanya, paham maknanya dan mengamalkan pesanpesanya. Sehingga, rumah kita adalah surga kita. Karena di dalamnya ada
harmoni (sakinah), hubungan saling sapa dengan cinta (mawaddah) dan
kasih sayang (rahmah).
"Kebahagiaan itu ketika apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu katakan
dan apa yang kamu lakukan menyatu dengan harmoni."
- Mahatma Gandhi
"Tujuan hidup kita adalah untuk merasa bahagia,"
- Dalai Lama
"Bahagia lah pada saat ini. Saat ini adalah hidup mu."
- Omar Khayyam
"Bukan seberapa banyak yang kita punya, melainkan sebarapa banyak yang
kita nikmati, itu lah yang membuat kebahagiaan."
- Charles Spurgeon
"Resep pertama untuk kebahagiaan adalah: hindari meditasi terlalu lama
kejadian di masa lalu."
- Andre Maurois
"Kebahagiaan tidak tergantung pada kondisi luar, kebahagian diatur oleh
sikap mental kita."
- Dale Carnegie
"Kebahagiaan tergantung pada diri kita sendiri."
- Aristotle
"Kebahagiaan bukanlah suatu tujuan; itu merupakan suatu hasil."
- Eleanor Roosevelt
"Jika kebahagiaan mu tergantung tindakan orang lain, Saya pikir kamu
mempunyai masalah."
- Richard Bach
"Tindakan mungkin tidak selalu membawa kebahagiaan; tetapi tidak ada
kebahagiaan tanpa tindakan."
- Benjamin Disraeli

"Hanya ada satu kebahagiaan di kehidupan ini, mencintai dan dicintai."


- George Sand
"Kebahagiaan itu seperti ciuman, kamu harus membaginya untuk
menikmatinya."
- Bernard Meltzer
"Jika kamu ingin bahagia, bahagia lah."
- Leo Tolstoy
"Untuk mencapai kebahagiaan yang sejati kamu harus merasakan sakit dan
ketidak bahagian yang sangat - kalau tidak, bagaimana mungkin kamu tahu
ketika kamu bahagia?"
- Leslie Caron
"Sukses dan kebahagiaan mu mengampuni mu hanya jika kamu dengan baik
hati mengijikan untuk membaginya."
- Albert Camus

Anda mungkin juga menyukai