Kehebatan ASI memang tidak digarukan lagi bagi bayi. ASI merupakan sumber nutrisi terbaik untuknya,
dan anak terutama pada 6 bulan pertama kehidupannya dan sangat diharapkan dapat diberikan hingga
anak usia 2 tahun.
Kandungan nutrisi di dalam ASI tidak dapat tergantikan nilainya oleh makanan lain, sehingga pemberian
ASI bagi awal kehidupan bayi menjadi kewajiban seorang ibu.
ASI sangat bermanfaat untuk perkembangan otak dan daya tahan tubuh, serta dapat mempererat
hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi. Oleh karena itu kandungan ASI merupakan acuan yang
paling ideal bagi asupan gizi bayi, sehingga disebut juga sebagai golden standard.
Satu hal penting bahwa ASI tidak mengandung sukrosa (gula meja). Sumber karbohidrat yang ada di
dalam ASI adalah laktosa atau yang dikenal sebagai gula susu.
Laktosa tidak hanya menyediakan 40% energi, namun juga mendukung pertumbuhan flora usus yang
sehat dan meningkatkan imunitas bayi melawan bakteri patogen.
Abrams dan Ziegler dalam suatu jurnal yang diterbitkan pada 1983 dan 2002, menjelaskan bahwa
dominasi bakteri baik di dalam usus, dapat melindungi pencernaan dari bakteri jahat penyebab penyakit.
Laktosa turut berperan dalam penyerapan berbagai mineral termasuk kalsium. Sementara itu Koletzko
dalam jurnal yang dikeluarkan pada 2005 menerangkan bahwa, bakteri baik dapat mempengaruhi
konsistensi atau kepadatan tinja.
Oleh karena pentingnya laktosa, Regulasi Internasional dan Asosiasi Pediatrik Internasional,
merekomendasikan laktosa sebagai sumber karbohidrat dalam formula bayi dan formula lanjutan.
Rekomendasi dan regulasi pediatrik terbaru juga banyak yang tidak mengizinkan penambahan sukrosa
kandungan gula totalnya berhubungan nyata dengan asupan mikronutrien yang lebih rendah dan
mungkin mempengaruhi pertumbuhan anak, jelas Dr. Ahmad Suryawan.
Konsumsi sukrosa lebih awal (pada bayi) untuk jangka waktu lama akan meningkatkan risiko karies.
Temuan ini diperkuat oleh jurnal yang dipublikasi oleh Institute of Medicine pada 2005 dan The American
Academy of Pediatric Dentistry pada 2008.
Karies dapat dicegah dengan menghindari pemberian sukrosa pada makanan bayi, termasuk pada susu
formula bayi, dan menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap kali anak usai makan dan minum susu, tutup
kedua pakar tersebut. Dewi
Tanda-tanda dehidrasi antara lain anak menangis tanpa air mata, mulut dan bibir
kering, selalu merasa haus. Air seni keluar sedikit dan berwarna gelap, ada kalanya
tidak keluar sama sekali. Juga, mata cekung atau terbenam. Pada bayi tanda
dehidrasi bisa dilihat lewat ubun-ubun yang menjadi cekung. Juga anak mengantuk,
kulit pucat atau kekenyalan tubuh berkurang, dan bekas cubitan tidak cepat
kembali normal.
Untuk mengatasinya, anak perlu diberi cairan sebanyak mungkin. Tidak harus
larutan oralit. Bisa berupa teh manis, air tajin, air gula garam, sup. Air tajin justru
cukup efektif bagi bayi untuk mengatasi diare. Juga jauh lebih baik dibandingkan
dengan oralit karena tajin mengandung glukosa polimer yang mudah diserap.
Air tajin selain cepat dicerna, juga mengandung kadar glukosa cukup tinggi, yang
akan mempermudah penyerapan elektrolit. Selain itu dua macam poliglukosa dalam
tepung tajin dapat menyebabkan feses lebih padat. Keuntungan lain air tajin adalah
adanya kandungan proteinnya, yaitu 7 - 10 %. Sedangkan garam oralit tidak
mengandung protein. Penggunaan air tajin sebagai "obat diare", tidak berbahaya
untuk bayi sekalipun.