Anda di halaman 1dari 11

KADAR GULA TAMBAHAN DALAM SUSU ANAK

[JAKARTA] Waspadai susu khusus anak yang dijual di pasaran. Hal itu
dikarenakan banyak yang mengandung kadar gula tambahan. Akibatnya,
anak yang konsumsi susu dengan tambahan gula bisa mengalami obesitas
dan diabetes. Saat ini banyak orangtua belum mengerti betul akan asupan
susu yang diberikan kepada anaknya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh J Brand-Miller dan F.Atkinson
University of Sidney Australia mensurvei 7 jenis susu anak. Penelitian
tersebut menghasilkan rata-rata setiap produk susu anak memiliki kadar
indeks glikemik tinggi karena memiliki kandungan gula tambahan.
Pada dasarnya, susu mengandung gula alami yang disebut laktosa. Tetapi
agar rasa susu lebih manis sehingga terasa lebih enak dan anak-anak jadi
suka menikmatinya, banyak susu pertumbuhan anak diberikan gula
tambahan.
Menurut pakar gizi Dr.Fiastuti Witjaksono, Sp.GK, susu pertumbuhan anak
yang diberikan gula tambahan secara otomatis membuat beban glikemik
(Glycaemic Load/GL) didalamnya meningkat. Kadar GL yang tinggi jika
dikonsumsi akan turut menaikkan indeks glikemik (Glycemic Index/GI).
GI dan GL yang tinggi akan membuat anak menjadi tidak dapat
berkonsentrasi dengan baik, mengalami kenaikan berat badan yang cepat,
serta kerusakan pada pankreas yang akan menyebabkan terganggunya
produksi insulin dan berisiko menderita diabetes tipe 2 saat dewasa.
Pada dasarnya, susu mengandung gula alami yang disebut laktosa. Tetapi
agar rasa susu lebih manis sehingga terasa lebih enak dan anak-anak jadi
suka menikmatinya, banyak susu pertumbuhan anak diberikan gula
tambahan. Produk susu yang mengandung gula tambahan seperti sukrosa,
maltodextrin dan sirup glukosa dapat meningkatkan kepadatan energi,
mengurangi nilai gizi susu, dan kecenderungan kelebihan glikemia dan
insulin," ungkap dr Fiastuti dari Departemen Ilmu Gizi FKUI/RSCM, pada
media edukasi "Kenali jenis Gula Tambahan, Indeks dan Beban Glikemik serta
Dampaknya pada Anak!" yang diselenggarakan produk susu ANMUM di
Jakarta, Kamis (23/2).

Dikatakan, makanan dengan kandungan karbohidrat olahan yang tinggi


seperti gula, tepung-tepungan, dan maltodextrin memiliki beban glikemik
(GL) yang tinggi. Indeks glikemiks adalah nilai yang dipakai untuk mengukur
kemampuan suatu bahan makanan dalam menaikkan kadar gula darah.
Makin tinggi indeks glikemik pada sebuah makanan, makin cepat pula ia
membuat kadar gula naik. Jika ini dibiarkan akan pemicu si komsumen akan
lebih cepat lapar.
Adapun makanan yang kandungan indeks glikemik bisa anda jumpai pada
karbohidrat kompleks serta makanan yang kaya akan serat. Sedangkan
makanan yang mempunyai kandungan karbohidrat nilai indeks glikemik
tinggi seperti gula, tepung-tepungan, dan berbagai jenis gula lain, termasuk
madu dan bila dikonsumsi terlalu sering bisa memicu kegemukan.
Karbohidrat atau gula yang kita asup akan cepat direspon oleh insulin untuk
diubah menjadi energi. Tetapi energi yang tidak terpakai itu akan disimpan
sebagai lemak. Bisa dipastikan jika terlalu sering mengasup makanan yang
mengandung indeks glikemik tinggi juga akan membuat pankreas kelelahan
karena insulin harus terus dikeluarkan. Untuk anak-anak yang mengonsumsi
makanan yang kaya karbohidrat sederhana juga cenderung memiliki nafsu
makan lebih tinggi sehingga pertambahan berat badan anak tidak
terkendali, jelas dia.
Senada dengan itu, Guru Besar Endokrin Anak FKUI/RSCM Prof dr Jose Rizal
Latief Batubara SpA(K) PhD, mengatakan, anak-anak yang mengonsumsi
makanan dengan kadar GL tinggi cenderung memiliki nafsu makan yang
tinggi dan pertambahan berat badan yang tidak sehat, mengganggu kualitas
tidur anak sehingga mempengaruhi proses belajar dan perkembangan
emosi.
Kelompok usia muda sangat rentan terhadap beban karbohidrat yang tinggi
dan menyebabkan meningkatnya kadar gula darah dan dalam jangka
panjang dapat mengakibatkan diabetes 2. Hal yang tidak baik dan harus
diwaspadai oleh para orangtua adalah jika gula tambahan dikonsumsi secara
berlebihan setiap hari oleh anak karena kelebihan energi pada tubuh dapat
menyebabkan obesitas, karies gigi, dan membangun kebiasaan pola makan
yang kurang baik saat anak-anak beranjak dewasa, kata Jose. [H-15]

Pilih produk sesuai usia


Hal yang terpenting adalah memastikan kesesuaian produk dengan usia anak Anda. Setiap susu
formula memiliki nutrisi dengan komposisi yang disesuaikan dengan usia anak. Jangan sekalikali memberikan susu sapi biasa ke bayi. Susu itu tidak dianjurkan karena tidak memiliki unsurunsur nutrisi yang tepat untuk bayi dan dapat memicu masalah pencernaan.
Ada banyak jenis susu formula di pasaran. Sejauh ini yang paling populer dan mungkin yang
terbaik adalah susu formula yang terbuat dari susu sapi. Bagi bayi yang memiliki intoleransi
laktosa, susu formula berbasis kedelai dan susu kambing bisa menjadi pilihan. Ada banyak
merek yang tersedia di pasaran dan semua merek tunduk pada aturan dan
pengawasan pemerintah (BPOM). Jadi, Anda tidak perlu khawatir dengan kandungannya.
Kenyataannya, penelitian menunjukkan bahwa tidak banyak perbedaan kandungan nutrisi antar
produk susu formula, yang semuanya dibuat menyerupai kandungan gizi pada ASI. Perbedaan
antar produk biasanya terletak pada kadar gula, protein dan lemak. Semua susu formula bayi
diperkaya dengan zat besi (untuk mencegah anemia) dan vitamin D (untuk mempromosikan
pertumbuhan tulang). Beberapa susu formula juga dilengkapi dengan DHA dan ARA, yang
ditemukan dalam ASI dan diperkirakan membantu pertumbuhan otak bayi.

2.Ikuti dosis yang dianjurkan


Jangan memberikan lebih atau kurang dari takaran yang ditunjukkan pada kemasan susu. Susu
yang terlalu encer akan membuat bayi cepat lapar kembali, dan bila terlalu kental dapat
menyulitkan pencernaannya. Selalu gunakan sendok takar yang disertakan dalam kemasan.
Takaran satu sendok adalah satu sendok penuh yang diratakan.

3. Perhatikan kebersihan
Rebuslah dengan air mendidih botol, cincin dan dot susu yang sudah dicuci sebelum digunakan
kembali. Selalu gunakan air matang yang hangat untuk mencampur susu. Susu formula yang
berada lebih dari satu jam pada suhu kamar tidak boleh diberikan kepada bayi Anda. Susu
formula tidak steril, dan bakteri dapat bertahan hidup dalam susu meskipun Anda
menggunakan air steril untuk mencampurnya. Di suhu ruangan, bakteri itu akan berkembang
biak dengan cepat. Bahkan jika Anda menyimpan susu formula di lemari es, bakteri dapat
berkembang dalam beberapa jam. Anak Anda dapat mengalami infeksi perut bila meminumnya.

5. Jangan menjadwalkan pemberian susu


Nafsu makan bayi Anda bervariasi dari hari ke hari dan bulan ke bulan, jadi biarkan dia
mengatur waktu makannya sendiri. Bayi Anda akan meminta susu sesering yang dia perlukan,
selama Anda memahami dan menanggapi isyaratnya. Ketika bayi Anda baru lahir, dia akan
minum sedikit tetapi sering, sehingga pemberian botol dilakukan setiap dua atau tiga jam sekali.
Semakin besar, semakin besar porsi untuk setiap pemberian sehingga frekuensinya berkurang.
Sebagai aturan umum, bayi Anda membutuhkan antara 150 ml dan 200 ml susu formula per
kilogram berat tubuhnya per hari. Jadi, jika bayi Anda beratnya 5 kg, dia akan membutuhkan
antara 750 ml dan 1.000 ml susu formula selama periode 24-jam untuk memuaskan rasa
laparnya.

4. Berikan susu formula seperti memberikan ASI


Terutama pada bayi di bawah enam bulan, pemberian susu formula sebaiknya dilakukan seperti
halnya memberikan ASI, yaitu dengan menggendong. Jaga kontak mata dan kontak kulit Anda,
dan berbicaralah dengannya. Kedekatan dengan ibu adalah makanan batin yang sangat
dibutuhkan untuk perkembangannya.

6. Perhatikan saat pemberian susu


Miringkan botol sedikit sehingga ujung dot selalu penuh dengan susu, bukan udara. Anda akan
melihat gelembung-gelembung di dalam botol saat bayi Anda mengisap. Dia mungkin mengisap
dengan kuat lalu beristirahat di antaranya. Istirahat itu memberinya waktu untuk merasakan
apakah sudah kenyang atau belum. Jika Anda mendengar suara bising ketika bayi Anda minum,
mungkin terlalu banyak udara di botolnya. Periksalah apakah dot susu sudah terpasang dengan
kencang dan posisi botol tidak terlalu miring.

Garis bawah yang perlu diketahui seorang ibu tentang breastfeeding atau menyusui
adalah bahwa Air Susu Ibu akan semakin banyak, semakin lancar ketika pemberian
ASI tersebut optimal dengan frekuensi yang teratur sejak usia kelahiran bayi. Faktor
inisiasi dini juga memiliki peran dalam melancarkan air susu ibu dikemudian hari.

Pemilihan susu formula yang tidak tepat akan mengakibatkan gangguan beberapa
fungsi dan organ tubuh seperti diare, sering batuk, sesak dan sebagainya.
Gangguan sistem tubuh tersebut ternyata dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan serta mempengaruhi dan memperberat gangguan perilaku anak.

MENGAPA SUSU FORMULA TIDAK COCOK


Pengaruh ketidak cocokan terhadap susu formula bisa disebabkan karena reaksi
simpang makanan bisa karena reaksi alergi atau reaksi nonalergi. Alergi susu sapi
adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sIstem tubuh yang
ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein
susu sapi dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Alergi terhadap susu
formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu keadaan dimana
seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal terhadap protein
yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi akan melawan protein
yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala reaksi alergi pun akan
muncul. Reaksi non alergi atau reaksi simpang makanan yang tidak melibatkan
mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi. Intoleransi ini bisa terjadi
ketidakcocokan terhadap laktosa, gluten atau jenis lemak tertentu.
Reaksi simpang makanan tersebut terjadi karena ketidakcocokan beberapa
kandungan didalam susu formula. Bisa terjadi karena ketidakcocokan terhadap
kandungan protein susu sapi (kasein), laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa
(vanila, coklat, strawberi, madu dll), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak
jagung, minyak kelapa sawit dan sebagainya.
Alergi susu sapi adalah alergi terhadap kandungan protein tertentu yang ada di
dalamnya. Banyak penelitian mengenai alergenitas protein susu sapi. Terdapat lebih
dari 40 jenis protein yang berbeda dalam susu sapi yang berpotensi untuk
menyebabkan sensitivitas. Kandungan pada susu sapi yang paling sering
menimbulkan alergi adalah lactoglobulin, selanjutnya casein, lactalbumin bovine
serum albumin (BSA). Analisa Immunoelectrophoretic menunjukkan bahwa casein
berkurang alergenisitasnya setelah pemanasan sekitar 120 C selama 15 menit,
sedangkan lactoglobulin, lactalbumin berkurang terhadap pemanasan lebih dari
100C. BSA and gammaglobulin kehilangan antigenisitasnya pada suhu antara 70C
80C.
GEJALA REAKSI ALERGI SUSU SAPI ATAU REAKSI SIMPANG SUSU FORMULA
Gangguan akibat ketidakcocokan susu formula bisa timbul karena reaksi cepat atau
timbulnya gejala kurang dari 8 jam. Pada reaksi lambat atau gejala baru timbul
setelah lebih dari 8 jam, atau kadang setelah minum susu 5 atau 7 hari baru timbul
keluhan. Tanda dan gejala ketidak cocokan susu formula atau alergi susu hampir
sama dengan alergi makanan. Gangguan tersebut dapat mengganggu semua organ

tubuh terutama pencernaan, kulit, saluran napas dan organ lainnya.


Tabel 1. Kondisi klinis yang dapat diperberat karena reaksi alergi atau reaksi
simpang susu formula
* GANGGUAN SALURAN CERNA: Sering muntah/gumoh, kembung,cegukan, sering
buang angin, sering ngeden /mulet, sering rewel, gelisah atau kolik terutama
malam hari. Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari, Feses
berwarna hijau, hitam, berbau, sangat keras, cair atau berdarah. Hernia Umbilikalis
(pusar menonjol), Scrotalis, inguinalis (benjolan di selangkangan, daerah buah zakar
atau pusar atau turun berok) karena sering ngeden sehingga tekanan di dalam
perut meningkat.
* Bila gangguan saluran cerna terjadi jangka panjang akan mengakibatkan : daya
tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA (batuk,
pilek, panas, tonsilitis (amandel) berulang kadang setiap bulan atau lebih)
* Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga
dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam
seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal,
disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang
sedikit berbau.
* Lidah sering timbul putih (seperti jamur). Bibir tampak kering atau bibir bagian
tengah berwarna lebih gelap (biru). Gusi tampak bengkak seperti tumbuh gigi.
* Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari
siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau bila batuk sering lama
(>7hari) dan dahak berlebihan )
* Sesak bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB). BILA BERAT
SEPERTI PARU-PARU TIDAK MENGEMBANG (LIKE RDS) Bayi usia cukup bulan (9
bulan) secara teori tidak mungkin terjadi paru2 yang belum mengembang. Paru
tidak mengembang hanya terjadi pada bayi usia kehamilan < 35 minggu) Bayi
seperti ini menurut penelitian beresiko asthma (sering batuk/bila batuk sering
dahak berlebihan )sebelum usia prasekolah.
* Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi
(Sehingga beresiko kepala peyang) karena hidung buntu, atau minum dominan
hanya satu sisi bagian payudara. Karena hidung buntu dan bernapas dengan mulut
waktu minum ASI sering tersedak
* Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua
sisi.
* Karena pencernaan terganggu bayi sering minum berlebihan atau sering minta
minum berakibat berat badan lebih dan kegemukan (umur <1tahun).
* Kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat. Sering
berkeringat (berlebihan) terutama dahi, daerah rambut meskipun dalam suhu udara
dingin dan menggunakan ac.
* Gangguan hormonal : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah
bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok, timbul banyak bintil kemerahan

dengan cairan putih (eritema toksikum) atau papula warna putih


Reaksi simpang makanan seperti ketidakcocokan susu formula terutama
mengganggu sistem saluran cerna. Gangguan saluran cerna tersebut kadang
mengakibatkan gangguan permeabilitas pada saluran cerna atau leaky gut. Banyak
penelitian terakhir mengungkapkan bahwa gangguan saluran cerna kronis dengan
berbagai mekanisme imunopatofisiologis dan imunopatobiologis ternyata dapat
mengakibatkan gangguan neurofungsional otak. Gangguan fungsi otak tersebut
mempengaruhi gangguan perilaku seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi,
gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga memperberat
gejala ADHD dan Autis.
Tabel 2. Gangguan perilaku dan motorik (gangguan neuroanatomis dan
neurofisiologis) yang sering diperberat dan dikaitkan karena reaksi alergi atau
reaksi simpang susu formula
* GANGGUAN NEURO ANATOMIS : Mudah kaget bila ada suara yang mengganggu.
Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar. Kaki sering dijulurkan lurus dan
kaku. Breath Holding spell : bila menangis napas berhenti beberapa detik kadang
disertai sikter bibir biru dan tangan kaku. Mata sering juling (strabismus). Kejang
tanpa disertai ganggguan EEG (EEG normal)
* GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN
Usia < 1 bulan sudah bisa miring atau membalikkan badan. Usia < 6 bulan:
mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, tidak
bisa diselimuti (dibedong). Kepala sering digerakkan secara kaku ke belakang,
sehingga posisi badan bayi mlengkung ke luar. Bila digendomg tidak senang
dalam posisi tidur, tetapi lebih suka posisi berdiri.
Usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering
menggerakkan kepala dan badan atas ke belakang, memukul dan membentur
benturkan kepala. Kadang timbul kepala sering bergoyang atau mengelenggelengkan kepala. Sering kebentur kepala atau jatuh dari tempat tidur.
* GANGGUAN TIDUR (biasanya MALAM-PAGI) gelisah,bolak-balik ujung ke ujung; bila
tidur posisi nungging atau tengkurap; berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur;
sulit tidur atau mata sering terbuka pada malam hari tetapi siang hari tidur terus;
usia lebih 9 bulan malam sering terbangun atau tba-tiba duduk dan tidur lagi,
* AGRESIF MENINGKAT, pada usia lebih 6 bulan sering memukul muka atau menarik
rambut orang yang menggendong. Sering menggigit, menjilat tangan atau
punggung orang yang menggendong. Sering menggigit putting susu ibu bagi bayi
yang minum ASI, Setelah usia 4 bulan sering secara berlebihan memasukkan
sesuatu ke mulut. Tampak anak sering memasukkan ke dua tangan atau kaki ke
dalam mulut.
* GANGGUAN KONSENTRASI : cepat bosan thd sesuatu aktifitas bermain, bila diberi
cerita bergambar sering tidak bisa lama memperhatikan. Tidak menyukai tempat
yang sempit seperti box bayi atau ruangan kamar yang kecil. Sehingga sering minta

keluar ruangan atau halaman luar rumah.


* EMOSI MENINGKAT, sering menangis, berteriak dan bila minta minum susu sering
terburu-buru tidak sabaran.
* GANGGUAN MOTORIK DAN KOORDINASI : Pada POLA PERKEMBANGAN NORMAL
adalah BOLAK-BALIK, DUDUK, MERANGKAK, BERDIRI DAN BERJALAN sesuai usia.
Pada gangguan keterlambatan motorik biasanya bolak balik pada usia lebih 5 bulan,
usia 6 8 bulan tidak duduk dan merangkak, setelah usia 8 bulan langsung berdiri
dan berjalan.
* KETERLAMBATAN BICARA: Tidak mengeluarkan kata umur < 15 bulan, ,
kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang sebelumnya bisa. Bila
tidak ada gangguan kontak mata, gangguan pendengaran, dan gangguan
intelektual biasanya usia lebih 2 tahun membaik.
* IMPULSIF : banyak tersenyum dan tertawa berlebihan, lebih dominan berteriak
daripada mengoceh.
* Jangka panjang akan memperberat gangguan perilaku tertentu bila anak
mengalami bakat genetik seperti ADHD (hiperaktif) dan AUTISME (hiperaktif,
keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi)
BERBAGAI JENIS SUSU FORMULA
Susu sebagai minuman utama pada bayi terdiri dari ASI, PASI atau susu formula
(comercial formula) dan Non Formula. ASI merupakan makanan bayi yang paling
sempurna, kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal pada anak. ASI juga mengandung zat untuk
perkembangan kecerdasan, zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit) dan
dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu. Manfaat bagi ibu
dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan
kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara,
dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu.
PASI (Pengganti Air Susu Ibu) adalah merupakan alternatif terakhir bila memang ASI
tidak keluar, kurang atau mungkin karena sebab lainnya. PASI adalah makanan bayi
yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi sampai berumur enam bulan. PASI dapat dikelompokkan
menjadi susu formula awal (starting formula), susu lanjutan (Followup Formula) .dan
susu formula khusus (specific formula). Starting Formula biasanya diberikan sejak
lahir sebelum usia 6 bulan dan Followup Formula diberikan di atas usia 6 bulan.
Spesific formula merupakan formula khusus yang diberikan pada bayi yang
mengalami gangguan malabsorbsi, alergi, intoleransi ataupun penyakit metabolik.
Susu formula khusus ini sangat banyak dan bervariasi yang berisi formula tertentu
bagi keadaan yang tertentu pula. Diantaranya adalah susu hidrolisa protein ektensif
seperti Pepti junior, pregestimil, atau yang paling ekstensif seperti Neocate.
Golongan susu tersebut termasuk yang paling aman karena komposisinya tanpa
laktosa, mengandung banyak lemak MCT (monochain trigliserida) dan protein susu

yang lebih mudah dicerna. Susu formula khusus ini digunakan untuk penderita
alergi susu sapi, alergi susu kedelai, malabsorspsi dan sebaginya.
Susu formula khusus lainnya adalah susu hidrolisat protein parsial, seperti NAN HA
atau Enfa HA. Golongan susu ini biasanya digunakan untuk bayi yang beresiko
alergi atau untuk mencegah gejala alergi agar tidak semakin memberat dikemudian
hari. Untuk pencegahan alergi biasanya hanya digunakan sejak lahir hingga usia 6
bulan. Sebenarnya susu ini bukan digunakan untuk penderita alergi susu sapi.
Tetapi dalam keadaan gejala alergi yang ringan tampaknya penggunaan susu ini
sangat bermanfaat.
Susu formula khusus kedelai atau susu formula soya adalah susu formula yang
mengandung bahan dasar kedelai sebagai pengganti susu sapi. Susu formula soya
yang saat ini beredar di Indonesia adalah isomil, nutrisoya, prosobee dan
sebagainya. Susu formula khusus lainnya adalah susu bebas atau rendah laktosa.
Susu formula khusus ini digunakan untuk penderita intoleransi laktosa.
Non formula, merupakan susu yang sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai
PASI. Contoh susu non formula adalah susu sapi segar, susu skim atau susu kental
manis. Susu ini komposisinya tidak sesuai dengan komposisi yang
direkomendasikan oleh FDA atau komposisinya tidak sesuai dengan kebutuhan bayi.
Susu formula sangat berbeda dengan susu sapi murni, meski bahan baku susu
formula dari susu sapi. Dalam susu formula, ada tambahan nutrisi yang sudah
terukur dan disesuaikan dengan gizi yang dibutuhkan bayi. Karena itu, pemberian
susu formula kepada bayi harus sesuai dengan kebutuhan bayi dan kandungan
yang telah dianjurkan.
STRATEGI PEMILIHAN SUSU FORMULA
Bagaimana strategi atau langkah yang tepat dalam melakukan pemilihan susu
formula yang terbaik bagi anak. Langkah awal yang harus dilakukan adalah
menentukan apakah anak mempunyai resiko alergi atau intoleransi susu sapi.
Resiko ini terjadi bila ada salah satu atau kedua orangtua pernah mengalami alergi,
asma atau ketidak cocokan terhadap susu sapi. Langkah ke dua, harus cermat
dalam mengamati kondisi dan gangguan yang terjadi pada anak sejak lahir. Gejala
yang harus di amati adalah gejala gangguan saluran cerna, gangguan perilaku dan
gangguan organ tubuh lainnya sejak bayi lahir
Bila terdapat resiko alergi dan gejala lain seperti di atas, harus lebih cermat dalam
melakukan pemilihan susu. Kalau perlu lakukan konsultasi lebih jauh kepada dokter
spesialis alergi anak, gastroenterologi anak atau metabolik dan endokrinologi anak
Cermati gangguan organ tubuh yang terjadi terus menerus dan terjadi jangka
panjang seperti sering batuk, sesak, diare (buang air besar > 2 kali perhari), sulit
buang air besar. Bila terjadi sebaiknya harus lebih dicermati apakah gangguan ini
berkaitan karena ketidakcocokan susu formula.

Sering terjadi overdiagnosis dalam menentukan anak menderita alergi susu sapi.
Sebaiknya jangan terlalu cepat memvonis alergi susu sapi pada bayi. Reaksi alergi
yang timbul bukan saja terjadi karena susu formula. Dalam pemberian ASI, diet
yang dikonsumsi ibu juga dapat mengakibatkan gangguan alergi. Dalam keadaan
bayi mengalami infeksi batuk, panas dan pilek sering mengalami gangguan seperti
reaksi alergi khususnya pada kulit, saluran cerna dan hipersekresi bronkus (lendir
yang berlebihan). Hal lain sering terjadi anak divonis alergi susu sapi padahal
sebelumnya penggunaan susu sapi tidak menimbulkan masalah kesehatan. Alergi
susu sapi biasanya semakin pertambahan usia akan semakin membaik, bukan
sebaliknya. Alergi susu sapi biasanya terjadi sejak lahir. Bila gejala alergi baru
timbul di atas usia 6 bulan, penyebabnya sangat mungkin bukan susu sapi. Kita
harus mencermati alergi terhadap makanan lainnya yang biasanya mulai dikenalkan
pada usia tersebut. Penderita alergi makanan, selain alergi terhadap susu sapi juga
mengalami alergi terhadap makanan tertentu. Anak yang mengalami alergi susu
sapi, ternyata didapatkan sekitar 30 40% mengalami alergi susu soya (kedelai).
Tetapi susu soya merupakan pilihan pertama untuk anak alergi susu sapi pada usia
di atas 6 bulan.
Bila anak mengalami alergi susu sapi yang ringan seperti gangguan kulit dan
saluran cerna ringan akan bisa menerima susu sapi tersebut sekitar usia 1 tahun.
Bila mengakibatkan gangguan berat seperti batuk, asma dan muntah biasanya
akan bisa menerima susu sapi di atas usia 2 hingga 5 tahun.
Bila mencurigai ketidak cocokan susu formula, jangan terlalu cepat memvonis susu
sapi adalah penyebabnya. Ketidakcocokan susu formula belum tentu hanya karena
kandungan susu sapinya. Gangguan bisa timbul karena kandungan yang terdapat
dalam susu formula seperti laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat,
strawberi, madu dll), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak
kelapa sawit dan sebagainya. Proses pengolahan bahan dasar susu sapi ternyata
juga bisa berpengaruh. Beberapa cara proses pengolahan susu sapi tertentu dapat
menghilangkan protein tertentu yang dapat menyebabkan gangguan alergi.
Perbedaan ini dapat diamati dengan perbedaan bau susu formula tersebut. Susu
sapi formula satu dengan yang lainnya kadang bau ketajaman susu sapinya
berbeda.
Penggantian ketidakcocokan susu formula tidak harus selalu dengan susu soya atau
susu hipoalergenik. Jadi, bila mencurigai ketidak cocokan susu jangan terlalu cepat
mengganti dengan susu soya atau susu hipoalergi lainnya. Bila gangguannya ringan
dengan penggantian susu sapi formula yang sejenis gangguan tersebut dapat
berkurang. Misalnya, penggantian susu yang tidak mengandung DHA gangguan
kulit bisa menghilang. Buang air besar yang sulit dengan pengantian susu sapi
tertentu yang tidak mengandung kelapa sawit gangguannya membaik. Demikian
pula gangguan penderita yang sering batuk, dengan mengganti susu sapi formula

tertentu dapat mengurangi gangguan itu.


Pemberian susu formula khusus seperti susu soya, susu peptijunior atau susu
hipoalergenik sering dianggap tidak bergizi dibanding susu formula lainnya.
Sebenarnya secara umum pendapat ini tidak benar. Setiap susu formula kandungan
vitamin, mineral dan kalorinya adalah sama, sudah sesuai standar FDA. Harus
sesuai dengan kebutuhan anak menurut usianya. Memang susu tersebut tidak
mengandung AA, DHA, dan kandungan kecerdasan lainnya. Padahal penambahan
kandungan zat tersebut masih belum terbukti secara klinis. Sedangkan bila susu
formula lainnya tetap dipaksakan maka banyak gangguan fungsi organ tubuh dan
ganggua perilaku yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Hal ini justru akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selain ketidakcocokan susu, pertimbangan berikutnya dalam pemilihan susu adalah
masalah harga. Sesuaikan pemilihan jenis susu dengan kondisi ekonomi keluarga.
Harga susu tidak secara langsung berkaitan dengan kualitas kandungan gizinya.
Meskipun susu tersebut murah belum tentu kalori, vitamin dan mineralnya kurang
baik. Selama jumlah, jenisnya sesuai untuk usia anak dan tidak ada gangguan maka
itu adalah susu yang terbaik untuk tumbuh kembang anak tersebut. Semua susu
formula susu yang beredar untuk bayi dan anak jumlah kandungan kalori, vitamin
dan mineralnya tidak berbeda jauh. Perbedaan harga tersebut mungkin dipengaruhi
oleh penambahan kandungan AA, DHA dan sebagainya di dalam susu formula.
Pertimbangan lainnya yang penting adalah mudah didapat, baik dalam hal tempat
pembelian dan penyediaan produk. Berganti-ganti jenis susu untuk seorang anak
tidak harus dikawatirkan selama tidak ada gangguan penerimaan susu tersebut.
Bila tidak terdapat resiko dan gejala alergi langkah berikutnya coba susu formula
yang sesuai usia anak apapun merek dan jenisnya. Amati tanda dan gejala yang
ditimbulkan, bila tidak ada keluhan teruskan pemberian susu tersebut dengan
jumlah sesuai yang dibutuhkan anak.
KESIMPULAN
Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak adalah susu
yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Pertimbangan lain adalah
pertimbangan harga susu yang harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga
dan harus mudah didapatkan di pasaran.
Reaksi simpang makanan yang diakibatkan susu formula bisa disebabkan karena
beberapa komposisi yang terkandung di dalamnya. Baik berupa reaksi alergi,
intoleransi, atau reaksi simpang lainnya. Reaksi tersebut dapat mengganggu
beberapa organ tubuh dan perilaku pada anak.

Anda mungkin juga menyukai