Penyaji:
Muhammad Darry Aprilio Pasaribu
140100214
Pembimbing:
dr. Lily Rahmawati, Sp.A., IBCLC
Supervisor:
dr. Hj. Sri Sofyani, M.Ked(Ped)., Sp.A(K)
dr. Lily Rahmawati, Sp.A., IBCLC
dr. Monalisa Elisabeth, M.Ked(Ped)., Sp.A
dr. Ika Citra Dewi Tanjung, M.Ked(Ped)., Sp.A
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
penyuluhan ini dengan judul “ASI Versus Susu Formula”.
Penulisan makalah penyuluhan ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah penyuluhan ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah penyuluhan selanjutnya. Semoga makalah penyuluhan ini bermanfaat,
akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pada susu sapi. Kolesterol ASI tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pertumbuhan otak. Kolesterol juga berfungsi dalam pembentukan enzim
metabolisme kolesterol yang mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari
sehingga dapat mencegah serangan jantung dan arteriosklerosis pada usia muda.
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya lebih
banyak dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30 % lebih
banyak dari susu sapi. Salah satu produk dari laktosa adalah galaktosa yang
merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh.
Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk
pertumbuhan tulang. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang
baik yaitu, Lactobacillis bifidus. Fermentasi laktosa menghasilkan asam laktat
yang memberikan suasana asam dalam usus bayi sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri patogen.
Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna), sedangkan protein
utama susu sapi adalah kasein (sukar dicerna). Rasio whey dan kasein dalam ASI
adalah 60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya 20:80. ASI tentu lebih
menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein.
ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung
lactoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Selain
itu, pemberian ASI eksklusif dapat menghindarkan bayi dari alergen karena
setelah 6 bulan usus bayi mulai matang dan bersifat lebih protektif.
ASI juga mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan sebagai
sistem imun usus bayi dari bakteri patogen. Laktoferin membiarkan flora normal
usus untuk tumbuh dan membunuh bakteri patogen. Zat imun lain dalam ASI
adalah suatu kelompok antibiotik alami yaitu lysosyme.
Protein istimewa lainnya yang hanya terdapat di ASI adalah taurine yang
diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting untuk
pertumbuhan retina. Susu sapi tidak mengandung taurine sama sekali.
ASI sebagai imunisasi aktif merangsang pembentukan daya tahan tubuh
bayi. Selain itu, ASI juga berperan sebagai imunisasi pasif yaitu dengan adanya
7
bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan ASI atau sebagai tambahan jika
produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Penggunaan susu formula ini
sebaiknya meminta nasehat kepada petugas kesehatan agar penggunaannya tepat
(Nasar, dkk, 2005).
Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat
baik hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum
dipergunakan untuk makanan bayi, susunan nutrisi susu formula harus diubah
hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi yang ideal
sehingga perubahan yang dilakukan pada komposisi nutrisi susu sapi harus
sedemikian rupa hingga mendekati susunan nutrisi ASI (Khasanah, 2011).
ml.
terkena infeksi, obesitas atau kegemukan, pemborosan, kekurangan zat besi dan
vitamin, mengandung banyak garam.
Chen dkk (2004) dalam Roesli (2008), bayi yang tidak pernah diberi ASI
berisiko meninggal 25% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada
bayi yang mendapat ASI. Pemberian ASI yang lebih lama akan menurunkan
resiko kematian bayi. Praptiani (2012), menyusui adalah tindakan terbaik
karena memberikan susu melalui botol dapat meningkatkan resiko kesehatan
yang berhubungan dengan pemberian susu formula diantaranya yaitu;
Peningkatan infeksi lambung, infeksi otitis media, infeksi perkemihan, resiko
penyakit atopik pada keluarga yang mengalami riwayat penyakit ini, resiko
kematian bayi secara mendadak, dan risiko diabetes melitus bergantung
insulin.
12
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Khasanah, Nur. (2011). ASI atau susu formula ya? Yogyakarta: Flash Book.
Nasar, dkk. (2005). Makanan bayi dan ibu menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Putri, R. S. (2010). Gambaran pengetahuan ibu tentang susu formula pada bayi 0-
6 bulan di Puskesmas Sidomulyo. Tidak dipublikasikan: Karya Tulis Ilmiah
Program D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri.
Diperoleh tanggal 8 Juni 2015.
Suririnah. (2009). Buku pintar kehamilan dan persalinan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.