Anda di halaman 1dari 31

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula

Menurut Roesli (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula yaitu:

1. ASI tidak cukup


Alasan ini merupakan alasan utama bagi ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun
banyak ibu yang merasa ASInya kurang,tetapi hanya sedikit (2-5%) yang secara biologis
memang kurang produksi ASInya. Selebihnya ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk
bayinya.

2. Ibu bekerja dengan cuti hamil 3 bulan


Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI, karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi
ASI perah yang diperoleh sehari sebelumnya.

3. Takut ditinggal suami


Alasan ini karena mitos yang salah, yaitu menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi
jelek. Sebenarnya yang mengubah bentuk payudara adalah waktu kehamilan bukan menyusui.

4. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja.
Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak karena terlalu sering didekap dan dibelai adalah
tidak benar. Justru anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja, dan agresif karena kurang
diperhatikan oleh orang tua dan keluarga

5. Susu formula lebih praktis


Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau listrik untuk
memasak air, peralatan yang harus steril, dan waktu untuk mendinginkan susu formula.
Sementara ASI siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan api, listrik,
dan perlengkapan yang harus steril.

6. Takut badan gemuk


Pendapat bahwa ibu menyusui akan sulit menurunkan berat badan adalah tidak benar.
Didapatkan bukti bahwa menyusui akan menurunkan berat badan lebih cepat daripada ibu yang
tidak menyusui. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses
menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sulit untuk menghilangkan
timbunan lemak tersebut.
Kurniasih (2008) menambahkan bahwa alasan ibu memberikan susu formula yaitu:
a. Stress sehingga menghambat produksi ASI
b. Puting susu ibu masuk kedalam sehingga bayi kesulitan untuk menghisap ASI
c. Ibu menderita sakit tertentu semisal kanker atau jantung sehingga harus mengkonsumsi obat-
obatan yang dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi
d. Kurang percaya diri
e. Ibu kecanduan narkotika dan zat adiktif lainya (NAPZA)

Dampak pemberian susu formula

Berbagai dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula,
antara lain:

1. Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)


Judarwanto (2007) menjelaskan bahwa anak yang sering mendapatkan susu formula lebih sering
muntah/gumoh, kembung, “cegukan”, sering buang angin, sering rewel, gelisah terutama malam
hari. Sering buang air besar (>3 kali perhari), tidak BAB setiap hari, feses berwarna hijau, hitam,
berbau, sangat keras, cair atau berdarah, hernia umbilikalis (pusar menonjol), inguinalis
(benjolan diselakangan, daerah buah zakar atau pusar) karena sering ngeden sehingga tekanan
dalam perut meningkat. Gangguan ini merupakan biasanya reaksi bayi pada saat saluran
pencernaan beradaptasi terhadap susu formula (Raizah, 2008)

2. Infeksi saluran pernafasan


Bila gangguan saluran pencernaan terjadi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan daya tahan
tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA (batuk, pilek, panas,
tonsillitis/amandel) berulang dan kadang setiap bulan atau lebih (Judarwanto, 2007).
3. Meningkatkan resiko serangan asma
Para peneliti telah mengevaluasi terhadap efek perlindungan dari pemberian ASI, bahwa
pemberian ASI melindungi terhadap asma dan penyakit alergi lain. Sebaliknya, pemberian susu
formula dapat meningkatkan resiko tersebut (Oddy dkk (2003) dalam Roesli, 2008).

4. Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif


Menurut penelitian Smith dkk (2003) dalam Roesli (2008),bayi yang tidak diberi ASI ternyata
mempunyai skor lebih rendah dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal, dan
kemampuan visual motorik dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI.

5. Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amstrong dkk (2002) dalam Roesli (2008)
membuktikan bahwa kegemukan jauh lebih tinggi pada anak-anak yang diberi susu formula.
Kries (1999) dalam Roesli (2008) menambahkan bahwa kejadian obesitas mencapai 4,5%-40%
lebih tinggi pada anak yang tidak pernah diberikan ASI.

6. Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah


Anak yang mendapat susu formula tekanan darahnya lebih tinggi daripada anak yang mendapat
ASI. Para peneliti menyimpulkan bahwa pemberian ASI pada anak yang lahir prematur dapat
menurunkan darah pada tahun berikutnya (Singhal dkk (2001) dalam Roesli, 2008).

7. Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang tercemar
Dari kasus merebaknya wabah Enterobacteri zakazakii di Amerika Serikat, dilaporkan kematian
bayi berusia 20 hari yang mengalami demam, takikardia, menurunnya aliran darah, dan kejang
pada usia 11 hari. Kuman ditemukan pada susu formula tercemar yang dipakai unit perawatan
intensif neonatal tersebut (Weir (2002) dalam Roesli, 2008).

8. Meningkatkan kurang gizi


Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat pengeluaran dapat mengakibatkan
kekurangan gizi karena asupan kurang pada bayi. Secara tidak langsung, kurang gizi juga akan
terjadi jika anak sering sakit, terutama diare, dan radang pernafasan (Roesli, 2008).

9. Meningkatkan resiko kematian


Menurut Chen dkk (2004) dalam Roesli (2008), bayi yang tidak pernah mendapat ASI berisiko
meninggal 25% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI.
Pemberian ASI yang lebih lama akan menurunkan resiko mortalitas bayi.

10. Meningkatkan kejadian karies gigi susu


Sukrosa merupakan sejenis karbohidrat dalam susu yang dapat mamberikan rasa manis dan
sumber energi cepat untuk tubuh (dapat meningkatkan gula darahdalam waktu singkat).
Konsumsi sukrosa dalam jumlah berlebihan dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
karies gigi.
Kebiasaan anak minum susu formula dengan menggunakan botol saat menjelang tidur dapat
menyebabkan karies gigi. Laktosa dan sukrosa dalam sisa susu yang tergenang dalam mulut
sepanjang malam akan mengalami proses hidrolisa oleh bakteri plak menjadi asam (Retno,
2001).

Jika makanan yang dimakan mengandung gula, pH mulut akan turun dalam waktu 2,5 menit dan
tetap rendah selama 1 jam. Bila gula yang mengandung sukrosa dikonsumsi 3 kali sehari, artinya
pH mulut selama 3 jam akan berada dibawah 5,5. Demineralisasi ini tidak terjadi di permukaan,
melainkan subsurface/lapisan di bawah permukaan gigi. Proses demineralisasi yang terjadi
selama periode waktu ini sudah cukup untuk mengikis lapisan email (Nita,2007)

Seberapa Khasiat Susu Formula?


Pada kajian pagi pada hari Ahad 17 Juni 2012 di nDalem Ksatrian. Ust. Mahsun Maftuhin
menuturkan suatu hal yang baru saya tahu dan sangat mengenjutkan. Bahwa susu kaleng
(Formula) ternyata jauh lebih rendah dari khasiat yang terkandung dalam ASI. Menurut beliau,
Susu Formula tidak lebih dari 10 % khasiat yang terkandung dalam ASI.

Dan tindakan luar biasa dilakukan oleh khalifah Umar Bin Khattab yang menjadi khalifah
kedua dalam sejarah Khulafa`ur Rosyidin. Yaitu pada tahun 634-644. Salah kebijakannya yang
luar biasa adalah mewajibkan seorang Ibu memberikan Susu exklusive (ASI) selama 2 Tahun
kepada putera/puterinya. Karena menurut beliau, pemberian ASI memberikan dampak sangat
positif bagi perkembangan fisik maupun perkembangan otak balita. Dan hal tersebut akan
membuat generasi Islam menjadi generasi yang baik. Bahkan, Umar Bin Khattab memberikan
dana tunjangan bagi seorang Ibu yang bersedia menyusui puteranya sampai anak tersebut
berumur 2 tahun. Ini bukti bahwa ASI memang sangat dibutuhkan oleh balita pada usia 0-2
Tahun.

sebegitu penasarannya dengan ungkapan tersebut {(Karena sekarang semakin banyaknya


perempuan sekarang yang memilih memberikan susu formula daripada Susu Exklusive)}. Maka
saya pun mencari kebenaran hal tersebut di Internet. Dan hasilnnya, memang ada beberapa orang
dokter yang berpendapat bahwa ASI memang jauh lebih berkhasiat dari susu formula.

“Hubertin mengatakan bahwa kandungan susu formula tidak sebaik kandungan nutrisi yang
terdapat di dalam air susu ibu (ASI). Dia mencontohkan taurin, asam amino rantai panjang,
untuk proses maturasi otak banyak terdapat di ASI dan hanya sedikit terkandung pada susu sapi”

Bahkan susu formula sendiri juga memberikan dampak yang negatif bagi balita yang
mengkonsumsinya.

“Hesti Kristina P. Tobing, Wakil Ketua Ikatan konselor Menyusui Indonesia (IKMI),
mengatakan, yang perlu diketahui oleh para ibu menyusui adalah bahwa tidak ada satu pun susu
formula yang bebas dari kuman. Bahkan menurut WHO dan FDA semua susu formula tidak
steril dan berisiko terkena bakteri termasuk sakazakii

Pemberian susu formula pada bayi baru lahir ternyata memberi risiko yang tak ringan. Otak bayi
berpotensi tidak berkembang akibat terlalu banyak mengkonsumsi susu formula. ”Risiko sistem
jaringan otak tidak terbangun sebesar 20 persen,” kata Penasihat Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
DKI Jakarta, Sri Purwanti Hubertin

Dalam sebuah artikel Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disebutkan susu formula lebih
banyak mengandung protein casein hingga 80 persen yang sulit dicerna usus bayi yang pada
akhirnya dibuang oleh bayi. Pembuangan protein casein tersebut lewat ginjal, sehingga ginjal
bayi sudah dipaksa untuk membuang casein. Ginjal bayi yang sudah bekerja membuang protein
casein, dikatakan Hubertin, menjadi salah satu pemicu banyak kasus gagal ginjal terjadi pada
anak. Ia mencontohkan saat ini anak usia 14-15 tahun ada yang sudah menderita gagal ginjal.
”Risiko lain dari konsumsi susu formula adalah mudahnya terjadi pengapuran pada pembuluh
darah,” kata Hubertin. Karena lemak di dalam ASI selain sebagai nutrisi juga membentuk enzim
penghancur lemak yang tidak diperlukan tubuh. Pada susu formula enzim penhancur tidak
terbentuk sehingga lemak berdiam di dalam tubuh yang menyebabkan pengapuran pada
pembuluh darah. ”Yang terlihat saat ini banyak orang stroke muda. Salah satu penyebabnya
adalah pengapuran yang terjadi pada pembuluh darah,” tutur dia.

Beberapa risiko tersebut menyebabkan pemberian ASI sangat penting bagi bayi baru lahir. Ibu
harus paham betapa pentingnya ASI bagi bayi. Namun Hubertin menyayangkan masih banyak
petugas kesehatan maupun fasilias kesehatan yang belum menyadari pentingnya ASI bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sehingga mereka kurang mendorong pemberian ASI pada
bayi baru lahir.

Suatu rekomendasi menyebutkan, anak usia 0-6 bulan hanya perlu diberikan ASI ekslusif
karena ASI sudah memenuhi 100 persen kebutuhan bayi. Memasuki usia 6 bulan sampai 1 tahun
tahun, ASI masih tetap diperlukan karena memenuhi 60-70 persen kebutuhan bayi. Sedangkan
pada usia 1-2 tahun ASI masih memenuhi 30 persen kebutuhan bayi.

Susu formula, lanjut Hesti, memang menjadi bisnis yang luar biasa. Ia mengungkapkan
bahwa produsen susu di dunia saat ini tengah mengincar China dan Indonesia sebagai target
pemasaran, karena pertumbuhan penduduknya yang paling besar.

Dulu sebenarnya Indonesia sudah menyepakati tentang kode internasional pemasaran susu
formula. Indonesia salah satu negara yang ikut menandatangani bahwa sebenarnya sampai usia
dua tahun tidak boleh ada iklan produk susu formula.

“Tapi sayangnya penerapan di Indonesia hanya sampai satu tahun dan itu pun masih
dilanggar,” tutupnya.

Walaupun sudah ada anjuran untuk memberikan ASI sebagai susu terbaik bagi bayi, banyak ibu
muda yang memberikan susu sapi pada bayi mereka. Ada yang memberikan susu sapi
formula sebagai susu sambung, dan ada juga yang memberikan nya dari semenjak si bayi
dilahirkan.
Banyak faktor yang menjadi alasan pemberian susu formula. Faktor bayi lahir prematur biasanya
yang paling banyak menjadi sebab pemberian susu formula. Karena kondisi bayi yang lemah dan
lebih kecil ukurannya menyebabkan sang ibu kesulitan memberikan ASI mereka. Selain itu bagi
mereka yang lahir dengan menggunakan operasi juga sedikit kesulitan karena kondisi sang ibu
yang lemah setelah operasi. Namun untuk bayi yang dilahirkan secara normal maka akan sangat
disayangkan jika memberikan susu formula saja. Karena baik sang bayi maupun sang ibu tidak
terlalu mengalami kesulitan saat pemberian ASI.
Sungguh ada pengaruh yang begitu nyata pada proses perkembangan anak akibat
pemberian susu sapi formula. Pengaruh yang paling nyata adalah pada tingkah laku anak.
Mereka yang mendapatkan ASI dari lahir hingga usia dua tahun, akan memiliki kepribadian dan
perkembangan emosional yang baik. Mereka akan lebih mudah tersentuh saat melihat situasi
yang membuat mereka sedih. Selain itu anak yang mendapatkan cukup ASI akan jauh lebih
sensitif dan tanggap dengan keadaan sekitarnya. Hingga mereka mudah untuk mematuhi dan
menerima aturan dalam keluarga.

Anak saya yang baru berusia 1.5 tahun sudah bisa menyambut saya dengan membawakan sepatu
saya setelah pulang kerja. Sementara anak saya yang sudah 4 tahun, tidak pernah melakukannya.
Dan saya tidak pernah menyuruhnya. Kemudian contoh yang lain adalah sulitnya anak untuk
mematuhi aturan yang kita terapkan. Butuh berulang kali penjelasan dan teriakan untuk membuat
anak kita mematuhi aturan yang kita buat. Dan hal ini berbeda pada anak saya yang mendapatkan
ASI dari lahir. Dia akan mudah menerima dan mematuhi aturan yang diterapkan. Ya sewajarnya
kebandelan sebagai anak balita. Contohnya adalah larangan untuk tidak menyakiti orang lain.
Semisal merebut mainan, memukul adik, atau berbagi makanan. Hal sama yang saya terapkan
pada anak anak. Namun mendapatkan respon yang berbeda.

Contoh yang lain adalah rasa peka pada anak. Ada kawan yang bercerita bahwa anaknya
melarang dia berbicara dengan nada yang tinggi pada istrinya. Padahal pembicaraan mereka
hanya obrolan biasa. Namun si anak merasa bahwa hal itu bisa menyakiti perasaan sang ibu.
Hingga kesedihan nampak jelas pada permintaan anaknya. Dan masih banyak contoh yang saya
rasakan.

Ini artinya anak yang mendapatkan ASI jauh lebih peka dengan keadaan di sekitarnya. Mereka
akan lebih peka dengan lingkungannya. Peka terhadap apa yang terjadi pada sekelilingnya.
Disamping mudahnya kita untuk menerapkan aturan dalam keluarga. Maka bisa jadi munculnya
ketidak pekaan pada remaja kita adalah faktor ASI yang mereka dapat. Banyak guru yang
kesulitan menghadapi kenakalan anak didik nya. Mudahnya remaja kita untuk emosi dan
bertindak anarkis. Apalagi memang kurangnya pendekatan emosional dan ajaran agama
yang mereka dapatkan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu firman Allah yang berbicara tentang pengasuhan anak adalah tentang
pemberian air susu ibu (ASI). Orang islam dan beriman diminta Allah untuk menyusui bayi-
bayinya atau menyusukan bayi mereka kepada orang lain. Ibu-ibu muslimin diminta untuk
menyempurnakan persusuan hingga 2 tahun saat penyapihan dimulai. Air susu ibu merupakan
makanan yang terbaik bagi bayi dan juga sebagai zat pelindung yang dapat mencegah terjadinya
penyakit infeksi pada bayi, karena kandungan ASI sesuai untuk masa pertumbuhan dan
perkembangan bayi. ASI mengandung sel darah putih, anti bodi, hormon serta zat yang dapat
membunuh bakteri dan virus, sehingga angka kesakitan dan angka kematian bayi berkurang,
karena ASI dapat mencegah reaksi alergi dan asma. ASI mempunyai suhu yang sesuai dan ASI
lebih mudah disiapkan dan lebih mudah dicerna (Roesli, 2011: 45).
Menurut WHO, (2013), setiap tahun terdapat 1 – 1,5 juta bayi di dunia meninggal karena
tidak diberi ASI secara Eksklusif kepada sang buah hati. Sayangnya, masih banyak ibu yang
kurang memahami manfaat pentingnya pemberian ASI utuk sang buah hati, ASI eksklusif sangat
penting sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena semua kandungan gizi ada pada ASI yang sangat
berguna.
Kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan pada akhirnya ibu memberikan susu formula yang
berbahaya bagi kesehatan bayi.
Bayi yang diberi susu formula mengalami kesakitan diare 10 kali lebih banyak yang
menyebabkan angka kematian bayi juga 10 kali lebih banyak, infeksi usus karena bakteri dan
jamur empat kali lipat lebih banyak, sariawan mulut karena jamur enam kali lebih banyak.
Berdasarkan data yang di dapat oleh peneliti mengenai dampak pemberian susu formula harus di
kurangi. Karena selain menambah angka kematian bayi juga mampu menyababkan bayi mudah
terjangkit berbagai macam penyakit.
Penggunaan susu formula berisiko tercemar berbagai virus, tetapi kebalikannya ASI
mengandung antibodi terhadap berbagai jenis virus, antara lain poliovorus, coxsakievirus,
echovirus, influenza virus, reovirus, respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus dan rhinovirus.
Telah terbukti bahwa ASI menghambat pertumbuhan virus-virus tersebut, misalnya kolostrum
yang terdapat dalam ASI mempunyai aktivitas menetralisasi terhadap RSV. Virus ini
mengancam jiwa dan sering sebagai penyebab bayi dirawat di beberapa negara berkembang.
Bayi yang dirawat karena menderita infeksi RSV jauh lebih sedikit pada kelompok yang
mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula (7% vs 28%) (Tumbelaka dan
Karyanti, 2012: 56).
Tidak semua bayi dapat menikmati ASI secara eksklusif dari ibu, hal ini dikarenakan
oleh berbagai keadaan tertentu. Misalnya, keluarga ibu yang memutuskan untuk tidak menyusui
bayi karena terjangkit penyakit, misalnya: tuberculosis (TBC), atau Acuired Immunodeficiency
Syndrom (AIDS). Dengan keadaan tersebut cara lain untuk memenuhi kebutuhan gizi pada bayi
adalah dengan memberikan susu formula sebagai Pengganti Air Susu Ibu (PASI) (Roesli, 2012;
78).
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan… Al Baqarah [2:233]. Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun… Luqman [31:14].
Ayat inilah yang menjadi alasan mengapa ibu yang memiliki anak harus memberikan air susu ibu
kepada anaknya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dines Kesehatan Kabupaten Bulukumba tahun
2012 terdapat 7106 jumlah bayi ,tahun 2013 tedapat 7141 jumlah bayi, dan pada tahun 2014
terdapat 6883 jumlah bayi. berdasarkan data tahun 2012 jumlah bayi sebanyak 7106 dan tahun
2013 dengan jumlah bayi sebanyak 6883 ini menandakan adanya penurunan angka yang
signifikan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pustu Desa Kahayya jumlah ibu yang memiliki
bayi 0 – 2 tahun pada tahun 2013 di Dusun Tabbuakang sebanyak 17 orang (54%), di Dusun
Kahayya 2 orang (6%), di Dusun Gamaccaya 8 orang (25%), dan di Dusun Siria 5 orang (15)
jumlah keseluruhan 32 orang (100%) , tahun 2014 di Dusun Tabbuakang sebanyak 22 orang
(44%), di Dusun Kahayya 15 orang (30%), di Dusun Gamaccaya 9 orang (18%), dan di Dusun
Siria 4 orang (8%) jumlah keseluruhan 50 orang (100%) dan pada tahun 2015 di Dusun
Tabbuakang sebanyak 7 orang (54%), di Dusun Kahayya 2 orang (15,5%), di Dusun Gamaccaya
1 orang (7,5%), dan di Dusun Siria 3 orang (23%) jumlah keseluruhan 13 (100%), jadi jumlah
keseluruhan dari 4 dusun mulai tahun 2013 sampai 2015 yaitu sebanyak 95 orang.
Dari latar belakang yang menunjukan bahwa ada banyak ibu yang member susu
formula pada, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitain mengenai
“Gambaran Pengetahuarin Ibu Tentang Dampak Pemberian Susu Formla Pada Bayi 0 – 6
Bulan Di Desa Kahayya, Kecematan Kindang, Kabupaten Bulukumba”.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu
tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan
Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015?”
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6
bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015?

2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada
bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
berdasarkan sumber informasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ibu
Penelitian ini akan menjadi informasi dan masukan dalam meningkatkan pengetahuan ibu
menyusui tentang dampak pemberian susu formula pada bayi
2. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam menerapkan ilmu metode penelitian dan
menambah wawasan pengetahuan tentang dampak pemberian susu formula.
3. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau sumber informasi untuk penelitian berikutnya
dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan


1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Bahtiar, 2010 : 27). Dalam hal ini pengetahuan
orang tua (ibu) tentang penatalaksanaan diare yang diperoleh melalui penginderaan terhadap
objek tertentu.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Anderson (dalam Widodo, 2010: 140) menguraikan tingkat pengetahuan
sebagai berikut:
a. Mengingat (Remembering)
Dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama. Misalnya
seorang ibu dapat mengingat kembali pengetahuannya tentang bagaimana perawatan diare pada
balita.
b. Memahami (Understanding)
Membangun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk lisan, tulisan, dan grafik
komunikasi, termasuk di dalamnya: meringkas, menyimpulkan, mengklasifikasi,
membandingkan, menjelaskan, mencontohkan. Misalnya seorang ibu yang mempunyai balita
diare dapat menyimpulkan dan menjelaskan tentang apa dan bagaimana sebaiknya tindakan yang
tepat untuk dilakukan pada anak yang diare.
c. Menerapkan (Apply)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan ataumengaplikasikan materi yang
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Misalnya seorang ibu yang telah paham
tentang tata laksana diare pada balita maka dia dapat mengaplikasikannya pada saat anaknya
mengalami diare.
d. Menganalisis (Analysze)
Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang
satu dengan yang lainnya. Contoh : seorang ibu dapat membedakan antara diare tanpa dehidrasi,
diare dehidrasi ringan/sedang, diare dehidrasi berat, dan sebagainya.
e. Mengevaluasi (Evaluating)
Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide atau mampu
melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar. Misalnya : seorang ibu dapat menilai
seorang anak menderita diare atau tidak, dan sebagainya.

f. Menciptakan (Creating)
Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau
fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya
hipotesa (Generating), perencanaan (Planning), penghasil (Producing)
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Bahtiar (2010), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengalaman yang sudah
diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya dalam
merawat anaknya yang diare dapat memperluas pengetahuannya tentang bagaimana
penatalaksanaan diare pada anak yang benar dan tepat.
i. Umur
Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini
maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat
atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang. Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia
sudah berumur 60 tahun.
ii. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang
yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan
dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan
tinggi akan pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan
dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
iii. Sumber Informasi
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang
baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang misalnya radio, televise, majalah, koran dan buku. Walaupun seorang ibu
berpendidikan rendah tetapi jika dia memperoleh informasi tentang penatalaksanaan diare pada
balita secara benar dan tepat maka itu akan menambah pengetahuannya.
iv. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang
berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-
fasilitas sumber informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah akan sulit mendapatkan
fasilitas sumber informasi. Tetapi apabila berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan
fasilitas sumber informasi sehingga pengetahuannya akan bertambah.
v. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi
dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu mempunyai persepsi
lain tentang cara merawat balita diare maka hal itu akan mempengaruhi pengetahuannya tentang
perawatan diare pada balita.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) dalam bukunya Dewi dan Wawan (2011: 16-18) menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan antara lain:
a. Faktor Internal
2. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Nursalam, 2003).
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak yang tertuju kepada kedewasaan (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ririn tahun 2011 menunjukkan mayoritas ibu yang berpengetahuan baik adalah
ibu yang berpendidikan tinggi yaitu SMA (Ririn, 2011).
3. Pekerjaan
Menurut Thomas, pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan
(Wawan & Dewi, 2010:17). Berdasarkan hasil penelitian Amiruddin tahun 2006 menunjukkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu (Amiruddin,
2006).
4. Umur
Segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang
yang belu cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan
jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
a. Faktor Eksternal
1) Lingkungan
Ann. Mariner menjelaskan, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok
(Wawan dan Dewi, 2011:18).

2) Sosial Budaya
Sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima
informasi (Wawan dan Dewi, 2011:18).
5. Kriteria Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan dapat
diinterpretasikan yaitu:
a. Baik : hasil presentase 76 % - 100 % dari skor benar.
b. Cukup : hasil presentase 56 % - 75 % dari skor benar.
c. Kurang : hasil presentase <55 % dari skor benar
B. Tinjauan Tentan Susu Formula

1. Defenisi

Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah
komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai
bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Triana,2012).
Susu formula disebut juga dengan susu buatan, oleh karena minuman buatan ini fungsinya
sebagai pengganti susu ibu. Susu formula diproduksi khusus untuk konsumsi khusus seperti susu
untuk bayi, anak dan susu ibu hamil dan menyusui serta orang dewasa lainnya dengan kebutuhan
konsumsi susu tertentu (Triana,2012).

2. Jenis-Jenis Susu Formula

Susu formula terbuat dari susu sapi, susu kedelai, protein hidrolisa yang susunan gizinya
diubah sedemikian rupa sehingga mendekati susunan zat gizi dalam ASI. Di Indonesia telah
beredar berbagai macam susu formula dengan berbagai merek dagang, akan tetapi susu formula
dapat dibagi menjadi tiga golongan menurt (Muchadi, 2010 : 67) yaitu sebagai berikut:
a. Susu formula “adapted”
“Adapted” berarti disesuaikan dengan fisiologis bayi, susu formula ini komposisinya sangat
mendekati ASI, sehingga cocok untuk digunakan bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan.
Formula “adapted” yang beredar di Indonesia antara lain: Vitalac, Nutrilion, Bebelac, Dumex
dan Enfamil.
b. Susu formula “complete starting”
Susunan zat gizi dalam susu formula ini sudah lengkap sehingga dapat diberikan sebagai susu
awal (permulaan). Berbeda dengan susu formula “adapted”, kadar protein dan mineralnya lebih
tinggi dibandingkan susu formula “adapted”, karena cara pembuatan susu formula “complete
starting” lebih mudah dibandingkan dengan susu formula “adapted” maka harga susu formula
“complete starting” lebih murah. Susu formula “complete starting” yang beredar di Indonesia
antara lain: SGM-1, Lactogen-1, dan New Camelpo.

c. Susu formula “follow-up”


Pengertian “follow-up” dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu mengganti susu formula
yang sedang digunakan dengan dengan susu formula “follow-up”. Susu formula ini digunakan
pada bayi yang berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya susu formula ini mengandung protein
dan mineral. Contoh susu formula “follow-up” yaitu antara lain: Lactogen-2, SGM-2, Chilmil,
Promil dan Nutrima.

3. Dampak-dampak Pemberian Susu Formula

Berbagai dampak negative yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula
menurut (Muchadi, 2010 : 70), antan lain :
a. Pencemaran
Susu buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya
setiap selesai memberi minum. Bakteri tumbuh sangat cepat pada minuman buatan.
b. Infeksi
Susu formula tidak mengandung antibody untuk melindungi tubuh bayi terhadap infeksi. Bayi
yang diberi susu formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran nafas.
c. Pemborosan
Ibu dari kelompok ekonomi rendah mungkin tidak mampu membeli cukup susu formula untuk
bayinya. Mereka mungkin memberi dalam jumlah lebih sedikit dan mungkin menaruh sedikit
susu atau bubuk susu kedalam botol, sebagai akibatnya bayi yang diberi susu formula sering
kelaparan dan akhirniya dapat menyebabkan kurangnya gizi pada bayi
d. Kekurangan Vitamin
Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. ASI mengandung lebih banyak
vitamin C dan vitamin D.
e. Kekurangan Zat Besi
Zat besi dari susu formula tidak diserap sempurna seperti zat besi da ASL Bayi yang diberi
minuman buatan seperti susu formula dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi.
f. Lemak Yang Tidak Cocok
Susu formula yang terbuat ddari susu sapi mengandung banyak asam lemak jenuh dibandingkan
ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat di perlukan asam lemak esensial dan asam linoleat
yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak
dan sebagai penyebab kegemukan (obesitas) pada bayi, dan sebagian susu formula tidak banyak
mengandung energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan bayi.
g. Protein Yang Tidak Cocok
Susu formula mengandung terlalu banyak kasein, Kasein mengandung campuran asam amino
yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan atau dicerna oleh ginjal bayi yang belum sempurna.
Petugas kesehatan sering menganjurkan kepada ibu-ibu untuk mengencerkan susu formula
dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi susu yang diencerkan tidak mengandung asam
amino esensial yang cukup yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
h. Tidak bisa dicerna
Susu formula Iebih sulit dicema karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencema lemak.
Karena susu formula lambat dicerna maka Iebih lama untuk mengisi lambung bayi dari pada
ASI, akibatnya bayi tidak cepat lapar. Bayi yang diberi susu formula bisa dapat menderita
sembelit, yaitu tinja menjadi lebih keras dan tebal (Nelson,2011: 89).
i. Alergi
Bayi yang diberi susu formula terlalu dini kemungkinan menderita lebih banyak masalah alergi,
misalnya : asma. Penggunaan susu formula yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya.
Menurut Nursalam (2010: 56), ada 3 (tiga) macam bahaya yang ditimbulkan akibat pemberian
susu formula path bayi :
1) Infeksi : dapat menyebabkan bayi menderita diare. Bayi dengan susu formula 4 kali Iebih
banyak terkena diare dibandingkan dengan yang diberi ASI. Infeksi umumnya disebabkan karena
bakteri.
2) Oral moniliasis : infeksi yang disebabkan jamur pada susu yang juga menimbulkan diare, pada
bayi yang mengkonsumsi susu formula 6 kali lebih banyak terkena moniliasis pada mulut bayi.
3) Marasmus gizi : suatu keadaan gizi buruk yang disebabkan kekurangan kalori dan protein.
Pengenceran susu dengan air yang melebihi ketentuan bukan saja menurunkan kadar kalori tetapi
juga kadar protein, sehingga kebutuhan bayi akan kedua zat gizi utama tersebut tidak terpenuhi.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula pada bayi

Susu formula merupakan alternatif pemberian susu yang terbaik pada keadaan tertentu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula pada bayi karena dalam
keadaan-keadaan tertentu. Yang termasuk kedaan tertentu yaitu: keluarga memutuskan untuk
tidak menyusui bayi atau ibu tidak mampu menyusui karena suatu penyakit tertentu seperti:
TBC, AIDS. Pada ibu yang dengan waktu yang tidak memungkinkan untuk menyusui bayi
dikarenakan pekerjaan ibu, susu formula sebagai pengganti ASI dan pelengkap ASI jika produksi
susu tidak mencukupi dan seperti bayi yang diadopsi yang harus diberikan susu formula sabagai
ganti dari ASI (Jensen, 2010: 98).
(Soetjiningsih, 1997, Triana, 2012) Menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan susu formula meliputi:
a. Faktor Kesehatan
1 ) Kesehatan psikologis:
d. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
e. Tekanan batin, Misalnya trauma akan pengalaman menyusui sebelumnya.
2) Kesehatan fisik :
a. Ibu tidak keluar ASI nya
b. Ibu sakit
3 ) Faktor Pengetahuan
Meliputi pengetahuan orang tua tentang seberapa penting susu formula di berikan pada anak
sebagai makanan pendamping. Hal ini menyangkut juga keberadaan tempat tinggal media
informasi yang menginformasikan pentingnya susu formula bagi anak dalam mencapai tumbuh
kembang yang optimal. Pengaruh kemajuan teknologi dalam perubahan sosial budaya
menyebabkan ibu-ibu di perkotaan umumnya, memberikan susu formula, karena susu formula
merupakan alternatif tercepat yang mereka pilih untuk mengatasi kebutuhan bayi selama mereka
bekerja, hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif (Depkes
RI, 2012).
4) Faktor Daya Beli
Definisi Daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh barang yang dikehendaki
atau diperlukan (Kamus Besar bahasa Indonesia; Balai Pustaka 2011; 241).
5) Faktor Lingkungan
a) Faktor Iklan :
Meningkatnya iklan susu formula yang menggambarkan berbagai kandungan yang bermanfaat di
berbagai medi
b) Faktor tempat tinggal :
Ketika bertempat tinggal di perkampungan akan menyulitkan pemberiansusu formula dan juga
terbatasnya informasi tentang susu formula

5. Komposisi Susu Formula

Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah kandungan
komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama dengan ASI tetapi tidak 100% sama.
Proses pembuatan susu formula, kandungan karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah
diubah kemudian ditambah vitamin serta mineral sehingga mengikuti komposisi yang
dibutuhkan sesuai untuk bayi berdasarkan usianya (Suririnah, 2010 : 28).
Menurut (Khasanah, 2011 : 89) ada beberapa kandungan gizi dalam susu formula yaitu,
lemak disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml, protein berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan
karbohidratberkisar antara 5,4-8,2 g tiap 100 ml.

6. Kelemahan Susu Formula

Praptiani (2012) menjelaskan telah teridentifikasi adanya kerugian berikut ini untuk bayi
yang diberikan susu formula yaitu:
b) Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa nutrien.
c) Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi jenispatogen.
d) Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya IgA, IgG,IgM dan laktoferin).
e) Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid).
f) Enzim dan prostaglandin.
Sutomo dan Anggraini (2010) menjelaskan susu formula mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain; kurang praktis karena harus dipersiapkan terlebih dahulu, tidak dapat bertahan lama,
mahal dan tidak selalu tersedia, cara penyajian harus tepat dapat menyebabkan alergi.
Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari susu sapi sehingga dijelaskan
Khasanah (2011) antara lain; kandungan susu formula tidak selengkap ASI, pengenceran yang
salah, kontaminasi mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan sering muntah,
menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan, pemborosan, kekurangan zat besi
dan vitamin, mengandung banyak garam.

7. Efek atau dampak negatif pemberian susu formula

Roesli (2008) menjelaskan berbagai dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari
pemberian susu formula, antara lain:
a) Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)
Judarwanto (2007) menjelaskan bahwa anak yang diberi susu formula lebih sering
muntah/gumoh, kembung, “cegukan”, sering buang angin, sering rewel, susah tidur terutama
malam hari. Saluran pencernaan bayi dapat terganggu akibat dari pengenceran susu formula yang
kurang tepat, sedangkan susu yang terlalu kental dapat membuat usus bayi susah mencerna,
sehingga sebelum susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang
mengakibatkan bayi mengalami diare (Khasanah, 2011).
b) Infeksi saluran pernapasan
Gangguan saluran pencernaan yang terjadi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan
daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA (Judarwanto,
2010).
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibiotik sebagai perlindungan
tubuh dari infeksi. Proses penyiapan susu formula yang kurang steril dapat menyebabkan bakteri
mudah masuk (Khasanah, 2011).
c) Meningkatkan resiko serangan asma
ASI dapat melindungi bayi dari penyakit langkh botulism, penyakit ini merusak fungsi
saraf, menimbulkan berbagai penyakit pernapasan dan kelumpuhan otot (Nasir, 2011).
Peneliti sudah mengevaluasi efek perlindungan dari pemberian ASI, bahwa pemberian ASI
melindungi terhadap asma dan penyakit alergi lain. Sebaliknya, pemberian susu formula dapat
meningkatkan resiko tersebut (Oddy, dkk, 2003) dalam (Roesli, 2010

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian dengan judul Gambaran pengetahuan ibu tentang
dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang,
Kabupaten Bulukumba Tahun 2015 adalah variabel independent yaitu umur, pendidikan,
pekerjaan, sumber informasi, dan variabel dependent adalah dampak pemberian susu formula.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependent

B. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Bahtiar, 2010 : 27). Dalam hal ini pengetahuan
ibu tentang dampak pemberian susu formula umur 0-6 bulan yang diperoleh melalui
penginderaan terhadap objek tertentu.

2. Kriteria Objektif

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan dapat diinterpretasikan
yaitu:
a. Baik : Apabila skor 76 - 100% dan total skor (bila jawaban yang
benar adalah 16 - 20 dari 20 pertanyaan yang diberikan).
b. Cukup : Apabila skor 60 - 75% dan total skor (bila jawaban yang
benar 12 - 15 dari 20 pertanyaan yang diberikan).
c. Kurang : Apabila skor < 55% dan total skor (bila jawaban yang benar
< 11 dari 20 pertanyaan yang diberikan).

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu bertujuan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak pemberian susu formula pada bayi 0-6
bulan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun 2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba Tahun
2015, dengan alasan karena adanya sampel yang memenuhi syarat yang akan dijadikan sebagai
subjek penelitian dan lokasi penelitian dekat sehingga mempermudah untuk pengambilan
sampel.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Maret – Juni 2015
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Mustamin, 2014:12). Pada penelitian ini populasi yang akan
diteliti adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0 – 6 tahun di Desa Kahayya Kecamatan
Kindang Kabupaten Bulukumba yang berjumlah 95 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu
pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan peneliti saja yang menganggap
unsur – unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil
(Mustamin,2014:12). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 0 – 6
tahun sebanyak 32 responden.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan kuesioner sebagai alat
bantu, dimana terlebih dahulu memberikan penjelasan singkat tentang kuesioner, dibandingkan
dan diisi oleh responden, kemudian dikumpul kembali oleh peneliti dan diperiksa
kelengkapannya.
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa

1. Pengolah Data

a. Proses Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan data pada data yang terkumpul bila terdapat data yang tidak
lengkap atau kurang akan dilakukan pendataan ulang.

b. Coding
Data yang telah di edit dirubah ke dalam bentukan (kode) untuk memenuhi data yang ada.
c. Tabulating
Data yang sudah diedit dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi.
F. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskritif dengan melihat persentasi data yang te!ah
terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisa data dilanjutkan
dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Kepala desa
Bontoraja Kecematan Gantarang Kabupaten Bulukumba. Kemudian kuesioner dibagikan kepada
responden dengan memperhatikan etika. Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik
penelitian menurut komisi nasional etik penelitian keperawatan (KNEPK) yaitu:
1. Menghormati seseorang (respect for person).
Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian
(autonomy). Tidak boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam
penelitian. Subjek dalam penelitian juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan
lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur
penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasiaan informasi.
Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan mempertimbangkannya dengan baik,
subjek kemudian menentukan apakah akan ikut serta atau menolak sebagai subjek penelitian.
Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan informed consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi
sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti
tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.
Peneliti melakukan beberapa hal yang berhubungan dengan informed consent antara lain
:
a. Mempersiapkan formolir persetujuan yang akan ditandatangani oleh
subjek penelitian.
b. Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencakup seluruh
penjelasan yang tertulis dalam formulir informed consent dan penjelasan lain yang diperlukan
untuk
memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek
aspek yang belum dipahami dari penjelasan penelitian dan menjawab
seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka.
d. Memberikan waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan
pilihan mengikut atau menolak ikut serta sebagai subjek penelitian.
e. Meminta subjek untuk menandatangani formulir informed consent, jika
ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.
2. Kemanfaatan (beneficence)
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus mempertimbangkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan
diterapkan (beneficience). Kemudian meminimalisir resiko/dampak yang merugikan bagi subjek
penelitian (nonmalefeficience).
3. Keadilan (justice).
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan
secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip
keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun didesa
kahayya sebanyak 32 orang. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada responden dan kemudian kuesioner dikembalikan kepada
peneliti untuk diolah.
Pengolahan data dilakukan secara manual. Berdasarkan perhitungan diperoleh sebagai
berikut :
1. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden di Desa kahayya kec,
kindang kab, bulukumba

Umur Ibu Frekuensi Persentase (%)


17 - 20 tahun 1 3,1%

20 -35 tahun 29 90,6%

35 - 40 tahun 2 6,3%

Total 32 100%

Tabel 1 di atas menunjukan responden yang berumur 17 – 21 tahun sebanyak 1 orang


(3,1%), berumur 20 – 35 tahun sebanyak 29 orang (90,6%), berumur 35 – 40 tahun sebanyak 2
orang (6,3%),
2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden di Desa kahayya,kec, kindang, kab.bulukumba

Pendidikan
Frekuensi Persentase (%)
SD 18 56,2 %

SMP 8 25%

SMA 6 18,8%

Total 32 100%

Berdasarkan. tabel 2 diatas menujukan responden yang tingkat pendidikan SD sebanyak


18 orang (56,2%), SMP sebanyak 8 orang (25,0%), dan SMA sebanyak 6 orang (18,8%)
3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden di Desa kahayya, Kecamatan kindang, kab.
Bulukumba.

Pekerjaan Ibu
Frekuensi Persentase (%)
IRT 17 53,1%

Karyawan/Swasta 7 21,9%

Petani 7 21,9%

Wiraswasta 1 3,1%

Total 32 100%

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukan responden yang memiliki pekerjaan sebagai


IRT sebanyak 17 orang (53,1%), karyawan/swasta sebanyak 7 orang (21,9%) dan petani
sebanyak 7 orang (21,9%), dan wiraswasta sebanyak 1 orang (3,1).
Dari data yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel kuantitas responden berdasarkan 3
kategori yaitu baik, cukup dan kurang yang disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.

a. Pengetahuan Tentang dampak pemberian susu formula


Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang
susu formula di Desa kahayya, Kecamatan kindang, kab.
Bulukumba.
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 8 25%
Cukup 9 28,1%
Kurang 15 46,9%
Total 32 100%
Tabel 5, Dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu tentang susu formula di
Desa Kahayya, Kec, Kindang, Kab.Bulukumba dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 15 orang
(46,9%).
B. Pembahasan
Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budidaya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya
(Suparyanto, 2010). Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang
diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi
sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak
(Triana,2012).
Susu formula disebut juga dengan susu buatan, oleh karena minuman buatan ini
fungsinya sebagai pengganti susu ibu. Susu formula diproduksi khusus untuk konsumsi khusus
seperti susu untuk bayi, anak dan susu ibu hamil dan menyusui serta orang dewasa lainnya
dengan kebutuhan konsumsi susu tertentu (Triana,2012).
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan bahwa dari 32 responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (17,5%), berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang
(35%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 19 orang (47,5%). Tinggi dan rendahnya
tingkat pengetahuan tentang teknik memijat bayi usia 0 – 2 tahun dipengaruhi faktor pendidikan
dan umur. responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 18 orang (45%), SMP sebanyak
11 orang (27,5%), SMA sebanyak 6 orang (15%) dan SI hanya sebanyak 5 orang (12,5%),
sedangkan responden yang berumur 17 – 21 tahun sebanyak 6 orang (15%), berumur 22 – 25
tahun sebanyak 8 orang (20%), berumur 26 – 29 tahun sebanyak 8 orang (20%), berumur 30 – 33
tahun sebanyak 6 orang (15%), berumur 34 – 37 tahun sebanyak 7 orang (17,5%) dan yang
berumur 38 – 41 tahun sebanyak 5 orang (12,5%).
Hal ini sejalan dengan penelitian Bidan Prada: Jurnal Ilmiah
Kebidanan, Vol.3 No.1 Edisi juni 2012 9 Hal, menunjukkan bahwa sebagian besar responden
yang memberikan susu formula berdasarkan pendidikan yaitu ib yang berpendidikan SMA
sejumlah 20 responden ( 54,05% ), ibu yang berpendidikan tinggi dan SMP sama yaitu 6
responden ( 16,22% ), sedangkan faktor yang paling sedikit memberikan susu formula adalah ibu
berpendidikan SD sejumlah 5 responden ( 13,51% ).
Hal ini sesuai dengan kenyataanyang ada diDesa Kahayya
menunjukkan bahwa dari 32 responden yang diteliti sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan kurang, ini dipengaruhi karna pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang
maka pengetahuannya semakin meningkat sedangkat di Desa Kahayya kebanyakan tingkat
pendidikannya hanya SD yaitu 18 ( 56,2% ) dari 32 responden, kurangnya pengetahuan
disebabkan karna pekerjaan di Desa Kahayya kebanyakan responden memiliki pekerjaan IRT
yaitu 17 ( 53.1% ) dari 32 responden, serta tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh umur karna
semakin tua umur seseorang maka mentalnya semakin baik.

BAB VI
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula pada bayi 0 – 6 bulan dengan jumlah
responden sebanyak 32 orang menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 8 ( 25% ) ibu memiliki
pengetahuan baik, ibu yang pengetahuan cukup sebanyak 9 ( 28,1% ) dan ibu yang pengetahuan
kurang sebanyak 15 ( 46,9% ).

2. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan selalu memberikan penyuluhan kepada ibu tentang Susu
formula dan mengawasi pemberian Susu formula secara
berkesinambungan agar ibu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang Susu formula.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat menambah wawasan khususnya tentang Susu formula
sehingga masyarakat mengerti dan mampu mengubah sikap menjadi lebih baik dalam pemberian
Susu formula kepada bayi.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan untuk

Anda mungkin juga menyukai